Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Teknik REKAYASA, Volume 13 No 1 Juni 2012

ANALISIS KONDISI SUMBER DAYA AIR DI DAS PELAPARADO


DAN IMPLIKASINYA
TERHADAP UPAYA KONSERVASI SUMBER DAYA AIR
Analysis Condition Of Water Resourcess In Pelaparado Cathment Area
And Their Implications To Promote Conservation Of Water Resourcess
Muh. Bagus Budianto
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Mataram
Jl. Majapahit no 62 Mataram NTB

ABSTRAK
Sumberdaya air meliputi air, sumber air dan daya air. Semua makhluk hidup sangat
tergantung dengan air. Berbagai aktifitas manusia sebagian menyebabkan menurunnya kualitas
air, seperti eksploitasi yang dilakukan secara berlebihan. Dalam pemanfaatan sumberdaya air
perlu dilakukan secara seimbang, baik untuk saat ini maupun masa yang akan datang. Das
Pelaparado merupakan salah satu das dengan tingkat utilitas yang tinggi. Untuk menjaga
kesinambungan sumberdaya air perlu dilakukan konservasi sumberdaya air. Untuk menyusun
program kegiatan konservasi dilakukan dengan analisis kondisi neraca air, kondisi tata guna
lahan, kondisi daerah kritis, kondisi debit mata air dan fluktuasi debit di sungai. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kondisi DAS Pelaparado telah mengalami penurunan daya dukung,
sedangkan utilitasnya mengalami peningkatan, sehingga untuk menjaga kelestarian
sumberdaya air yang ada diperlukan kegiatan konservasi secara sipil teknis yaitu sumur
resapan, pembangunan embung, dam parit, sabo dam, perkuatan lereng, peningkatan efisiensi
jaringan irigasi dan air bersih, pembangunan drainase dan pengolahan air limbah. Sedang
untuk kegiatan non sipil teknis terdiri dari pengendalian pemanfaatan air, reboisasi, gerakan
hemat air, pembentukan dan pembinaan kelompok pelestari sumber daya air, dan pengawasan
sumber air secara berkala
Kata kunci : sumberdaya air, konservasi
ABSTRACT
Water resources include water, water spring and its energy. All living things strongly
depends on water. Various human activities have resulted in water, such as the exploitation
done to excess. The utilization of water resources need to be balanced, both now and future.
Pelaparado watershed area is one with a high level of utility. To maintain the sustainability of
water resources is necessary to the conservation of water resources. To develop conservation
programs carried out by analysis of the condition of the water balance, land-use conditions, the
condition of critical areas, the condition of spring discharge and river discharge fluctuations. The
results showed that the conditions of Pelaparado watershed have decreased the carrying
capacity, while the utility has increased, so as to preserve existing water resources required
conservation civil tehcnique activities that is the infiltration wells, construction of ponds, dam
ditches, sabo dams, slope reinforcement, improvement efficiency of irrigation and water supply
networks, construction of drainage and wastewater treatment. While for non- civil tehcnique
activities consist of controlling water use, reforestation, water-saving movement,
conservationists group formation and development of water resources, and periodic monitoring
of water sources.
Key words: water resources, conservation

35

Muh. Bagus Budianto

Analisis Kondisi Sumber Daya Air..

PENDAHULUAN
Sumber daya air merupakan sumber
kehidupan bagi makhluk hidup. Manusia,
hewan dan tumbuhan membutuhkan air
sesuai
dengan
kebutuhannya
untuk
kelangsungan
hidupnya.
Manusia
membutuhkan air hampir di semua sisi
kehidupan, baik itu untuk menanam
tanaman, minum, memasak, mencuci dan
lain sebagainya. Dalam pemerintahan air
dikelola oleh berbagai instansi/dinas terkait.
Peran vital dari air ini memerlukan upaya
bersama dan secara keberlanjutan diantara
para pemilik kepentingan agar dapat
dimanfaatkan untuk berbagai keperluan
dalam memenuhi hajat hidup masyarakat.
Daerah Aliran Sungai (DAS) Pelaparado
merupakan
salah
satu
DAS
yang
mempunyai utilitas yang tinggi yang berada
di Wilayah Sungai (WS) Bima Dompu. DAS
2
Pelaparado mempunyai luas 218,60 km
dengan panjang sungai utama 46,60 km dan
bermuara di Teluk Bima. Sarana dan
Prasarana di DAS Pelaparado meliputi 1
(satu) buah bendungan yaitu dan 6 (enam)
buah bendung yang mengairi areal irigasi
seluas 4.174 ha. Selain itu juga terdapat
jaringan air minum dengan kapasitas 50 lt/dt
yang
bersumber
pada
bendungan
Pelaparado.
Potensi air pada suatu wilayah kuantitasnya
relatif konstan, sedangkan kualitasnya
cenderung
menurun
seiring
dengan
menurunnya kualitas das. Sedangkan
kebutuhan air semakin meningkat sesuai
dengan perkembangan tingkat kehidupan
masyarakat. Untuk itu diperlukan analisis
kondisi sumber daya air pada DAS
Pelaparado, sehingga dapat digunakan
sebagai dasar untuk menyusun program
konservasi sumber daya air agar keadaan,
sifat dan fungsi sumber daya air dapat
dilindungi dan dapat dilestarikan.
Studi ini bertujuan untuk mengetahui
gambaran tentang kondisi sumber daya air
di DAS Pelaparado saat ini
dan
memberikan masukan tentang upaya-upaya
konservasi yang harus dilakukan untuk
menjaga keber-langsungan kualitas dan
kuantitas sumber daya air di masa
mendatang.

