Anda di halaman 1dari 16

PENDAHULUAN

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan suatu penyakit endemik di


daerah tropis yang memiliki tingkat kematian tinggi terutama pada anak-anak.
Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan pertama dalam
jumlah penderita DBD setiap tahunnya. DBD sejak tahun 1968 hingga tahun
2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai
negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara. (IDAI, 2006).
Status gizi merupakan salah satu faktor risiko yang mempengaruhi tingkat
keparahan DBD. Hakim dan Kusnandar (2012) menyebutkan bahwa anak dengan
status gizi yang tidak normal, baik gizi kurang maupun gizi lebih, memiliki risiko
1,25 kali lebih besar untuk tertular infeksi virus dengue dibanding anak dengan
status gizi normal. Elmy S, dkk. (2009) menyebutkan risiko SSD pada anak obese
4,9 kali lebih besar dibandingkan dengan anak non-obese (IDAI, 2006).

TINJAUAN PUSTAKA

DEFINISI
Demam Berdarah Dengue (DBD) / Dengue Haemorrhagic Fever ( DHF )
adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi
klinis demam, nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruam,
limfadenopati, trombositopenia dan diathesis hemoragik. Pada DBD terjadi
perembesan plasma yang ditandai oleh hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit)
atau penumpukan cairan di rongga tubuh (WHO,2011).
Batasan : salah satu varian klinis infeksi virus dengue ditandai dengan
adanya panas 2-7 hari dan pada saat turun panas disertai/ disusul dengan
gangguan hemostatik dan kebocoran plasma (plasma leackage).

EPIDEMIOLOGI
Epidemik demam berdarah telah terjadi secara berturut-turut selama tiga
abad terakhir. Setiap 10 tahun, jumlah rata-rata tahunan kasus kasus DHF
dilaporkan ke WHO terus tumbuh secara eksponensial. Dari tahun 2000 sampai
2008, jumlah rata-rata kasus adalah sekitar 1.656.870 kasus.
Dari 2,5 miliar orang di seluruh dunia yang tinggal di negara-negara
endemik demam berdarah dan beresiko tertular DHF, 1,3 miliar hidup di 10
negara dari Asia Tenggara dimana merupakan daerah endemik DBD. Telah terjadi
peningkatan jumlah kasus DBD dengan tingkat keparahan terutama di Thailand,
Indonesia dan Myanmar.

Gambar 1. Negara dan area yang beresiko terkena infeksi dengue

KLASIFIKASI

Gambar 2. Derajat DBD berdasarkan Klasifikasi WHO

ETIOLOGI

Virus dengue termasuk genus Flavivirus dari keluarga Flaviridae dengan


ukuran 50 nm dan mengandung RNA rantai tunggal. Hingga saat ini dikenal
empat serotipe yaitu DEN-1,DEN-2,DEN-3 dan DEN-4.
Virus dengue ditularkan oleh nyamuk Aedes dari subgenus Stegomya.
Aedes aegypty merupakan vektor epidemik yang paling penting disamping
spesies lainnya seperti Aedes albopictus, Aedes polynesiensis yang merupakan
vektor sekunder dan epidemi yang ditimbulkannya tidak seberat yang diakibatkan
Aedes aegypty.

PATOFISIOLOGI
Terdapat tiga faktor yang memegang peran pada penularan infeksi dengue,
yaitu manusia, virus, dan vektor perantara. Nyamuk aedes dapat menularkan virus
dengue kepada manusia baik secara langsung yaitu setelah menggigit orang yang
sedang mengalami viremia maupun secara tidak langsung setelah melalui masa
inkubasi dalam tubuhnya selama 8-10 hari (extrinsic incubation period). Pada
manusia diperlukan waktu 4-6 hari (intrinsic incubation period) sebelum menjadi
sakit setelah virus masuk ke dalam tubuh. Pada nyamuk, sekali virus dapat masuk
dan berkembang biak di dalam tubuhnya, maka nyamuk tersebut akan dapat
menularkan virus selama hidupnya (infektif). Sedangkan pada manusia, penularan
hanya dapat terjadi pada saat tubuh dalam keadaan viremia yaitu antara 3-5 hari.
Virus dengue berkembang biak dalam sel retikuloendotelial yang
selanjutnya diikuti dengan viremia yang berlangsung 5-7 hari. Akibat infeksi ini,
muncul respon imun baik humoral maupun selular. Antibody yang muncul

umumnya adalah IgG dan IgM pada infeksi dengue primer dimana antibodi mulai
terbentuk dan kadar antibodi meningkat.

