Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Unsur hara merupakan sumber makanan pada tanaman. Pada
dasarnya sama seperti kita manusia, kita memerlukan makanan
lengkap untuk dapat tumbuh dengan sehat, yaitu: protein,
karbohidrat, kalsium, kalium, vitamin (empat sehat lima
sempurna) yang berasal dari makanan daging sayuran, beras,
gandum, buah, susu, dsb). Tanaman juga memerlukan makanan
lengkap untuk dapat tumbuh dengan sehat dan optimal. Tanah
sebagai media tanam, berperan penting untuk menentukan
kualitas dan produktivitas pertumbuhan tanaman, karena tanah
berfungsi sebagai penyimpan sumber makanan bagi tanaman.
Setidaknya ada enam belas unsur hara yang mutlak dibutuhkan
tanaman (unsur hara esensial) untuk mendukung
pertumbuhannya, tiga diantaranya sudah tersedia di alam yaitu
O2 (oksigen), C (karbon), H (Hidrogen). Ketiganya dapat bebas
diperoleh dari udara dan air yang merupakan salah satu bahan
penyusun tanah. Namun, ke tiga belas unsur hara lainnya sering
menjadi masalah bagi pertumbuhan tanaman jika kebutuhan
unsur-unsur tersebut tidak terpenuhi atau kurang. Maka unsur
hara yang tidak atau kurang terpenuhi dapat diberikan atau
ditambahkan dalam bentuk pupuk (organik maupun anorganik).
Ketigabelas unsur hara esensial yang ada pada tanah, di
kelompokkan menjadi unsur hara makro dan unsur hara mikro.
Unsur hara makro yaitu sumber makanan yang diperlukan dalam
jumlah relatif banyak, dan mutlak di perlukan oleh tanaman
sebagai makanan. Pada hal ini unsur hara makro banyak di
peroleh dari bahan mineral yang ada pada tanah. Enam unsur
hara makro tersebut adalah N (nitrogen), P (fosfor), Ca (kalsium),
Belerang/Sulfur (S), dan Mg(magnesium). Sedangkan, unsur hara
mikro yaitu sumber makanan yang diperlukan dalam jumlah

yang relatif sedikit, namun sangat penting dan mutlak di


perlukan oleh tanaman sebagai makanan. Pada hal ini unsur hara
mikro banyak di peroleh dari bahan organik yang ada pada
tanah. Tujuh unsur hara mikro tersebut adalah Al (Alumunium),
Fe (besi), Mn (mangan), Cu (tembaga), Zn (seng), Bo (boron), dan
Mo (molibdenum). Masing-masing unsur hara esensial tidak
dapat saling menggantikan.
1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk
mengetahui berbagai unsur hara makro yang terdapat di dalam
tanah dan bermanfaat bagi tanaman, juga untuk memenuhi
salah satu tugas mata kuliah Kesuburan Tanah dan Nutrisi
Tanaman I.
1.3 Perumusan Masalah
1. Terdiri dari apa saja unsur hara makro?
2. Bagaimanakah gejala kekurangan unsur hara makro?
3. Apakah fungsi unsur hara makro bagi tanaman?

BAB II
MACAM-MACAM UNSUR HARA MAKRO
2.1 Nitrogen (N)
Nitrogen merupakan unsur hara utama bagi pertumbuhan
tanaman sebab merupakan penyusun dari semua protein dan
asam nukleik; dan dengan demikian merupakan penyusun
protoplasma secara keseluruhan. Pada umumnya nitrogen
diambil oleh tanaman dalam bentuk amonium (NH4+) dan nitrat
(NO3-) , tetapi nitrat yang terisap segera tereduksi menjadi
amonium melalui enzim yang mengandung molidinum. Ion-ion
amonium dan beberapa karbohidrat mengalami sintesis dalam
daun dan diubah menjadih asam amino, terutama terjadi dalam
2

