Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH BIOLOGI SEL DAN MOLEKULER

STRUKTUR DAN FUNGSI MITOKONDRIA

KELOMPOK 1
Havid Apriliano P.P. (15308141036)
Emma Maulida (15308141054)
Yuli Ana Dwi Handayani (15308141055)
Ein Dwi Sari M. (1530814400)

PRODI BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2016

BAB I
PENDAHULUAN
Makhluk hidup tersusun atas bermilyar-milyar sel. Sel didefinisikan
sebagai unit struktural dan fungsional terkecil yang menyusun makhluk
hidup. Dalam menjalankan fungsinya, sel dilengkapi dengan bagianbagian sel yang disebut dengan organel. Salah satu organel yang penting
dalam sel adalah mitokondria.
Mitokondria adalah organel yang berperan sebagai pabrik energi
yang menghasilkan energi bagi sel dalam bentuk ATP. Mitkondria memiliki
struktur yang kecil, dan tersusun atas empat bagian. Komposisi utama
dari mitokondria sendiri adalah protein. Di dalam mitokondria, untuk
membentuk energi, terjadi proses yang disebut respirasi seluler. Respirasi
seluler

ini

terbagi

menjadi

empat,

yaitu

glikolisis,

fermentasi,

dekarboksilasi oksidatif piruvat, dan siklus krebs atau dikenal

pula

sebagai siklus asam sitrat. Untuk lebih mengenal dan lebih memahami
mengenai mitokondria, akan dibahas di dalam makalah ini.
A. Pengertian Mitokondria
Nama Mitokondria diberikan oleh seorang pakar bernama Benda
(1897-1898), dibangun oleh dua suku kata dari bahasa Yunani, mito=
benang dan chondrion= granula. Jadi mitokondria adalah organela yang
bentuknya

memanjang

atau

granula.

Mitokondria

dibatasi

oleh

membran rangkap, membran dalam mengadakan perluasan ke dalam


matriks dengan membentuk penonjolan-penonjolan yang disebut krista.
Membran mitokondria disusun oleh lipoporotein, lebih tipis dari
membran plasma. Di dalam matriks terdapat enzim-enzim dan koenzim
yang diperlukan untuk metabolisme energi. Di dalam mitokondria juga
terdapat adanya ADN khusus dan ribosom. (Sumadi, 2007:91)
B. Letak, Jumlah, dan Siklus Hidup Mitokondria
Letak mitokondria dalam sel umumnya tersebar dalam plasma
sel, tetapi ada pula yang letaknya menurut pola tertentu. Pada otot lurik
letak mitokondria tersusun teratur diantara sersbut-serabut kontraktil

otot, sedangkan pada spermatozoa letaknya tersusun pada bagian


ekornya. Letak mitokondria yang demikian karena diperlukan sebagai
penghasil energy dalam menunjang fungsinya yaitu untuk kontraksi.
Mitokondria mempunyai sifat plastis, karena itu bentuknya dapat
berubah-ubah. Sifat plastis terutama terdapat pada mitokondria yang
letaknya tersebar bebas dalam sitosol, sedangkan mitokondria yang
letaknya tidak bebas, seperti pada otot lurik plastisitasnya menjadi
berkurang.

Plastisitas

dan

gerakan

mitokondria

di

dalam

sel

memudahkan distribusi ATP keseluruh bagian sel yang membutuhkan.


Pada sel-sel hati yang fungsinya sebagai tempat berbagai sintesis,
maka mitokondria letaknya tersebar di dalam sitosol, sedangkan pada
otot yang fungsinya sebagai alat kontraksi maka mitokondria letaknya
tersusun teratur diantara serabut-serabut kontraktil. (Sumadi, 2007:92)
Menurut Wayan Bowo (1988) pada umumnya mitokondria
tersebar

secara

merata

di

dalam

sitoplasma,

tetapi

ada

juga

pengecualiannya, misalnya terkumpul disekitar nukleus atau sitoplasma


bagian tepi. Jika di dalam sitoplasma terdapat banyak inklusion
(misalnya glukosa dan lemak), maka tempat mitokondria terdesak.
Penyebaran mitokondria di dalam sitoplasma berkaitan erat dengan
fungsinya sebagai pemberi energi. Pada beberapa sel mitokondria
dapat bergerak secara bebas membawa ATP ke daerah-daerah yang
memerlukan energi, sedangkan pada sel yang lain orgnela tersebut
tetap pada tempat-tempat yang lebih banyak memerlukan energi
misalnya dalam sel otot dan diafragma.
Jumlah mitokondria dalam suatu sel bervariasi, dari beberapa
ratus sampai beberapa ribu buah. Dalam oosit hewan jumlahnya
mencapai 300.000 buah, dalam sel hati 1000-1600 buah dan yang
paling sedikit adalah pada sel alga Micromonas, yang mempunyai
mitokondria hanya sebuah. Pada tumbuhan hijau jumlah mitokondria
lebih sedikit daripada dalam sel hewan karena beberapa fungsinya
yang telah diambil alih oleh kloroplas. (Wayan Bowo, 1988: 44)
Mitokondria dapat melakukan replikasi secara mandiri (self
replicating) seperti sel bakteri. Replikasi terjadi apabila mitokondria ini
menjadi terlalu besar sehingga melakukan pemecahan (fission). Pada

awalnya sebelum mitokondria bereplikasi, terlebih dahulu dilakukan


replikasi DNA mitokondria. Proses ini dimulai dari pembelahan pada
bagian dalam yang kemudian diikuti pembelahan pada bagian luar.
Proses ini melibatkan pengkerutan bagian dalam dan kemudian bagian
luar membran seperti ada yang menjepit mitokondria. Kemudian akan
terjadi pemisahan dua bagian mitokondria.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Struktur Mitokondria

Ukuran dan bentuk mitokondria, seperti halnya jumlahnya di


dalam sel, bervariasi menurut jaringannya dan menurut keadaan
fisiologis sel. Kebanyakan mitokondria berebentuk jorong, dengan
diameter antara 0,5 dan 1,0 m dan panjang sampai 7 m. Biasanya,
makin sedikit jumlah mitokondria dalam suatu sel, makin besar ukuran
organela

tersebut.

