Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia masih juga belum mampu mengatasi tingginya angka kematian ibu
(AKI ). Kematian ibu atau setiap dua jam ada dua ibu hamil, bersalin, nifas yang
meninggal karena berbagai penyebab. Penyebab langsung berkaitan dengan kematian ibu
adalah komplikasi pada kehamilan, persalinan, dan nifas yang tidak tertangani dengan
baik dan tepat waktu.
Kematian adalah akhir kehidupan, ketiadaan nyawa dalam organisme
biologis.Semua makhluk hidup pada akhirnya mati secara permanen, baik dari penyebab
alami seperti penyakit atau dari penyebab tidak alami seperti kecelakaan.
Kematian neonatus(neonatal) yaitu kematian neonatus lahir hidup pada usia
gestasi 20 minggu atau lebih. Sedangkan, neonatus lahir hidup adalah salah satu neonatus
yang menunjukkan bukti hidup setelah lahir, bahkan bila hanya sementara (pernapasan,
denyut jantung, gerakan otot volunter, atau pulsasi dalam korda umbilikalis), dan yang
meninggal dalam 28 hari.Tiga penyebab utama kematian bayi adalah infeksi saluran
pernafasan akut (ISPA), komplikasi perinatal dan diare.

1.2 Skenario
LBM II
Determinan moralitas kelompok rawan

1
PLENO LBM II

Indonesia sampai sekarang ini masih merupakan salah satu dari beberapa negara yang
memiliki angka kematian ibu (AKI) maupun angka kematian bayi (AKB) yang tertinggi di
dunia. Riser kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2007 dan tahun 2013 memberikan gambaran
bahwa angka kematian ibu secara nasional justru malah meningkat dari 228 per 100.000
kelahiran hidup menjadi 359 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan angka kematian bayi
hanya sedikit mengalami penurunan. Oleh karena itu upaya perlu difokuskan untuk
menemukan dan mengatasi penyebab terbesar dari kematian tersebut.
Dalam prinsip epidemiologi, suatu permasalahan kesehatan perlu dipersempit dengan
menelaah frekuensi dari masalah menurut berbagai aspek seperti waktu, tempat maupun
orang yang mengalami kejadian. Dengan demikian intervensi dalam rangka mengatasi
masalah dapat lebih terfokus. Dalam kematian bayi, bila ditinjau dari waktunya dikenal
adanya fenomena 2/3. Sementara itu penyebab kematian bayi maupun ibu naik secara
langsung maupun tidak langsung harus dikaji dalam rangka menemukan strategi dan solusi
untuk menurunkannya.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Buatlah tampilan data yang sesuai untuk dapat menemukan lokasi kantongkantong masalah kematian ibu, neonatal dan bayi
1) Data kematian maternal
2
PLENO LBM II

Penyebab

Kasus

Mati

Perdarahan hamil muda

682

Perdarahan

230

Infeksi

943

HDK

319

1483
3659

1
10

Emboli
Lain-lain
Total

3
PLENO LBM II

MATERNAL
MATERNAL
60
50

50

40
30

30

20
10
0 0
Perdarahan hamil muda

10
0
Infeksi

10

Emboli

2) Data kematian bayi (29 hari-11bulan)

4
PLENO LBM II

Penyebab
Pneumonia
Diare
Kelainan saluran cerna
Tetanus
Kelainan saraf
Lain-lain
Total

Kasus

Mati

999

1798

18

3273

6145

13

5
PLENO LBM II

6
PLENO LBM II

3) Data kematian neonatal (0-28 hari)


Penyebab
BBLR
Asfiksia
Tetanus neonatorum
Sepsis
Kelainan congenital
Ikterus
Lain-lain
Total

