Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN
A. Pendahuluan
Sungai merupakan salah satu sumber penghidupan warga. , terdiri dari
banyak komponen yang saling berhubungan dan berpengaruh dalam suatu
sistem

yang

sinergis

dan mampu menghasilkan sistem kerja yang efisien.

Kompleksitas sungai dapat diketahui dari bentuk alur dan percabangan sungai,
formasi dasar sungai, morfologi sungai, dan ekosistem sungai (Maryono, 2003).
Dalam perkembangan ruang dan waktu, jaringan sungai akan membentuk pola
alur tertentu di antara saluran utama dengan cabang-cabangnya. Pola alur sungai
dapat diklasifikasikan atas dasar bentuk dan teksturnya. Bentuk atau pola,
berkembang dalam merespon terhadap topografi, struktur geologi, dan litologi
batuan dasarnya. Alur sungai berkembang ketika air permukaan meningkat dan
batuan dasarnya kurang resisten terhadap erosi.
Jenis pola alur sungai antara alur sungai utama dengan cabang-cabangnya di
satu wilayah dengan wilayah lainnya sangat bervariasi. Adanya perbedaan pola
alur sungai antar wilayah sangat ditentukan oleh perbedaan kemiringan topografi
dan struktur batuan dasarnya. Pola alur sungai yang umum dikenal adalah pola
dendritik, radial, rectangular, trellis, anular, dan paralel. Menurut aliran airnya,
sungai dibedakan menjadi sungai permanen dan sungai non-permanen atau
musiman.

B. Rumusan Masalah
Apa pengertian sungai ?
Klasifikasi sungai ?
Apa yang di maksud zona melintang dan memanjang ?
C. Tujuan
Memahami tentang zona melintang dan mamanjang sungai ?

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian sungai
Sungai adalah aliran air yang besar dan memanjang yang mengalir secara terus
menerus dari hulu (sumber) menuju hilir (muara) dan biasanya dibuat oleh alam.
Sungai biasanya bisa dilayari. Contoh sungai adalah, sungai Amazon di Amerika,
sungai Mahakam di Kalimantan, sungai Gangga di India. Sungai yang berukuran kecil
2

disebut kali, misalnya kali brantas di karangkates atau yang biasa disebut sungai
brantas.
Sungai juga bisa kekeringan, misalnya sungai Mekong yang mengalir mulai
dari Tibet sampai ke Vietnam yang merupakan sungai terbesar di Asia Tenggara.
Sungai ini sering kekeringan jika pada saat musim panas.
Sungai juga ada yang berada di bawah tanah yang disebut underground river.
Misalnya sungai bawah tanah di goa hang soon dong di Vietnam, sungai bawah tanah
di Yucatan Meksiko, sungai bawah tanah di goa pindul Filipina, sungai bawah tanah
di kabupaten gunung kidul DIY, dan masih banyak lagi.
Sungai juga ada yang berisi air asin yang disebut saltwater river, misalnya
sungai salengrang maros di sulawesi, sungai newbrunswick di Kanada, dan masih
banyak lagi. Sungai ini mendapat pasokan air asin ketika air laut pasang disaat air
sungai sedang surut.
Sungai juga ada yang berisi air tawar dan air asin secara bersebelahan dalam
satu sungai, yaitu sungai di selatan cape town, Afrika selatan. Air sungai tersebut
memilki warna yang berbeda antara sisi kiri dan sisi kanan, karena warna air asin
berbeda dengan warna air tawar yang ada di sungai tersebut.
Sungai memiliki peranan penting bagi kehidupan manusia, misalnya sebagai
pengendali banjir, sebagai pengairan lahan pertanian, sebagai mata pencaharian bagi
nelayan, sebagai sarana transportasi, sebagai tempat untuk mendapatkan air, dan
sebagainya.

B. Klasifikasi sungai
Jenis jenis sungai mempunyai perbedaan satu sama lain tergantung menurut
jumlah air, genetik, sumber air, dan keterkaitannya dengan air tanah.
1. Menurut jumlah airnya:
a. Sungai permanen - yaitu sungai yang debit airnya sepanjang tahun relatif
tetap. Contoh sungai jenis ini adalah sungai Kapuas, Kahayan, Barito, dan
Mahakam di Kalimantan, Sungai Musi dan Sungai Indragiri di Sumatra.

Contoh Sungai Permanen


b. Sungai periodik - yaitu sungai yang pada waktu musim huj an airnya banyak,
sedangkan pada musim kemarau airnya sedikit. Contoh sungai jenis ini banyak
terdapat di Pulau Jawa, misalnya Bengawan Solo dan Sungai Opak di Jawa
Tengah, Sungai Progo dan Sungai Code di Daerah Istimewa Yogyakarta, serta
Sungai Brantas di Jawa Timur.
c. Sungai intermittent atau sungai episodik - yaitu sungai yang mengalirkan
airnya pada musim penghujan, sedangkan pada musim kemarau airnya kering.
Contoh sungai jenis ini adalah Sungai Kalada di Pulau Sumba dan Sungai
Batanghari di Sumatra.