Pada

banyak

mikrograf

elektron,

mitokondria

kelihatan berbentuk halter atau raket. bentuk semacam ini mungkin

menunjukkan proses pembelahannya, jadi mitokondria mengadakan


proliferasi. (Issoegianti Reksoatmodjo, 1993:154)
Dengan menggunakan mikroskop fasekontras dapat dilihat
bahwa mitokondria tersebut dapat tumbuh memanjang, bercabang,
membelah

dan

bergabung.

Perubahan-perubahan

yang

demikian

kadang berlangsung dalam waktu kurang daripada satu menit. Hal ini
menunjukkan bahwa mitokondria merupakan suatu struktur autonom
yang dinamis. (Wayan Bowo, 1988: 44)
Mitokondria dapat dilihat secara jelas dengan mikroskop
electron. Mitokondria dibatasi oleh membrane rangkap, membrane luar
dan membrane dalam. Di bagian dalam dari membrane dalam berisi
matriks berupa cairan seperti gel, sedangkan dibagian luarnya berisi
cairan yang lebih encer. Cairan yang lebih encer itu mengisi ruang antar
membrane.
membrane

Matriks,
dalam

ruang

antar

mengandung

selaput,

membrane

bermacam-macam

luar,

enzim.

dan

Matrik

mengandung sejumlah enzim yang diperlukan dalam siklus Kreb, garam


dan air. Di dalam matriks terdapat juga DNA sirkuler dan ribosom.
Sejumlah inklusi juga ditemukan di dalam matriks mitokondria dari
berbagai sel. Ruang antar selaput mengandung berbagai enzim, tetapi
biasanya tidak mengandung inklusi berbentuk zaroh.
1. Membran luar

Membrane luar kira-kira tebalnya 6.0 nmm. Membran luar


bersifat permeabel terhadap berbagai substansi yang mempunyai
berat molekul mencapai 500 dalton. Membran luar mengandung
protein transport yang disebut porin. Membran luar mengandung
fosfolipid tiga kali lebih banyak daripada membran dalam, dan kirakira mengandung kolesterol enam kali lebih banyak, oleh karena itu
memiliki densitas lebih rendah (densitas membran luar 1,13 dan
untuk membran dalam 1,21).
2. Membran dalam

Membran dalam mitokondria bersifat kurang permeabel


dibandingkan dengan membran luar yang terdiri dari 20% lipid dan
80% protein. Membran ini merupakan tempat utama pembentukan
ATP. Luas permukaan ini meningkat sangat tinggi diakibatkan
banyaknya lipatan-lipatan yang menonjol ke dalam matriks, disebut
krista. Struktur krista ini meningkatkan luas permukaan membran
dalam sehingga meningkatkan kemampuan dalam memproduksi
ATP. Membran dalam mengandung protein yang lebih banyak yang
terlibat dalam reaksi fosforilasi oksidatif. ATP sintase yang berfungsi
membentuk ATP pada matriks mitokondria, serta protein transport
yang mengatur keluar masuknya metabolik dari matriks melewti
membran dalam. Pada membrane dalam melekat banyak oksisoma
berbentuk bulat dengan diameter 8-9 nm. Oksisoma ini diidentifikasi
sebagai tempat utama proses fosforilasi oksidatif. Membran dalam
juga kaya akan kardiopolin.
3. Ruang antar membran

Ruang antar membran merupakan ruang yang berada


diantara membran luar dan membran dalam mitokondria. Ruang ini
berisi cairan yang mengandung berbagai macam enzim dan
mengandung sekitar 6% dari total protein mitokondria yang
digunakan untuk membawa ATP yang tengah melewati ruang

tersebut untuk memfosforilasi nukleotida lain. Di ruang antar


membran berlangsung reaksi-reaksi penting bagi sel, seperti reaksi
oksidasi asam amino dan reaksi -oksidasi asam lemak.
4. Krista
Krista (mitochondrial crests atau cristae mitochondreales)
pada sel tumbuhan berbentuk tubular, sedangkan pada sel hewan
berbentur lamelar. Ruangan didalam krista juga dinamakan ruang
intrakristal.

Krista

merupakan

lipatan-lipatan

yang

terbentuk

kedalam matriks oleh membran dalam mitokondria, sehingga


membran dalam mitokondria ini memiliki suatu permukaan yang
luas yang bisa meningkatkan produktivitas ATP sebagai hasil
pembentukan energi.
Pada protozoa dan kebanyakan tumbuhan, krista membentuk
suatu perangkat buluh-buluh yang mengarah kedalam matriks dari
segala arah. Jumlah krista dapat bertambah atau berkurang,
tergantung pada derajat aktivitas aerobic. Sel-sel pada jaringan
aerobik

akan

mengandung

menghasilkan
mitokondria

sejumlah

dengan

(Sumadi, 2007:94)

Gambar: berbagai bentuk krista

besar

krista

ATP,

yang

umumnya

berkembang.

Struktur morfologi mitokondria yang paling bervariasi adalah


krista.Dalam satu tipe sel, mereka pada umumnya uniform dan khas
pada sel. Akan tetapi, susunan dari bentuk-bentuk yang berbeda
terdapat dalam tipe-tipe sel yang berbeda. Umumnya mitokondria
memiliki krista yang berbentuk lamella atau tubuler.
Pada bentuk lamella, krista relatif sejajar dan teratur, sedang
pada krista yang

berbentuk tubular memperlihatkan tubulus-

tubulus yang terorientasi pada matriks. Pada beberapa mitokondria,


susunan tubulusnya teratur, misalnya pada Amoeba Chaos chaos.
Menurut Sheeler & Bianchi (1983), struktur mitokondria
berdasarkan kristanya dapat dikelompokkan menjadi tiga, antara
lain:
1. Krista susunannya menyerupai lembaran misalnya krista pada
mitokondria sel hati.
2. Krista dengan susunan yang sangat rapat menyerupai tumpukan
uang logam misalnya pada mitokondria sel ginjal.
3. Krista dengan susunan seperti jala yang dibentuk oleh saluransaluran yang saling beranastomosis.
5. Matriks
Matriks jika dilihat dengan perbesaran rendah akan terlihat
halus, akan tetapi, jika perbesaran di tingkatkan, maka akan terlihat
partikel partikel sonik, mulai dari ribosom,dan filamen-filamen DNA.
Secara mendetail matriks mitokondria mengandung lipida dan
protein.
Matriks mitokondria juga mengandung beberapa struktur,
yang paling jelas adalah granula intramitokondria atau granula
osmiofilik, yang berupa partikel-partikel bulat dengan diameter 2535 nanometer. Fungsinya mungkin sebagai tempat menyimpan
molekul lipid. Disamping itu, kadang-kadang terdapat juga kristal
protein yang besar, granula kuning telur (yolk) dan cadangan
glikogen. (Wayan Bowo, 1988: 44)

