TINJAUAN PUSTAKA
faktor lain yang berpotensi risiko bagi pasien sesuai dengan Tujuh Langkah
Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
b. Setiap rumah sakit harus melakukan pengumpulan data kinerja yang antara lain
terkait dengan: pelaporan insiden, akreditasi, manajemen risiko, utilisasi, mutu
pelayanan, keuangan.
c. Setiap rumah sakit harus melakukan evaluasi intensif terkait dengan semua
kejadian tidak diharapkan, dan secara proaktif melakukan evaluasi satu proses
kasus risiko tinggi.
d. Setiap rumah sakit harus menggunakan semua data dan informasi hasil analisis
untuk menentukan perubahan sistem yang diperlukan, agar kinerja dan
keselamatan pasien terjamin.
2.1.2.5 Standar V. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
a. Pimpinan mendorong dan menjamin implementasi program keselamatan pasien
secara terintegrasi dalam organisasi melalui penerapan Tujuh Langkah Menuju
Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
b. Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif untuk identifikasi risiko
keselamatan pasien dan program menekan atau mengurangi Kejadian Tidak
Diharapkan.
c. Pimpinan mendorong dan menumbuhkan komunikasi dan koordinasi antar unit
dan individu berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang keselamatan
pasien.
d. Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk mengukur, mengkaji,
dan meningkatkan kinerja rumah sakit serta meningkatkan keselamatan pasien.
e. Pimpinan mengukur dan mengkaji efektifitas kontribusinya dalam meningkatkan
kinerja rumah sakit dan keselamatan pasien.
b. Untuk unit/tim
1) Bentuk forum-forum dalam rumah sakit untuk mendiskusikan isu-isu keselamatan
pasien guna memberikan umpan balik kepada manajemen yang terkait.
2) Pastikan ada penilaian risiko pada individu pasien dalam proses asesmen risiko
rumah sakit.
3) Lakukan proses asesmen risiko secara teratur, untuk menentukan akseptabilitas
setiap risiko, dan ambillah langkah-langkah yang tepat untuk memperkecil risiko
tersebut
4) Pastikan penilaian risiko tersebut disampaikan sebagai masukan ke proses
asesmen dan pencatatan risiko rumah sakit.
2.1.3.4 Kembangkan sistem pelaporan
Langkah keempat ini dilakukan dengan memastikan staf agar dengan mudah
dapat melaporkan kejadian/ insiden, serta rumah sakit mengatur pelaporan kepada
Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKP-RS). Langkah penerapannya adalah
sebagai berikut:
a. Untuk rumah sakit
Lengkapi rencana implementasi sistem pelaporan insiden ke dalam maupun ke
luar, yang harus dilaporkan ke KPP-RS.
b. Untuk unit/tim
Berikan semangat kepada rekan sekerja anda untuk secara aktif melaporkan setiap
insiden yang terjadi dan insiden yang telah dicegah tetapi tetap terjadi juga, karena
mengandung bahan pelajaran yang penting.
2.1.3.5 Libatkan dan berkomunikasi dengan pasien
Langkah kelima ini dilakukan dengan mengembangkan cara-cara komunikasi
yang terbuka dengan pasien. Langkah penerapannya yaitu sebagai berikut:
b. Untuk unit/tim
1) Diskusikan dalam tim anda pengalaman dari hasil analisis insiden
2) Identifikasi unit atau bagian lain yang mungkin terkena dampak di masa depan
dan bagilah pengalaman tersebut secara lebih luas.
2.1.3.7 Cegah cedera melalui implementasi sistem keselamatan pasien
Langkah ketujuh ini dilakukan dengan menggunakan informasi yang ada
tentang kejadian / masalah untuk melakukan perubahan pada sistem pelayanan.
