Anda di halaman 1dari 4

KARTOGRAFI

Kartografi adalah ilmu dan teknik pembuatan peta (Prihandito, 1989). Dalam kaitannya
dengan survei arkeologi, pembahasan mengenai kartografi pada bab ini tidak langsung
dikaitkan dengan ilmu dan teknik pembuatan peta, tetapi lebih berkaitan dengan pemanfaatan
peta yang sudah dipublikasikan untuk kepentingan survei. Ulasan tentang teknik pemetaan
secara garis besar sudah dibahas dalam Bab II.
Mengingat peta termasuk sebagai perlengkapan utama dalam kegiatan survei arkeologis,
maka bab ini selain membahas pemanfaatan peta untuk survei arkeologis, juga akan
membahas tentang jenis-jenis peta dan teknik pembacaan peta. Pemanfaatan peta yang
dikemukakan dalam bab ini dapat melengkapi Pengumpulan Informasi untuk
Interpretasi yang dijelaskan di Bab IV dan survei situs arkeologis yang dijelaskan di Bab
VII, VIII, dan IX.
Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti kuliah ini (akhir pertemuan VIII) mahasiswa akan dapat menggunakan
peta yang sudah diterbitkan untuk keperluan survei arkeologis.

PENYAJIAN
1. Pengenalan Jenis-jenis Peta
Peta dapat diklasifikasikan menurut jenis, skala, fungsi, dan macam persoalan (maksud dan
tujuan). Ditinjau dari jenisnya peta dapat dibedakan menjadi dua, yaitu peta foto dan peta
garis. Peta foto adalah peta yang dihasilkan dari mosaik foto udara / ortofoto yang
dilengkapi garis kontur, nama, dan legenda (Prihandito 1989: 3). Peta ini meliputi peta foto
yang sudah direktifikasi dan peta ortofoto. Adapun peta garis adalah peta yang menyajikan
detil alam dan buatan manusia dalam bentuk titik, garis, dan luasan (Prihandito 1989: 3).
Peta ini terdiri atas peta topografi dan peta tematik.
Ditinjau dari skalanya, peta dapat dibedakan menjadi peta skala besar (1:50.000 atau lebih
kecil, misalnya 1:25.000) dan peta skala kecil (1:500.000 atau lebih besar). Adapun menurut
klasifikasi berdasarkan fungsi, terdapat tiga macam peta, yaitu:
Peta umum, yang antara lain memuat jalan, bangunan, batas wilayah, garis pantai, dan
elevasi. Peta umum skala besar dikenal sebagai peta topografi, sedangkan yang berskala kecil
berupa atlas;
Peta tematik, yang menunjukkan hubungan ruang dalam bentuk atribut tunggal atau
hubungan atribut; dan
Kart, yang didesain untuk keperluan navigasi, nautical dan aeronautical (Prihandito 1989:
3-4).

Adapun peta yang dapat diklasifikasikan menurut macam persoalan (maksud dan tujuan),
antara lain meliputi: peta kadaster, peta geologi, peta tanah, peta ekonomi, peta
kependudukan, peta iklim, dan peta tata guna tanah (Prihandito 1989: 4).
Di antara macam-macam peta peta tersebut, yang sering digunakan dalam survei arkeologi
adalah peta topografi. Peta topografi adalah peta yang menampilkan, semua unsur yang
berada di atas permukaan bumi, baik unsur alam maupun buatan manusia, sehingga disebut
juga peta umum. Unsur alam antara lain meliputi: relief muka bumi, unsur hidrografi (sungai,
danau, bentuk garis pantai), tanaman, permukaan es, salju, dan pasir (Prihandito 1989: 23;
Hascaryo dan Sonjaya 2000: 10).
Adapun unsur buatan manusia di antaranya adalah: sarana perhubungan (jalan, rel kereta api,
jembatan, terowongan, kanal), konstruksi (gedung, bendungan, jalur pipa, jaringan listrik),
daerah khusus (daerah yang ditanami tumbuhan, taman, makam, permukiman, lapangan olah
raga), dan batas administratif (Prihandito 1989: 22; Hascaryo dan Sonjaya 2000: 10).
Tinggalan-tinggalan arkeologis atau bersejarah seperti bangunan megalitik, candi, gereja, dan
reruntuhan bangunan kuna, seringkali juga ditampilkan dalam peta topografi (lihat McIntosh,
1986: 44). Selain menyajikan data keruangan, peta topografi juga memuat data nonkeruangan, antara lain grid, graticul (garis lintang dan bujur), arah utara, skala, dan legenda
(keterangan mengenai simbol-simbol yang digunakan pada peta) (Prihandito 1989: 117-120;
Hascaryo dan
Sonjaya 2000: 10; lihat gambar V.1).
2. Pemanfaatan Peta
Peta topografi dapat digunakan untuk berbagai macam tujuan, serta dapat digunakan sebagai
peta dasar (base map) dalam pembuatan peta tematik, seperti peta arkeologi dan peta turis
(lihat Prihandito 1989: 17). Dalam survei arkeologi, peta topografi berguna untuk
memperoleh gambaran umum tentang wilayah yang diteliti. Dalam kondisi tertentu, misalnya
medan survei yang terlalu berat, peta yang sudah ada dapat dipakai untuk memplotkan
temuan arkeologis. Pemetaan tersebut, meskipun hanya bersifat sementara, sangat efektif
untuk menyimpan dan menyelamatkan data arkeologis (Hascaryo dan Sonjaya 2000: 1).