Selain itu matriks mitokondria mengandung ribosom dan


DNA. Molekul DNA bentuknya kecil dan melingkar, tidak banyak
bersenyawa dengan protein, sedangkan ribosomnya sejenis dengan
yang

terdapat

mitokondria

pada

dengan

bakteri.
yang

Kemiripan

terdapat

DNA

pada

dan

sel-sel

ribosom

prokariotik

menimbulkan teori bahwa dalam evolusinya mitokondria merupakan


keturunan bakteri yang mula-mula hidup bebas, kemudian masuk ke
dalam sel eukariotik dan menetap disitu sebagai endosimbion.
Sistem kode yang masih ada pada DNA mitokondria hanya berfungsi
untuk menghasilkan beberapa enzim dan protein yang terdapat di
dalam organela tersebut. (Wayan Bowo, 1988: 44)
B. Komposisi Kimia Mitokondria
Pada mitokondria utuh, air merupakan komponen utama yang
dominan dan ditemukan di seluruh mitokondria kecuali dalam lapisan
bilayer lipida. Air selain berperan dalam reaksi-reaksi kimia, juga
berperan sebagai medium fisik dimana metabolit dapat berdifusi
diantara sistim-sistim enzim. Komponen utama mitokondria adalah
protein. Persentase protein yang sebenarnya berkaitan dengan jumlah
membran dalam yang ada. Membran dalam terdiri atas protein, baik
protein

enzimatik

maupun

protein

struktural.

Pada

beberapa

mitokondria, membran dalam mengandung kira-kira 60% dari total


protein organel. Berdasarkan distribusi enzim didalam mitokondria hati
tikus, telah terbukti bahwa membran dalam mengandung 21% dari total
protein mitokondria dan membran luar 40%. Menurut perhitungan ini,
kurang lebih 67% protein terdapat pada matriks dan biasanya
ditemukan dalam ruang intraseluler.
Protein mitokondria dapat dikelompokkan menjadi dua bentuk,
yaitu bentuk terlarut dan bentuk tidak terlarut. Protein terlarut
terutama terdiri atas enzim-enzim matriks dan protein perifer membran
atau protein intrinsik membran tertentu. Protein tidak terlarut biasanya
menjadi bagian integral membran. Beberapa dari protein ini merupakan
protein struktural serta beberapa protein enzim.

Komposisi

lipida

mitokondria

tergantung

dari

sumber

mitokondrianya. Namun demikian, fosfolipida merupakan bentuk yang


dominan. Umumnya fosfolipida terdiri dari dari total lipida. Perbedaan
distribusi lipida memiliki arti penting, baik darisegi struktural maupun
fungsional. Namun secara detail belum jelas.Sejumlah molekul organik
sederhana yang berbeda berasosiasi dengan membran mitokondria.
Beberapa dari molekul ini adalah molekul redoks yang ikut serta dalam
transpor elektron. Ubiquinon (koenzim Q), flavin (FMN danFAD), dan
nukleotida piridin (NAD+) secara normal terikat membran, dan kadangkadang berasosiasi pada hampir sebagian besar membran dalam.
Mitokondria

memiliki DNA tersendiri,

yang

dikenal

sebagai mtDNA. MtDNA berpilin ganda, sirkular, dan tidak terlindungi


membran (prokariotik). Karena

memiliki ciri seperti

DNA bakteri,

berkembang teori yang cukup luas dianut, yang menyatakan bahwa


mitokondria dulunya merupakan makhluk hidup independen yang
kemudian bersimbiosis dengan organisme eukariotik. Teori ini dikenal
dengan

teori

endosimbion.

Pada

makhluk

tingkat

tinggi,

DNA

mitokondria yang diturunkan kepada anaknya hanya berasal dari


betinanya saja (mitokondria sel telur). Mitokondria jantan tidak ikut
masuk ke dalam sel telur karena letaknya yang berada di ekor sperma.
Ekor sperma tidak ikut masuk ke dalam sel telur sehingga DNA
mitokondria jantan tidak diturunkan.
Membran Dalam
Terdiri dari 20% lipid dan 80% protein yang terlibat dalam reaksi
fosforilasi oksidatif, ATP sintase yang berfungsi membentuk ATP pada
matriks mitokondria, serta protein transpor yang mengatur keluar
masuknya metabolit dari matriks melewati membran dalam.
Membran dalam ini mengandung 5 kelompok protein integral
membran yaitu NADH dehidrogenase, suksinat dehidrogenase, sitokrom
c reduktase (juga dikenal sebagai sitokrom b-c 1), sitokrom c oksidase
dan ATP sintase.

Membran

dalam

lebih

kompleks

dalam

struktur

daripada

membran luar karena mengandung kompleks dari rantai transpor


elektron dan kompleks sintetase ATP. Ini permeabel hanya untuk
oksigen, karbon dioksida dan air. Ini terdiri dari sejumlah besar protein
yang memainkan peran penting dalam memproduksi ATP, dan juga
membantu dalam mengatur transfer metabolit melintasi membran.
Membran dalam memiliki infoldings disebut krista yang meningkatkan
luas permukaan untuk kompleks dan protein yang membantu dalam
produksi ATP, molekul yang kaya energi.
Ruang antar membran
Ruang antar membran yang terletak di antara membran luar dan
membran dalam merupakan tempat berlangsungnya reaksi-reaksi yang
penting bagi sel, seperti reaksi oksidasi asam amino dan reaksi oksidasi asam lemak.
Membran luar
Membran luar terdiri dari protein dan lipid dengan perbandingan
yang sama serta mengandung protein porin yang menyebabkan
membran ini bersifat permeabel terhadap molekul-molekul kecil.
Membran luar juga mengandung enzim yang terlibat dalam
biosintesis lipid dan enzim yang berperan dalam proses transpor lipid
ke matriks untuk menjalani -oksidasi menghasilkan asetil-KoA.
Matriks mitokondria
Di dalam matriks mitokondria juga terdapat materi genetik, yang
dikenal dengan DNA mitkondria (mtDNA), ribosom, ATP, ADP, fosfat
inorganik serta ion-ion seperti magnesium, kalsium dan kalium.
Matriks

mitokondria

mengandung

enzim

terutama

larut.