Langkah penerapannya yaitu sebaga berikut:
a. Untuk rumah sakit
1) Gunakan informasi yang benar dan jelas yang diperoleh dari sistem pelaporan,
asesmen risiko, kajian insiden, dan audit serta analisis, untuk menentukan solusi
setempat Solusi tersebut dapat mencakup penjabaran ulang sistem (struktur dan
proses), penyesuaian pelatihan staf dan/atau kegiatan klinis, termasuk penggunaan
instrumen yang menjamin keselamatan pasien.
2) Lakukan asesmen risiko untuk setiap perubahan yang direncanakan.
3) Sosialisasikan solusi yang dikembangkan oleh KKP-RS.
4) Beri umpan balik kepada staf tentang setiap tindakan yang diambil atas insiden
yang dilaporkan.
b. Untuk unit/tim
1) Libatkan tim anda dalam mengembangkan berbagai cara untuk membuat asuhan
pasien menjadi lebih baik dan lebih aman.
2) Telaah kembali perubahan-perubahan yang dibuat tim anda dan pastikan
pelaksanaannya.
3) Pastikan tim anda menerima umpan balik atas setiap tindak lanjut tentang insiden
yang dilaporkan.
mengajak semua orang dalam organisasi untuk peduli akan bahaya/potensi bahaya
yang dapat terjadi kepada pasien. Pelaporan juga penting digunakan untuk memonitor
upaya pencegahan terjadinya error sehingga diharapkan dapat mendorong
dilakukannya investigasi selanjutnya. Beberapa ketentuan terkait pelaporan insiden
sesuai dengan Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit (2008) akan di
jabarkan sebagai berikut:
a. Insiden sangat penting dilaporkan karena akan menjadi awal proses pembelajaran
untuk mencegah kejadian yang sama terulang kembali.
b. Memulai pelaporan insiden dilakukan dengan membuat suatu sistem pelaporan
insiden di rumah sakit meliputi kebijakan, alur pelaporan, formulir pelaporan dan
prosedur pelaporan yang harus disosialisasikan pada seluruh karyawan.
c. Insiden yang dilaporkan adalah kejadian yang sudah terjadi, potensial terjadi
ataupun yang nyaris terjadi.
d. Pelapor adalah siapa saja atau semua staf rumah sakit yang pertama menemukan
kejadian atau yang terlibat dalam kejadian.
e. Karyawan diberikan pelatihan mengenai sistem pelaporan insiden mulai dari
maksud, tujuan dan manfaat laporan, alur pelaporan, bagaimana cara mengisi
formulir laporan insiden, kapan harus melaporkan, pengertian-pengertian yang
digunakan dalam sistem pelaporan dan cara menganalisa laporan.
2.2.4 Alur pelaporan
Berdasarkan buku Pedoman Penyelenggaraan Keselamatan Pasien di RSUP
Sanglah Denpasar yang diterbitkan tahun 2011, adapun alur pelaporan secara Internal
dan Eksternal adalah sebagai berikut (RSUP Sanglah Denpasar, 2011):
a. Pelaporan internal
Adapun alur pelaporan secara internal yang dilaksanakan di RSUP Sanglah
denpasar sejak tahun 2011 adalah sebagai berikut:
1) Apabila terjadi suatu insiden (KNC/ KTD) di rumah sakit, wajib segera
ditindaklanjuti (dicegah/ ditangani) untuk mengurangi dampak/ akibat yang tidak
diharapkan oleh pihak yang terkait.
2) Setelah ditindak Ianjuti, segera dibuat laporan insiden dengan mengisi formulir
laporan insiden pada akhir jam kerja/ shift yang ditujukan kepada atasan langsung
(paling lambat 2 x 24 jam). Pelaporan insiden tidak boleh ditunda terlalu lama.
3) Setelah selesai mengisi format laporan, segera serahkan kepada atasan langsung
pelapor. Atasan langsung disepakati sesuai keputusan manajemen, yaitu:
supervisor/ kepala unit/ kepala instalasi/ kepala bagian/ Kepala SMF/ ketua
komite medis.
4) Atasan langsung akan memeriksa laporan dan melakukan grading resiko terhadap
insiden yang dilaporkan.