permukaan akan digunakan sebagai acuan


adalah debit andalan (dependable flow).
Debit andalan adalah suatu besaran debit
pada suatu titik kontrol (titik tinjau) disuatu
sungai dimana debit tersebut merupakan
gabungan antara limpasan langsung dan
aliran dasar. Debit ini mencerminkan suatu
angka yang dapat diharapkan terjadi pada
titik kontrol yang dikaitkan dengan waktu
dan nilai keandalan.
Apabila di lokasi studi tidak
ditemukan pencatatan data aliran ataupun
kondisi data kurang memungkinkan untuk
dilakukan analisis maka ketersediaan air /
debit andalan akan dianalisis dengan
metode model hubungan hujan-aliran,
diantaranya model Tank, metode Mock dan
atau NRECA. Dalam studi ini digunakan
metode NRECA yang dikembangkan oleh
Crowfort. Model ini banyak diterapkan oleh
Puslitbang Pengairan pada berbagai das di
Indonesia, karena parameter relatif lebih
sedikit,mudah
operasionalnya
dan
memberikan hasil yang cukup akurat.
Secara umum persamaan dasar dari
metode NRECA ini dirumuskan sebagai
berikut:
Q=PE+S
dengan :
Q
= limpasan (mm)
P
= hujan rata-rata DAS (mm)
E
= Evapotranspirasi actual (mm)
S
= perubahan kandungan (simpanan
air dalam tanah) (mm)
Persamaan keseimbangan air diatas
merupakan dasar dari model NRECA untuk
suatu daerah aliran sungai pada setiap
langkah waktu, dimana hujan, aktual
evapotranspirasi dan limpasan adalah
volume yang masuk kedalam dan keluar
pada suatu DAS untuk setiap langkah waktu
tertentu.
Dalam model NRECA terdapat dua
tampungan yaitu tampungan kelengasan
(moisture storage) dan tampungan air tanah
(groundwater
storage).
Tampungan
kelengasan ditentukan oleh hujan dan actual
evapotranspirasi. Tampungan air tanah
ditentukan oleh kelebihan kelengasan
(Excess moisture).
Data masukan yang diperlukan
dari model hujan-limpasan NRECA adalah
sebagai berikut :
a. Hujan rata-rata dari suatu DAS (P)
b. Evapotranspirasi potensial dari DAS
(PET)

TINJAUAN PUSTAKA
Ketersediaan Air
Komponen
ketersediaan
air
melingkupi komponen air permukaan dan air
tanah. Untuk analisis ketersediaan air

36

Jurnal Teknik REKAYASA, Volume 13 No 1 Juni 2012

Jika data yang ada adalah evapotranspirasi


standar (Eto) maka
PET = Cf x Eto dimana Cf adalah factor
tanaman.
c. Kapasitas
tampungan
kelengasan
(NOM)
Diperkirakan nilai NOM = 100 + 0,2 * hujan
rata-rata tahunan (mm), dimana nilai C =
0,2 untuk DPS yang hujannya terjadi terus
menerus sepanjang tahun, dan c < 0,2 untuk
DAS yang mempunyai tipe hujan musiman.
d. Persentase limpasan yang keluar dari
DAS di sub surface/infiltrasi (PSUB)
Nilai PSUB berkisar antara 0,3 0,9
e. Persentase limpasan tampungan air
tanah menuju ke sungai (GWF)
f. Nilai PSUB berkisar antar 0,2 0,8
g. Nilai awal dari tampungan kelengasan
tanah (SMSTOR)
h. Nilai awal dari tampungan air tanah
(GWSTOR)
Perhitungan limpasan model NRECA
dibagi
menjadi
dua
bagian
yaitu
perhitungan limpasan langsung (direct
runff) dan air tanah yang menuju ke sungai
(Groudwater).