hijau daun. Dengan demikian, apabila unsur nitrogen yang


tersedia lebih banyak daripada unsur tumbuh lebih lebar;
sebagai akibatnya maka fotosintesis lebih banyak. Oleh sebab
itu, diduga lebarnya daun yang tersedia bagi proses fotosintesis
secara kasar sebanding dengan jumlah nitrogen yang diberikan.
Pengaruh nitrogen dalam penambahan pertumbuhan daun tidak
hanya pada daun semata-mata, sebab semakin tinggi pemberian
nitrogen, semakin cepat sintesis sintesis karbohidrat yang diubah
menjadi protein dan protoplasma. Dengan demikian semakin
kecil perbandingan yang tersedia untuk bahan dinding sel, yang
terutama adalah karbohidrat bebeas nitrogen seperti kalsium
pektat, selulosan, dan lignin dengan nitrogen rendah.
Pengaruh nitrogen dalam meningkatkan perbandingan
protoplasma terhadap bahan dinding sel dapat mengakibatkan
bertambah besarnya ukuran sel-sel dengan dinding sel yang
tipis. Keadaan ini mengakibatkan daun-daun lebih banyak
mengandung air (sekulen) dan kurang keras atau kurang kasar.
Jumlah nitrogen yang terlalu banyak mengakibatkan menipisnya
bahan dinding sel sehingga dengan mudah diserang oleh hama
dan penyakit, dan gampang terpengaruh oleh keadaan buruk
seperti kekeringan atau kedinginan (frost). Sebaliknya,
kandungan nitrogen yang rendah dapat mengakibatkan tebal nya
dinding sel daun dengan ukuran sel yang kecil; dengan demikian
daun menjadi keras penuh dengan serat-serat. Selain itu nitrogen
dapat mempengaruhi warna daun sehingga menjadi hijau gelap.
Tetapi apabila nitrogen kurang atau sangat kurang dibandingkan
dengan unsur-unsur lain, warna daun menjadi kekuning-kuningan
atau hijau kemerah-merahan.
Pada umumnya nitrogen sangat diperlukan untuk pembentukan
atau pertumbuhan bagian-bagian vegetatif tanaman seperti
daun, batang, dan akar. Kalau terlampau banyak, akan
menghambat pembungaan dan pembuahan tanaman.
2.2 Phospor (P)
3

Fosfor sebagai ortho-pospat memegang peranan yang penting


dalam kebanyakan reaksi enzim yang tergantung kepada
fosforilasi. Hal ini, oleh karena fosfor merupakan bagian dari inti
sel, sangat penting dalam pembelahan sel, dan juga untuk
perkembangan jaringan meristem. Dengan demikian fosfor dapat
merangsang pertumbuhan akar dan tanaman muda.
Mempercepat pembungaan dan pemasakan buah, biji, atau
gabah, selain itu sebagai penyusun lemak dan protein.
Secara umum, fosfor di dalam tanah digolongkan ke dalam dua
bentuk, yaitu bentuk anorganis dan bentuk organis (Jackson,
1958). Hal ini sejalan dengan pendapat Goeswono Soetardi
(1974) yang menyatakan bahwa bentuk fosfat anorganis dan
organis dijumpai dalam tanah dan kedua-duanya merupakan
sumber P penting bagi tanaman. Di dalam tanah kedudukan P
stabil, sebab P dalam bentuk anorganis dan organis tidak mudah
dibawa oleh air. Karena itu boleh dikatakan bahwa unsur P itu
terpegang kuat oleh tanah sehingga pupuk P itu mempunyai
kerja susulan. Sebagian besar fosfat anorganis adalah senyawa
kalsium (Ca), senyawa besi (Fe), dan alumunium (Al). Senyawa
kalsium misalnya: 3Ca3(PO4)2, CaF2 (apatit fluor),
3Ca3 (PO4)2.CaCO3 (apatit karbonat), 3Ca3(PO4)2Ca(OH)2 (apatit
hidroksida), 3Ca(PO4)2. CaO (apatit oksida), Ca3(PO4)2(fosfat
trikalsium), CaHPO4 (fosfat dikalsium), Ca(H2PO4) (fosfat
monokalsium). Apatit fluor paling tidak larut dan tidak tersedia,
biasanya merupakan mineral. Senyawa fosfat kalsium yang lebih
sederhana seperti fosfat monoklasium dan fosfat dikalsium
mudah tersedia bagi tanaman. Susunan fosfat besi dan
aluminium tanah yang tepat belum banyak diketahui. Untuk yang
terdapat mungkin berupa fosfat hidroksida seperti dufrenit,
lavelit, strengit, dan varisit. Senyawa-senyawa tersebut sangat
mantap dalam tanah masam dan sangat sukar larut.
Penyebaran fosfat anorganis ini dapat digunakan untuk
mengukur tingkat hancuran iklim. Tanah-tanah yang mengalami
tingkat hancuran iklim lanjut didominasi oleh fraksi fosfat