5) Hasil grading akan menentukan bentuk investigasi dan analisa yang akan
dilakukan sebagai berikut:
a) Grade biru: Investigasi sederhana oleh atasan langsung, waktu maksimal 1
minggu.
b) Grade hijau: Investigasi sederhana oleh atasan langsung, waktu maksimal 2
minggu.
c) Grade kuning: Investigasi komprehensif/ analisis akar masalah /RCA oleh
Tim KP di RS, waktu maksimal 45 hari.
d) Grade merah: Investigasi komprehensif/ analisis akar masalah / RCA oleh
Tim KP di RS, waktu maksimal 45 hari.
Minor
a. Cedera ringan
b. Dapat diatasi dengan pertolongan pertama
Moderate
a. Cedera sedang
b. Berkurangnya fungsi motorik / sensorik / psikologis atau
intelektual secara reversibel
Major
sensorik,
Sangat Jarang
Jarang
Mungkin
Sering
Sangat Sering
Catastropic
5
Extreme
Extreme
Extreme
Extreme
Extreme
budaya keselamatan pasien yang cenderung positif dapat dilihat dari komunikasi saling
percaya (mutual trust) antar komponen, dengan persepsi yang sama tentang
pentingnya keselamatan, dan dengan keyakinan akan besarnya manfaat tindakan
pencegahan (Agency for Healthcare Research and Quality, 2004).
2.3.2 Elemen budaya keselamatan pasien
Berbagai definisi terkait buadaya keselamatan pasien mencakup banyak
elemen umum dalam pelayanan kesehatan. Elemen budaya keselamatan pasien
mengacu pada peningkatan kepercayaan dan perilaku dari staf dalam mengidentifikasi
dan belajar dari kesalahan (Jones, Skinner, Xu, & Sun, 2007). Menurut The Institute
Of Medicine (IOM) dalam Jones, Skinner, Xu, & Sun (2007), budaya keselamatan
pasien membutuhkan tiga elemen penting yaitu:
a. Kepercayaan, walaupun proses pelayanan kesehatan memiliki risiko yang tinggi,
namun dirancang kegiatan yang dapat mencegah kesalahan.
b. Komitmen, dari organisasi untuk mengidentifikasi dan belajar dari kesalahan
c. Lingkungan kerja, kedisiplinan manajer yang dirasakan saat staf diketahui
meningkatkan risiko cedera pasien dan keluarga.
Budaya keselamatan dapat dilihat dari kehandalan rumah sakit yang memiliki
karakteristik kompleks, proses pelayanan yang sangat berisiko namun dapat menekan
angka insiden kesalahan. Rumah sakit yang dapat menyandang gelar handal/ mahir
hanya jika dapat bekerja sama dengan kesalahan, peka terhadap staf yang dapat
mempengaruhi proses pelayanan, memberikan kesempatan kepada orang-orang yang
benar-benartahu proses untuk mengambil keputusan dan anti budaya menyalahkan
pada saat terjadi kesalahan pada proses yang kompleks.
b. Dimensi pertanyaan
Survey budaya keselamatan pasien terdiri dari 12 dimensi pertanyaan yang
dikelompokkan menjadi 2 kelompok, yang dituangkan kedalam 9 bagian pada
kuesioner yang telah dilaksanakn uji validitas dan reliabilitas. Adapun penjelasannya
sebagai berikut:
1) Kelompok outcome (hasil) yang terdiri dari dua dimensi pertanyaan, yaitu sebagai
berikut:
a) Keseluruhan persepsi tentang keselamatan pasien, merupakan pendapat
secara subjektif kondisi keseluruhan budaya keseamatan pasin yang
dirasakan saat ini ditempat kerjanya. Pendapat ini dituangkan kedalam angka
satu sampai dengan 5, semakin besar angka yang dipilih maka persepsi
tentang keselamatan pasien dinyatakn lebih baik.
b) Frekuensi pelaporan kejadian/ insiden, merupakan jumlah nominal pelaporan
insiden yang pernah dilaporkan yang diketahui oleh staf, dituangkan dengan
angka 0 sampai dengan tak terhingga, dengan skoring 0 untuk 0 insiden, 1
untuk 1 insiden, 2 untuk 2 insiden, 3 untuk 3 insiden, 4 untuk 4 insiden, dan
5 untuk 5 insiden atau lebih. Hal ini akan membuktikan kesadaran akan
insiden dan pelaporannya dalam unit masing-masing.
