FAKULTAS KEDOKTERAN
CASE REPORT
UNIVERSITAS HASANUDDIN
JUNI 2016
OLEH :
Stefan Danny Lisal
C111 08 136
PEMBIMBING:
dr. Zuwanda
dr. William Limoa
SUPERVISOR:
Dr. dr. Karya Triko Biakto, Sp.OT
DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK
PADA DEPARTEMEN ORTOPEDI DAN TRAUMATOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016
HALAMAN PENGESAHAN
NIM
: C111 08 136
Pembimbing II,
dr. Zuwanda
Supervisor,
LAPORAN KASUS
I.
II.
IDENTITAS PASIEN
Nama
Usia
Jenis Kelamin
Alamat
Pekerjaan
No Rekam Medik
Tanggal MRS
: Tn. L
: 22 tahun
: laki-laki
: Kel. Benteng Toraja Utara
: Ibu Rumah Tangga
: 760469
: 15 Juni 2016
ANAMNESIS
Keluhan utama
Anamnesis terpimpin
III.
STATUS LOKALIS
Vertebra
Look: Deformitas (-), swelling (-), hematom (-), gibbus (-), luka
(-)
Feel: Nyeri tekan (-)
IV.
V.
GAMBARAN KLINIS
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium (15/06/2016)
o WBC
: 7.5 x 103/mm3
o RBC
: 5.12 x 106 /mm3
o HGB
: 14.9 g/dL
o HCT
: 43.7%
o PLT
: 498 x 103 /mm3
o GDS
: 88 mg/dL
o Ureum
: 18 mg/dL
o Kreatinin : 0.89 mg/dL
o SGOT
: 22 U/L
o SGPT
: 12 U/L
o Albumin
: 4.0 g/dL
o HBsAg
: Non Reactive
o Natrium
: 142 mmol/dL
o Kalium
: 4,1 mmol/dL
o Klorida
: 106 mmol/dL
Pemeriksaan Radiologi
Foto Thoraks AP (15/06/2016)
VI.
yang
menekan
medulla
spinalis
level
tersebut,
VII.
DIAGNOSIS
Paraplegia due to extradural tumor of medulla spinalis at vertebra
thoracal VII-IX
Ulcus decubitus
VIII. PENATALAKSANAAN
IVFD RL
DISKUSI
BAB 1. PENDAHULUAN
Lesi massa atau tumor yang mengganggu medula spinalis
dikelompokkan menjadi :
(1) Tumor intrameduler (yang berasal dari dalam medula spinalis).
(2) Tumor intradural-ekstrameduler, dan
(3) Tumor ekstradural (yang tumbuh dari luar dura, dan kebanyakan melibatkan
kolum vertebrata).
Jumlah tumor medula spinalis mencakup kira-kira 15 % dari
seluruh neoplasma susunan saraf. Sebagian besar tumor-tumor intradural
tumbuh dari konstituen seluler medula spinalis dan filum terminale, akar
saraf atau meningens. Metastasis ke dalam kompartemen intradural kanalis
spinalis jarang terjadi (paraganglioma, neoplasma melanositik).
Tumor Spinal Cord
Ekstrameduler
Tumor sarung saraf 40%
Meningioma 40%
Ependimoma filum 15%
Lain-lain 5%
Intrameduler
Ependimoma 45%
Astrositoma 40%
Hemangioblastoma 5%
Lain-lain 10%
Semua lesi neoplastik yang terletak didalam atau di belakang
medula spinalis dapat dicapai dengan membuka kanalis spinalis
(laminektomi), demikian juga lesi-lesi yang berlokasi di bagian lateral atau
lesi-lesi kistik di dalam kanalis spinalis. Cara pencapaian yang terbaik
untuk lesi yang terletak di anterior adalah dari arah anterior atau anterolateral tergantung dari level vertikal lesi tersebut. Lesi-lesi di perbatasan
Secara imaginer, medula spinalis terdiri dari 31 segmen, masingmasing segmen saling berhubungan dengan sepasang radiks perifer,
segmen-segmen tersebut yaitu:
8 segmen servikal
12 segmen torakal
5 segmen lumbal
5 segmen sakral
1 segmen koksigeal
berikutnya
terjadi
perbedaan
kecepatan
pertumbuhan
(4) Yang menghantarkan impuls-impuls rasa raba ringan atau kasar (dari reseptor
-reseptor dengan nilai ambang rendah).
Tractus spinotalamikus ventralis.
(5) Yang menghantarkan impuls-impuls visceral2
Sistem visceral ascendens sekunder
Rangsangan nyeri visceral yang adekuat adalah iskhemia, ketegangan
(distensi), tarikan pada mesenterium atau kapsula, hiperperistaltik,
hiperasiditas lambung dengan ulserasi.