kalsium, sedangkan tanah-tanah yang telah mengalami tingkat


hancuran iklim lebih lanjut didominasi oleh fraksi fosfat
aluminium, fosfat besi, dan fosfat yang terselubung oleh oksidasi
besi.
Kemudian pupuk fosfat dalam jumlah yang besar oleh pengaruh
waktu dapat berubah menjadi fraksi yang sukar larut. Chang
(1968), yang kemudian diperkuat oleh Shelton dan Coleman
(1968), dari hasil percobaanya menunjukan bahwa pemupukan
fosfat dalam jumlah yang besar pada tanah liat merah yang
mempunyai daya ikat yang tinggi, dapat mempercepat
terbentuknya fraksi fosfat aluminium dan fosfat besi. Keadaan ini
dapat mengurangi kelarutan dan ketersediaan fosfat yang
berasal dari pupuk yang diberikan.
Pada mulanya, fraksi fosfat aluminium yang terbentuk lebih
besar dari fosfat besi, oleh pengaruh waktu fraksi fosfat
aluminum menjadi berkurang, sedangkan fraksi fosfat besi
meningkat. Hal ini, menurut Jackson (1968) disebabkan karena
kelarutan fosfat aluminium lebih besar daripada fosfat besi
sehingga tejadi perubahan dari fraksi fosfat aluminium menjadi
fosfat besi. Kenyataan ini dapat menerangkan mengapa tanahtanah yang masih muda didominasi oleh fraksi fosfat kalsium,
sedangkan tanah-tanah yang telah tua didominasi oleh fraksi
fosfat besi.
Pada tanah-tanah yang berkapur, fosfat dieendapkan pada
permukaan partikel CaCO3 (Miller, 1959; Buckman and Brady,
64). Fosfat yang larut dari pupuk yang diberikan bereaksi
dengan Ca membentuk fosfat kalsium yang kurang larut, yang
menurut Olsen dan Fried (1957), fosfat kalsium yang terbentuk
adalah fosfat yang tidak stabil. Jika ion Ca terdapat dalam jumlah
banyak, betuk ini akan berubah menjadi apatit hidroksida.
Penelitian dalam bidang fosfat organis tanah sangat sedikit
sekalipun senyawa ini merupakan fraksi melebihi setengah dari
seluruh fosfat dalam tanah. Selanjutnya Pierre (1948)
5

menyatakan bahwa ada 3 kelompok senyawa fosfat organis,


yaitu (1) fitin dan derivatnya, (2) asam nukleat dan, (3)
fosfolipida. Mungkin masih ada bentuk fosfat organis lainnya,
karena beberapa peneliti masih meragukana bahwa hanya ada 3
senyawa tersebut dijumpai dalam tanah.
Sama halnya dengan nitrogen, bagian terbesar dari fosfat dalam
tanah terdapat dalam bentuk organis (Inglet, 1970). Fosfat dalam
tanah sukar larut, sehingga sebagaian besar tidak tersedia bagi
tanaman. Tersedianya fosfat dalam tanah dipengaruhi oleh pH
tanah. Pada pH rendah, ion fosfat membetnuk senyawa yang
tidak larut dengan besi dan aluminium, sedangkan pada pH
tinggi terikat sebagai senyawa kalsium; pH optimum untuk fosfat
ada di sekitar 6,5. Dari pupuk fosfat yang diberikan ke dalam
tanah tidak seluruhnya tersedia bagi tanaman, karena terjadi
pengikatan fosfat oleh partikel tanah. Agar tanaman memperoleh
fosfat dari larutan tanah sesuai dengan kebutuhannya, maka
disarankan agar pemberian pupuk fosfat melampaui daya fiksasi
tanah. Gunarry dan Suttan (1965) menyatakan bahwa pemberian
fosfat dalam jumlah yang tinggi memberikan pengaruh sisa. Hal
ini disebabkan karena sedikit fosfat yang hilang karena
pencucian ataupun diambil oleh tanaman.
2.3 Kalium (K)
Kalium adalah salah satu dari beberapa unsur utama yang
diperlukan tanaman dan sangat mempengaruhi tingkat produksi
tanaman. Kalium sangat penting dalam setiap proses
metabolisme dalam tanaman, yaitu dalam sintesis dari asam
amino dan protein dari ion-ion amonium. Menurut Russel (1973),
barangkali kalium ini juga penting dalam proses fotosintesis,
sebab apabila terjadi kekurangan kalium dalam daun, maka
kecepatan asimilasi karbon dioksida (CO2) akan menurun. Jadi
kalium berperan membantu pembentukan protein dan
karbohidrat, menegraskan jerami dan bagian kayu dari tanaman,
meningkatkan resistensi terhadap penyakit dan kualitas buah-

