Laporan keuangan dihasilkan dari proses pengukuran dan penilaian atas peristiwa-peristiwa bisnis (transaksi) dan melaporkan dan mengungkapkan hasil peristiwa bisnis itu dalam bentuk laporan keuangan. Transaksi bisnis yang dicatat di bukti transaksi dicatat ke jurnal, kemudian dipos ke buku besar dan buku pembantu. Selanjutnya data dari buku besar diiktisarkan di neraca saldo untuk dilakukan penyesuaian dan koreksi atas kesalahan, Untuk pemenuhan pelaporan, Laporan keuangan disusun berlandaskan prinsip-prinsip akuntansi yang berterima umum, sehingga laporan keuangan yang dihasilkan memiliki makna untuk membantu pengguna laporan keuangan membuat keputusan. Perlu diingat bahwa laporan keuangan banyak dipengaruhi estimasi dan pertimbangan professional. Laporan keuangan dikomunikasikan kepada beragam pihak yang membutuhkan informasi dari laporan keuangan. Laporan Keuangan dan sistem yang menghasilkan laporan keuangan merupakan tanggungjawab manajemen. Audit merupakan proses yang sistematis untuk mengumpulkan bukti yang objektif atas asersi manajemen di laporan keuangan. Audit dilakukan sesuai dengan Standar Auditing yang ada di Buku Standar Profesional Akuntan PublikSPAP). Aktivitas audit dimulai dengan memahami bisnis dan industry klien. Pemahaman atas bisnis dan industry klien diperlukan untuk memahami proses bisnis klien dan lingkungan yang melingkupinya. Berdasarkan pemahaman ini, auditor mengumpulkan bukti-bukti terkait asersi manajemen di laporan keuangan. Pengumpulan bukti didasarkan pada program audit dan prosedur audit yang dirancang oleh auditor. Bukti-bukti yang dikumpulkan melalui prosedur audit merupakan basis auditor untuk menentukan apakah laporan keuangan disusun sesuai dengan PABU. Berdasarkan pemahaman dan keyakinan auditor atas bukti audit dan prosedur yang dilakukan, auditor menerbitkan opini atas laporan keuangan klien apakah telah sesuai dengan PABU. Pada akhir audit, auditor memberikan laporan auditor independen kepada pihak atau klien yang menugaskan dan memberikan memberikan rekomendasi tambahan kepada manajemen atau dewan direksi. Informasi laporan keuangan harus bisa diverifikasi. Laporan keuangan harus didukung oleh bukti-bukti yang menunjukkan nilai moneter yang tertera di laporan keuangan. Auditor bisa melakukan audit apabila memeroleh keyakinan bahwa laporan keuangan bisa diverifikasi ke buktibukti yang mendukung informasi di Laporan Keuangan. Dalam menentukan apakah Laporan Keuangan bisa diverifikasi atau tidak, harus juga disadari bahwa beberapa akun di laporan keuangan tidak memiliki bukti otentik karena didasarkan pada estimasi dan pertimbangan. Misalnya: akun akumulasi penyusutan dihasilkan dari setimasi atas umur ekonomi dan nilai sisa serta pertimbangan professional dalam memilih metode penyusutan. Dalam hal ini, verifikasi dilakukan atas kewajaran melakukan estimasi dan pertimbangan serta konsistensi dalam menggunakannya.
Meskipun laporan keuangan harus bisa diverifikasi, perlu disadari juga
bahwa laporan keuangan tidak bisa dikatakan benar atau salah. Hal ini disebabkan laporan keuangan banyak menggunakan estimasi dan pertimbangan serta bisa saja terjadi kesalahan manusiawi dalam pencatatan transaksi. Untuk itulah, konsep penyajian wajar (fair presentasion) digunakan untuk menilai laporan keuangan. Berapa batas [enyajian wajar? Untuk itu ditetapkan batas materialitas, yaitu suatu jumlah atau batas kesalahan yang bisa ditolerir yang tidak terlalu memengaruhi kandungan informasi laporan keuangan bagi pihak-pihak yang menggunakan laporan keuangan hasil audit.