Anda di halaman 1dari 7

The Effect of Bonus Schemes on Accounting Decisions

(Efek Skema Bonus terhadap Keputusan Akuntansi)


Paul M Healy
1984
1. RINGKASAN
Dalam memberikan penghargaan kepada para eksekutif, perusahaan sering
menerapkan skema bonus berbasis laba. Berdasarkan laporan Fox (1980) pada tahun 1980
sebanyak 90% dari 1.000 perusahaan manufaktur terbesar di Amerika Serikat
menggunakan rancangan bonus berdasarkan laba akuntansi dalam memberikan
penghargaan kepada manajernya dan hanya 25% menggunakan rancangan kinerja.
Penelitian ini menguji hubungan antara keputusan akrual dan prosedur akuntansi manajer
dan pelaporan insentif pendapatan mereka melalui program skema bonus ini.
Penelitian sebelumnya yang menguji hubungan ini menunjukkan bahwa para
eksekutif dihargai dengan skema bonus, memilih prosedur akuntansi yang meningkatkan
pendapatan untuk memaksimalkan kompensasi bonus mereka. Hasil empiris mereka
saling bertentangan dan memiliki beberapa masalah. Pertama, mereka mengabaikan
definisi laba dalam skema bonus, laba sering didefinisikan sehingga keputusan akuntansi
tertentu tidak mempengaruhi bonus. Hagerman dan Zmijewski (1979) menemukan tidak
ada hubungan signifikan antara keberadaan skema bonus berbasis akuntansi dan metode
pencatatan kredit pajak investasi perusahaan. Kedua, penelitian sebelumnya berasumsi
skema kompensasi selalu mendorong manajer untuk memilih prosedur akuntansi yang
meningkatkan pendapatan.
Dalil Watts (1977) dan Watts dan Zimmerman (1978) menyatakan bahwa skema
bonus membuat insentif bagi manajer untuk memilih prosedur akuntansi dan akrual untuk
meningkatkan nilai sekarang dari penghargaan mereka. Artikel ini memuat lebih banyak
teori akuntansi mengenai dampak dari skema bonus. Menurut Healy (1983), aturan
pengambilan keputusan manajer untuk memilih kebijakan akrual ketika masa kerjanya
adalah dua periode. Pemilihan kebijakan akrual pada periode satu maka perbaikan
keputusannya dilakukan pada periode kedua karena kebijakan akrual dibatasi untuk
jumlah ke nol selama dua periode.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji rencana bonus dan menyediakan lebih
lengkap analisis dampak insentif akuntansi dari studi sebelumnya. Penelitian ini juga
menguji apakah terdapat perbedaan akrual untuk perusahaan ,dengan format rencana
1

bonus. Perbedaan akrual memberikan bukti lebih lanjut dari hubungan antara manajer
dengan keputusan akrual dan laporan pendapatan insentif rencana bonus. Pengujian
mereka menggunakan perubahan dalam prosedur akuntansi yang menunjukkan bahwa
keputusan manajer untuk mengubah prosedur yang tidak terkait dengan insentif rencana
bonus. Namun, pengujian tambahan telah menemukan bahwa terdapat perubahan dalam
penggunaan prosedur akuntansi yang terkait dengan adopsi atau modifikasi rencana
bonus.
Skema yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Kajian Empiris:
Kajian Teori:
Teori Keagenan
Watts dan Zimmerman (1978)
Skema Bonus Akuntansi
Hagerman dan Zmijewski (1979)
Rencana Bonus dan Keputusan Pilihan Akuntansi Holthausen (1981)
Zmijewski dan Hagerman (1981)
Collins, Rozeff Dhaliwal (1981)
Bowen, Noreen, dan Lacet (1981)