Kasus
566
177
0
48
29
44
1559
2423

Mati
27
9
0
1
6
0
4
47

7
PLENO LBM II

8
PLENO LBM II

2.2 Buatlah tampilan data yang sesuai dari data kematian ibu, neonatal dan bayi
serta

menemukan apa penyebab langsung yang terbesar dari kematian ibu,

kematian neonatal dan kematian bayi


Ada beberapa penyebab langsung dari kematian ibu, nenatal maupun bayi yang
tentunya berbeda-beda.Pada kematian ibu, beberapa penyebab langsung mungkin
terjadi adalah adanya komplikasi kehamilan dan persalinan seperti maternal
bleeding, preeklampsia atau eklampsia, partus kasep maupun infeksi. Disamping itu
juga ada penyebab lain yang tidak berhubungan dengan kasus kehamilan, persalinan
maupun masa nifas seperti penyakit jantung, kecelakaan, penyakit infeksi, penyakit
cardiovaskuler, dsb. Sedangkan pada kematian neonatal, beberapa penyebab
langsungnya adalah komplikasi pada neonatal seperti asfiksia, BBLR, cacat bawaan
maupun infeksi. Sementara itu untuk kematian bayi pada usia yang lebih tua (diatas
1 bulan), beberapa penyebab kematian diantaranya penyakit infeksi seperti diare dan
pneumonia, demam berdarah maupun masalah gizi.
1) Penyebab kematian maternal
Penyebab

Kasus

Mati

Perdarahan hamil muda

682

Perdarahan

230

Infeksi

943

HDK

319

1483
3659

1
10

Emboli
Lain-lain
Total

Dari keseluruhan penyebab kematian ibu, perdarahan merupakan


penyebab yang paling tinggi menyebabkan kematian.Dapat dilihat pada tabel,
bahwa perdarahan menyebabkan 5 kasus dari total 10 kasus kematian ibu.
2) Penyebab kematian bayi (29 hari-11bulan)
Penyebab

Kasus

Mati
9

PLENO LBM II

Pneumonia
Diare
Kelainan saluran cerna
Tetanus
Kelainan saraf
Lain-lain
Total

999

1798

18

3273

6145

13

Dari keseluruhan penyebab kematian bayi usia 29 hari-11 bulan,


pneumonia merupakan penyebab yang paling tinggi menyebabkan kematian.
Dapat dilihat pada tabel, bahwa pneumonia menyebabkan 6 kasus dari total
13 kasus kematian bayi usia 29 hari-11 bulan.
3) Penyebab kematian neonatal (0-28 hari)
Penyebab
BBLR
Asfiksia
Tetanus neonatorum
Sepsis
Kelainan congenital
Ikterus
Lain-lain
Total

Kasus
566
177
0
48
29
44
1559
2423

Mati
27
9
0
1
6
0
4
47

Dari keseluruhan penyebab kematian neonatal usia 0-28 hari, BBLR


(Bayi Berat Lahir Rendah) merupakan penyebab yang paling tinggi
menyebabkan kematian. Dapat dilihat pada tabel, bahwa BBLR (Bayi Berat
Lahir Rendah) menyebabkan 27 kasus dari total 47 kasus kematian neonatal
usia 0-28 hari.
2.3 Usia bayi merupakan usia yang rawan sehingga bayi muda memiliki potensi yang
lebih besar untuk mengalami komplikasi dan meninggal daripada usia yang lebih
tua.dengan memperhatikan data-data kematian bayi yang telah dipilah menurut
kelompok umur,buatlah tampilan data kematian bayi menurut kelompok
umur.kesimpulan apa yang anda dapat berikan.
10
PLENO LBM II

Penyebab

Total mati
0-7 Hari
24

8-28 Hari
3

Asfiksia

Tetanus
Sepsis
Kelainan Kongenital

0
0
4

0
1
2

Ikterus

Lain-lain

Total

41

BBLR

Jadi dari data yang sudah di paparkan di atas, menjelaskan bahwa semakin
muda usia bayi atau semakin dini usia bayi semakin tinggi potensi terjadinya
komplikasi yang beresiko meningkatkan kasus kematian. Seperti pada data di atas
menjelaskan bahwasanya usia bayi 0-7 Hari total kematiannya lebih tinggi
dibandingkan usia 8-28 hari.

2.4 Klasifikasi data menurut Sumber Data.


a. Data Internal (Internal Data)
Data internal adalah data yang asli, artinya data sebagai hasil observasi yang
dilakukan sendiri, bukan data hasil karya orang lain.
b. Data Eksternal (External Data)
Data eksternal adalah data hasil observasi orang lain, seseorang boleh saja
menggunakan data untuk suatu keperluan, meskipun data tersebut merupakan hasil
kerja orang lain. Data eksternal ini di bagi menjadi 2:
1) Data Eksternal Primer (primary external data)
Data primary eksternal adalah data dalam bentuk ucapan lisan atau tulisan dari
pemiliknya sendiri, yakni orang yang melakukan observasi sendiri.
2) Data Eksternal Sekunder (secondary external data)

11
PLENO LBM II

Data eksternal sekunder adalah data yang diperoleh bukan dari orang lain yang
melakukan observasi melainkan melalui seseorang atau sejumlah orang lain.