Komponen lain dari matriks ini adalah ribosom dan DNA. Matriks
merupakan campuran kompleks enzim yang penting untuk sintesis
molekul ATP, ribosom mitokondria khusus, tRNA dan DNA mitokondria.

Selain

itu,

ia

memiliki

oksigen,

karbon

dioksida

dan

daur

ulang intermediet lainnya. Isi dari matriks mitokondria yang kental di


alam. Ini tidak seperti sitoplasma sel yang menggabungkan isi dalam
keadaan cair. Dari total protein mitokondria, 60-70% hadir dalam
matriks.
C. Kompartemen Enzim Mitokondria
1. Membran luar
Membrane luar berisi enzim-enzim monoamine oksidase,
asam lemak tiokinase, kinurenin hidroksilase, rotenone-insensitif
sitokrom c reduktase.
2. Ruang antar membrane
Ruang antar membrane berisi enzim-enzim adenilat kinase
dan nukleosid difosfokinase.
3. Merman dalam
Membrane dalam berisi enzim-enzim rantai respirasi, enzimenzim untuk sintesis ATP, asam -keto dehidrogenase, suksinat
dehidrogenase, D--hidroksibutiratdehidrogenase, dan asam lemak
karnitin transferase.
4. Matrik
Matrik
mengandung

enzim-enzim

komplek

piruvat

dehidrogenase, sitrat sintetase, isositrat dehidrogenase, fumarase,


malat dehidrogenase, akonitase, glutamate dehidrogenase, dan
enzim-enzim untuk oksidasi asam lemak.
Dari beberapa enzim yang terdapat pada membrane luar,
monoamine oksiase merupakan enzim tanda bagi membrane luar.
Monoamine oksidase mengandung flavin, asam sialat, dan heksoamin.
Enzim ini mempunyai berat molekul sampai 115.000 dalton.
Membrane dalam meskipun lebih komplek dari membrane luar,
tetapi mempunyai cirri yang lebih baik. Yang merupakan enzim tanda
bagi membrane dalam adalah suksinat dehidrogenase. Beberapa enzim
lain seperti enzim-enzim yang terlibat dalam rantai transpor elektron
dan fosforilasi oksidatif merupakan protein membran.
Matrik mitokondria berisi enzim-enzim untk reaksi daur kreb dan
berkenaan dengan sintesis protein. Suatu enzim yang terlibat dalam

dau Kreb merupakan enzim yang bebas didalam matriks, kecuali


suksinat dehidrogenase yang merupakan komponen protein merman
dalam.
D. Fungsi Mitokondria
Fungsi mitokondria yang utama adalah sebagai pabrik energi sel
yang mampu untuk dapat menghasilkan energi dalam bentuk ATP.
Metabolisme karbohidrat dapat berakhir di mitokondria ketika piruvat di
transpor serta dioksidasi oleh O2 dan menjadi CO2 serta air. Energi
yang dapat dihasilkan sangatlah efisien yaitu sekitar 30 molekul ATP
yang diproduksi untuk setiap molekul-molekul glukosa yang dioksidasi,
sedangkan dalam glikolisis hanya mampu untuk dihasilkan 2 molekul
ATP. Fungsi mitokondria dapat mengatur dalam aktivitas metabolisme
sel.
Proses pembentukan energi atau dapat disebut juga dengan
fosforilasi oksidatif terdiri atas 5 tahapan reaksi enzimatis yang
melibatkan berbagai kompleks enzim yang terdapat pada membran
bagian dalam. Proses pembentukan ATP melibatkan proses transpor
elektron dengan melalui bantuan 4 kompleks enzim dan juga dengan
bantuan FoF1 ATP Sintase serta Adenine Nucleotide Translocator (ANT).
Fungsi mitokondria sangat bervariasi tergantung dengan jenis sel di
mana mereka berada.
1. Mitokondria memiliki fungsi yang sangat penting yaitu untuk
menghasilkan energi. Makanan yang kita konsumsi akan dipecah
dalam bentuk molekul yang sederhana seperti karbohidrat, lemak,
dan sebagainya. Hal tersebut akan dikirim ke mitokondria di mana
mereka

akan

memproses

menjadi

lebih

lanjut

untuk

dapat

menghasilkan molekul bermuatan yang akan bergabung dengan


oksigen serta akan menghasilkan molekul ATP. Seluruh proses
tersebut dikenal dengan fosforilasi oksidatif.

2. Mitokondria memiliki peran yang sangat penting dalam menjaga


konsentrasi ion kalsium yang tepat dan cukup dalam berbagai
kompartemen sel. Mitokondria dapat membantu sel-sel untuk
mencapai tujuan tersebut dengan melayani sebagai sebuah tangki
penyimpanan yang dapat menyimpan ion kalsium.
3. Mitokondria

juga

berperan

dalam

membangun

bagian-bagian

tertentu dari darah serta hormon seperti testosteron dan estrogen.


4. Mitokondria yang terdapat dalam sel-sel hati mempunyai enzim
yang dapat mendetoksifikasi amonia.
5. Mitokondria berperan dalam proses kematian sel terprogram, yaitu
sel yang tidak diinginkan serta jumlah yang terlalu banyak sehingga
akan dipangkas selama perkembangan organisme. Proses tersebut
disebut

apoptosis.

Kematian

sel

yang

abnormal

dikarenakan

disfungsi mitokondria akan berdampak dalam mempengaruhi fungsi


organ.
Seperti yang telah dikemukakan diatas bahwa fungsi mitokondria
yang utama adalah sebagai pabrik energi sel yang mampu untuk dapat
menghasilkan energi dalam bentuk ATP. Pembentukan ATP tersebut
terjadi melalui proses respirasi seluler dengan tahapan sebagai berikut:

1. Glikolisis
Pada reaksi glikolisis ini, baik dalam keadaan aerob (cukup oksigen) maupun
anaerob (kurang oksigen), glukosa akan diubah menjadi piruvat. Dalam keadaan aerob,
piruvat diubah menjadi asetil KoA yang kemudian masuk ke jalur siklus asam sitrat
atau siklus Krebs. Sedangkan pada jalur anaerob piruvat diubah ke asam laktat
menghasilkan 2 asam laktat dan reaksi ini terjadi di otot, sedangkan jalur yang dilalui
untuk menghasilkan alkohol (2 Ethanol + 2CO2) dihasilkan dari permentasi yeast.
Langkah-langkah glikolisis adalah sebagai berikut :