Rumusan Masalah
Hipotesis
Uji Statistik
Hasil
Simpulan dan Saran
Pengujian statistik yang digunakan adalah uji Chi-Square dan uji-t. Pengujian
tambahan dilakukan untuk mengurangi bias pengukuran akrual diskresioner dan laba
sebelum akrual diskresioner dengan menggunakan uji Tanda dan uji Beranking Wilcoxon.
Statistik Chi-Square adalah signifikan pada tingkat 0,005, menunjukkan bahwa ada
insiden lebih besar dari akrual negatif ketika batas rencana bonus bawah dan atas yang
mengikat daripada sebaliknya. Pengujian standar akrual berarti memperkuat hasil Chi
Square: sarana untuk LOW portofolio dan UPP kurang dari rata-rata untuk MID
portofolio. Uji-t, mengevaluasi perbedaan berarti, secara statistik signifikan pada tingkat

0,005. Hasil ini konsisten dengan hipotesis bahwa manajer lebih cenderung untuk
memilih penurunan pendapatan akrual ketika batas bawah dan atas dari rencana bonus
mereka mengikat. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa manajer akan lebih
memilih kebijakan akrual untuk menurunkan pendapatan akrual ketika batas bawah dan
batas atas dari rencana bonus mengikat.
Bagi para manajer menciptakan skema bonus merupakan cara memperoleh
insentif dan memilih prosedur akuntansi secara akrual adalah untuk memaksimalkan nilai
dari penghargaan berupa bonus. Terdapat hubungan yang kuat antara akrual dan insentif
pelaporan pendapatan manajer dalam kontrak bonusnya. Hasil penelitian ini juga
menemukan terjadinya perubahan secara sukarela prosedur akuntansi selama bertahuntahun, mengikuti adopsi atau modifikasi dari rencana bonus.
2. MOTIVASI PENELITIAN
Motivasi peneliti untuk melakukan penelitian pada topik ini karena hasil
penelitian-penelitian terdahulu yang bertolak belakang. Penelitian terdahulu mengabaikan
definisi rencana laba serta tidak menguji strategi yang digunakan perusahaan untuk
menentukan rencana bonus saat ini sehinga dapat meningkatkan target laba di masa
depan. Penelitian ini menguji kembali hubungan antara keputusan akrual dan keputusan
prosedur akuntansi manajer dan insentif pelaporan pendapatan mereka melalui program
skema bonus, dengan melakukan analisis yang lebih lengkap dan melakukan
pengendalian atas situasi-situasi yang menjadi permasalahan pada penelitian-penelitian
sebelumnya.
3. MASALAH PENELITIAN
Masalah dalam penelitian ini, antara lain:
1) Apakah manajer akan memilih kebijakan akrual (discretionary accruals) untuk
penurunan pendapatan jika laba sebelum kebijakan akrual (discretionary accruals)
kurang dari batas?
2) Apakah manajer akan memilih kebijakan akrual (discretionary accruals) untuk
meningkatkan pendapatan jika laba sebelum kebijakan akrual (discretionary accruals)
melebihi ambang batas yang lebih rendah?
3) Apakah manajer akan memilih kebijakan akrual (discretionary accruals) untuk
mengurangi pendapatan jika rencana bonus menentukan batas atas dari pendapatan?

