KELOMPOK 1
Havid Apriliano P.P. (15308141036)
Emma Maulida (15308141054)
Yuli Ana Dwi Handayani (15308141055)
Ein Dwi Sari M. (1530814400)
PRODI BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2016
BAB I
PENDAHULUAN
Makhluk hidup tersusun atas bermilyar-milyar sel. Sel didefinisikan
sebagai unit struktural dan fungsional terkecil yang menyusun makhluk
hidup. Dalam menjalankan fungsinya, sel dilengkapi dengan bagianbagian sel yang disebut dengan organel. Salah satu organel yang penting
dalam sel adalah mitokondria.
Mitokondria adalah organel yang berperan sebagai pabrik energi
yang menghasilkan energi bagi sel dalam bentuk ATP. Mitkondria memiliki
struktur yang kecil, dan tersusun atas empat bagian. Komposisi utama
dari mitokondria sendiri adalah protein. Di dalam mitokondria, untuk
membentuk energi, terjadi proses yang disebut respirasi seluler. Respirasi
seluler
ini
terbagi
menjadi
empat,
yaitu
glikolisis,
fermentasi,
pula
sebagai siklus asam sitrat. Untuk lebih mengenal dan lebih memahami
mengenai mitokondria, akan dibahas di dalam makalah ini.
A. Pengertian Mitokondria
Nama Mitokondria diberikan oleh seorang pakar bernama Benda
(1897-1898), dibangun oleh dua suku kata dari bahasa Yunani, mito=
benang dan chondrion= granula. Jadi mitokondria adalah organela yang
bentuknya
memanjang
atau
granula.
Mitokondria
dibatasi
oleh
Plastisitas
dan
gerakan
mitokondria
di
dalam
sel
secara
merata
di
dalam
sitoplasma,
tetapi
ada
juga
BAB II
PEMBAHASAN
A. Struktur Mitokondria
tersebut.
Pada
banyak
mikrograf
elektron,
mitokondria
dan
bergabung.
Perubahan-perubahan
yang
demikian
kadang berlangsung dalam waktu kurang daripada satu menit. Hal ini
menunjukkan bahwa mitokondria merupakan suatu struktur autonom
yang dinamis. (Wayan Bowo, 1988: 44)
Mitokondria dapat dilihat secara jelas dengan mikroskop
electron. Mitokondria dibatasi oleh membrane rangkap, membrane luar
dan membrane dalam. Di bagian dalam dari membrane dalam berisi
matriks berupa cairan seperti gel, sedangkan dibagian luarnya berisi
cairan yang lebih encer. Cairan yang lebih encer itu mengisi ruang antar
membrane.
membrane
Matriks,
dalam
ruang
antar
mengandung
selaput,
membrane
bermacam-macam
luar,
enzim.
dan
Matrik
Krista
merupakan
lipatan-lipatan
yang
terbentuk
akan
mengandung
menghasilkan
mitokondria
sejumlah
dengan
(Sumadi, 2007:94)
besar
krista
ATP,
yang
umumnya
berkembang.
terdapat
mitokondria
pada
dengan
bakteri.
yang
Kemiripan
terdapat
DNA
pada
dan
sel-sel
ribosom
prokariotik
enzimatik
maupun
protein
struktural.
Pada
beberapa
Komposisi
lipida
mitokondria
tergantung
dari
sumber
yang
dikenal
DNA bakteri,
teori
endosimbion.
Pada
makhluk
tingkat
tinggi,
DNA
Membran
dalam
lebih
kompleks
dalam
struktur
daripada
mitokondria
mengandung
enzim
terutama
larut.
Komponen lain dari matriks ini adalah ribosom dan DNA. Matriks
merupakan campuran kompleks enzim yang penting untuk sintesis
molekul ATP, ribosom mitokondria khusus, tRNA dan DNA mitokondria.
Selain
itu,
ia
memiliki
oksigen,
karbon
dioksida
dan
daur
enzim-enzim
komplek
piruvat
akan
memproses
menjadi
lebih
lanjut
untuk
dapat
juga
berperan
dalam
membangun
bagian-bagian
apoptosis.
Kematian
sel
yang
abnormal
dikarenakan
1. Glikolisis
Pada reaksi glikolisis ini, baik dalam keadaan aerob (cukup oksigen) maupun
anaerob (kurang oksigen), glukosa akan diubah menjadi piruvat. Dalam keadaan aerob,
piruvat diubah menjadi asetil KoA yang kemudian masuk ke jalur siklus asam sitrat
atau siklus Krebs. Sedangkan pada jalur anaerob piruvat diubah ke asam laktat
menghasilkan 2 asam laktat dan reaksi ini terjadi di otot, sedangkan jalur yang dilalui
untuk menghasilkan alkohol (2 Ethanol + 2CO2) dihasilkan dari permentasi yeast.
Langkah-langkah glikolisis adalah sebagai berikut :
2. Fermentasi
a. Fermentasi Alkohol
sulfur yang berasal dari vitamin B diletakkan ke asetat oleh suatu ikatan tak stabil yang
membuat gugus asetil A (asetat yang melekat menjadi sangat reaktif). Karena sifat
kimia gugus KoA, produk penyiapan kimiawi ini, asetil KoA, memiliki energi
potensial yang tinggi. Molekul tersebut siap memasuki gugus asetilnya ke dalam siklus
asam sitrat untuk dioksidasi lebih lanjut (Campbell, 2008 : 170).
4. Siklus Krebs
Siklus asam sitrat adalah suatu reaksi dimana dua atom
karbon dari asetil-KoA dioksidasi menjadi CO2. Siklus kreb terjadi di
matriks mitokondria dan terjadi secara aerob.