Data fisiologik dan bedah saraf hingga saat ini menunjukkan bahwa
sistem visceral asendens sekunder ini mengandung serat-serat yang
berasal dari substansia visceralis sekundaria pada ipsilateral dan
kontralateral dan berjalan dekat permukaan kornu ventralis medula
spinalis. Sistem visceralis ascendens sekunder ini juga merupakan
bagian dari apa yang disebut sistem reticular ascendens multisinaptik.
b) Tractus Descendens
(1) Traktus Kortikospinalis
Traktus kortikospinalis dikenal sebagai traktus piramidalis dan
merupakan traktus descendens yang paling besar. Dalam hubungan ini
perlu dibedakan suatu pengertian lainnya yaitu sistem piramidal. Sistem
piramidal
merupakan
suatu
susunan
serat
descendens
yang
serebri
dapat
d) Traktus Vestibulospinalis
Ada cukup petunjuk bahwa nuklei vestibularis terutama nukleus
vestibularis lateralis mempunyai pengaruh fasilitasi terhadap kegiatan
refleks medula spinalis dan mekanisme medula spinalis yang
mengendalikan tonus otot. Di dalam klinik impuls-impuls yang
diantarkan oleh traktus vestibulospinalis ini, misalnya dapat dihayati
peranannya dalam bentuk yang cepat dan dalam bentuk reaksi (test)
post pointing .
e) Traktus Tektospinalis
Fungsi tractus tektospinalis belum diketahui dengan sempurna,
akan tetapi diduga memegang peranan panting dalam pergerakanpergerakan refleks kepala sebagai akibat rangsangan penglihatan dan
mungkin juga pendengaran.
f) Traktus Olivospinalis
5) Fasciculi Propii (Traktus Intersegmentales)
Kerusakan pada fasciculi proprii dapat mengakibatkan gangguangangguan refleks intersegmentales. Refleks-refleks semacam ini antara lain
berguna dalam hubungan dengan fungsi-fungsi pengendalian otomatik di
dalam medula spinalis. Misalnya, di dalam segmen-segmen lumbosakral
terdapat pusat-pusat refleks medula spinalis yang berhubungan dengan
pengendalian proses kencing, defekasi dan ereksi penis, sedangkan di dalam
segmen-segmen thorakal bagian kranial medula spinalis mekanisme
intersegmental tersebut memegang peranan dalam pengendalian sinergik otototot pernafasan.
2.2 Definisi
ganglioglioma,
lebih
jarang
hemangioblastoma
dan
tumor
neuroektodermal primitif.
2.4 Patofisiologi dan Etiologi
Penyebab tumor medula spinalis belum diketahui. Walaupun,
ependimoma dihubungkan dengan neurofibromatosis tipe 2 dan kromosom
abnormal pada kromosom 22 (monosomi, delesi, trnslokasi). Sangat
sedikit perubahan kromosom ditemukan pada 9q, 10, 17, 13, 7, dan 10.
2.5 Klasifikasi Tumor
Gambar 2.4 Diagram yang menggambarkan tumor medula spinalis dan lokasinya.
(A). Anatomi medula spinalis dalam bidang axial. (B). Tumor
Intrameduler. (C). Tumor Intradural-Ekstrameduler. (D). Tumor
Ekstradural. Lingkaran hitam menunjukkan lokasi tumor.
2.5.1. Tumor Intrameduler
a. Ependimoma
Ependimoma merupakan tumor intrameduler yang paling banyak
dijumpai. Pada umumnya dijumpai pada daerah servikal dan servikotorakal, namun sering kali ia juga mempunyai tempat predileksi khusus
yakni di konus medularis dan filum terminalis (56%). Ada tumor yang
berbentuk fusiform yang biasanya meluas dari medula oblongata ke konus
medularis dan panjang tumor ini dapat mencapai tiga sampai lima segmen
terhadap lesi yang infiltratif dan varian yang maligna. Mielopatia radiasi
merupakan salah satu komplikasi yang serius. Indikasi reoperasi adalah
tumor ependimoma yang rekuren.
b. Astrositoma
Astrositoma adalah tumor kedua terbanyak di jumpai sebagai
tumor intrameduler, yang kemudian diikuti oleh astrositoma maligna dan
glioblastoma multiforme. Mirip dengan ependimoma, astrositoma
kebanyakan timbul di daerah servikal dan servikotorakal, sedangkan
jarang tumbuh didaerah torakolumbar. Demikian pula gejala klinisnya,
mirip dengan ependimoma, termasuk segala tampilan karena gangguan
traktus kortiko-spinal dan spino-talamikus, paresis, dan nyeri disestetik.
