Anda di halaman 1dari 10

Pemetaan Kebutuhan Masyarakat Berbasis Desa Sebagai

Solusi Kecepatan Pemulihan Pasca Bencana


I. Latar Belakang
Berdasarkan laporan The Asia Pacific Disaster Report 2010 yang disusun oleh Komisi
Ekonomi dan Sosial PBB untuk kawasan Asia dan Pasifik (ESCAP) dan Badan PBB Urusan
Strategi Internasional untuk Penanggulangan Bencana (UNISDR). Dipublikasikan bahwa
Indonesia menempati posisi keempat dalam jumlah kasus bencana alam di Asia-Pasifik kurun
waktu 1980-2009 dengan 312 Kasus dibawah China (574 kasus), India (416), dan Filipina (349).
Sedangkan berdasarkan peringkat jumlah korban tewas terbanyak, Indonesia menempati posisi
kedua, di bawah Banglades, PBB mendata sedikitnya terdapat 191.164 jiwa yang tewas akibat
bencana alam di Indonesia selama 1980-2009. Untuk kerugian ekonomi akibat bencana alam,
Indonesia berada di peringkat ke delapan, setidaknya negeri ini menderita kerusakan ekonomi
senilai US$22,5 miliar.
Bencana telah menyebabkan perubahan pada kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat,
terutama dalam pemenuhan kebutuhan dasar dan kebutuhan akan bantuan pada proses
pemulihan, rehabilitasi dan rekonstruksi yang sifatnya berkelanjutan. Oleh karena itu diperlukan
kerangka kerja dalam mengembangkan kegiatan pemulihan kondisi sosial ekonomi masyarakat
yang terkena dampak bencana, dengan mengembangkan data dan informasi terkini mengenai
situasi dan kondisi masyarakat, melalui pemetaan dan analisis kebutuhan masyarakat pada level
desa.
Informasi terkait bencana yang ada saat ini, baru terbatas pada data kerusakan rumah atau
infrastruktur yang sifatnya kuantitatif, belum ada informasi yang mendeskripsikan kondisi situasi
sosial ekonomi di wilayah yang terkena dampak yang mengantarkan pada bagaimana membuat
langkah kerja dalam menentukan kebijakan, program dalam memenuhi kebutuhan masyarakat
jangka pendek, menengah maupun jangka panjang.
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana dan Peraturan
Pemerintah No 21/2008 tentang Pelaksanaan Penanganan Bencana ditujukan pada penilaian
kerusakan dan kerugian sebagai prasyarat untuk mengembangkan rencana rehabilitasi pasca

bencana. Rencana rehabilitasi ini berfungsi sebagai dasar untuk alokasi dana dan prioritas
pembangunan untuk pemulihan pasca bencana.
II. Tujuan Pemetaan dan Analisis Kebutuhan
Berdasarkan latar belakang diatas, pemetaan dan analisis kebutuhan bertujuan untuk
mendapatkan gambaran yang jelas tentang bagaimana kondisi suatu wilayah pasca bencana,
terkait dengan kondisi sosial, sarana dan prasarana melalui proses survey, serta menampung
aspirasi masyarakat mengenai kebutuhan melalui proses Focus Group Discussion (FGD) yang
kemudian akan dirumuskan dalam kebijakan dan program, sehingga kedepannya siapapun pihak
yang akan membantu proses pemulihan, rehabilitasi maupun rekonstruksi, baik itu pemerintah,
maupun lembaga donor, sudah memiliki data dan informasi yang akurat dengan bersumber dari
hasil pemetaan ini.
Informasi atau keluaran yang didapatkan dari pelaksanaan pemetaan kebutuhan
masyarakat pascabencana, diantaranya:
-

Data menyeluruh mengenai kondisi saat ini terkait prasarana wilayah yang rusak dan kebutuhan
wilayah yang dapat dijadikan pedoman dalam merumuskan program-program pemulihan,

rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana dan tahun-tahun berikutnya.