1. Sumber Data Kematian


Cara mengetahui sumber data kematian dapat diperoleh dari berbagai
macam sumber, antara lain :
a. Sistem registrasi vital
Apabila sistem ini bekerja dengan baik merupakan sumber data kematian
yang ideal. Di sini, kejadian kematian dilaporkan dan dicatat segera setelah
peristiwa kematian tersebut terjadi. Di Indonesia, belum ada sistem registrasi vital
yang bersifat nasional, yang ada hanya sistem registrasi vital yang bersifat bersifat
lokal, dan inipun tidak sepenuhnya meliputi semua kejadian kematian pada kotakota itu sendiri. Dengan demikian di Indonesia tidak mungkin memperoleh data
kematian yang baik dari sistem registrasi vital.
b. Sensus dan survei penduduk
Sensus dan survei penduduk merupakan kegiatan sesaat yang bertujuan
untuk mengumpulkan data penduduk, termasuk pula data kematian. Berbeda
dengan sistem registrasi vital, pada sensus atau survei kejadian kematian dicacat
setelah sekian lama peristiwa kejadian itu terjadi. Data ini diperoleh melalui sensus
atau survei dapat digolongkan menjadi dua bagian :

1) Bentuk lasungsung (Direct Mortality Data)


Data kematian bentuk langsung diperoleh dengan menanyakan kepada
responden tentang ada tidaknya kematian selama kurun waktu tertentu. Apabila ada
tidaknya kematian tersebut dibatasi selama satu tahun terakhir menjelang waktu
sensus atau survei dilakukan, data kematian yang diperoleh dikenal sebagai
Current mortality Data.
2) Bentuk tidak langsung (Indirect Mortalilty Data)
Data kematian bentuk tidak langsung diperoleh melalui pertanyaan tentang
Survivorship golonga penduduk tertentu misalnya anak, ibu, ayah dan
sebagainya. Dalam kenyatan data ini mempunyai kualitas lebih baik dibandingkan
dengan data bentuk langsung. Oleh sebab itu data kematian yang sering dipakai di
Indonesia adalah data kematian bentuk tidak langsung dan biasanya yaitu data
Survivorship anak. Selain sumber data di atas, data kematian unutk penduduk
golongan tertentu di suatu tempat, kemungkinan dapat diperoleh dari rumah sakit,
dinas pemakaman, kantor polisi lalu lintas dan sebagainya.
3) Penelitian
12
PLENO LBM II

Penelitian kematian penduduk biasanya dilakukan bersamaan dengan


penelitian kelahiran yang disebut dengan penelitian statistik vital.
4) Perkiraan (estimasi)
Perkiraan tentang jumlah kematian dan kelahiran ini didapatkan dari
sensus penduduk yang dilakukan.

2.5 Angka kematian ibu,angka kematian bayi maupun angka kematian neonatal
dihitung menggunakan denominator jumlah kelahiran hidup. Bila diasumsikan
bahwa jumlah kematian ibu,neonatal maupun bayi yang terdata tersebut adalah
jumlah seluruh kematian yang terjadi dipopulasi,hitunglah angka kematian
ibu,angka kematian bayi dan angka kematian neonatal

1) Angka Kematian Ibu


Angka kematian ibu (maternal death) menurutWHO adalah adalah kematian
selamakehamilan atau dalam periode 42 hari setelah berakhirnya kehamilan,
akibat semua sebabyang terkait dengan atau diperberat olehkehamilan atau
penanganannya, tetapi bukandisebabkan oleh kecelakaan atau cedera
Rumus :
AKI =

Jumlah Kematian Ibu


Jumlah Kelahiran Hidup

xK

Keterangan
:
AKI adalah angka kematian ibu
Jumlah kematian ibu yang dimaksud adalah banyaknyakematian
ibu yang disebabkan karena kehamilan, persalinan sampai 42 hari

setelah melahirkan, pada tahuntertentu, di daerah tertentu.


Jumlah kelahiran hidup adalah banyaknya bayi yang lahir hidup

pada tahun tertentu, di daerah tertentu.