Selama glikolisis glukosa dipecah menjadi dua molekul asam


piruvat, dan menghasilkan 2 molekul ATP dan 1 moleku NADH + H +.
karena dari satu molekul glukosa tadi dihasilkan dua mlekul asam
piruvat, maka untuk selanjutnya yang dioksidasi juga dua molekul.
Karena yang dioksidasi selalu dua molekul maka energy yang
diperoleh juga harus selalu dikalikan dua. Sehingga hasilnya menjadi
4 ATP dan 2 NADH + H+.
Asam piruvat pada sel-sel anaerob atau pada sel-sel otot
akan diubah menjadi etil alkohol atau asam laktat, sedangkan pada
sel-sel yang aerob akan masuk kedalam mitokondria untuk dioksidasi
lebih lanjut.

2. Fermentasi
a. Fermentasi Alkohol

Ragi adalah contoh fermentasi alkohol yang menggunakan


bakteri Saccharomyces sp. untuk proses pembuatan tape, terjadi
proses perubahan glukosa menjadi etanol dan CO 2. Hasil glikolisis
yaitu asam piruvat, pada fermentasi alkohol akan diubah menjadi
alkohol (etanol). Proses pembentukan asam piruvat menjadi alkohol
terjadi melalui dua tahap.
Pada tahap pertama yaitu asam piruvat hasil dari proses
glikolisis akan diubah menjadi asetaldehida yang disertai dengan
pelepasan karbondioksida. Dalam proses ini enzim yang berperan
adalah enzim piruvat dekarboksilase. Selanjutnya yaitu tahap yang
kedua asetaldehida akan diubah menjadi etanol dengan bantuan
enzim alkohol dehidrogenase.

Maka hasil akhir dari proses

fermentasi alkohol adalah 2 etanol dan 2 CO2 serta 2 ATP.

b. Fermentasi Asam Laktat

Pada proses respirasi anaerob, asam piruvat selain diubah


menjadi alkohol juga dapat diubah dalam bentuk asam laktat atau
laktat. Jika proses fermentasinya terjadi pada otot maka akan
menghasilkan laktat, namun jika reaksi tersebut terjadi di dalam
bakteri asam laktat maka akan menghasilkan asam laktat.
Fermentasi asam laktat biasanya terjadi pada fermentasi susu
menjadi keju dan youghurt.
Enzim yang berperan dalam reaksi ini adalah laktat
dehidrogenase. Dalam proses untuk menghasilkan asam laktat
digunakan NADH hasil dari proses glikolisis sebagai sumber
energi. Dalam reaksi ini NADH tidak dipakai untuk membentuk
ATP namun digunakan untuk mereduksi 2 molekul asam piruvat
sehingga dihasilkan produk asam laktat. Hasil energi yang
diperoleh yaitu 2 ATP.
3. Dekarboksilasi oksidatif

Dalam mitokondria asam piruvat akan diubah menjadi asetil


KoA. Reaksi ini dikatakan dekarboksilasi oksidatif karena terjadi
oksidasi dan kehilangan gugus karboksil menjadi CO 2. Dekarboksilasi
oksidatif memerlukan tiga komplek enzim yaitu asam piruvat
dekarboksilase, dihidroksilipoil transasetilase, dan dihidroksilipoil
dehidrogenase. Sedangkan kovaktor enzim yang terlibat adalah KoA,
NAD, asam lipoat, Mg2+, dan timin pirifosfat. Disini dihasilkan 2 x 1
NADH + H+, dan membebaskan 2 x 1 CO2.
Piruvat dioksdasi dalam reaksi dekarboksilasi tunggal yang memecah satu
dari tiga atom karbon piruvat. Atom karbon ini kemudian keluar sebagai CO2. Reaksi
ini membentuk gugus dua atom yang disebut gugus asetil, yang dikenal sebagai
pasangan elektron dan berasosiasi dengan hidrogen dengan mereduksi NAD+ menjadi
NADH. Pada reaksi, gugus asetil meninggalkan piruvat bergabung dengan kofaktor
yang disebut Koenzim A, membentuk senyawa yang disebut Asetil-KoA. Reaksinya
adalah sebagai berikut :
Piruvat + NAD+ + KoA Asetil-KoA + NADH + CO2
Reaksi ini menghasilkan satu molekul NADH, yang kemudian digunakan
untuk memproduksi ATP, dan menghasilkan Asetil-KoA. Asetil KoA penting karena
dihasilkan dari berbagai mekanisme metabolisme. Hampir semua molekul yang
dikatabolis untuk energi diubah kedalam bentuk Asetil-KoA. Asetil-KoA adalah kunci
dari berbagai proses metabolisme (Johnson, 2011 : 168).
Piruvat memasuki mitokondria melalui transpor aktif yang dibantu oleh
protein transpor. Gugus karboksil piruvat, yang telah dioksidasi sepenuhnya sehingga
hanya memiliki sedikit energi kimia, disingkirkan dan dilepaskan sebagai CO 2.
Fragmen berkarbon 2 yang tersisa dioksidasi, membentuk senyawa yang dinamakan
asetat. Suatu enzim mentransfer elektron-elektron yang terekstrasi ke NAD +,
menyimpan energi dalam bentuk NADH. Koenzim A, suatu senyawa mengandung

sulfur yang berasal dari vitamin B diletakkan ke asetat oleh suatu ikatan tak stabil yang
membuat gugus asetil A (asetat yang melekat menjadi sangat reaktif). Karena sifat
kimia gugus KoA, produk penyiapan kimiawi ini, asetil KoA, memiliki energi
potensial yang tinggi. Molekul tersebut siap memasuki gugus asetilnya ke dalam siklus
asam sitrat untuk dioksidasi lebih lanjut (Campbell, 2008 : 170).
4. Siklus Krebs
Siklus asam sitrat adalah suatu reaksi dimana dua atom
karbon dari asetil-KoA dioksidasi menjadi CO2. Siklus kreb terjadi di
matriks mitokondria dan terjadi secara aerob.