Analisis Kebutuhan Air


Kebutuhan
air
yang
akan
dipertimbangkan dalam studi antara lain :
a. Kebutuhan Air Irigasi
Kebutuhan air irigasi ditentukan oleh
luas lahan pertanian, jenis tanaman, jenis
tanah, agroklimatologi daerah dan pola
tanam yang ditetapkan, sehingga kebutuhan
air untuk irigasi dapat dihitung dengan
formula sebagai berikut :
Qi = ((Etc + IR + RW + P Re)/Ie) x A
dengan :
Qi
= Kebutuhan air irigasi
Etc = Kebutuhan konsumsi tanaman = Eto
x Ke
Eto = Evapotranspirasi
Ke
= Koefisien tanaman
IR
= Kebutuhan air untuk penyiapan
tanah
RW = Kebutuhan untuk pengolahan tanah
P
= Kehilangan akibat perkolasi (5
mm/hari)
Re
= Hujan efektif
Ie
= Efisiensi Irigasi
A
= Luas Daerah Irigasi
b.

Gambar 1. Skematisasi Model NRECA


(Sumber : Anonim Puslitbang Pengairan, 1994)

Kebutuhan air untuk Domestik


Kebutuhan air untuk domestik
sangat dipengaruhi oleh kondisi iklim dan
kebiasaan masyarakat setempat. Kebutuhan
air di Indonesia berkisar antara 80 150
liter/orang/hari.
c. Kebutuhan air untuk pelayanan umum
Kebutuhan air untuk pelayanan
umum misalnya untuk pembersihan jalan,
pemadam
kebakaran,
sanitasi
dan
penyiraman tanaman perkotaan. Kebutuhan
ini sangat dipengaruhi oleh tingkat dinamika
kota dan jenjang suatu kota. Pada Tabel 4.2
di bawah ini disajikan Pedoman Kebutuhan
air baku DMI, sebagai berikut :

Tabel 1. Pedoman Kebutuhan Air Baku DMI


Jenjang Kota
Jenis Penggunaan
Air
Provinsi
Kabupaten.
Domestik ( D)

Kecamatan
Kecamatan
80
l/hari

120 l/hari

100 l/hari

Pelayanan

35% D

25 %D

10% D

Industri

25% D

20% D

20% D

Perdagangan

25%

20%

15%

Air Hilang

15%

15%

10%

Penggelontoran

40%

35%

30%

Sumber : Direktorat Teknik Penyehatan, Ditjen Cipta Karya, Dep KIMPRASWIL

37

Muh. Bagus Budianto

Analisis Kondisi Sumber Daya Air..

d.

Persamaan yang digunakan dalam


perhitungan neraca air adalah sebagai
berikut :
NA = Q ketersediaan Q kebutuhan
dengan :
NA
= Neraca Air
= Surplus
jika
hasil
persamaan adalah +
= Defisit jika hasil persamaan
adalah Q ketersediaan = Debit Ketersediaan Air
Q kebutuhan
= Debit kebutuhan Air

Kebutuhan air untuk Kolam / Perikanan


Perikanan merupakan satu sektor
yang membutuhkan air dalam jumlah yang
cukup sekalipun masih jauh di bawah
kebutuhan air untuk irigasi. Sektor perikanan
meliputi kolam dan tambak dimana pada
analisisnya tidak dibedakan, dengan asumsi
bahwa dalam hal kebutuhan air kedua jenis
tersebut sama, hanya luas wilayahnya yang
membedakan. Dalam hal ini yang dimaksud
dengan tambak adalah tambak untuk
perikanan darat.
Kebutuhan air untuk perikanan
tergantung dari luas lahan dan standar
kebutuhan air untuk perikanan yang dihitung
dengan formulasi sebagai berikut :

Qik

L.S (tb ).3600.24.30


1000

dengan :
Qik = kebutuhan air untuk perikanan
3
(m /bulan)
L
= luas lahan (ha)
S(tb) = standar kebutuhan air perikanan
(lt/ha/detik)
e. Kebutuhan air untuk Peternakan
Kebutuhan air untuk peternakan
dapat dihitung dengan formulasi sebagai
berikut :

Qtr

T .S (tr ).30
1000

dengan :
Qtr
= kebutuhan air untuk peternakan
3
(m /bulan)
T
= jumlah ternak (ekor)
S(tr)
= standar kebutuhan air
peternakan (lt/ekor/detik)
Analisis Keseimbangan Air
Analisis keseimbangan air adalah
suatu analisis yang menggambarkan
pemanfaatan suatu DAS yang didasarkan
pada nilai rasio antara kebutuhan dan
ketersediaan
air.
Faktor-faktor
yang
digunakan dalam perhitungan neraca air ini
adalah ketersediaan air tiap DAS yang dikaji
(meliputi air permukaan dan air tanah), dan
kebutuhan air tiap DAS yang dikaji (meliputi
kebutuhan air untuk irigasi, domestik,
industri, peternakan, perikanan, perkebunan
dan lingkungan).