buahan. Menurut penelitian, kalium terdapat mengumpul pada


titik-titik tumbuh.
Pemupukan nitrogen dengan menggunakan varietas-varietas
unggul berproduksi tinggi dan pengelolahan irigasi yang baik
merupakan faktor-faktor utama dalam menaikkan hasil. Apabila
produksi tanaman meningkat karena pemupukan nitrogen (urea,
ZA), akibatnya kebutuhan akan unsur-unsur lain, terutama
kalium, akan meningkat pula. Apabila tidak disertai dengan
kalium yang cukup, efisiensi nitrogen dan fosfor akan rendah dan
produksi yang tinggi tidak mungkin dapat dicapai. Von Uexkull
(1977) telah membuktikan hal ini dengan beberapa percobaan
pemupukan jangka panjang di negara-negara penghasil padi.
Sebagai contoh, bebrapa hasil dari percobaan kesuburan tanah
jangka panjang IRRI-BPI di Pusat Penelitian padi dan Latihan
Maligaya, Filipina.
2.4

Kalsium (Ca)

Kalsium (Ca) ternyata merupakan unsur utama (essensial) juga


yang sanagat diperlukan untuk pertumbuhan dan berfungsinya
ujung-ujung akar yang wajar. Terdapat juga dalam bentuk
kalsium pektat, yang merupakan penyusun dari lamela tengah
dan dinding sel, dan dengan demikian juga mungkin berkumpul
dalam daun.
Kalsium penting dalam pembentukan zat putih telur, mencegah
kemasaman pada cairan sel, mengatur permeabilitas cairan. Zat
kapur ini terdapat pada daun dan batang dan berpengaruh baik
pada pertumbuhan ujung dan bulu-bulu akar. Kalsium diperlukan
untuk semua tanaman , baik tingkat tinggi maupun rendah,
kecuali beberapa bakteri dan algae(lumut).
2.5 Magnesium (Mg)

Magnesium (Mg) diperlukan oleh semua bagian huijau drai


tanaman, sebab merupakan bagian penyusun klorofil.
Nampaknya Mg juga memegang peranan pada transportasi
fosfat dalam tanaman, dengan demikian kandungan fosfat dalam
tanaman dapat dinaikkan dengan jalan menambah magnesium
daripada pemberian dengan pupuk fosfat itu sendiri. Untuk ini
maka magnesium silikat seperti terpentin dan olivin yang
dihaluskan, sering-sering dicampurkan ke dalam pupuk fosfat
untuk menaikkan efektivitasnya. Magnesium di dalam tanah
berasal dari dekomposisi batuan yang berisi mineral, antar lain
biotit, dolomit, serpentin, klorit, dan olivin.
Sumber-sumber magnesium antara lain adalah:
1. Dolomitic limestone (CaCO3 MgCO3)
Batuan ini berisi campuran Mg dan Ca. Jumlah magnesium yang
dapat dikeluarkan dari sumbernya di dalam tanah ke dalam
tanaman lebih rendah daripada kalsium.
1. Sulfat of Potash Magnesium (Sul Po Mag). Kandungan sulfur
adalah 22%, sulfat 67%, kalium 18,2%, K2O 22%,
magnesium 11,1%, dan kandungan MgO 18,5%.
2. Epsom salt (MgSO4.7H2 O). Sifat dari baatuan ini adalah
sangat mudah larut di dalam air, sehingga pemakaian
dengan jalan penyemprotan melalui daun akan
memberikan pengaruh yang lebih baik bagi tanaman
daripada bila diberikan melalui tanah.
3. Kieserit (MgSO4.H2 O). Kandungan K2 O adalah 2%,
magnesium oksida 30,5% dan kandungan magnesium
18,3%.
4. Magnesia (MgO) Magnesia berasal dari air laut yang telah
mengalami proses sebagai berikut: MgCl2 + Ca(OH)2
Mg(OH)2 + CaCl2 Mg(OH) MgO + H2 O
5. Serpentin Mg3SiO2(OH)4
6. Magnesit MgCO3
7. Karnalit MgCl2 KCl 6H2 O
8