Sitrat
KoA akan berubah menjadi citril KoA dengan bantuan enzim sitrat
sintase. Citril KoA akan mengalami hidrolisis menjadi sitrat dan
menghasilkan KoA.
b Asam sitrat
Isositrat
Sitrat akan mengalami dehidrasi menjadi cis-asonitat.
Asonitat akan terhidrasi menjadi isositrat. Reaksi ini dibantu oleh
enzim akonitase karena cis-akonitat merupakan senyawa antara.
c Isositrat
ketoglutarat
Isositrat diubah menjadi oksalosuksinat dibantu dengan
enzim
isositrat
dehidrogenase
dan
menghasilkan
NADH 2.
d ketoglutarat
Suksinil Ko-A
ketoglutarat + NAD+ + KoA diubah menjadi suksinil KoA ,
CO2 dan NADH oleh kompleks -ketoglutarat dehidrogenase.
e Suksinil Ko-A
Suksinat
Suksinil Ko-A diubah menjadi suksinat (4C) oleh suksinil KoA sintetase. Reaksi ini menggunakan energi yang dilepaskan oleh
pemotongan ikatan suksinil Ko-A untuk mensintesis GTP / ATP dari
Pi dan GDP / ADP.
Suksinat
Fumarat
Suksinat akan diubah menjadi fumarat dibantu oleh enzim
suksinat dehidrogenase dan menghasilkan FADH2.
g Fumarat
Malat
Fumarat diubah menjadi malat (4C) oleh enzim fumarase,
reaksi ini merupakan reaksi hidrasi.
h Malat
Oksaloasetat
Malat dioksidasi menjadi oksaloasetat (4C) oleh enzim
menghasilkan NADH,
FADH2,
ATP
serta
membentuk
5. Fosforilasi oksidatif
elektron.
Fosforilasi
oksidatif
merupakan
proses
dan
FADH2.
Secara
oksidatif
(membutuhkan
oksigen)
sehingga
sewaktu
elektron
melewati
rantai
terjadi
pembebasan energi.
Pembawa
transpor
elektron
yang mengoksidasi
NADH
sulfurnya;
Kompleks
II
terdiri
dari
suksinat
membran
mitokondria
bagian
dalam.
Enzim
ini
pusat besi sulfur (FE-s). FMN menerima elektron dari NADH dan
menyalurkan elektron tunggal ke pusat FE-S. Pemindahan dua
ekuivalen dari NADH ke NADH dehidrogenase mereduksi FMN
menjadi FMNH2.
NADH + H+ + E-FMN
NAD+ + E-FMNH2
EFMN + QH2
untuk
menyempurnakan
proses
transpor
elektron.
dan
peroksida
dengan
aktifitas
superoksida
karen
perubahan
energi
bebas
dari
reaksi
yang
pompa
intermembran
proton
yakni
dari
pada
matriks
kompleks
mitokondria
NADH
ke
luar
dehidrogenase
menyebabkan
perbedaan
konsentrasi
anatar
ruang
berpindah
menuju
matriks
mitokondria
yang
emiliki
6. Mekanisme Shuttle
NADH yang dihasilkan dalam proses respirasi merupakan
bentuk energi selain ATP,atau energi simpanan. NADH merupakan
energi yang belum bisa digunakan, harus diubah menjadi ATP
terlebih dahulu agar dapat digunakan. NADH hasil Glikolisis harus
dipindahkan ke dalam mitokondria agar dapat diubah menjadi ATP.
Pada mitokondria terdapat membran yang tidak dapat dilewati
(impermeabel) oleh NADH, oleh sebab itu untuk dapat masuk
kedalam matriks mitokondria digunakanlah mekanisme Shuttle atau
mekanisme bolak balik. Mekanisme shuttle mempunyai dua macam
mekanisme yaitu shuttle gliserol 3-fosfat dan shuttle Malat.
1. NADH
masih
berada
di
daerah
sitosol,
masuk
kedalam
b. Shuttle Mallat
ion
H+pada
NADH
yang
kemudian
ditangkap
Mitokondria
adalah
BAB III
PENUTUP
organel sel
yang
ditemuakan
pada
sel
Mitokondria
lebih
banyak
terdapat
pada
organ
yang
membutuhkan energi tinggi, dia juga bersifat plastis atau dapat berpindah
tempat, hal ini disesuaikan pada fungsi mitokondria sebagai tempat
pembentukan ATP sebagai energi atau respirasi sel. Bentuk krista dari
mitokondria yang berpengaruh dalam menghasilkan ATP, karena krista
merupakan perluasan dari membran dalam mitokondria, semakin rapat
bentuk krista, maka energi yang dihasilkan semakin besar. Fungsi
mitokondria sebagai penghasil energi dimulai dari tahapan glikolisis yang
terjadi dalam sitosol, dan proses yang terjadi di mitokondria yaitu
dekarboksilasi oksidatif, siklus krebs, dan fosforilasi oksidatif. Fosfolirasi
oksdatif merupakan proses menghasilkan ATP melalui transpor elektron
dan ATP sintase, didukung dengan sistem shuttle dan kemudian terakhir
perhitungan ATP.
DAFTAR PUSTAKA
S.
M.
Issoegianti.
1993.
Biologi
Sel.
Yogyakarta
Depdikbud.
Stryer, Lubert. 2000. Biokimia. Jakarta : EGC.
Sumadi dan Aditya Marianti. 2007. Biologi Sel. Yogyakarta : Graha Ilmu
Suryani, Yoni. 2004. Biologi Sel dan Molekuler. Yogyakarta : JICA