Memberikan gambaran mengenai kebutuhan masyarakat dan dinamika sosial di setiap wilayah,
yang dapat digunakan sebagai bahan untuk merancang program-program pemangku kepentingan
pada masa mendatang.
Tujuan utama pemetaan adalah mendukung pembangunan masyarakat di wilayah
bencana, dengan menyediakan informasi yang relevan bagi pemangku kepentingan dalam hal ini
donor dan lembaga-lembaga pemerintah untuk merumuskan program-program lembaga donor
dan lembaga pemerintah terkait untuk mendorong proses pemulihan, rehabilitasi dan
rekonstruksi pada lokasi bencana.
Pemetaan dan analisis kebutuhan ini memiliki peran penting dalam sekurang-kurangnya
tiga hal:

Pemetaan dilakukan dengan mengambil sampel wilayah berdasarkan luasan bencana, bisa satu
atau antar kabupaten/kecamatan/desa, diambil juga sampel keluarga korban bencana, serta
informan kunci pada wilayah yang menggambarkan representasi masyarakat beserta gambaran
kebutuhannya.

Menghimpun data dan informasi terkait dengan kondisi prasarana dan kondisi sosial,
mendapatkan informasi mengenai indikator-indikator prasarana dan kondisi sosial. Hal ini akan
mendapatkan perbandingan-perbandingan yang akurat antara desa, kecamatan dan kebupaten

berdasarkan luasan dampak bencana.


Data yang terhimpun akan menjadi milik desa. Selain juga digunakan oleh lembaga-lembaga lain
yang akan mendukung proses pembangunan desa. Informasi yang terkumpul akan melengkapi
informasi yang ada di tingkat desa. Karena data ini milik desa, maka data ini bermanfaat sebagai
alat yang penting untuk perencanaan desa dan alokasi sumberdaya desa jangka panjang.

III. Komponen Pemetaan


Pemetaan dan analisi kebutuhan masyarakat, terdiri dari dua komponen yaitu pemetaan
sosial dan pemetaan prasarana. Namun dalam hal ini pemetaan lebih difokuskan pada pemetaan
sosial.
1. Pemetaan Sosial
Program-program pemulihan, rehabilitasi dan rekonstruksi harus memenuhi kebutuhan
baik aspek material maupun aspek sosial masyarakat. Oleh karena itu pemetaan yang dilakukan
harus mampu mengkaji, memahami hubungan sosial di tingkat masyarakat setempat dan
bagaimana hubungan sosial ini dipengaruhi oleh unsur-unsur seperti situasi sosial, keagamaan,
budaya, kearifan lokal dan sebagainya.
Terkait hal tersebut, pemetaan ini terdiri dari kuesioner yang ditujukan bagi informan
kunci diantaranya kepada kepala desa, ketua pemuda, tokoh perempuan, bidan atau mantri tokoh
adat/ agama dan kepala sekolah dasar, dan juga pedoman FGD bagi pemangku kepentingan
wilayah.
Adapun informasi yang dikumpulkan diantaranya:
a. Informasi umum desa: komponen ini mencakup data geografi, pemerintahan, pendidikan,
infrastruktur, kesehatan, sumber penghasilan masyarakat, aksesibilitas dan lain-lain.
b. Pengungsi: komponen ini memberikan tinjauan mengenai kondisi pengungsi, jumlah pengungsi,
kondisi kehidupan, dan keadaan ekonomi (jika masih ada).
c.
Informasi: komponen ini mengidentifikasi informasi menganai aspek-aspek kebutuhan
masyarakat berdasarkan ekspektasi masyarakat.
d. Kebutuhan desa: komponen ini menyajikan gambaran tentang apa yang dibutuhkan masyarakat
e.

untuk pembangunan beserta prioritas-prioritasnya seperti pembangunan infrastruktur.


Modal sosial: komponen ini mencakup inklusi/eksklusi, tindakan kolektif, partisipasi, dan
kepercayaan.

f.

Pendidikan: gambaran dan data mengenai kondisi sekolah didasarkan pada wawancara dengan
kepala sekolah dan memberikan informasi dasar mengenai sekolah, seperti jumlah guru dan

g.

murid dan kebutuhan-kebutuhan utama di sektor pendidikan.


Kesehatan: komponen ini menyajikan gambaran lengkap mengenai kondisi riwayat kesehatan
masyarakat, riwayat kondisi psikis masyarakat pra dan pasca gempa, kondisi infrastruktur
kesehatan dan gambaran serta kebutuhan lain terkait kesehatan masyarakat.