8. Kainit MgSO4 KCL 3H2 O (Tisdale dan Nelson, 1965)


9. Basic slag. Kandungan magnesium dari basic slag adalah
3,4% dan 20% dari jumlah tersebut tersedia bagi tanaman.
Berbagai faktor ternyata dapat mempengaruhi ketersediaan
magnesium di dalam tanah, diantaranya adalah temperatur,
kelembaban, dan pH.
2.6 Belerang atau Sulfur (S)
Belerang (S) merupakan unsur yang terpenting dalam beberapa
jenis protein seperti asam amino, dan juga merupakan bagian
penting pada tanaman-tanaman penghasil minyak juga tanaman
seperti kubis, lobak, dan lain-lain.
Belerang yang larut dalam air yang dapat segera diambil oleh
tanaman, sangat diperlukan untuk pertumbuhan awal dari
tanaman tersebut, terutama tanaman-tanaman muda.
Pada bagian biji, tanaman mengandung belerang kira-kira
setengah dari jumlah kandungan unsur fosfat. Beberapa
tanaman, misalnya dari jenis legum, lili (misalnya bawang), dan
tanaman kubis, biasanya mengandung belerang dalam jumlah
yang agak tinggi, dan tanaman-tanaman tersebut akan tumbuh
dengan baik pada tanah-tanah yang mengandung atau diberi
belerang sebagai pupuk.
Protein-protein tanaman (cystein dan methionin) mengandung
unsur belerang kira-kira 90% dari seluruh belarang yang
terkandung di dalam tanaman (Soemitro, 1972).
Dari hal-hal tersebut di atas, jelaslah bahwa unsur belerang akan
mempengaruhi jumlah hasil yang dapat diperoleh dari suatu
tanaman. Tetapi kadar belerang yang terdapat di dalam tanaman
itu sendiri akan bervariasi, dan variasi ini dipengaruhi oleh faktorfaktor:

1. Umur tanaman: presentase unsur belerang dalam tanaman


biasanya menurun sesuai dengan umur tanaman tersebut.
2. Species tanaman: beberapa tanaman memerlukan unsur
belerang lebih banyak daripada tanaman lain. Misalnya
titik kritis untuk tanaman kepas adalah 0,15%, tanaman
kopi 0,02%, dan tanaman rumput-rumputan 0,30%.
3. Kadar unsur hara lain: tanaman-tanaman yang menderita
kekurangan unsur nitrogen atau molibdenum akan
menyebabkan akumulasi unsur belerang di dalam
tanaman.
Bentuk-bentuk senyawa belerang di dalam tanah pada tanahtanah pertanian adalah sebagai berikut:
1. Belerang organis
2. Sulfat yang larut dalam air
3. Sulfat yang teradsorpsi
4. Sulfat yang tidak larut, misalnya BaSO4
5. Sulfat yagn tidak larut dan bersenyawa dengan CaCO3
Belerang organis adalah bentuk yang paling banyak ditemukan,
sedangkan belerang anorganis hanya terdapat kira-kira 7% saja
dari seluruh jumlah belerang yang ada di dalam tanah-tanah
tersebut di atas.
Senyawa belerang anorganis, terutama dalam bentuk sulfat,
merupakan sumber hara bagi tanaman. Tetapi dalam bentuk
organis senyawa ini mempunyai arti yang penting bagi tanaman,
karena senyawa ini akan mempengaruhi pertumbuhan akar yang
optimum. Senyawa thiaminediketahui sangat penting dalam hal
tersebut diatas di samping senyawa-senyawa lainnya, misalnya
biotin, thio ethanolamine, lipoic acid, methimine, dan taurine.
Senyawa-senyawa belerang juga terdapat dalam bentuk pupuk,
yaitu pada amonium sulfat dan super fosfat. Pupuk amonium
sulfat lebih banyak mengandung sulfur bila dibandingkan dengan
kandungan nitrogennya, sedangkan super fosfat mempunyai

10

kandungan fosfat dan sulfur kira-kira hampir sama banyaknya.


Apabila kita melakukan pemupukan amonium sulfat atau super
fosfat ke dalam tanah, maka secara tidak langsung kita juga
telah memberikan senyawa belerang yang diperlukan oleh
tanaman. Perkembangan teknologi modern menyebabkan
pembuatan pupuk pada saat ini hanya sedikit sekali atau sama
sekali tidak mengandung senyawa belerang.
BAB III
BEBERAPA GEJALA KEKURANGAN UNSUR HARA MAKRO
3.1 Kekurangan Unsur Nitrogen (N)
Kekurangan unsur nitrogen terlihat jelas pada gejala warna daun,
yaitu daun menjadi hijau kekuning-kuningan sampai menguning
seluruhnya. Kemudian terjadi peristiwa pengeringan daun
tersebut yang dimulai dari bagian bawah terus ke bagian atas.
Kekurangan protein ini menyebabkan berkurangnya produksi
protein yang berakibat menguningnya daun secara berangsurangsur, dan pertumbuhan terhambat serta berhenti. Pada
tanaman biji-bijian seperti jagung, pengeringan di mulai dari
ujung helai daun ke bawah melalui tulang tengah daun.
Pada umumnya, kandungan nitrogen yang rendah dapat
mengakibatkan tebalnya dinding sel daun dengan ukuran sel
yang kecil. Dengan demikian daun menjadi keras, penuh dengan
serat-serat.
3.2 Kekurangan Unsur Fosfor (P)
Kekurangan unsur ini akan menyebabkan warna bibit tanaman
muda menjadi keungu-unguan yang kemudian menjadi
menguning. Pertumbuhan menjadi terhambat dan akibat
selanjutnya proses kematangan menjadi lambat.
Defisiensi fosfor sangat tersebar luas pada lahan-lahan di seluruh
dunia, terutama di beberapa negara seperti Australia, Afrika