38

METODOLOGI PENELITIAN
Pengumpulan dan analisis data :
1. Peta daerah aliran sungai dan lokasi
hidroklimatologi
Dari peta ini dapat diketahui luas das,
letak stasiun hujan, klimatologi dan pos
AWLR serta jaringan sungai dan anakanak sungai.
2. Data Hujan
Data hujan yang dikumpulkan berupa
data hujan harian dan dengan
menggunakan poligon thiessen untuk
mendapatkan hujan rerata das-nya. Dari
data harian ini kemudian ditransver ke
data hujan setengah bulanan dan data
bulanan.
3. Data klimatologi
Data klimatologi terdiri dari data suhu,
kecepatan angin, kelembaban relatif,
dan lama penyinaran matahari. Data ini
digunakan untuk menghitung besarnya
evapotranspirasi
(Eto)
das.
Data
evapotranspirasi
merupakan
data
masukan dalam model hujan aliran dan
data masukan dalam analisis kebutuhan
air irigasi. Pada penelitian ini evapotraspirasi dihitung dengan menggunakan metode Penman.
4. Data penduduk, ternak, perikanan dan
sarana prasarana sosial.
Data ini digunakan untuk menghitung
besarnya kebutuhan air yang meliputi
kebutuhan air irigasi, ternak, industri dan
domestik.
5. Data tata guna lahan
Data ini dalam beberapa tahun, dan
digunakan untuk mengetahui trend
perubahan lahan sehingga dapat
digunakan
untuk
memprediksi

Jurnal Teknik REKAYASA, Volume 13 No 1 Juni 2012

perubahan pengunaan lahan di masa


mendatang.
6. Perhitungan debit dengan menggunakan model hujan aliran NRECA
Perhitungan debit limpasan model
NRECA dibagi menjadi dua bagian yaitu
perhitungan limpasan langsung (direct
runoff) dan air tanah yang menuju ke
sungai (groundwater). Total limpasan
tiap bulan adalah sebagai berikut :
Q = GF + DRF
dengan :
Q = total limpasan di sungai
GF = limpasan air tanah
DRF = limpasan langsung
Langkah-langkah Perhitungan Model
NRECA
a. Perhitungan
hujan
wilayah
dan
evapotranspirasi potensial standar di
daerah pengaliran (P dan Eto)
b. Menentukan parameter model : NOM,
PSUB, GWF dan nilai awal tampungan
kelengasan tanah (SMSTOR) dan
tampungan air tanah (GWSTOR) yang
akan digunakan dalam proses kalibrasi
atau penyelarasan.
c. Perhitungan Angka tampungan tiap bulan
(storage ratio) : Sr = SMSTOR/NOM,
dimana untuk bulan ke 1 SMSTOR =
angka awal tampungan dan untuk bulan
selanjutnya adalah SMSTOR (n) =
SMSTOR (n-1) + S(n-1), S(n-1) adalah
perubahan tamoungan pada bulan
sebelumnya
d. Perhitungan angka perbandingan antara
hujan dan evapotranspiasi potensial : R =
P/PET
e. Perhitungan
evapotranspirasi
actual
(AET), dengan menggunakan persamaan
sebagai berikut ini : AET = k1 x PET
k1 adalah koefisien evapotranspirasi
yang tergantung pada nilai R dan Sr,
dengan persamaan regresi sebagai
berikut : k1 = P/PET ( 1 0,5 x Sr) + 0,5
x Sr, bila R < 1 dan Sr < 2;
k1 = 1 bila
P/PET 1 atau Sr 2
f. Menghitung ratio kelebihan kelengasan
(extrat) :
Untuk Sr 0, maka extrat = 0
Untuk Sr > 0 , maka extrat = 0,5 x ( 1 +
Tanh (x))
x
= (Sr 1)/0,52
tanah = {exp (x) exp(-x)}/{exp (x) + exp
(-x)}
g. Perhitungan
kelebihan
kelengasan
(excm), perubahan tampungan (S) dan