Dalam satu putaran siklus krebs terjadi melalui beberapa tahap


yaitu:
a Oksaloasetat + asetil Ko-A

Sitrat

Asetil Ko-A yang terbentuk dari proses Dekarboksilase


Oksidatif akan masuk ke dalam daur krebs dan bereaksi dengan
oksaloasetat dan asetil KoA. Kemudian

oksaloasetat dan asetil

KoA akan berubah menjadi citril KoA dengan bantuan enzim sitrat
sintase. Citril KoA akan mengalami hidrolisis menjadi sitrat dan
menghasilkan KoA.

b Asam sitrat
Isositrat
Sitrat akan mengalami dehidrasi menjadi cis-asonitat.
Asonitat akan terhidrasi menjadi isositrat. Reaksi ini dibantu oleh
enzim akonitase karena cis-akonitat merupakan senyawa antara.

c Isositrat
ketoglutarat
Isositrat diubah menjadi oksalosuksinat dibantu dengan
enzim

isositrat

dehidrogenase

dan

menghasilkan

NADH 2.

Kemudian oksalosuksinat akan diubah menjadi -ketoglutarat


dan menghasilkan CO2.

d ketoglutarat
Suksinil Ko-A
ketoglutarat + NAD+ + KoA diubah menjadi suksinil KoA ,
CO2 dan NADH oleh kompleks -ketoglutarat dehidrogenase.

Kompleks enzim ini memerlukanNAD+dan koenzim A sebagai


kofaktor.

e Suksinil Ko-A
Suksinat
Suksinil Ko-A diubah menjadi suksinat (4C) oleh suksinil KoA sintetase. Reaksi ini menggunakan energi yang dilepaskan oleh
pemotongan ikatan suksinil Ko-A untuk mensintesis GTP / ATP dari
Pi dan GDP / ADP.

Suksinat
Fumarat
Suksinat akan diubah menjadi fumarat dibantu oleh enzim
suksinat dehidrogenase dan menghasilkan FADH2.

g Fumarat
Malat
Fumarat diubah menjadi malat (4C) oleh enzim fumarase,
reaksi ini merupakan reaksi hidrasi.

h Malat

Oksaloasetat
Malat dioksidasi menjadi oksaloasetat (4C) oleh enzim

malat dehidrogenase dan menghasilkan NADH2.

Jadi dapat disimpulkan bahwa siklus krebs merupakan


tahap kedua dalam respirasi aerob yang mempunyai tiga fungsi,
yaitu

menghasilkan NADH,

FADH2,

ATP

serta

membentuk

kembali oksaloasetat. Oksaloasetat ini berfungsi untuk siklus


krebs selanjutnya. Dalam siklus krebs, dihasilkan 6 NADH, 2
FADH2, dan 2 ATP.

5. Fosforilasi oksidatif

Hasil dari proses katabolisme karbohidrat berupa energi yang


siap pakai yakni ATP dan simpanan energi lain berupa NADH dan
FADH2. Simpanan energi NADH dan FADH2 harus diubah terlebih dahulu
menjadi ATP menggunakan reaksi fosforilasi oksidatif melalui sistem
transport

elektron.

Fosforilasi

oksidatif

merupakan

proses

pembentukan ATP akibat transpor elektron dari NADH atau FADH 2


kepada O2 melalui serangkaian pengembangan elektron.
1.

Hubungan antara transpor elektron dan fosforilasi oksidatif


Hubungan antara transpor elektron, fosforilasi oksidatif dan
pembentukan ATP adalah pada proses pembentukan ATP dari
NADH

dan

FADH2.

Secara

oksidatif

(membutuhkan

oksigen)

dibutuhkan sistem yang disebut sistem transport elektron. Dimana


elektron yang dibawa oleh NADH dan FADH 2 yang terbentuk dari
reaksi glikolisis, dekarboksilasi oksidatif dan siklus krebs akan
dipindahkan menuju penerima elektron yang terakhir, yaitu
oksigen. Proses ini terjadi pembebasan energi terakhir yaitu
oksigen. Proses ini terjadi pada membran dalam mitokondria.
2. Sistem Transpor elektron
Rantai transpor elektron adalah urutan pembawa pemindahelektron yang terikat pada protein yang terbenam dalam membran
mitokondria bagian dalam. Pembawa ini menerima elektron dari
tetangganya yang tereduksi dan memberikan elektron tersebut ke

tetangga di sebelahnya yang teroksidasi, sampai akhirnya elektron


diterima oleh O2. Masing-masing penerima elektron berada pada
tingkat energi yang lebih rendah (potensial reduksi yang lebih
positif)

sehingga

sewaktu

elektron

melewati

rantai

terjadi

pembebasan energi.
Pembawa

transpor

elektron

yang mengoksidasi

NADH

terutama tersusun menjadi tiga kompleks besar yang terentang


melintasi membran: kompleks I yakni NADH dehidrogenase dan
pusat-besi

sulfurnya;

Kompleks

II

terdiri

dari

suksinat

dehidrogenase dan pusat besi sulfurnya, kompleks III terdiri dari


sitokrom b-c1 ; dan kompleks IV, terdiri dari sitokrom oksidase.
Koenzim Q (KoQ), suatu komponen rantai yang bukan protein dan
larut lemak. Sewaktu kompleks pertama NADH dehidrogenase,
menerima elektron dari NADH, kompleks tersebut tereduksi ;
sewaktu komplek ini memberikan elektron kepada KoQ, kompleks
ini teroksidasi kembali. KoQ memberikan elektron ke kompleks bc1. Elekron kemudian diambil oleh sitokrom c dan dipindahkan ke
sitokrom oksidase, yang mengandung tempat untuk mengikat O2.
O2 menerima 4 elektron sewaktu tereduksi menjadi H2O.
ATP sintase, enzim yang menghasilkan ATP, juga terentang
melintasi

membran

mitokondria

bagian

dalam.