11

Selatan, Asia termasuk Indonesia. Di kawasan-kawasan tersebut


produksi pertanian sangat ditentukan oleh pemberian fosfat ini.
Kekurangan fosfat kadang-kadang sulit sekali diketahui gejalagejalanya. Tanaman mungkin menderita kekurangan fosfat yang
sangat parah tanpa menunjukkan dengan jelas kekurangan
tersebut. Bila kekurangan fosfat ini diketahui, mungkin saat itu
sudah terlambat untuk diatasi.
Tanaman seperti jawawut/jelai (barley) dan gandum menghisap
unsur fosfat ini pada waktu muda, sebab, kalau tidak demikian,
akibatnya tidak dapat diperbaiki dengan pemupukan fosfat
secukupnya.
Tanaman serealia yang menderita kekurangan fosfat akan selalu
mendapat hambatan perkembangan pada setiap fase
pertumbuhannya, yaitu dari mulai timbulnya pucuk sampai
kepada periode masak. Terhambat dalam pertumbuhan sistem
perakaran, daun, dan batang, warna daun menjadi hijau keabuabuan suram; suatu pigmen merah sering terdapat pada daun
bagian bawah, dan daun-daun ini bisa mati.
Pada tanah-tanah yang sangat kekurangan fosfat, maka
pemberian pupuk fosfat akan mempercepat proses pemasakan
buah,dan efek seperti ini sama seperti kekurangan air, tetapi
kurang meluas.
Pada umumnya kekurangan fosfat ini menunjukkan gejala pada
tepi-tepi daun, cabang, dan batang terdapat warna merah
keungu-unguan; selanjutnya tanaman menjadi kuning. Tanaman
menjadi kerdil, dan proses pemasakan buah-buah berjalan
lambat. Produksi tanaman buah-buahan dan juga biji-bijian bisa
merosot.
3.3 Kekurangan Kalium (K)

12

Kekurangan kalium pada umumnya menunjukkan gejala-gejala


seperti becak-becak dan atau keriput-keriput pada daun. Becakbecak ini meliputi seluruh permukaan daun kecuali pada tulang
tengah, dan selanjutnya daun berkeriput mengering.
Berbeda dengan nitrogen dan fosfor, gejala kekurangan kalium
yang spesifik jarang timbul pada waktu tanaman masih muda.
Oleh karena itu kekurangan kalium sering tidak diketahui.
Gejala-gejala di bawah ini menunjukkan kekurangan kalium:
1. Daun: daun daun tanaman yang ekekurangan kalium
berwarna tua dengan becak-becak seperti karat, yang
memberian gambaran kotor pada daun. Becak-becak
mula-mula timbul pada bagian atas daun-daun tua. Pucuk
dan tepi helaian daun menjadi nekrosis, berwarna coklat
kemerahan atau coklat kekuningan. Daun-daun mati
sebelum waktunya setelah tanaman berbunga, sering
terjadi. Daun-daun tua menunduk, terutama waktu tengah
hari, dan daun-daun muda menggulung menyerupai
tanaman kekurangan air.
2. Batang: batang pendek dan kecil sehingga tanaman kerdil.
Banyak varietas yang kekurangan kalium lebih mudah
rebah.
3. Anakan: kecuali dalam keadaan kekurangan kalium yang
berat, anakan tidak dapat dipengaruhi oleh kekurangan
kalium.
4. Malai: malai tanaman yang kekurangan kalium menjadi
pendek, mempunyai presentase kehampaan yang tinggi.
5. Gabah: jumlah gabah per malai sedikit, ukurannya kecil
dan bentuknya tidak rata; kualitas dan berat per 1000
butir rendah. Apabila kulit gabah dibuang, beras
kehilangan bentuk seperti yang sehat. Presentase gabah
yang tidak masak dan tidak berkembang meningkat.
6. Akar: akar tanaman yang kekurangan kalium umumnya
kurang berkemban. Akar kecil-kecil dan pendek dengan