perkolasi (rech) dengan rumus sebagai


berikut :
Excm = exrat ( P AET)
S
= P AET excm
rech
= PSUB x excm
h. Perhitungan angka awal dan akhir
tampungan air tanah (BSG dan ESG):
Untuk bulan ke 1, BSG = GWSTOR
Untuk bulan berikutnya BSG(n) = ESG(n1) GF(n-1)
ESG = rech + BSG
GF = limpasan air tanah
i. Perhitungan limpasan
Limpasan dibagi menjadi 2 bagian, yaitu
limpasan langsung (DRF) dan limpasan
air tanah (GF) ;
DRF = excm rech
GF = GWF x ESG
Total limpasan tiap bulan adalah sebagai
berikut : Q = GF + DRF (mm)
Penentuan Program Konservasi
Program konservasi sumberdaya air
diperlukan dalam rangka upaya untuk
menjaga dan melestarikan keberadaan air
pada suatu daerah aliran sungai. Kegiatan
konservasi
didasarkan
pada
kondisi
sumberdaya air, yaitu :
a. Neraca sumberdaya air
b. Alih fungsi lahan, data ini diperoleh dari
beberapa tahun pencatatan data tata
guna lahan, sehingga bisa dilihat
perubahan penggunaan lahan yang
terjadi.
c. Keberadaan lahan kritis, baik lahan kritis
yang berada di dalam hutan mapun yang
berada di luar hutan
d. Penurunan jumlah dan debit mata air.
Hal ini menandakan adanya kerusakan
daerah hulu mata air
e. Fluktuasi debit sungai. Semakin besar
fluktuasi debit di sungai merupakan
indikator dari kondisi das yang sudah
tidak sehat.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi
Daerah
Aliran
Sungai
Pelaparado
Kondisi topografi DAS Pelaparado
terdiri dari jalur pegunungan dan perbukitan
dengan medan membentuk lereng tajam
(41 - 60) dan secara berangsur
kemiringannya berkurang menuju sungai
utama hingga mencapai garis pantai. Sungai
DAS Pelaparado merupakan daerah aliran
sungai dengan tipe bulu. DAS Pelaparado

39

Muh. Bagus Budianto

Analisis Kondisi Sumber Daya Air..

terdiri dari satuan morfologi dataran,


perbukitan dan pegunungan.
Berdasarkan data dari Stasiun
klimatologi
Godo
(2006),
temperatur
maksimum di DAS Pelaparado berkisar
o
antara 37 C sedangkan temperatur ratao
o
rata minimum berkisar antara 18,1 23 .
Temperatur tertinggi terjadi pada bulan
September dan terendah pada bulan
Februari. DAS Pelaparado mempunyai
kelembaban relatif antara 54% - 74%.
Data curah hujan yang digunakan
untuk analisis hidrologi diperoleh dari
stasiun hujan Paradowane, Tente, Tangga,
Sila dan Belo. Curah hujan rata-rata
tahunan antara 1.060 s/d 1.863 mm dan
rata-rata sebesar 1.359 mm.
Sarana dan Prasarana di DAS
Pelaparado yaitu 1 (satu) buah bendungan
yaitu Bendungan Pelaparado dan 6 (enam)
buah bendung yaitu Bendung Pela Ria,
Parado, Pela Lambaka, Sie, Pelacempaka
dan Kalate yang mengairi areal irigasi
seluas 4.174 ha. Selain itu juga terdapat
jaringan air minum dengan kapasitas 50 lt/dt
yang
bersumber
pada
bendungan
Pelaparado didominasi oleh hutan yaitu
2
seluas 133,637 km (61,13%), Sawah 41,74
2
2
km
(19,09%), Permukiman 3,74 km
2
(1,71%) dan lain-lain 39,49 km (18,06%) .
2
Dari luas hutan tersebut 66,29 km (49,60%)
2
merupakan hutan lindung dan 67,35 km
(50,40%)
merupakan
hutan
produksi
terbatas.

irigasi, domestik, perikanan dan peternakan.


Kebutuhan air irigasi diasumsikan dengan
intensitas tanam 250% untuk daerah irigasi
yang mendapat air dari bendungan
Pelaparado dan 170% untuk daerah irigasi
yang mendapat air di luar dari bendungan.
Hasil proyeksi kebutuhan air sampai dengan
tahun 2030 disajikan pada gambar 2

Kebutuhan Air
Kebutuhan
air
pada
DAS
Pelaparado meliputi kebutuhan air untuk

Gambar 2. Kebutuhan air DAS Pelaparado

Neraca Air
Kondisi neraca air pada DAS
Pelaparado mengalami defisit. Berdasarkan
pada hitungan kebutuhan air dan potensi air
andalan (Q 50%) nilai IKA adalah 1,56,
sedangkan terhadap potensi air andalan (Q
80%) nilai IKA adalah 1,99. Hal ini
menunjukkan bahwa utilitas di das
Pelaparado sangat tinggi, sehingga perlu
adanya upaya menambah potensi air atau
paling tidak untuk mempertahankan potensi
air yang ada.