Enzim

ini

mengandung sebuah pori-pori, atau saluran, tempat proton dapat


masuk kembali kedalam matriks. Perubahan konformasi ATP
sintase yang disertai oleh masuknya proton pengaktifan enzim
sehingga enzim ini mengkatalisis penambahan fosfat ke ADP untuk
membentuk ATP.
Tahap-tahapnya :
1. NADH dehidrogenase menerima elektron dari NADH
Dimulai dari pemberian dua elektron dari NADH ke
kompleks protein pertama dalam rantai NADH dehidrogenase.
Kompleks ini mengandung flavin mononukleutida (FMN) dan

pusat besi sulfur (FE-s). FMN menerima elektron dari NADH dan
menyalurkan elektron tunggal ke pusat FE-S. Pemindahan dua
ekuivalen dari NADH ke NADH dehidrogenase mereduksi FMN
menjadi FMNH2.
NADH + H+ + E-FMN

NAD+ + E-FMNH2

NADH dioksidai kembali menjadi NAD+ yang dapat


kembali ke siklus asam sitrat untuk menerima elektron. Pusat FES mampu memindahkan ekuivalen preduksi dari gugus prostetik
FMNH2 dehidrogenase NADH menuju molekul pembawa elektron
selanjutnya yakni ubiquinon. Kompleks NADH dehodrogenase
dengan protein besi sulfur disebut NADH ubiquinon redoktase.
2. Ubiquinon menerima elektron dari NADH dehidrogenase
Akseptor elektron berikutnya yakni ko-Q atau yang sering
disebut ubiquinon. Apabila NADH dihidrogenase dalam bentuk
tereduksi (E-FMNH2) memberikan ekuivalen tereduksinya melalui
pusat besi sulfur kepada ubiquinon senyawa ini tereduksi
menjadi ubiquinon atau QH2 dengan dihasilkannya kembali
bentuk teroksidasi NADH dehidrogenase.
EFMNH2 + Q

EFMN + QH2

Fungsi ubiquinon adalah untuk mengumpulkan equivalen


pereduksi bukan hanya dari NADH dehidrogenase, tetapi juga
dari flavin pengikat dehidrogenase lainnya pada mitokondria
terutama subsinat dehrogenase pada siklus oksidasi lemak.
3. Kompleks b-c1 dan sitokrom c
Komponen sisa dalam rantai transpor elektron adalah
sitokrom. Sitokrom adalah protein mengandung besi pemindah
elektron dan berwarna merah atau coklat yang bekerja secara
berurutan untuk mengangkut elektron dari ubiquinon ke molekul
oksigen. Sitokrom pada ranti respirasi tersusun dalam urutan b
c1 aa3. Sitokrom b terdapat dalam dua bentuk penerima

elektron dari ubiquinon dan memindahkannya ke sitokrom c1


selanjutnya memberikan elektron yang diterima oleh sitokrom c.
Sitokrom c adalah protein yang terpisah yang berukuran kecil
dan terletak disisi luar membran mitokondria bagian dalam.
4. Sitokrom oksidase dan tempat pengikatan oksigen
Pembawa elekron terakhir adalah sitokrom aa3 atau
sitokrom oksidase yang dapat memberikan elektron langsung ke
oksigen

untuk

menyempurnakan

proses

transpor

elektron.

Kompleks sitokrom aa3 mengandung sitokrom a dan a3 serta


tempat pengikatan oksigen. Molekul oksigen harus menerima 4
elektron agar tereduksi menjadi H2O, ion tembaga yang terikat
dalam kompleks sitokrom oksidase mempermudah pengumpulan
keempat elektron dan reduksi O2. Dari semua rantai transpor
hanya sitikrom aa3 yang dapat bereaksi langsung dengan
oksigen.
Jika O2 hanya tereduksi sebagian dengan menerima
elektron produknya adalah hidrogen peroksida, jika O2 hanya
menerima 1 elektron produknya adalak radikal superoksida .
Hidrogen peroksida dan superoksida amat beracun bagi sel
karena senyawa tersebut bereaksi dengan komponen asam
lemak tidak jenuh pada lipida membran sehingga merusak
struktur membran. Sel aerobik melindungi dirinya terhadap
superoksidan

dan

peroksida

dengan

aktifitas

superoksida

dismutase satu enzim yang mengandung logam yang mengubah


radikal superoksida menjadi hidrogen peroksida dan katalase
yang mengubah hidrogen peroksida menjadi H2O dan O2.
Tahap diatas merupakan tahap dimana elektron dibawa
oleh NADH dipindahkan menuju oksigen sebagai penerima
elektron terakhirnya. Sedangkan FADH2 yang terbentuk pada
saat daur asam sitrat pada oksidasi subsinat menjadi fumarat
oleh subsinat dehidrogenase akan masuk ke kompleks dua
(kompleks subsinat-Q reduktase dan ditangkap oleh kompleks

bersih sulfur FADH2 tidak meninggalkan kompleks elektronnya


ditransfer kepusat FE-s dan kemudian ke Q untuk masuk rantai
pernafasan. Elektron akan diterima oleh ubiquinon menuju
kompleks 3 dan selanjutnya sama seperti pada proses transpor
elektron pada NADH. Kompleks subsinat q reduktase dan enzim
lain yang mentransfer elektron dari FADH2 ke Q tidak memompa
proton

karen

perubahan

energi

bebas

dari

reaksi

yang

dikatalisisnya terlalu kecil akibatnya lebih sedikit ATP yang


terbentuk pada oksidasi.
Pada rantai transpor elektron dari NADH menuju oksigen
terjadi

pompa

intermembran

proton
yakni

dari

pada

matriks
kompleks

mitokondria
NADH

ke

luar

dehidrogenase

menuju kompleks b-c1 sitokrom dan kompleks sitokrom oksidase


. Sedangkan pada transpor elektron FADH2, pada kompleks
subsinat dehidrogenase dan kompleks besi sulfirnya tidak terjadi
pompa proton dari matriks menuju ruang inter membran
sehingga energi yang disimpan oleh FADH2 hanya adapat
melakukan pompa proton sebanyak dua kali yakni ketika
elektron melewati sitokrom c1 dan sitokrom aa3. Pompa proton
ini

menyebabkan

perbedaan

konsentrasi

anatar

ruang

untermembran dengan mariks mitokondria dimana konsentrasu


H+ pada intermembran lebih tinggi dari matrik mitokondria
perbedaan konsentraisi ini enyebabkan H+ dari intermembran
akan

berpindah

menuju

matriks

mitokondria

yang

emiliki

konsentrasi H+ lebih sedikit, proses ini disebut kemiosmotik.


Pemindahan H+ dari ruang intermembran menuju matrks
mitokondria melalui ATP sintase. Dimana proton H+ dibawa ke
matriks akan nmembuat matriks menjadi asam sehingga akan
pengaktifkan ADP dan piruvat membentuk ATP. Dari tahapan ini
dapat dihasilkan bahwa proton H yang dipompa oleh NADH
adalah 3 dan yang di pompa oleh FADH2 adalah 2 shingga dapat
disimpilkan bahwa energi yang diberikan oleh transpor elekton
NADH membentuk 3 ATP, sedangkan FADH2 adalah 2 ATP.