Contoh Sungai Episodik

d. Sungai ephemeral - yaitu sungai yang ada airnya hanya pada saat musim
hujan. Pada hakekatnya, sungai jenis ini hampir sama dengan jenis episodik,
hanya saja pada musim hujan sungai jenis ini airnya belum tentu banyak.
2. Menurut genetiknya:
a. Sungai konsekwen yaitu sungai yang arah alirannya searah dengan kemiringan
lereng.
b. Sungai subsekwen yaitu sungai yang aliran airnya tegak lurus dengan sungai
konsekwen.
c. Sungai obsekwen yaitu anak sungai subsekwen yang alirannya berlawanan
arah dengan sungai konsekwen.
d. Sungai insekwen yaitu sungai yang alirannya tidak teratur atau terikat oleh
lereng daratan.
e. Sungai resekwen yaitu anak sungai subsekwen yang alirannya searah dengan
sungai konsekwen.
f. Sungai andesen yaitu sungai yang kekuatan erosi ke dalamnya mampu
mengimbangi pengangkatan lapisan batuan yang dilalui.
g. Sungai anaklinal yaitu sungai yang arah alirannya mengalami perubahan
karena tidak mampu mengimbangi pengangkatan lapisan batuan.

3. Menurut sumber airnya:


a. Sungai hujan yaitu sungai yang berasal dari air hujan. Banyak dijumpai di
Pulau Jawa dan kawasan Nusa Tenggara.
b. Sungai gletser yaitu sungai yang berasal dari melelehnya es. Banyak dijumpai
di negara-negara yang beriklim dingin, seperti Sungai Gangga di India dan
Sungai Rhein di Jerman.
c. Sungai campuran yaitu sungai yang berasal dari air hujan dan lelehan es.
Dapat dijumpai di Papua, contohnya Sungai Digul dan Sungai Mamberamo.
4. Menurut keterkaitannya dengan air tanah:
a. Sungai Efluent yaitu Sungai yang ikut disuplai oleh aliran air tanah, sehingga
menjadi baseflow di sungai tersebut. Biasanya akuifer berada dekat dengan
permukaan, sehingga saat aliran bersinggungan dengan aliran sungai, maka
akuifer tersebut ikut mengisi aliran sungai tersebut.
b. Sungai Influent yaitu Sungai yang airnya ikut mengisi ketersediaan air tanah.
Biasanya arah aliran air tanah bersinggungan dengan air sungai namun
akuifernya berada jauh di bawah aliran air sungai.
5

Contoh Sungai Efluent dan Influent

C. Zona melintang dan memanjang


1. Zona melintang
Pada zona sungai secara melintang dapat dibedakan menjadi tiga zona, yaitu
zona akuatik (badan sungai), zona amphibi (daerah tebing sungai sampai
pertengahan bantaran) dan zona teras sungai (daerah pertengahan bantara yang
sering tergenang air saat banjir sampai batas luar bantaran yang hanya kadangkadang kena banjir). Kondisi biotik dan abiotik dari ketiga zona ini dipengaruhi
oleh lama, ketinggian, dan frekuensi banjir yang ada. Banjir (tinggi genangan)
merupakan faktor dominasi yang mempengaruhi perubahan kualitas dan kuantitas
habitat serta morfologi sungai. Gambar dibawah ini menunjukkan contoh
hubungan antara garis muka air dan vegetasi pinggir sungai yang ada.

Hubungan antara tinggi muka air dan karakteristik vegetasi daerah


Pada zonasi melintang ini, di samping hubungan antara banjir dengan
ekologi juga terdapat hubungan antara frekuensi dan durasi banjir dengan jenis
material dasar sungai (kandungan lempung) serta dengan komponen abiotik yakni
tampang sungai. Misalnya pada frekuensi dan durasi banjir tinggi pada sungai
dengan material dasar yang relatif lepas (kandungan lempungnya sedikit) akan
menghasilkan tampang sungai yang relatif lebar (B/H besar), sebagaimana
ditunjukkan pada grafik berikut ini.