(Ribu m3)

NERACA AIR DAS PELAPARADO


16.000
14.000
Ketersediaan

12.000

Keb. 2008

10.000

Keb. 2010

8.000

Keb. 2015

6.000

Keb. 2020
Keb. 2025

4.000

Keb. 2030

2.000
0
I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II
Jan Peb Mar Apr

Mei Jun Jul


Bulan

Agt Sept Okt Nop. Des.

Gambar 3. Neraca Air DAS Pelaparado

40

Jurnal Teknik REKAYASA, Volume 13 No 1 Juni 2012

Dasar Perencanaan Kegiatan Konservasi


SDA
Perencanaan kegiatan konservasi
sumber daya air dilakukan berdasarkan
kondisi sumberdaya air di DAS Pelaparado
sebagai berikut :

1.

Neraca Sumber Daya Air


Proyeksi kondisi neraca sumber
daya air didasarkan pada analisis jumlah
penduduk yang mengalami pertumbuhan
sebesar 1,81% per tahun dan luas lahan
pertanian tetap. Kondisi neraca sumberdaya
air menunjukkan bahwa saat ini maupun
proyeksi neraca air yang akan datang
mengalami defisit. Hal ini disebabkan tingkat
utilitas pemanfaatan sumber daya air di DAS
Pelaparado relatif cukup tinggi. Kebutuhan
air terbesar adalah untuk sektor pertanian.
2. Alih Fungsi Lahan
Berdasarkan data tata guna lahan
hutan tahun 2003-2006, dapat diperoleh
angka penurunan rata-rata luas hutan di
DAS Pelaparado adalah sebesar 1,69% per
tahun. Dari dasar angka tersebut, luas hutan
DAS Pelaparado apabila tanpa adanya
upaya konservasi yang dilakukan pada
2
tahun 2030 luas hutannya tinggal 79,38 km .
Tabel 2. Prediksi Luas Hutan di DAS Pelaparado

Berdasarkan pada data jenis penggunaan


tanah tahun 2004 s/d tahun 2007, dapat
diperoleh
angka
pertumbuhan
luas
permukiman sebesar 0,98% per tahun.
3. Lahan Kritis
Luas hutan yang ada di DAS
2
Pelaparado adalah sebesar 151,3 km (69%
luas DAS Pelaparado). Luas lahan kritis
dalam hutan yang ada di DAS Pelaparado
2
adalah sebesar 6,03 km (4% luas hutan
dalam DAS Pelaparado).
4. Penurunan Jumlah dan Debit Mata Air

Jumlah mata air saat ini di DAS


Pelaparado adalah 7 buah. Konservasi perlu
dilakukan untuk menjaga jumlah dan
menjamin kontinuitas debit mata air.
5. Fluktuasi Debit Aliran Permukaan
Fluktuasi debit aliran sungai ratarata di DAS Pelaparado yang tercatat di
stasiun Parado antara adalah fluktuasi debit
tahunan sebesar 78,82%, dengan besaran
3
debit minimum 0,79 m /det dan debit
3
maksimum 7,95 m /det.
Program Kegiatan Konservasi Sumber
Daya Air di DAS Pelaparado
Kegiatan konservasi sumberdaya air
di DAS Pelaparado dilakukan melalui
program kegiatan dalam bidang sipil teknis
dan non sipil teknis.
1. Program Kegiatan Konservasi melalui
Bidang Sipil Teknis
Program kegiatan melalui sipil teknis
dibagi menjadi dua yaitu, yang bersifat
konstruksi dan non konstruksi.
Program Kegiatan Konservasi Sipil Teknis
yang Bersifat Konstruksi
a. Pembangunan storage
Berdasarkan pada kondisi proyeksi
neraca sumberdaya air yang defisit (Indeks
Kebutuhan Air = 95,47%), fluktuasi debit
yang tinggi (78,82%), maka diperlukan
adanya bangunan-bangunan :
Embung untuk menampung air pada saat
debit air berlebih untuk dimanfaatkan
pada saat debit kurang. Potensi air yang
bisa ditampung berdasarkan analisis
3
hidrologi adalah sebesar 6,2 juta m .
Lokasi embung yang direkomendasikan
dapat dilihat dalam peta pada Lampiran.
Dam Parit dengan memanfaatkan aliran
air buangan (return flow) yang ditampung
di suatu saluran/sungai kecil untuk
dimanfaatkan kembali untuk mengairi
sawah di daerah hilir. Lokasi di daerah
irigasi Pela Cempaka, Sie, Pela Ria,
Parado dan Kalate.
b. Pembangunan sumur resapan
Sumur resapan ditujukan untuk
menambah potensi air tanah/imbuhan air
tanah serta untuk menambah daya dukung
sumberdaya air. Bangunan ini diperlukan di
daerah permukiman, pekarangan maupun di
lahan pertanian.
c. Perkuatan Tebing
Selain untuk memperkuat tebing
juga dapat dimanfaatkan untuk melindungi
pemukiman penduduk dari ancaman banjir