K =100.000 bayi lahir hidup

Angka kematian maternal pada kasus diskenario


Diketahui :
13
PLENO LBM II

Jumlah kematian ibu : 10


Jumlah kelahiran hidup : 14875

AKI =
AKI =

AKI =

10
14875

Jumlah Kematian Ibu


Jumlah Kelahiran Hidup

xK

x
100000

67.22
Jadi angka kematian ibu pada kasus diskenario adalah 67.22

2) Angka Kematian Bayi


Angka Kematian Bayi (AKB) adalah banyaknya kematian bayi berusia
dibawah satutahun, per 1000 kelahiran hidup pada satutahun tertentu.
Dalam kematian bayi, dikenal adanya fenomena 2/3, dengan
penjelasan sbb : 2/3 dari kematian bayi terjadi pada masa neonatal, 2/3 dari
kematian neonatal terjadi pada 7 hari pertama (minggu pertama), 2/3 dari
kematian pada umur 7 hari pertama terjadi pada 3 hari pertama, 2/3 dari
kematian bayi pada umur 3 hari terjadi pada hari pertama (24 jam pertama).
Rumus :
AKB =

D0-<1th
Jumlah Lahir Hidup

xK

Keterangan :
AKB = Angka Kematian Bayi / Infant Mortality Rate(IMR)
D0-<1th = Jumlah Kematian Bayi (berumur kurang 1 tahun) pada satu tahun

tertentu di daerah tertentu.


Jumlah Lahir hidup = Jumlah Kelahiran Hidup pada satu tahun tertentu di

daerah tertentu.
K = 1000 kelahiran hidup

Angka kematian maternal pada kasus diskenario


Diketahui :

14
PLENO LBM II

Jumlah kematian bayi : 13


Jumlah kelahiran hidup : 15101

AKB =

AKB =

13
15101

AKB =

0.86

D0-<1th
Jumlah Lahir Hidup

xK

x 1000

Jadi angka kematian bayi pada kasus diskenario adalah 0.86

3) Angka Kematian Neonatal


Angka Kematian Neonatal adalah jumlah kematian neonatal usia 0-28 hari
per 1000 kelahiran hidup
Rumus :
AKN =

Jumlah Kematian Neonatal


Jumlah Kelahiran Hidup

xK

Keterangan :
AKN = angka kematian neonatal
Jumlah Kematian Neonatal = jumlah kematian neonatal usia 0-28

hari
Jumlah Kelahiran Hidup = jumlah kelahiran hidup pada satu tahun

tertentu di suatu daerah tertentu


K = 1000 kelahiran hidup

Angka kematian maternal pada kasus diskenario


Diketahui :

Jumlah kematian neonatal : 47


15

PLENO LBM II

Jumlah kelahiran hidup : 15101

AKN =

AKN =

47
15101

Jumlah Kematian Neonatal


Jumlah Kelahiran Hidup

xK

x 1000
AKN = 3.11

Jadi angka kematian neonatal pada kasus diskenario adalah 3.11

2.6 Apa perbedaan dari proporsi, rate dan ratio? Dan berikan contohnya masing
masing.
1) Proporsi
Adalah perbandingan dua nilai kuantitatif yang pembilangnya merupakan
bagian dari penyebut. Pada proporsi, perbandingan menjadi : A/(A+B).
Rumus :
A
Proporsi= A+ B
Contoh soal :
Pada suatu KLB ( Kejadian Luar Biasa) keracunan makanan terdapat 32
orang penderita dan 12 diantaranya adalah anak-anak, maka proporsi anak
terhadap orang dewasa adalah?
Diketahui :
A = 12 (penderita anak-anak)
B = 20 penderita dewasa (32 penderita keseluruhan 12 penderita
anak-anak)
Proporsi=

A
A+ B
12
12+20

16
PLENO LBM II

= 0.375
Kesimpulan :Jadi bila proporsi dikalikan 100 disebut persen (%) sehingga
persentase pada contoh diatas menjadi 37,5%.
2) Rate
Adalah proporsi dalam bentuk khusus- perbandingan antara pembilang dan
penyebut dinyatakan dalam batas waktu tertentu.
Rumus :
Jumlah kasus dalam periode waktu tertentu
Rate = Populasi beresiko dalam periode waktu tertentu

xK

3) Ratio
Adalah nilai relatif yang dihasilkan dari perbandingan dua nilai kuantitatif
yang pembilangnya tidak merupakan bagian dari penyebut. Misalnya, sebuah
nilai kuantitatif A dan nilai kuantitatif lain adalah B maka ratio kedua nilai
tersebut adalah A/B.
Rumus :
Ratio =

