Anda di halaman 1dari 1

Betapa risaunya hati terbuai dunia, sering kali ia membuat lupa.

Kesibukan tiada
henti, tak berkurang setiap hari. Betapa lelah diri ini
Malam itu setelah semua cinta tertidur, kucoba merenung tentang sebuah kehidupan
yang telah dan sedang aku jalani. Tanpa rencana aku dengarkan sebuah lagu yang
cukup membuatku tersentuh. Lagu itu tenang dihiasi tampilan gambar kematian. Dal
am keheningan malam aku terdiam merenungkan salah satu baitnya.
Each soul has its given date who knows tomorrow could be your day Come on my bro
thers let's pray Decide now, do not delay
Kematian, mungkin besok datang menjemput, siapa yang tahu. Cukuplah itu menjadi
pengingat walau sejenak. Zikrul maut memang cara mujarab untuk sejenak melupakan
hiruk pikuk kesibukan dunia. Walau bukan satu-satunya cara, namun melihat jasad
tak berdaya terbalut kafan sering kali membuat hati ini tertunduk.
Sekian kali aku melihat kematian, sekian kali melewati pekuburan. Di liang lahat
sang jasad sepi sendiri, gelap dalam perut bumi. Cukuplah itu menjadi pengingat
, membatasi canda kesenangan dunia.
Hidup ini akan terus berlangsung hingga waktu yang ditetapkan. Di antaranya sili
h berganti kebaikan dan keburukan. Meluangkan waktu untuk merenung serta menging
at kematian selalu memberikan semangat baru untuk menjaga kebaikan tetap di atas
keburukan. Upaya menghisab diri merenungi amal dan dosa senantiasa menumbuhkan
energi untuk menjaga diri agar jauh dari keterpurukan.
Sungguh keheningan selalu menjadi saat yang tepat untuk merenung, karena ia adal
ah lawan dari hiruk pikuk yang melupakan dan melalaikan. Rasulullah mengajarkan
manusia untuk merenung dalam keheningan ziarah kubur. Sebagaimana Kalam Allah da
lam Al-Muzammil menegaskan heningnya malam sebagai saat untuk sujud mengadu dan
menghisab diri.
Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyuk) dan bacaan
di waktu itu lebih berkesan. Sesungguhnya kamu pada siang hari mempunyai urusa
n yang panjang (banyak).
Syukur kepada-Mu ya Rabbi atas kesempatan merenung malam ini. Detik-detik perenu
ngan sungguh bagaikan setetes embun yang kembali menyegarkan jiwa. Ia bagaikan p
enahan laju kesibukan dunia untuk sejenak menghela nafas menatap arah, untuk sej
enak membuang lupa.
***
Ya muqollibal qulub tsabbit quluubana la dienika wat tho atika

Anda mungkin juga menyukai