Tumor ini kerap pula di sertai adanya kista atau sirings besar
terutama di ujung atas dan bawah tumor. Kista ini berisi cariran
santokhrom yang kaya akan protein dan mempunyai dinding gliotik yang
memisahkannya dari jaringan medula spinalis normal.
Kebanyakan tumor astrositoma spinal mempunyai
derajat
kista,
serta
(agak
jarang)
dengan
penyakit
Lindau
atau
Tumor primernya yang terbanyak adalah tumor paru dan kemudian diikuti
oleh tumor payudara dan melanoma.
Gambar 2.6 Gambaran MRI menunjukkan (tanda panah) abses epidural yang
mengkompresi cervikal medula spinalis. Sagital (kiri) dan
Axial (kanan).
2.5.2 Tumor Ekstrameduler
a. Meningioma
Meningioma merupakan tumor spinal intradural yang paling sering
dijumpai, 60-70% pada daerah toraks dan 10-20% di daerah servikal.
Rasio kelamin kasus dominasi oleh perempuan dengan nilai perbandingan
5:1, dan usia kasus berada pada kelompok 50-60 tahun. Tumor ini berada
intradural-ekstrameduler (khas), dimana separuhnya berlokasi dilateral dan
sisanya didorsal atau diventral. Antara 5-10% meningioma spinal
mempunyai komponen ekstradural dan pada kasus tumor meningioma
multipel umumnya dikaitkan dengan neuro-fibromatosis. Sangat jarang
meningioma spinal timbul bersamaan dengan meningioma intrakranial.
adalah
sinsisial
atau
transisional;
sedangkan
yang
b. Neurinoma, Neurofibroma
Neurinoma (schwannoma) dan neurofibroma merupakan tumor
intradural-ekstrameduler kedua terbanyak. Predileksi lokasi tumor sarung
saraf ini yang terutama adalah didaerah toraks kemudian diikuti oleh
servikal dan lumbo-sakral, serta sangat jarang di daerah serviko-meduler.
Kebanyakan tumor sarung saraf terletak intradural-ekstrameduler (7080%), dan 10-20% kasus tumor tersebut meluas keluar dura (dumbbell).
Juga kira-kira 10% kasus tumor sarung saraf berlokasi di epidural atau
paraspinal, serta 1% kasus terletak intrameduler (tumor ini diduga berasal
dari sarung saraf perivaskuler).
Asal tumor ini biasanya adalah radiks saraf sensorik, namun radiks
ventral atau motorik dapat juga terlibat akibat kompresi lokal tumor ini.
Sebanyak 80% kasus menampilkan keluhan nyeri radikuler dan disestesia.
Gangguan motorik dan disfungsi kandung kemih tampil pada kurang dari
50% kasus.
Sebanyak 2,5% tumor sarung saraf spinal intradural adalah ganas
dan sedikitnya separuh dari kasus-kasus ini dijumpai pada penderita
neurofibromatosis. Tumor sarung saraf maligna mempunyai prognosa
yang buruk dan jarang dapat hidup lebih dari satu tahun. Tumor semacam
ini perlu dibedakan dengan schwannoma seluler yang menampilkan
gambaran histologis yang agresif tetapi mempunyai prognosa yang lebih
baik.
c. Sarkoidosis
Sarkoidosis adalah salah satu manifestasi dari penyakit sistemik
yang dicirikan sebagai proses infiltrasi granulomatosa nonkaseosa.
Kasusnya jarang dijumpai, dimana klinis keterlibatan medula spinalis dan
Foramen
Magnum
Servikal
Lumbosakral Suatu situasi diagnostik yang rumit timbul pada kasus tumor yang
melibatkan daerah lumbal dan sakral karena dekatnya letak
segmen lumbal bagian bawah, segmen sakral, dan radiks saraf
desendens dari tingkat medula spinalis yang lebih tinggi.
Ekuina
2) Deformitas pada tulang belakang post operasi lebih sering terjadi pada anakanak dibanding orang dewasa. Deformitas pada tulang belakang tersebut
dapat menyebabkan kompresi medula spinalis.
3) Setelah pembedahan tumor medula spinalis pada servikal, dapat terjadi
obstruksi foramen Luschka sehingga menyebabkan hidrosefalus.
2.9. Prognosis
Penyembuhan biasanya tergantung kepada besarnya kerusakan
yang terjadi dan kedalaman/infiltrasi pertumbuhan tumor ke dalam medula
spinalis. Manifestasi klinis lebih disebabkan penekanan pada medula
spinalis daripada invasi tumor itu sendiri .
Tumor medula spinalis tanpa metastase mempunyai prognosis yang
lebih baik dibandingkan tumor medula spinalis yang merupakan metastasis
tumor lain.