A
B

Contoh soal :
Pada suatu KLB ( Kejadian Luar Biasa) keracunan makanan terdapat 32
orang penderita dan 12 diantaranya adalah anak-anak, maka ratio anak
terhadap orang dewasa adalah?
Diketahui :
A = 12 (penderita anak-anak)
B = 20 penderita dewasa (32 penderita keseluruhan 12 penderita
anak-anak)
Ratio =

A
B

12
20

2.7 Dapatkah dihitung resiko relatif neonatal yang menderita BBLR untuk
mengalami kematian dibandingkan dengan neonatal yang tidak menderita BBLR
Perhatikan jumlah kematian neonatal akibat BBLR. Dapatkah dihitung resiko
relative neonatal yang menderita BBLR untuk mengalami kematian dibandingkan
dengan neonatal yang tidak menderita BBLR ? Jelaskan alasan
Neonatal (0-28hari)

17
PLENO LBM II

Penyebab

Kasus

Mati

BBLR
ASFIKSIA
TETANUS NEONATORIUM
SEPSIS
KELAINAN KONGENITAL
IKTERUS
LAIN-LAIN
TOTAL

566
177
0
48
29
44
1559
2402

27
9
0
1
6
0
4
47

Risiko relative adalah perbandingan risiko peristiwa tertentu pada


kelompok-kelompok orang yang berbeda, biasanyanya digunakan
untuk memperkirakan paparan terhadap sesuatu yang dapat
mempengaruhi kesehatan.
Risiko relative =

Risiko BBLR:

Rate insidensi kelompok terpapar


Rate insidensi kelompok tidak terpapar

27
(27+539)

27
566

Risiko tidak BBLR :

47
(47+ 1836)

Risiko relatif (RR) :

0.09
0.024

= 0.09

47
1883

= 0.024

= 0.375

Relative Risk merupakan perbandingan antara dua peluang yang sukses. Relative
risk sacara umum menyatakan peluang terjadinya suatu kejadian (resiko).
Nilai relative risk akan berkisar dari nol sampa tidak hingga. Sama halnya dengan
odds ratio jika nilai relative risknya lebih besar dari 1 menunjukan peluang untuk grup
1 lebih besar daripada pelaung untuk grup 2. Begitu juga sebaliknya, jika nilai relative
risknya kurang dari 1 berarti peluang untuk grup 1 lebih kecil daripada peluang untuk
grup 2. Nilai relative risk yang sama dengan 1 atau mendekati 1 mengindikasikan tidak
ada hubungan antara kedua variabel tersebut (variabel X dengan variabel Y).
18
PLENO LBM II

Resiko Relatif neonatal yang menderita BBLR untuk mengalami kematian


dibandingkan dengan neonatal yang tidak menderita BBLR dengan data sesuai kasus di
skenario adalah sebagai berikut
mati

hidup

Jumlah

BBLR
Non

27
20

539
14.562

kasus
566
14.582

BBLR
jumlah

47

15.101

15.148

risiko

RR
Kematian Neonatal Akibat BBLR
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat badan lahir
kurang dari 2500 gram. Pertumbuhan dan pematangan (maturasi) organ dan alatalat
tubuh belum sempurna. BBLR akibatnya sering mengalami komplikasi dan sering
berujung pada kematian. BBLR biasanya memerlukan perawatan yang sangat istimewa
dimana memerlukan inkubator dan dalam pengawasan ketat di ruang Neonatal
Intensive Care Unit (NICU). Bayi berat lahir rendah dengan tubuh yang kecil sangat
sensitif terhadap perubahan suhu, oleh karena itulah bayi perlu dimasukkan ke dalam
inkubator yang telah diatur kesetabilan suhunya.
Bayi berat lahir rendah belum dapat mengatur suhu tubuhnya dengan sempurna
dalam menghadapi perubahan lingkungan dari kehidupan intra uterin ke kehidupan
ekstra uterin yang suhunya lebih tinggi. Suhu dingin menyebabkan berat lahir rendah
menggunakan cadangan lemak coklat untuk mengasilkan panas. Bayi berat lahir rendah
memiliki jaringan lemak subkutan, lemak coklat, dan penyimpanan glikogen yang
19
PLENO LBM II