6. Mekanisme Shuttle
NADH yang dihasilkan dalam proses respirasi merupakan
bentuk energi selain ATP,atau energi simpanan. NADH merupakan
energi yang belum bisa digunakan, harus diubah menjadi ATP
terlebih dahulu agar dapat digunakan. NADH hasil Glikolisis harus
dipindahkan ke dalam mitokondria agar dapat diubah menjadi ATP.
Pada mitokondria terdapat membran yang tidak dapat dilewati
(impermeabel) oleh NADH, oleh sebab itu untuk dapat masuk
kedalam matriks mitokondria digunakanlah mekanisme Shuttle atau
mekanisme bolak balik. Mekanisme shuttle mempunyai dua macam
mekanisme yaitu shuttle gliserol 3-fosfat dan shuttle Malat.

a. Shuttle Gliserol 3-Fosfat

1. NADH

masih

berada

di

daerah

sitosol,

masuk

kedalam

membrane dalam mitokondria, NADH ini melepaskan ion H +


yang kemudian ditangkap oleh dihidroksiasetonfosfat (DHAP),
2. DHAP diubah menjadi gliseral 3-fosfat. Setelah proses
pengubahan tersebut, baru dapat masuk kedalam membrane
dalam mitokondria.
3. Setelah masuk, H+ yang dibawa tadi kemudian dilepaskan dan
selanjutnya ditangkap oleh FAD sehingga membentuk FADH+.
4. Proses pelepasan H+ ini dibantu oleh enzim gliseral-3-fosfat
dehidrogenase. Karena energy ini dihasilkan dalam bentuk
FADH
5. ATP yang akan dihasilka nnantinya berbeda dengan yang dalam
bentuk NADH. Pada bentuk NADH dihasilkan ATP sebanyak 3,
sedangkan pada FADH setara dengan 2 ATP. Sehingga, dapat
diketahui bahwa dengan menggunakan shuttle gliseral-3-fosfat,
ATP yang dihasilkan sebanyak 2 ATP.

b. Shuttle Mallat

Pada mekanisme shuttle malat, hampir sama dengan yang


terjadi pada mekanisme shuttle gliseral-3-fosfat. Mulai dari
lepasnya

ion

H+pada

NADH

yang

kemudian

ditangkap

oksaloasetat. Namun, dengan menggunakan mekansime shuttle


malat, oksaloasetat diubah menjadi malat. Setelah itu baru dapat
masuk melewati membrane. Dengan menggunakan shuttle malat,
yang dihasilkan tetap dalambentuk NADH sehingga ATP yang
dihasilkan nantinya tetap 3 ATP. Pelepasan H+ sebelumnya
dibantu oleh enzim malat dehidrogenase.
7. Perhitungan ATP
Perhitungan ATP apabila melewati mekanisme Shuttle gliserol
3 phospat yaitu : Hasil dari reaksi glikolisis menghasilkan 2 NADH
bila diubah menjadi ATP setara dengan 4 ATP, kemudian di Siklus
Krebs akan dihasilkan 6 NADH yang setara dengan 18 ATP dan juga
2 FADH2 yang setara dengan 4 ATP dan 2 ATP. Dan perubahan asam
piruvat menjadi Asetil koa menghasilkan 2 NADH sehingga setara
dengan 6 ATP. Sehingga jumlah ATP yang di dapatkan sebesar 34
ATP. Dan apabila pada reaksi glikolisis menghasilkan 2 NADH
melewati mekanisme shuttle Mallat maka akan dihasilkan ATP
sebesar 6 ATP. Sehingga jumlah ATP seluruhnya sebesar 36 ATP.

Perhitungan ATP apabila melewati mekanisme Shuttle Mallat


yaitu : Glikolisis , 2 NADH menjadi 6 ATP, 6 NADH pada Siklus Krebs
setara dengan 18 ATP,2 FADH2 menjadi 4 ATP,2 ATP,6 ATP dari
Piruvat ditambah 2 ATP dari siklus krebs dan Jumlah seluruhnya
adalah 38 ATP.

Mitokondria

adalah

BAB III
PENUTUP
organel sel

yang

ditemuakan

pada

sel

eukariotik. Mitokondria terdapat pada sitoplasma. Mitokondria termasuk


organel yang memiliki membran ganda. Struktur ultranya terdiri dari
membran luar, ruang antar membran, membran dalam, krista, serta
matriks.

Mitokondria

lebih

banyak

terdapat

pada

organ

yang

membutuhkan energi tinggi, dia juga bersifat plastis atau dapat berpindah
tempat, hal ini disesuaikan pada fungsi mitokondria sebagai tempat
pembentukan ATP sebagai energi atau respirasi sel. Bentuk krista dari
mitokondria yang berpengaruh dalam menghasilkan ATP, karena krista
merupakan perluasan dari membran dalam mitokondria, semakin rapat
bentuk krista, maka energi yang dihasilkan semakin besar. Fungsi
mitokondria sebagai penghasil energi dimulai dari tahapan glikolisis yang
terjadi dalam sitosol, dan proses yang terjadi di mitokondria yaitu
dekarboksilasi oksidatif, siklus krebs, dan fosforilasi oksidatif. Fosfolirasi
oksdatif merupakan proses menghasilkan ATP melalui transpor elektron
dan ATP sintase, didukung dengan sistem shuttle dan kemudian terakhir
perhitungan ATP.

DAFTAR PUSTAKA

Bawa, Wayan. 1988. Dasar-Dasar Biologi Sel. Jakarta : DepDikBud


Djohar, M.S. 1983. Biologi Sel I. Yogyakarta : UNY Press.
Lehninger, Albert L. 1982. Dasar-dasar Biokimia Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Reksoatmodjo,

S.

M.

Issoegianti.

1993.

Biologi

Sel.

Yogyakarta

Depdikbud.
Stryer, Lubert. 2000. Biokimia. Jakarta : EGC.
Sumadi dan Aditya Marianti. 2007. Biologi Sel. Yogyakarta : Graha Ilmu
Suryani, Yoni. 2004. Biologi Sel dan Molekuler. Yogyakarta : JICA

Anda mungkin juga menyukai