Gambar 3. Patofisiologi Demam berdarah

Dalam perjalanan penyakit infeksi dengue, terdapat tiga fase perjalanan


infeksi dengue, yaitu
1. Fase febris
Pasien akan mengeluh demam yang mendadak tinggi. Kadang suhu
tubuh sangat tinggi hingga 40C dan tidak membaik dengan obat penurun panas.
Fase ini biasa bertahan selama 2-7 hari dan diikuti dengan muka kemerahan,
eritema, nyeri seluruh tubuh , mialgia, dan nyeri kepala. Beberapa pasien juga
akan mengeluh nyeri tenggorokan atau mata merah (injeksi konjungtiva).

2. Fase kritis
Fase kritis terjadi pada saat perembesan plasma yang berawal pada masa
transisi dari saat demam ke bebas demam (disebut fase time of fever
defervescence).
3.

Fase penyembuhan

Fase penyembuhan ditandai dengan diuresis membaik dan nafsu


makan kembali dimana merupakan indikasi untuk menghentikan cairan
pengganti. Gejala umum dapat ditemukan sinus bradikardia/ aritmia dan
karakteristik confluent petechial rash seperti pada DD.

MANIFESTASI KLINIS
Pada bayi, anak, serta orang dewasa yang baru pertama kali terinfeksi
virus dengue/ dengan infeksi primer dengue menyebabkan timbulnya manifestasi
klinis berupa demam. Demam dapat disertai dengan lesi makulopapular dan gejala
saluran napas atas serta gastrointestinal.
Manifestasi klinis menurut kriteria diagnosis WHO 2011, infeksi dengue
dapat terjadi asimptomatik dan simptomatik. Infeksi dengue asimtomatik terbagi
menjadi undifferientiated fever (sindrom infeksi virus) dan demam dengue (DD)
sebagai infeksi dengue ringan ; sedangkan infeksi dengue berat terdiri dari demam
berdarah (DBD) dan expanded dengue syndrome atau isolated organopathy.
Perembesan

plasma

sebagai

akibat

plasma

leakage

merupakan

tanda

patognomonik Demam Berdarah Dengue, sedangkan kelainan organ lain serta

manifestasi yang tidak lazim dikelompokkan ke dalam expanded dengue


syndrome atau isolated organopathy.

Gambar 4. Spektrum klinis Infeksi Dengue

DIAGNOSIS
Diagnosis DBD ditegakkan berdasarkan :
1. Kriteria klinis:
a. Demam tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas, berlangsung terusmenerus selama 2-7 hari
b. Manifestasi perdarahan, termasuk uji bendung positif, petechie,
purpura,

ekimosis,

epistaksis,

dan/melena
c. Pembesaran hati
8

perdarahan

gusi,

hematemesis,

d. Tanda-tanda syok, berupa nadi cepat dan lemah serta penurunan


tekanan nadi ( 20 mmHg), hipotensi, kaki dan tangan dingin, dan
pasien tampak gelisah.
2. Pemeriksaan laboratorium (darah rutin)
3. Deteksi Antigen Viruss
Antigen NS1 dapat dideteksi pada hari ke-1 setelah demam dan
akan menurun sehingga tidak terdeteksi setelah hari sakit ke-5 sampai ke6. Deteksi antigen virus ini dapat digunakan untuk diagnosis awal dalam
menentukan adanya infeksi dengue, namun tidak dapat membedakan
penyakit DD/DBD.
4. Uji serologi IgM dan IgG anti dengue
Antibodi IgM baru terdeteksi pada hari ke-5 demam, kemudian
akan meningkat tajam 2 minggu pertama serta baru akan menghilang pada
akhir bulan ke-2 atau ke-3, IgG baru terdeteksi lemah pada akhir minggu
pertama kemudian akan menetap hingga bertahun-tahun. Dengan adanya
infeksi sekunder maka titer IgG meningkat tinggi pada awal hari ke-5.

DIAGNOSIS BANDING
Pada awal penyakit, diagnosis banding mencakup infeksi bakteri, virus
atau protozoa seperti demam tifoid, campak, influenza, hepatitis, demam
chikungunya, leptospirosis, dan malaria.

Selain itu, diagnosis banding lainnya adalah sepsis, meningitis


meningokok, idiophatic trombocytopenic purpura (ITP), leukemia, dan anemia
aplastik.