rendah sehingga berisiko mengalami masalah ketidakstabilan suhu. Dikatakan bahwa


bayi berat lahir rendah memiliki lebih sedikit massa otot, lebih sedikit lemak coklat, 3
lebih sedikit lemak subkutan untuk menyimpan panas, dan sedikit kemampuan untuk
mengontrol kapiler kulit dan mengakibatkan Bayi berat lahir rendah mudah mengalami
kehilangan panas tubuh dan berisiko terjadi hipotermia. Bayi berat lahir rendah
karenanya memerlukan perhatian khusus untuk mempertahankan suhu tubuhnya.
Bayi berat lahir rendah ekstrim menunjukkan bahwa suhu tubuh menurun selama
12 jam pertama kehidupan. Masalah pengaturan suhu yang masih rendah, bayi berat
lahir rendah memiliki daya tahan tubuh yang masih lemah dan pembentukan antibodi
belum sempurna, sehingga perlindungan terhadap infeksi sangat penting bagi semua
bayi baru lahir. Peningkatan suhu tubuh menunjukkan tanda adanya infeksi. Suhu tubuh
yang tidak stabil juga merupakan tanda adanya infeksi, sehingga tindakan yang harus
dilakukan adalah menghindari terjadinya kehilangan panas. Dikatakan bahwa bayi
prematur dan bayi sakit lebih peka terhadap infeksi.
2.8 Dengan memperhatikan kematian neonatal menurut umurnya, bagaimana
seharusnya pola kunjungan neonatal dilakukan
Kunjungan neonatal adalah kontak neonatal dengan tenaga kesehatan minimal
dua kali untuk mendapatkan pelayanan dan pemeriksaan kesehatan neonatal, baik
didalam maupun diluar gedung puskesmas, termasuk bidan di desa, polindes dan
kunjungan ke rumah. Bentuk pelayanan tersebut meliputi pelayanan kesehatan
neonatal dasar (tindakan resusitasi, pencegahan hipotermia, pemberian ASI dini dan
eksklusif, pencegahan infeksi berupa perawatn mata, tali pusat, kulit dan pemberian
imunisasi) pemberian vitamin K dan penyuluhan neonatal di rumah menggunakan
buku KIA Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan Neonatus : Jadwal Kunjungan
1. Kunjungan Neonatal ke-1 (KN 1) dilakukan dalam kurun waktu 6-48 jam
setelah bayi lahir.
2. Kunjungan Neonatal ke-2 (KN 2) dilakukan pada kurun waktu hari ke-3
sampai dengan hari ke 7 setelah bayi lahir.
3. Kunjungan Neonatal ke-3 (KN-3) dilakukan pada kurun waktu hari ke-8
sampai dengan hari ke-28 setelah lahir.

20
PLENO LBM II

Pada kasus di skenario didapatkan bahwa jumlah kematian neonatus di


Kabupaten Lombok Barat pada bulan Desember 2014 yaitu 47 bayi. Dimana kematian
neonates terbanyak yaitu saat periode neonatus awal (0-7 hari) dengan jumlah yang
mati 41 bayi sementara pada umur 8-28 hari didapatkan jumlah neonatus yang mati
yaitu berjumlah 6 bayi. Sehingga, menurut jadwal kunjungan neonatal agar dapat
menekan angka kematian bayi tersebut, maka harus dilakukan pemeriksaan kesehatan
yang intens pada bayi saat kunjungan neonatal pertama dan kedua.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Jadi dari data diskenario dapat disimpulkan penyebab kematian ibu yang paling
tinggi adalah perdarahan, penyebab kematian bayi usia 29 hari-11 bulan yang paling
tinggi adalah pneumonia,dan penyebab kematian neonatal usia 0-28 hariyang paling
tinggi adalah BBLR.data tersebut juga menjelaskan bahwa semakinmuda usia bayi atau
semakin dini usia bayi semakin tinggi potensi terjadinya komplikasi yang beresiko
meningkatkan kasus kematian.resiko neonatus dengan BBLR untuk mengalami kematian
9 kali lebih besar dibandingkan dengan neonatus tanpa BBLR.

21
PLENO LBM II

DAFTAR PUSTAKA
1) Azwar, Asrul, Prof. Dr. MPH. Pengantar Epidemiologi. 1999.Jakarta: Binarupa
Aksara
2) Budiarto, Eko, Dan Dewi Anggraeni. 2002. Pengantar Epidemiologi Edisi Ke2.Jakarta :EGC.
3) Chandra, Budiman. 2009. Biostatistik Untuk Kedokteran. Jakarta : EGC
4) Palmore, J.A. 1971. Measuring Mortality : a self teaching guide to elementary
measures, papers of the East west population Institute No. 15. Honolulu, Hi.4

22
PLENO LBM II

Anda mungkin juga menyukai