Hubungan antara lebar sungai dan kedalaman sungai dengan kandungan lumpur
(Schumm, 1960)

2. Zona memanjang
Zona memanjang pada umumnya diawali dengan kali kecil dari mata air di
daerah pegunungan, kemudian sungai menengah di daerah peralihan antara
pegunungan dan dataran rendah, dan selanjutnya sungai besar pada dataran rendah
sampai di daerah pantai. Dari literatur morfologi sungai yang ada (Rosgen, 1996;
Kern, 1994; Schumm, 1981; Leopold et al., 1966; Leopold et al., 1964; dan lain
sebagainya) pada umumnya ditemukan tiga pembagian zona sungai memanjang
yakni sungai bagian hulu "upsteram", bagian tengah "middle-stream", dan bagian
hilir "downstream". Dari hilir sampai ke hulu ini dapat ditelusuri perubahanperubahan komponen sungai seperti kemiringan sungai, debit sungai, temperatur,
kandungan oksigen, kecepatan aliran, dan kekuatan aliran terhadap erosi.

Zona/Penampang memanjang sungai dengan perubahan komponennya


(Niemeyer - Lllwitz & Zucchi, 1985)
Pada gambar di atas menunjukkan contoh umum zona/penampang
memanjang sungai yang masih alamiah dari hulu sampai ke hilir beserta
perubahan-perubahan komponen sungainya.
Faktor yang sangat berpengaruh dari perubahan-perubahan komponen tersebut
adalah kemiringan sungai, di samping juga jenis material dasar dan tebing yang
dilewati sungai. Perubahan kemiringan sungai menentukan perubahan temperatur,
kandungan oksigen, kecepatan air, dan lain-lain. Sedangkan perubahan
kemiringan dikombinasi dengan jenis sedimen dasar sungai dan iklim mikro akan
mempengaruhi jenis vegetasi sungai.

Perubahan kemiringan sungai pada gambar diatas bukan berlaku secara


umum. Ada perubahan kemiringan sungai yang tidak seperti gambar di atas,
misalnya di bagian hulu relatif datar dan dibagian hilir relatif curam, atau bagian
hulu dan hilir datar namun bagian tengah curam, dan lain sebagainya. Sehingga
dalam membuat tampang memanjang suatu sungai harus dilihat secara spesifik
dan dibedakan antara sungai satu dengan sungai lainnya. Perubahan komponen
untuk berbagai kondisi sungai alamiah (selain kemiringan) seperti perubahan
temperatur, pH dan kandungan oksigen memiliki trend yang sama seperti yang
disajikan pada gambar di atas.

Proses aliran sedimen akan berbeda dari hulu ke hilir, hal tersebut
dipengaruhi oleh tenaga pengangkut. Tenaga tersebut adalah kecepatan
aliran yang merupakan fungsi dari intensitas dan tebal hujan, gradien sungai,
dan keseragaman dasar saluran. Gambar 1.2 adalah dokumentasi material
Sungai Opak dari hulu ke hilir, bahwa semakin ke arah hilir material dasar
sungai akan semakin halus.

Gambar 1.2 Material Dasar Sungai Opak dari hulu ke hilir : (a) material
percampuran pasir, kerikil dan kerakal; (b) material berupa pasir ukuran
sedang bercampur dengan sedikit kerikil; (c) material dominan berupa pasir
yang lebih halus.(Helmy,2011)

BAB III
KESIMPULAN
Sungai adalah aliran air yang besar dan memanjang yang mengalir secara terus
menerus dari hulu (sumber) menuju hilir (muara) dan biasanya dibuat oleh alam.Pada zona
sungai secara melintang dapat dibedakan menjadi tiga zona, yaitu zona akuatik (badan
sungai), zona amphibi (daerah tebing sungai sampai pertengahan bantaran) dan zona teras
sungai (daerah pertengahan bantara yang sering tergenang air saat banjir sampai batas luar
bantaran yang hanya kadang-kadang kena banjir). pembagian zona sungai memanjang, yakni
sungai bagian hulu (upstream) bagian tengah (middle stream), dan bagian hilir
(downstream).

Dari

hulu

hingga

hilir

dapat

ditelusuri

perubahan- perubahan

komponen sungai seperti kemiringan sungai, debit sungai, temperatur, kandungan oksigen,
kecepatan aliran, dan kekuatan aliran terhadap erosi.

10

DAFTAR PUSTAKA
http://www.galeripustaka.com/2013/03/wilayah-sungai-dan-alur-sungai.htmla.
http://geografimateri.blogspot.co.id/2010/11/sungai-daerah-aliran-sungai-dan.html
https://www.scribd.com/doc/249424183/BAB-1-perancangan-keairan
https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=10&ved=0ahUKEwiNjKPi567PAhVENo8KHTzb
AvEQFghPMAk&url=http%3A%2F%2Fbirohukum.pu.go.id%2Fuploads%2FDPU
%2F2015%2FLamp1-PermenPUPR282015.pdf&usg=AFQjCNHwjALIdaQt4I3js8KPtGNQBEfN1g&cad=rja

11

Anda mungkin juga menyukai