13

cabang dan akar rambut yang kecil. Warna akar sering


berubah menjadi coklat tua sampai hitam, menandakan
akar yang busuk.
Timbulnya penyakit helminthosporium, piricularia,
cercospora, dan kresek, sering merupakan petunjuk kekurangan
kalium yang laten atau akut, atau serangan menjadi lebih berta
karena kekurangan kalium atau dalam keadaan tak seimbang
antara nitrogen dan kalium.
Penyakit fisiologis yang timbul pada tanah-tanah yang
keadaannya buruk, secara langsung berhubungan dengan
absorbsi kalium yang kurang. Kalium menolong menyembuhkan
penyakitbronzing yang disebabkan keracunan besi. Kalium
mengurangi kerusakan akar karena sulfida hidrogen atau
senyawa-senyawaan organis.
Akhir-akhir ini banyak daerah yang diketahui sebagai daerah
yang kekurangan seng. Dalam banyak hal daerah-daerah yang
kekurangan senga juga responsif terhadap pupuk kalium.
Tanaman yang kekurangan seng tumbuh kerdil, pertumbuhan
tidak merata, tanaman hijau tua, dan pembentukan malainya
buruk.
3.4 Kekurangan Kalsium (Ca)
Gejala, daun-daun muda dan ujung-ujung titik tumbuh tanaman
berkeriput, dan akhirnya mengering. Daun-daun yang lebih tua
kelihatan lebih banyak berkeriput.
Kekurangan kalsium ini ternyata menunjukkan dua akibat buruk
pada tanaman, yaitu menyebabkan terhambatnya pertumbuhan
sistem perakaran, dan gejala ini dapat nampak pada daun.
Kekurangan kalsium ini juga dapat nenunjukkan efek langsung
pada tanaman, yaitu menyebabkan terkumpulnya zat-zat lain di
dalam jaringan-jaringan sedemikian banyaknya sehingga dapat
menurunkan kekuatan pertumbuhan dan, bahkan, tanaman

14

benar-benar menderita. Dengna demikian maka pemberian


kalsium yang baik dan seimbang akan membantu menetralkan
pengaruh-pengaruh yang tidak dikehendaki daris uatu distribusi
unsur-unsur hara dan bahkan kimia lain dalam tanah yang tidak
seimbang yang dapat diisap tanaman.
3.5 Kekurangan Unsur Magnesium (Mg)
Hal ini merupakan gangguan utama pada tanaman sayuran di
negara-negara bagian Amerika di pinggir Samudera Atlantik dan
Teluk Meksiko. Gejalanya sangat bervariasi, tergantung pada
jenis tanaman. Klorosis , seperti gejala kekurangan unsur besi
dengan bagian-bagian berwarna hijau di sisi tulang-tulang daun,
terjadi pada beberapa macam atau jenis sayuran.
Pada citrusgejalanya berupa terbentuknya warna hijau gelapa
seperti huruf V pada daerah pangkal daun, sedangkan bagianbagian daun lainnya berwarna kuning seluruhnya atau sebagian.
Gejala ini mudah dikenal, dan biasanya berakibat ringan.
3.6 Kekurangan Unsur Hara Belerang (S)
Kekurangan berlerang sering menunjukkan perubahan warna,
yaitu daun menjadi menguning. Gejala kekurangan belerang ini
pertama kali diketahui dari penelitia di Malawi yang terkenal
dengan masalah yang disebut tea yellows. Pengaruh
kekurangan belerang ini sangat terasa, terutama oleh tanamantanaman jenis leguminosa seperti kacang tanah, tanaman
berdaun tiga atau empat serangkai (clover), dan lain-lain.
Kekurangan belerang ini secara umum menunjukkan gejala
kelainan-kelainan pada seluruh daun muda, kadang-kadang tidak
merata, tetapi mengkilap keputih-putihan, kemudian kelihatan
hijau kekuning-kuningan.
BAB IV
FUNGSI UNSUR HARA MAKRO