Data dari peta topografi yang diambil untuk membuat peta arkeologi hanya satu atau
dua unsur saja, tergantung dari skala dan tujuan pembuatan peta arkeologi itu. Data
tersebut digunakan sebagai latar belakang penempatan dan orientasi secara
geografis. Selain peta topografi, yang dapat digunakan sebagai peta dasar antara lain
adalah foto udara, peta geologi, dan peta administratif (Hascaryo dan Sonjaya 2000:

10). Besar skala peta dasar yang dibutuhkan untuk membuat peta arkeologi
tergantung pada luas wilayah yang akan dipetakan, yaitu:
wilayah seluas provinsi memerlukan peta dasar berskala 1:100.000 sampai
dengan 1:250.000;
wilayah seluas kabupaten memerlukan peta dasar berskala 1:50.000 sampai
dengan 1:100.000;
wilayah setingkat kecamatan, desa, atau situs memerlukan peta dasar berskala
1:10.000 sampai dengan 1:25.000 (Wasisto 1998, dikutip dalam Hascaryo
dan Sonjaya 2000: 10).
Latihan
Berdasarkan peta topografi yang tersedia, berikan penjelasan tentang:
nomor grid peta
besar skala
data arkeologis yang dimuat dalam peta
nama tempat (toponim) yang menurut anda berkaitan dengan sejarah, peristiwa,
kegiatan, atau status sosial tertentu.
Rangkuman
Pengertian kartografi secara luas adalah ilmu dan teknik pembuatan peta.
Peta topografi adalah peta yang menampilkan semua unsur yang berada di atas
permukaan bumi, baik unsur alam maupun buatan manusia.
Peta topografi disebut juga peta umum atau peta dasar, dan dari peta ini dapat
diciptakan peta tematik, seperti peta arkeologi.

Secara umum, Program Studi Kartografi dan Penginderaan Jauh berada dalam
interface domain bidang ilmu geografi dan geomatika. Geograf merupakan
disiplin ilmu yang berorientasi pada pemecahan masalah dalam kerangka
interaksi manusia dengan lingkungannya, dan dicirikan oleh penggunaan tiga
pendekatan sekaligus, yaitu pendekatan spasial, ekologis, dan kompleks wilayah.
Geomatika suatu bidang kajian baru yang mengintegrasikan berbagai macam
disiplin ilmu yang berhubungan dengan masalah perolehan, penyimpanan/
dokumentasi, perbaikan kualitas, pengolahan, analisis, pemodelan, penyajian,
dan penyebarluasan (diseminasi) berbagai macam informasi spasial. Program
studi Kartografi dan Penginderaan Jauh secara praktis diharapkan dapat
menghasilkan sarjana S-1 yang siap bekerja dan mengembangkan diri di bidang
survei, pemetaan dan pemodelan spasial untuk pengelolaan sumberdaya dan
lingkungan hidup.
http://geo.ugm.ac.id/kpj/

Anda mungkin juga menyukai