Tinjauan Pustaka Portofolio Bedah - Mata (Trauma Mata)
Tinjauan Pustaka Portofolio Bedah - Mata (Trauma Mata)
I.
PENDAHULUAN
Trauma mata sering merupakan penyebab kebutaan unilateral pada
anak dan dewasa muda. Dewasa muda terutama pria merupakan kelompok
yang kemungkinan besar mengalami cedera tembus mata. Kecelakaan di
rumah, kekerasan, ledakan aki, cedera akibat olah raga, dan kecelakaan
lalu lintas merupakan keadaan-keadaan yang paling sering menyebabkan
trauma pada mata. Trauma dapat mengakibatkan kerusakan pada bola mata
dan kelopak, saraf mata dan rongga orbita. Kerusakan mata dapat
mengakibatkan atau memberikan penyulit sehingga mengganggu fungsi
penglihatan (Habib, 2015).
Angka kejadian trauma mata semakin meningkat setiap tahunnya.
Prevalensi trauma mata di Amerika Serikat sebesar 2,4 juta per tahun dan
sedikitnya setengah juta di antaranya menyebabkan kebutaan. Di dunia,
trauma mata menyebabkan sekitar 1,6 juta orang mengalami kebutaan, 2,3
juta mengalami penurunan fungsi penglihatan bilateral, dan 19 juta
mengalami penurunan fungsi penglihatan unilateral (Djelantik, 2010).
Trauma mata memerlukan perawatan yang tepat untuk mencegah
terjadinya penyulit yang lebih berat yang akan mengakibatkan kebutaan.
Oleh karena itu sangat dibutuhkan perhatian yang khusus dari tenagatenaga kesehatan untuk melakukan penanganan yang terbaik.
II.
KLASIFIKASI
Klasifikasi trauma mata berdasarkan mekanisme trauma adalah
sebagai berikut (Hoesin, 2011).
A. Trauma Mekanik
Standarisasi terminologi trauma mata berdasarkan Birmingham
Eye Trauma Terminology System (BETTS) adalah:
TRAUMA MATA
CLOSED GLOBE
Kontusio
Laserasi
Lamelar
Penetrasi
OPEN GLOBE
Laserasi
Ruptur
Perforasi
Istilah
Dinding mata
Closed globe
Definisi
Sklera dan kornea.
Perlukaan yang tidak mengenai seluruh ketebalan
injury
Open globe injury
dinding mata.
Perlukaan yang mengenai seluruh ketebalan dinding
Kontusio
mata.
Perlukaan yang tidak mengenai seluruh ketebalan
dinding mata. Luka dapat disebabkan karena
penghantaran energi langsung dari objek atau karena
Laserasi lamelar
Ruptur
mata.
Perlukaan pada seluruh ketebalan dinding mata yang
Laserasi
Penetrasi
Benda asing
yang berbeda.
Luka penetrasi di mana benda asingnya tetap
intraokuli
Perforasi
9. Hifema
Hifema adalah perdarahan pada bilik mata depat yang berasal dari
pecahnya pembuluh darah pada iris atau badan silier akibat trauma
tumpul.
10. Iridoparese
Iridoplegia adalah adanya kelumpuhan pada otot pupil sehingga
terjadi midriasis. Penanganan dapat dilakukan dengan memberikan
pilokarpin, apabila dengan pemberian yang sampai berbulan-bulan
tetap midriasis maka telah terjadi iridoplegia yang ireversibel.
11. Iridodialisis
Iridodialisis ialah iris yang pada suatu tempat lepas dari
pangkalnya, pupil menjadi tidak bulat dan disebut dengan
pseudopupil.
12. Dislokasi lensa
Dislokasi lensa terjadi pada putusnya
III.
DIAGNOSIS
A. Anamnesis
Anamnesis yang teliti sangat penting yakni meliputi:
a. Riwayat kejadian trauma
b. Objek penyebab
c. Pertolongan pertama di tempat kejadian
d. Tajam penglihatan sebelum kejadian
e. Gejala yang dialami yang berhubungan dengan derajat dan jenis
trauma yang dialami
B. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang perlu dilakukan antara lain:
a. Tajam penglihatan
Pemeriksaan ini untuk mengetahui visus sesudah trauma dan perlu
dinilai apakah visus menurun secara mendadak atau bertahap.
b. Pemeriksaan objektif pada mata
Uji gerakan mata
Uji sensasi kulit infra orbita
Palpasi defek pada tulang orbita
Pemeriksaan permukaan dalam palpebra dan segmen anterior
dengan slit lamp atau dengan oftalmoskop 10 dioptri
c. Ophthalmoscopy
d. Tonometri
C. Radiologi
a. USG B-scan
b. CT-Scan
IV.
TATA LAKSANA
8
Memperbaiki penglihatan.
Profilaksis tetanus
Khusus untuk trauma kimia yang merupakan true ocular
Memberikan obat-obatan:
9
V.
KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat ditemukan setelah terjadi trauma mata adalah
(Habib, 2015; Nurwasis, 2006):
1. Infeksi sekunder
2. Katarak traumatika
Katarak dapat segera terjadi akibat rupturnya kapsul lensa. Epitel
lensa distimulasi oleh trauma untuk membentuk plak fibrosa yang
lentikuler di bagian anterior.
3. Glaukoma sekunder
Glaukoma sekunder dapat terjadi akibat perlengketan iris kedepan
yang menyebabkan penyempitan sudut. Glaukoma ini dapat timbul
belakangan setelah beberapa bulan atau tahun.
4. Simpatetik oftalmia
Simpatetik oftalmia adalah suatu kondisi di mana pada mata yang
semula sehat (sympathetic eye) terjadi suatu peradangan pada jaringan
uvea setelah cedera penetrasi pada salah satu mata (exciting eye) yang
disebabkan trauma atau pembedahan
DAFTAR PUSTAKA
Djelantik, A. S., dkk. 2010. The Relation of Onset of Trauma and Visual
Acuity on Traumatic Patient. Jurnal Oftalmologi Indonesia Vol. 7. No. 3.
10
Habib,
H.
2015.
Trauma
Oculi
Non
Perforans.
Diunduh
https://www.scribd.com/doc/100435512/Trauma-Oculi-Non-Perforans
dari:
[pada
Mei 2015]
Hoesin, R. G. H. 2011. Penanganan Trauma Mata Masa Kini. Surabaya:
Departemen Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.
International Society Ocular Trauma. Birmingham Eye Trauma Terminology
System. Diunduh dari: http://isotonline.org/betts/ [pada 1 Mei 2015]
Nurwasis, dkk. 2006. Pedoman Diagnosis dan Terapi Bagian/SMF Ilmu
Penyakit Mata Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Edisi III. Surabaya:
Rumah Sakit Umum Dokter Soetomo Surabaya.
11