41

Muh. Bagus Budianto

Analisis Kondisi Sumber Daya Air..

pada saat air meluap/musim hujan. Lokasi


pembangunan tebing di DAS Pelaparado
adalah di bantaran sungai yang terdapat
pemukiman penduduk yang padat, dan
terjadi penumpukan sampah dan tumbuhan
di badan sungai
d. Penataan Sistem Jaringan Drainase dan
Sanitasi,
Pembangunan
instalasi
pengelolaan air limbah (IPAL)
Kegiatan
konservasi
berupa
pembangunan kembali sistem jaringan
drainase dan penyusunan program-program
yang terukur dan berkesinambungan dalam
pembangunan sistem jaringan sanitasi.
Kegiatan konservasi sumber daya air untuk
mengatasi
permasalahan
penurunan
kualitas air di bagian hilir dilakukan dengan
membangun instalasi pengelolaan air limbah
(IPAL) skala rumah tangga. Lokasi
pembangunan instalasi pengelolaan air
limbah (IPAL) di DAS Pelaparado dilakukan
di permukiman padat penduduk.
e. Pembangunan Bangunan Pengendali
Sedimen
Kegiatan pembuatan bangunan
pengendali sedimen selain dimaksudkan
untuk
mengendalikan
berkembangnya
jurang/alur kecil yang ada, juga berfungsi
untuk menangkap sedimen dari hasil erosi
atau longsoran-longsoran yang masih
terjadi. Penerapan bangunan pengendali
sedimen diterapkan pada lokasi-lokasi yang
dianggap
rawan
terhadap
bahaya
erosi/longsoran serta di hulu bangunan
prasarana sumberdaya air seperti waduk
Pelaparado.

permukaan, terutama jika dilakukan pada


bagian hulu daerah tangkapan air. Lokasi
kegiatan reboisasi terutama dilakukan di
daerah lahan kritis di daerah hulu DAS
Pelaparado, terutama di daerah tangkapan
air waduk Pelaparado, yaitu di daerah
Tolotangga, Pela, Kanca, Paradowane, dan
Paradorata.
b. Teknologi Biopori
Lubang resapan biopori adalah
lubang silindris yang dibuat secara vertikal
ke dalam tanah dengan diameter 10 - 30 cm
dan kedalaman sekitar 100 cm, atau dalam
kasus tanah dengan permukaan air tanah
dangkal, tidak sampai melebihi kedalaman
muka air tanah. Lubang resapan biopori
dapat dibuat di dasar saluran yang semula
dibuat untuk membuang air hujan, di dasar
alur yang dibuat di sekeliling batang pohon
atau
pada
batas
taman.
Lokasi
pembangunan lubang resapan biopori
adalah di areal permukiman penduduk
terutama di Tente, Simpasai, Sie, Tangga,
Sakuru, Samili dan Talabiu.
c. Garis Sempadan
Garis sempadan diperlukan untuk
melindungi dan menjaga sumber air.
Peraturan garis sempadan perlu diterapkan
secara ketat untuk meminimalisir kerusakan
akibat dilanggarnya garis sempadan.
d. Penguatan peraturan, kelembagaan dan
pemberdayaan masyarakat

Program Kegiatan Konservasi Sipil Teknis


yang Bersifat Non Konstruksi
a. Pemantauan
pemanfaatan
dan
pengelolaan SDA
b. Pengaturan daerah sempadan sumber
air
c. Peningkatan efisiensi jaringan irigasi dan
distribusi air bersih
d. Pemberian insentif dan disinsentif bagi
masyarakat dalam konservasi
e. Penguatan
hukum,
perijinan
dan
pelarangan
f. Pemberdayaan
masyarakat
dalam
kegiatan konservasi
2.