4. LANDASAN TEORI
Teori yang mendasari penelitian ini adalah teori keagenan (agency theory) yaitu
teori yang menjelaskan dan memprediksi perilaku dari pihak-pihak yang terlibat dalam
perusahaan, dan teori akuntansi positif yaitu suatu bangun teori akuntansi yang
mempunyai sasaran untuk menjelaskan dan memprediksi praktik akuntansi.
Deskripsi dari skema bonus akuntansi dimana formulasi dan definisi variabel yang
digunakan dalam skema bonus bervariasi pada perusahaan-perusahaan dan bahkan pada
satu perusahan dari waktu ke waktu. Fitur yang biasanya ada dalam skema bonus adalah
mereka mendefinisikan varian dari laba yang dilaporkan dan target laba (batas bawah)
yang digunakan untuk mengkalkulasikan bonus.
Watts (1977) dan Watts and Zimerman (1978) mendalilkan bahwa skema bonus
menciptakan insentif bagi manajer untuk memilih prosedur akuntansi dan akrual untuk
meningkatkan nilai sekarang dari penghargaan mereka. Teori kompensasi memprediksi
bahwa jika laba sebelum keputusan akrual lebih rendah dari batas bawah dalam skema
bonus, maka manajer memilih discretionary accrual yang menurunkan pendapatan.
5. HIPOTESIS
Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
H1: manajer akan memilih discretionary accruals untuk penurunan pendapatan jika laba
sebelum discretionary accruals kurang dari batas.
H2: manajer akan memilih discretionary accruals untuk meningkatkan pendapatan jika
laba sebelum discretionary accruals melebihi ambang batas yang lebih rendah.
H3: manajer akan memilih discretionary accruals untuk mengurangi pendapatan jika
rencana bonus menentukan batas atas dari pendapatan.
6. KARAKTERISTIK DESAIN PENELITIAN
a. Rantai Kausal dan Validitas Logika
Penelitian ini menunjukkan rantai kausalitas dan validitas logika yang baik,
yaitu dengan ditunjukkan terdapat penjelasan penelitian sebelumnya beserta
permasalahannya yang menjadi latar belakang dalam penelitian ini, kemudian
dijelaskan skema bonus akuntansi yang kemudian dikaitkan dengan keputusankeputusan pilihan akuntansi yang dilakukan oleh manajemen di dalam landasan teori
yang digunakan, beserta contoh-contoh kasus yang mendasari penyimpulan hipotesis.
4

Validitas logika dalam penelitian ini yaitu adanya skema bonus akan berdampak pada
perubahan prosedur akuntansi yang dilakukan oleh manajer untuk mendapatkan
reward sehingga menimbulkan peluang bagi manajer untuk melakukan perubahan
pada laba perusahaan.
b. Pengendalian Variabel Extraneous
Variabel extraneous dikendalikan dengan cara menggunakan purposive
sampling. Validitas eksternal dalam penelitian ini adalah data cross section. Populasi
terdiri dari 250 perusahaan terbesar di Amerika yang terdaftar pada Fortune Directory
1980. Sampel dipilih dengan dengan kriteria 1) Perusahaan tidak menggunakan
rencana bonus dan rencana kinerja dalam periode waktu yang sama. 2) Perusahaan
yang secara eksplisit menyebutkan bahwa remunerasi yang terkait dengan laba adalah
bonus. 3) Eksekutifnya menerima bonus, mempublikasikan kontrak bonusnya secara
detail. 4) Membayarkan bonusnya selama masa proxy. 5) Mempublikasikan semua
informasi yang diperlukan.
Akhirnya dari beberapa kriteria yang ditetapkan oleh peneliti diperoleh sampel
sebanyak 94 perusahaan. Dalam penelitian ini juga terdapat pengujian tambahan yang
membandingkan akrual pada perusahaan yang merencanakan bonus termasuk batas
atas dengan akrual pada perusahaan yang tidak merencanakan batas atas.
c. Validitas Internal
Validitas internal berkenaan dengan derajat akurasi antardesain penelitian dan
hasil yang dicapai. Penelitian ini memiliki validitas internal yang cukup baik karena
terdapat konsistensi antara masalah penelitian, hipotesis, dan analisis data, sehingga
hasil penelitian dapat menjawab masalah penelitian yang diungkapkan peneliti.
d. Validitas Eksternal
Validitas eksternal dari hasil riset merupakan kemampuan data untuk
digeneralisasi terhadap orang-orang, tempat, dan waktu (generalizability). Sampel
yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel yang terdiri dari 94 perusahaan
industri terbesar di Amerika Serikat yang telah memenuhi kriteria yang ditetapkan
dalam pemilihan sampel. Hasil dan kesimpulan penelitian ini adalah terbatas kepada
sampel dengan kondisi atau criteria seperti yang didefinisikan di dalam penelitian.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa validitas eksternalnya rendah.
e. Pengumpulan dan Analisis Data