Gambar 1 Kerangka dan Pendekatan Pemetaan

IV. Jenis Responden dan Informasi Yang Diharapkan


Untuk mencapai keseimbangan antara kebutuhan data desa yang rinci serta kapasitas dan
waktu yang tersedia bagi petugas pengumpul data dan komponen sosial, dilaksanakan dengan
menggunakan survei responden kunci. Responden dipilih untuk memastikan keterwakilan pada

tingkat desa, diantaranya: kepala desa, ketua pemuda, tokoh agama/adat, mantri/ bidan dan
kepala sekolah dasar. Kuesioner yang sama untuk ketiga kategori responden : kepala desa, tokoh
adat/agama, tokoh pemuda dan tokoh perempuan, dengan tambahan kuesioner

tentang

karakteristik desa yang pertanyaannya diajukan kepada kepala desa. Selain juga terdapat
kuesioner yang berbeda, diajukan pertanyaannya kepada bidan atau mantri terkait kondisi
kesehatan masyarakat desa dan kuesioner terkait kondisi pendidikan saat ini yang respondenya
adalah kepala sekolah dasar.
Berkaitan dengan kondisi pasca bencana terdapat kondisi khusus, yaitu ada kemungkinan
kehilangan data primer pada setiap desa, oleh karena itu dipandang perlu untuk memastikan
bahwa

data

yang

terkumpul

dari

hasil

pemetaan,

bermutu

tinggi

dan

dapat

dipertanggungjawabkan, sehingga bisa dimanfaatkan oleh aparatur desa saat menyusun profil
desa.
Jenis informasi yang diharapkan dari masing-masing informan kunci sebagai berikut:
1. Kepala desa
Pemimpin masyarakat setempat atau Kepala Desa adalah pihak yang paling memahami
mengenai kondisi wilayahnya, memiliki data dan informasi lengkap mengenai kondisi
masyarakat, kondisi infrastruktur, dinamika masyarakat. Selain itu kepala desa memainkan
peranan penting, dalam penyelesaian permasalahan yang ada di masyarakat, juga memiliki
informasi terakait harapan dan kebutuhan masyarakat pasca bencana.
2. Ketua pemuda
Ketua pemuda merupakan representasi penduduk usia muda. Peran serta kaum muda dalam
proses pembangunan masyarakat sangat penting, karena sebagian besar kelompok penduduk ini
memiliki potensi dalam pengembangan desa dikarenakan memiliki perspektif yang berbeda
dibandingkan dengan tokoh kunci lainnya. Selain itu tokoh pemuda sangat diharapkan
keterlibatan atau partisipasinya dalam proses pembangunan pasca bencana.
3. Tokoh perempuan
Perempuan kurang diperhatikan dalam proses pembangunan dan pemulihan pasca bencana.
Perempuan merupakan juga kelompok yang menggunakan sebagian besar waktunya untuk
kegiatan rumah tangga di desa. Sesungguhnya mereka yang paling memahami dengan baik
dinamika sosial di desanya. Pandangan kaum perempuan memberikan wawasan yang penting
bagi perencanaan pembangunan desa dan kebutuhan riil masyarakat.
4. Tokoh Agama/ Adat

Tokoh agama atau tokoh adat merupakan pihak yag paling mengetahui mengenai sejarah desa,
perubahan dan segala perkembangannya. Dari mereka akan didapatkan perbandingan masa
kemasa, kearifan lokal, nilai yang dianut, dan pandangan universal mengenai kondisi desa
beserta harapan dan kebutuhan di masa yang akan datang.
5. Mantri atau Bidan
Mantri atau bidan merupakan pihak yang memahami kondisi dan riwayat kesehatan masyarakat,
mulai dari tingkat kelahiran, kematian, angka harapan hidup, kondisi fasilitas kesehatan,
kemampuan masyarakat dalam mengakses fasilitas kesehatan, kondisi psikologis masyarakat
pasca gempa. Dari bidan atau mantri akan terhimpun data maupun informasi terkait kondisi,
harapan dan kebutuhan masyarakat dalam bidang kesehatan.
6. Kepala Sekolah Dasar
Kepala Sekolah Dasar merupakan pihak yang merepresentasikan gambaran kondisi pendidikan
pada satu wilayah, mulai dari angka buta huruf, angka melanjutkan pendidikan, masalah-masalah
dalam sektor pendidikan, fasilitas pendidikan, prestasi siswa dan gambaran lain terkait dengan
harapan dan kebutuhan masyarakat akan pendidikan pasca bencana.