PENATALAKSANAAN
Pada pasien dengan tanda dan gejala DBD perlu dievaluasi tanda bahaya.
Jika ditemukan tanda bahaya seperti perdarahan maupun terdapat tanda kebocoran
plasma, pasien langsung dirawat. Jika tidak, lakukan pemeriksaan Rumple Leed.
Apabila Rumple Leed test positif maka dilanjutkan dengan pemeriksaan darah
lengkap.
Prinsip umum terapi cairan pada DBD yaitu :
a. Kristaloid isotonik harus digunakan selama masa kritis.
b. Cairan koloid digunakan pada pasien dengan perembesan plasma hebat,
dan tidak ada respon pada minimal volume cairan kristaloid yang
diberikan.
c. Volume cairan rumatan + dehidrasi 5% harus diberikan untuk menjaga
volume dan cairan intravaskular yang adekuat.
d. Pada pasien dengan obesitas, digunakan berat badan ideal sebagai acuan
untuk menghitung volume cairan.

10

Gambar 5. Cairan yang dibutuhkan sesuai berat badan


Berikut alur tatalaksana pemberian cairan demam berdarah dengue, yaitu :

11

Kriteria memulangkan pasien :


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Tidak demam selama 24 jam tanpa antipiretik


Nafsu makan membaik
Tampak perbaikan secara klinis
Hematokrit stabil
Tiga hari setelah syok teratasi
Jumlah trombosit diatas 50.000/ml
Tidak dijumpai adanya distress pernafasan (akibat efusi pleura atau
asidosis).

12

PENCEGAHAN
1. Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)
a. Melakukan metode 3 M (menguras, Menutup dan Menyingkirkan
tempat perindukan nyamuk) minimal 1 x seminggu bagi tiap keluarga
b. Tempat penampungan air dikuras dan diberi abate tiap 3 bulan
2. Foging Focus dan Foging Masal

13

a.

Foging fokus dilakukan 2 siklus dengan radius 200 m dengan selang

b.

waktu 1 minggu
Foging massal dilakukan 2 siklus di seluruh wilayah suspek KLB

dalam jangka waktu 1 bulan


3. Penyelidikan Epidemiologi
Dilakukan petugas puskesmas yang terlatih dalam waktu 3x24 jam setelah
menerima laporan kasus.
4. Penyuluhan perorangan / kelompok untuk meningkatkan kesadaran
masyarakat.
5. Kemitraan untuk sosialisasi penanggulangan DBD.

KOMPLIKASI
Komplikasi dari Demam Berdarah Dengue dapat berupa :
a.

Ensefalopati dengue yang dapat terjadi pada DBD dengan / tanpa syok.

b.

Kelainan ginjal akibat syok berkepanjangan.

c. Edema paru dan/ atau gagal jantung seringkali terjadi akibat overloading
pemberian cairan.

DAFTAR PUSTAKA

14

1. World Health Organization (WHO). Comprehensive guidelines


for prevention and control of dengue and dengue hemorrhagic
fever. India: WHO, 2011.
2. Pudjiadi AH, Hegar B, Hardyastuti s, Idris NS, Gandaputra, EP,
Harmoniati ED. Pedoman pelayanan medis Ikatan Dokter Anak
Indonesia (IDAI). Jakarta: Badan Penerbit IDAI, 2011.
3. World Health Organization (WHO). Buku Saku Pelayanan
Kesehatan Anak di Rumah Sakit Pedoman Bagi Rumah Sakit di
Tingkat Pertama Kabupaten/Kota. Jakarta: Depkes RI, 2009.
4. Soedarmo SSP.Infeksi Virus Dengue. Dalam : Soedarmo SSP,
Garna

H,

Hadinegoro

SRS,

penyunting.

Buku

Ajar

Ilmu

Kesehatan Anak : Infeksi & Penyakit Tropis. Edisi pertama.


Jakarta: Balai Penerbit FKUI.2002.h.176-208
5. Candra, Aryu, 2010,
Epidemiologi,

Candra Demam Berdarah Dengue:

Patogenesis,

dan

Faktor

Risiko

Penularan

Aspirator Vol. 2 No. 2 Tahun 2010, hal 110 9


6. Darmowandowo, W., Basuki, P.S., Soegijanto, S.. 2008. Infeksi
Virus Dengue dalam Pedoman Diagnosis Dan Terapi Bag/SMF
Ilmu Kesehatan Anak. Surabaya: Rumah Sakit Umum Dokter
Soetomo Surabaya.
7. Karyanti, Mulya Rahma,

2011, Diagnosis dan Tata Laksana

Terkini DENGUE, Divisi Infeksi dan Pediatri Tropik, Departemen


Ilmu

Kesehatan

Anak,

RSUPN

Universitas Indonesia.

15

Cipto

Mangunkusumo,

FK

16

Anda mungkin juga menyukai