Laba dan batas atas dan batas bawah untuk setiap perusahaan tiap tahun
diestimasi menggunakan definisi skema bonus aktual. Data diperoleh dari
COMPUSTAT untuk tahun 1964-1980 dan dari Manual Industrial Moody untuk
tahun-tahun sebelumnya. Dua proksi yang digunakan adalah discretionary accrual
yang diwakili oleh total akrual dan efek dari perubahan prosedur akuntansi secara
sukarela terhadap laba. Total akrual, termasuk discresionary accrual (DA) dan non
discresionaty accrual diestimasi berdasarkan perbedaan antara laba akuntansi yang
dilaporkan dan arus kas dari operasi. Teknik analisis data menggunakan uji statistik
Chi-Square yaitu uji two-tailed yang membandingkan jumlah pengamatan dalam
setiap sel tabel kontingensi dengan jumlah yang diharapkan secara kebetulan. Uji-t
adalah tes one-tailed perbedaan akrual rata-rata untuk tiga portofolio. Selain itu,
menggunakan uji kontijensi yang direplikasi menggunakan efek dari perubahan
prosedur akuntansi pada pendapatan untuk bonus sebagai proksi keputusan
diskresioner akuntansi.
f. Uji statistik
Untuk menguji hubungan antara discretionary accrual dan rencana bonus
digunakan pengujian kontijensi yang terdiri dari uji statistik Chi-square dan t-statistik.
Hasil pengujian kontijensi untuk menguji hubungan discretionary accrual dan
rencana bonus menunjukkan bahwa ada hubungan antara discretionary accrual
dengan insentif pelaporan laba manajer berdasarkan rencana bonus. Pengujian
tambahan dengan uji statistik the sign and wilcoxon signed-ranks menunjukkan hasil
yang konsisten dengan teori; rata-rata akrual untuk tahun-perusahaan yang batas atas
skema bonusnya tidak mengikat lebih besar dibandingkan rata-rata akrual untuk
tahun-perusahaan yang tidak mempunyai batas atas. Hasil pengujian kontijensi untuk
menguji hubungan perubahan prosedur akuntansi dan laba, tidak mendukung teori.
Namun

hasil

pengujian

tambahan

yang

menguji

hubungan

antara

perubahan/modifikasi rencana bonus dengan perubahan prosedur akuntansi,


menunjukkan bahwa perubahan pada skema bonus berasosiasi dengan perubahan
prosedur akuntansi (konsisten dengan hipotesis).
g. Konsistensi antara masalah penelitian, hipotesis dan analisis data
Telah terdapat kekonsistenan antara masalah penelitian, hipotesis, dan analisis
data dalam penelitian ini. Masalah penelitian ini telah menjabarkan apa yang ingin
diteliti oleh peneliti, yaitu pengaruh kebijakan akrual dan prosedur akuntansi pada
6

bonus manajer. Hipotesis yang diajukan telah sesuai dengan masalah penelitian, dan
data yang dikumpulkan telah dianalisis dengan baik sehingga mampu memberikan
bukti untuk mendukung atau menolak hipotesis yang diajukan.
h. Konsistensi hasil pengujian dengan simpulan
Peneliti menyimpulkan penelitiannya telah konsisten dengan hasil pengujian
yang dilakukan. Hasil pengujian dan simpulan mengemukakan pernyataan yang sama
bahwa rencana bonus memberikan pilihan bagi manajer untuk merubah prosedur
akuntansi dan akrual untuk meningkatkan nilai bonus yang akan mereka dapatkan.
Tetapi manajer lebih cenderung memainkan akrual ketika rencana bonus mereka pada
batas atas atau batas bawah.
i. Implikasi kebijakan
Hasil penelitian ini menunjukkan skema bonus merupakan cara yang efektif
untuk mempengaruhi kebijakan akrual manajerial dan keputusan prosedur akuntansi
karena dapat menciptakan insentif bagi para manajer untuk memilih prosedur
akuntansi dan kebijakan akrual dalam memaksimalkan nilai dari penghargaan bonus
mereka Dari hasil penelitian ini, disarankan pada perusahaan agar memperjelas
kebijakan skema bonus untuk menghindari manajemen laba yang dilakukan oleh
manajer. Selain itu perusahaan disarankan untuk mempertimbangkan dasar atau basis
lain selain laba, untuk pelaksanaan kebijakan skema/rencana bonus.

Anda mungkin juga menyukai