2) Kelompok budaya keselamatan yang terdiri dari 10 dimensi pertanyaan, yaitu
sebagai berikut:
a) Teamwork dalam unit
b) Ekspektasi dan aksi pimpinan dalam mempromosikan keselamatan pasien
c) Proses belajar organisasi, perbaikan berkelnjutan
d) Dukungan manajemen rumah sakit dalam keselamatan pasien
e) Umpan balik dan komunikasi kejadian kesalahan
f) Keterbukaan komunikasi
g) Teamwork antar unit dalam rumah sakit
h) Staffing
i) Handoffs (serah terima) dan transisi
j) Respon tidak menyalahkan terhadap kejadian kesalahan
Adapun item soal dalam setiap dimensi pertanyaan dari survey budaya
keselamatan pasien tersebut dijelaskan pada lampiran 5 (Instrumen Penelitian).
Penelitian Terdahulu
Peneliti
Ariyani
Institusi
Tahun
2009
Judul
Analisis
Pengetahuan
Dan
Motivasi
Perawat
Yang
penelitian
Metode dan
hasil
penelitian
tentang
kondisi
pasien,
lebih
menertibkan
Peneliti
Institusi
Tahun
2012
Judul
Tujuan
penelitian
Metode dan
hasil
penelitian
peneliti
untuk
mengembangkan
budaya
yang
baru.
Disepakati
bahwa
Safety,
Good
yang sesuai
(Ayudyawardani, 2012).
di
RSIA Tumbuh
Kembang
Peneliti
Institusi
Bagian
Manajemen
Rumah
Sakit,
Fakultas
Kesehatan
2013
Judul
Tujuan
penelitian
Metode dan
hasil
penelitian
Peneliti
Beginta
Institusi
Tahun
2012
Judul
Tujuan
penelitian
Metode dan
hasil
penelitian
Peneliti
Institusi
Tahun
2013
Judul
Tujuan
Penelitian
ini
bertujuan
untuk
menganalisis
pengaruh
penelitian
Metode dan
hasil
penelitian
Peneliti
Institusi
Tahun
2011
Judul
Tujuan
penelitian
Metode dan
hasil
penelitian
dan
ketidakhadiran
staf,
peralatan,
tingkat
Peneliti
Institusi
Tahun
2013
Judul
Tujuan
penelitian
Metode dan
Jenis
penelitian
kuantitatif
non
eksperimental
dengan
hasil
penelitian
Peneliti
Devi Nurmalia
Institusi
Tahun
2012
Judul
Pengaruh
Program
Mentoring
Keperawatan
Terhadap
penelitian
Metode dan
hasil
penelitian
pengembangan
metode
pengarahan
untuk
Peneliti
Institusi
Bagian
Manajemen
Rumah
Sakit,
Fakultas
Kesehatan
2013
Judul
Tujuan
penelitian
Metode dan
hasil
penelitian
proportionate
Peneliti
Emma Rachmawati
Institusi
Tahun
2011
Judul
Tujuan
penelitian
Metode dan
hasil
penelitian
ini
dapat
ditunjukkan
variasi
Kondisi
Budaya
yang
baik
dan
dapat
mengukur
serta
menjadi
rencana
intervensi
yang
lebih
Peneliti
Dwi Setiowati
Institusi
Tahun
2012
Judul
Tujuan
penelitian
Metode dan
hasil
penelitian
Peneliti
Solha Elrifda
Institusi
Tahun
2011
Judul
Tujuan
penelitian
Metode dan
hasil
penelitian