Tabel 1. Tinjauan Pertanyaan Survey dan Responden


Topik Pertanyaan Peniliti
Kepala
desa
Informasi umum desa
Data penduduk
Data Geografis
Data kemiskinan
Data Tenaga Kerja
Data Infrastruktur
Pengungsi
Pengungsi akibat gempa, cara
hidup saat ini dan keadaan ekonomi
Data riil jumlah pengungsi
Dinamika Sosial
Akses kepada pelayanan,
Tindakan kolektif
Partisipasi

Tokoh
Agama/Adat

Responden Survey
Tokoh
Tokoh
Pemuda Perempuan

Mantri/
Bidan

Kepala
SD

Kepercayaan
Pendidikan
Jenis dan kategori sekolah
Jumlah murid
Jumlah dan jenis guru
Kebutuhan sektor pendidikan
Kondisi infrastruktur Pendidikan
Kesehatan
Riwayat penyakit masyarakat
Akses masyarakat terhadap fasilitas
kesehatan
Kondisi fasilitas kesehatan
Kondisi psikologis masyarakat

2. Evaluasi Prasarana
Pemetaan prasarana adalah untuk mengetahui semua jenis prasarana di desa, dan
memberikan informasi rinci tentang kondisi:

Jalan
Jembatan
Air dan sanitasi
Listrik
Irigasi
Fasilitas desa, termasuk kesehatan dan pendidikan, rumah ibadah, dan balai pertemuan
Fasilitas ekonomi
Pemukiman
Lahan produktif
Survei mencatat semua prasarana

V. Tahapan Pelaksanaan Pemetaan dan Proses Data


Pemetaan dilaksanakan pada saat kondisi tanggap darurat, saat tim tanggap darurat
bergerak menyalurkan bantuan kemanusiaan, disaat yang sama tim pemetaan melakukan kajian
kebutuhan masyarakat, sehingga saat tanggap darurat selesai dan masuk ke fase pemulihan,
rekomendasi tim pemetaan sudah bisa langsung ditindaklanjuti pemangku kepentingan dalam hal
ini pemerintah maupun lembaga donor.
Adapun tahapan dalam pelaksanaan pemetaan dan analisis sosial sebagai berikut:
1. Menyiapkan instrumen survey dan logistik
Setelah mendapatkan informasi bencana pada satu wilayah, tim langsung mempersiapkan
instrumen survey berupa kuesioner maupun daftar wawancara terbuka beserta perangkat
pendukung lainnya yaitu laptop sebagai sarana input data dan modem untuk lalulintas data. Jika

kondisi infrastruktur rusak parah seperti tidak ada sinyal dan listrik, tim harus mempersiapkan
alat penunjang lainnya.
2. Pengumpulan data lapangan
Saat tim tiba dilapangan, dilakukan pengumpulan data beserta informasi baik kuantitatif maupun
kualitatif, sehingga data yang didapatkan selain lengkap juga akurat.
3. Verifikasi data
Setelah data terhimpun dilakukan verifikasi data yang dilakukan oleh koordinator masing-masing
wilayah untuk divalidasi ketepatannya, validasi ini penting agar data yang didapatkan tidak sesat.
4. Input data
Setelah proses validasi data selesai, data yang sudah masuk kedalam format dikirimkan melalui
fasilitas internet ke pusat komando bencana, sehingga dalam waktu singkat data sudah sampai di
pusat komando bencana.
5. Proses dan analisis data
Pusat komando bencana berada di ibukota Kabupaten/ provinsi yang menghimpun seluruh data
yang masuk dari desa/ kecamatan yang kemudian memproses dan menganalisis data sehingga
terpetakan kebutuhan bantuan pada tahap pemulihan berdasarkan kebutuhan dan karakteristik
masing-masing wilayah dalam hal ini berbasis desa.
6. Rekomendasi
Tahap ini merupakan hasil final dari kegiatan pemetaan dan analisisisnya, sehingga didapatkan
data lengkap masyarakat perwilayah/ desa berdasarkan kebutuhannya. Data berupa rekomendasi
ini disampaikan kepada pemangku kepentingan khususnya pemerintah dan lembaga donor. Data
pemetaan ini penting agar bantuan yang diberikan pemangku kepentingan tepat sasaran,
memenuhi kebutuhan buka keinginan dan menghindari penumpukan bantuan pada satu titik dan
kekurangan pada titik lain.
Dalam melaksanakan pemetaan serta analisis melibatkan tim, namun demikian tim
dibentuk berdasarkan luasan wilayah, dengan prinsip cepat, dan efektif. Tim yang
direkomendasikan terdiri dari:
a.