15

Banyak para hobis dan pencinta tanaman hias, bertanya tentang


komposisi kandungan pupuk dan prosentase kandungan N, P dan
K yang tepat untuk tanaman yang bibit, remaja atau
dewasa/indukan. Berikut ini adalah fungsi-fungsi masing-masing
unsur tersebut:
4.1 Nitrogen
1. Merangsang pertumbuhan tanaman secara keseluruhan.
2. Merupakan bagian dari sel (organ) tanaman itu sendiri.
3. Berfungsi untuk sintesa asam amino dan protein dalam
tanaman.
4. Nitrogen merupakan suatu bagian dari sel hidup dan
bagian utama dari semua protein, enzim dan proses
metabolik yang disertakan pada sintesa dan perpindahan
energi.
5. Nitrogen merupakan bagian dari kloro_l, pewarna hijau dari
tanaman yang bertanggung jawab terhadap fotosintesis.
6. Nitrogen membantu tanaman mempercepat
pertumbuhannya, meningkatkan produksi bibit dan buah
serta memperbaiki kualitas daun dan akar.
4.2 Phospor
1. Berfungsi untuk pengangkutan energi hasil metabolisme
dalam tanaman.
2. Merangsang pembungaan dan pembuahan.
3. Merangsang pertumbuhan akar dan biji.
4. Merangsang pembelahan sel tanaman dan memperbesar
jaringan sel.
5. Memperkuat batang tubuh tanaman.
4.3 Kalium
1. Berfungsi dalam proses fotosintesis, pengangkutan hasil
asimilasi, enzim dan mineral termasuk air.

16

2. Meningkatkan daya tahan/kekebalan tanaman terhadap


penyakit.
3. Pembentukan protein dan karbohidrat.
4. Membantu membuka dan menutup stomata.
5. Meningkatkan daya tahan terhadap penyakit tanaman dan
serangan hama.
6. Memperluas pertumbuhan akar tanaman.
7. Efisiensi penggunaan air (ketahanan pada masa
kekeringan).
8. Memperbaiki ukuran dan kwalitas buah pada masa
generatif dan menambah rasa manis/enak pada buah
9. Memperkuat tubuh tanaman supaya daun, bunga dan buah
tidak mudah rontok.
4.4 Kalsium
1. Pengaturan osmosis, yang merupakan bagian dari struktur
dinding sel.
2. Memperkuat dinding sel untuk mengurangi penetrasi
penyakit.
3. Menyediakan pengangkutan dan retensi unsur-unsur yang
lain di dalam tanaman.
4. Kalsium terlibat dalam metabolisme atau pembentukan inti
sel dan mitokondria.
4.5 Magnesium
1. Sebagai stabilitator partikel-partikel ribosom.
2. Terlibat dalam reaksi enzimatik dengan kapasitas yang
bervariasi.
3. Bertindak sebagai penghubung enzim dengan substratnya.
4. Mengubah konstanta keseimbangan reaksi dengan cara
berikatan dengan produk, misalnya pada reaksi-reaksi
kinase tertentu.
5. Membentuk kompleks dengan suatu inhibitor enzim.
4.6 Belerang

17

1. Pembentukan asam amino dan pertumbuhan tunas serta


membantu pembentukan bintil akar tanaman.
2. Pertumbuhan anakan pada tanaman.
3. Berperan dalam pembentukan klorofil serta meningkatkan
ketahanan terhadap jamur.
4. Pada beberapa jenis tanaman antara lain berfungsi
membentuk senyawa minyak yang menghasilkan aroma
dan juga aktifator enzim membentuk papain.
BAB V
PENUTUP
5.1

Kesimpulan

Jika tanaman kekurangan satu unsur hara saja baik unsur hara
makro maupun unsur hara mikro, walaupun unsur hara yang lain
cukup banyak, maka produktivitas pertumbuhan tanaman akan
terganggu. Kuncinya adalah pengelompokan kandungan unsur
hara makro dan mikro dalam tanah dapat kita gunakan untuk
memperkirakan kebutuhan unsur hara tanaman. Dengan itu kita
dapat memberikan unsur hara (pupuk) dalam jumlah yang
lengkap dan seimbang sehingga kebutuhan sumber hara pada
tanah akan optimal dan terjaga.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Pengertian Unsur Hara dan Bahan Organik. Di
sadur
darihttp://salaknurseries.blogspot.com/2010/09/pengertianunsur-hara-dan-bahan-organik.html. Pada 7 Mei 2011 Pukul
18:41.
Anonim. 2009. Unsur Hara Makro. Di sadur
dari http://pupukdsp.com/index.php/Pupuk-Tanaman/. Pada 7 Mei
2011 Pukul 19:54.

18

Rioardi. 2006. Enam Unsur Hara yang Dibutuhkan Tanaman.


Disadur darihttp://rioardi.wordpress.com/2009/03/03/unsur-haradalam-tanah-makro-dan-mikro/. Pada 5 Mei 2011 Pukul 13:57.
Sarief, E. Saifuddin, Dr. Ir. 1989. Kesuburan dan Pemupukan
Tanah Pertanian. Bandung: Pustaka Buana.

19

Anda mungkin juga menyukai