Kegiatan Konservasi SDA Non Sipil


Teknis di DAS Pelaparado
a. Penghutanan kembali (reboisasi)
Reboisasi merupakan cara yang
cocok untuk menurunkan erosi dan aliran

42

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan:
1. Terjadi penurunan daya dukung dan dan
peningkatan utilitas di DAS Pelaparado
2. Program Aksi kegiatan konservasi
sumber daya air secara mekanis sipil
teknis di DAS Pelaparado dilakukan
melalui program konstruksi yaitu sumur
resapan, pembangunan embung, dam
parit, sabo dam, perkuatan lereng,
peningkatan efisiensi jaringan irigasi dan
air bersih, pembangunan drainase dan
pengolahan air limbah. Sedang untuk
kegiatan non konstruksi terdiri dari
pengendalian pemanfaatan air, reboisasi,
gerakan hemat air, penyusunan program
kegiatan konservasi partisipatif dengan
berbasis budaya lokal, pemberdayaan
dan penguatan pemanfaat dan pengelola
SDA, pembentukan dan pembinaan
kelompok pelestari sumber daya air, dan
pengawasan sumber air secara berkala.

Jurnal Teknik REKAYASA, Volume 13 No 1 Juni 2012

3. Tujuan utama dilakukan konservasi SDA


diantaranya adalah meminimumkan daya
rusak dan memaksimalkan daya guna.
Saran :
Air tidak akan selamanya langgeng
tanpa adanya upaya konservasi. Dukungan
kebijakan dan peraturan perundangan dari
pemerintah sangat diperlukan sehingga
keberadaan air bisa berlanjut (sustuinable).

DAFTAR PUSTAKA
Anonim,
1990
Peraturan
Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 20,
tentang Pengendalian Pencemaran
Air
Anonim, 2004, Undang-Undang
No. 7
tentang Sumberdaya Air
Anonim,
2008
Peraturan
Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 42,
tentang Pengelolaan Sumber Daya
Air
Anonim, 1994, Perencanaan Embung di
Daerah Semi Kering, Puslitbang
Pengairan, Bandung.
Andimangga, S., (1992). Peta Geologi
Lembar Sumbawa, Nusa Tenggara.
Pusat
Penelitian
dan
Pengembangan Geologi, Bandung.
Anonim, Bappeda Prov NTB (2005). Pola
Pengelolaan Sumber Daya Air
Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Mataram
Anonim, Bappeda Prov NTB (2005).
Standard Operating Procedure (S O
P) Perencanaan Sumberdaya Air
Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Mataram
CD. Soemarto, (1985). Hidrologi Teknik,
Jakarta
Crippen International LTD., (1975). Lombok
Island
Water
Resources

Development, Vol 2-4, 6. Directorate


General
of Water Resources
Development, Jakarta.
Danaryanto H. (1994). Penyelidikan Potensi
Airtanah di P. Lombok, Nusa
Tenggara Barat - Sumberdaya
Airtanah dan Perlindungannya, Studi
Geologi
Lingkungan
Untuk
Perencanaan
Regional
dan
Penggunaan
Lahan,
Direktorat
Geologi Tata Lingkungan, Bandung.
Domenico, P.A., and Schwarrtz, F.W.,
(1990). Physical and Chemical
Hydrogeology, John Wiiey and
Sons, Inc., Canada.
Keppres No. 123 Tahun 2001 tentang Tim
Koordinasi Pengelolaan SDA
Linsley Ray K. and Franzini Joseph B. Water
Resources Engineering.
Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes)
No.
907/Menkes/Sk/VII/2002
tentang Baku Mutu Kualitas Air
Minum Dan Air Bersih
Randolph J, 2004, Environtmental Land Use
Planning and Management, Island
Press, p 36-52.
Robert J. Kodoati, Ph.D, Roestam Sjarief,
Ph.D, Pengelolaan Sumber Daya Air
Terpadu, Penerbit Andi, Yogyakarta.
Satuan Kerja Sementara Pengembangan
Dan Pengelolaan Air Tanah (P2AT)
NTB. (2005). Laporan Akhir Studi
Daerah Cekungan dan Neraca Air
Tanah di Pulau Lombok. Mataram.
Satuan Kerja Sementara Pengendalian
Banjir dan Pengaman Pantai
NTB.(2005). Laporan Akhir Studi
Identifikasi dan Penyusunan Data
Base Sungai di SWS Lombok.
Mataram.
Sosrodarsono S., dan Takeda K., Hidrologi
untuk Pengairan, Jakarta.

43

Anda mungkin juga menyukai