Koordinator Provinsi
Koordinator provinsi merupakan pimpinan tertinggi dalam struktur operasional pelaksanaan
kegiata pemetaan, yang membawahi langsung koordinator kabupaten. Koordinator Provinsi

beserta timnya yang berperan dalam tahapan proses data, analisis data serta rekomendasi.
b. Koordinator Kabupaten
Koordinator kabupaten bertanggungjawab atas berjalannya aktivitas pekerjaan yang dilakukan
oleh fasilitator FGD dan enumerator, menyampaikan progress setap hari dan memastikan data

yang berasal dari kuesioner yang dihimpun oleh enumerator bisa diinput setiap hari oleh editor
dan dikirimkan kepada Koordinator Provinsi yang merupakan posko komando bencana.
c. Editor
Tugas editor adalah setiap hari menginput lembar kuesioner yang sudah diisi oleh enumerator
berdasarkan hasil survey di lapangan. Sehingga data yang di dapat merupakan data real time
yang diwaktu yang sama bisa dibaca hasilnya oleh koordinator provinsi dan penanggungjaab
survey.
d. Fasilitator FGD
Fasilitator FGD merupakan profesional dalam memfasilitasi diskusi kelompok pada setiap desa.
Tanggungjawab dari fasilitator FGD adalah mendapatkan gambaran utuh mengenai kondisi desa,
kondisi masyarakat, pemetaan desa, kohesifitas masyarakat, sejarah desa, dan yang terpenting
adalah menghimpun kebutuhan masyarakat, yang kemudian deskripsi tersebut dibuat dalam
e.

bentuk laporan.
Enumerator
Enumerator merupakan bagian terpenting dalam kegiatan pemetaan, dimana tugasnya adalah
menghimpun data karakteristik desa, data kesehatan, pendidikan dan data infrastruktur desa.
Data yang sudah didapatkan dalam lembar kuesioner, setiap akhir pemetaan harian wajib
dikoreksi secara manual,yang kemudian diinput oleh editor ke dalam software dan sistem IT.
Terkait proses data, meliputi tahapan sebagai berikut:

1. Setiap kuesioner yang sudah diisi dilapangan, wajib dikoreksi secara manual oleh enumerator
bersangkutan ketika pulang ke base camp. Kuesioner yang sudah dikoreksi tersebut kemudian
dikumpulkan sesuai dengan kecamatan, lalu diserahkan kepada editor msing-masing kabupaten.
Proses pengumpulan kuesioner dipantau langsung oleh coordinator Kabupaten, sekaligus
mengevaluasi kendala yang ada
2. Kuesioner yang sudah dihimpun oleh coordinator kabupaten, setiap sore diberikan kepada editor
untuk dimasukan kedalam software yang dimiliki tim. Sehingga data yang sudah diinput, besok
pagi sudah bisa dilihat hasilnya oleh coordinator provinsi dan coordinator survey, shingga bisa
dikoreksi maupun diolah lebih lanjut.

I.

Penutup
Model pemetaan dan analisis berbasis desa ini diharapkan menjadi jawaban atas
permasalahan yang kerap kali muncul pasca bencana. Data yang lumrah disajikan pada

umumnya berupa data kerusakan infrastruktur semata, tidak menyentuh aspek sosio ekonomi dan
cenderung berpendekatan fisik, jalurnya top down bukan bottom up. Setidaknya 4 (empat) hal
yang didapatkan dari model pemetaan berbasis desa, diantaranya:
1. Memperoleh data dan informasi tentang kebutuhan masyarakat (humanitarian perspective) pada
2.

wilayah yang terkena dampak bencana.


Mendukung institusi lain untuk penyusunan human recovery (social basic services and

3.

environmental)
Melengkapi data rencana tindak rehabilitasi dan rekonstruksi institusi terkait seperti BPBD

Provinsi/ Kabupaten.
4. Menjadi basis data bagi pemerintah baik level provinsi, kabupaten, kecamatan dan khususnya
desa dalam perumusan program dan kegiatan pembangunan jangka pendek, menengah, maupun
jangka panjang.

Referensi:
ESCAP, 2010. Protecting Development Gains Reducing Disaster Vulnerability and Building Resilience
in Asia and The Pacific, The Asia Pacific Disaster Report 2010
UNDP, 2010. Early Recovery Needs Assessment: Data Collection and Analysis West Java Earth Quake.
RI Ranking ke2 Jumlah Korban Bencana Terbesar, http://dunia.news.viva.co.id/news/read/185603korban-di-ri-terbanyak-kedua-di-asia-pasifik.

Anda mungkin juga menyukai