TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Medis
1. Pengertian
ISPA (infeksi saluran pernapasan atas) adalah infeksi yang terjadi pada
saluran pernafasan bagian atas yang meliputi mulut, hidung, tenggorokan,
laring (kotak suara), dan trakea (batang tenggorokan). ISPA paling umum
adalah pilek. (Kamus Kesehatan )
Ispa
disebabkan infeksi jasad remik atau bakteri, virus maupun rikitsia tanpa atau
disertai radang parenkim paru. ( Vietha, 2009 ).
ISPA adalah infeksi yang disebabkan mikroorganisme distruktur saluran
nafas atas yang tidak berfungsi untuk pertukaran gas, termasuk rongga
hidung, faring, dan laring, yang dikenal dengan ISPA antara lain pilek,
faringitis (radang tenggorokan), laringitis, dan influenza tanpa komplikasi
(Elizabeth J. Cormin, 2009).
Kesimpulan :
Ispa (infeksi saluran pernafasan akut) merupakan masuknya kuman atau
mikroorganisme ke dalam organ saluran pernafasan atas atau bawah dan berkembang
biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.
KLASIFIKASI ISPA
Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai berikut :
Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada kedalam
(chest indrawing).
Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai demam,
tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat. Rinofaringitis, faringitis
dan tonsilitis tergolong bukan pneumonia.
Klasifikasi ini dibedakan untuk golongan umur dibawah 2 bulan dan untuk
golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun. Untuk golongan umur kurang 2 bulan ada 2
klasifikasi penyakit yaitu :
Pneumonia berada: diisolasi dari cacing tanah oleh Ruiz dan kuat dinding pada
bagian bawah atau napas cepat. Batas napas cepat untuk golongan umur kurang 2
bulan yaitu 60 kali per menit atau lebih.
Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tanda tarikan kuat
dinding dada bagian bawah atau napas cepat.
Untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun ada 3 klasifikasi penyakit yaitu :
Pneumonia berat: bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding dada
bagian bawah kedalam pada waktu anak menarik napas (pada saat diperiksa anak
harus dalam keadaan tenang tldak menangis atau meronta).
Pneumonia: bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah untuk usia 2 -12
bulan adalah 50 kali per menit atau lebih dan untuk usia 1 -4 tahun adalah 40 kali
per menit atau lebih.
Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan dinding dada
bagian bawah dan tidak ada napas cepat.
2. Etiology
C.
Etiologi
Menurut Vietha ( 2009 ), etiologi ISPA adalah lebih dari 200 jenis bakteri,
virus dan jamur. Bakteri penyebabnya antara lain genus streptococus,
Stafilococus, hemafilus, bordetella, hokinebacterium. Virus penyebabnya
antara lain golongan mikrovirus, adnovirus, dan virus yang paling sering
menjadi penyebab ISPA di influensa yang di udara bebas akan masuk
dan menempel pada saluran pernafasan bagian atas yaitu tenggorokan
dan hidung. Biasanya bakteri dan virus tersebut menyerang anak anak
di bawah usia 2 tahun yang kecepatan tubuhnya lemah atau belum
sempurna. Peralihan musim kemarau ke musim hujan juga menumbulkan
resiko
serangan
ISPA.
Beberapa
faktor
lain
yang
diperkirakan
).
Pada
Pada
aureus.
neonotus
anak
dan
usia
bayi
sekolah
muda
:
Chalmedia
Mycoplasma
tachomatis.
pneumonia.
dan
heterogen,
yang
disebabkan
oleh
berbagai
etiologi.
3. Patofisiologi
Perjalanan klinis penyakit ISPA dimulai dengan berinteraksinya virus dengan tubuh.
Masuknya virus sebagai antigen ke saluran pernafasan menyebabkan silia yang terdapat
pada permukaan saluran nafas bergerak ke atas mendorong virus ke arah faring atau
dengan suatu tangkapan refleks spasmus oleh laring. Jika refleks tersebut gagal maka
virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa saluran pernafasan (Kending dan
Chernick, dalam rocha 2013).
Iritasi virus pada kedua lapisan tersebut menyebabkan timbulnya batuk kering. Kerusakan
stuktur lapisan dinding saluran pernafasan menyebabkan kenaikan aktifitas kelenjar
mukus yang banyak terdapat pada dinding saluran nafas, sehingga terjadi pengeluaran
cairan mukosa yang melebihi noramal. Rangsangan cairan yang berlebihan tersebut
menimbulkan gejala batuk. Sehingga pada tahap awal gejala ISPA yang paling menonjol
adalah batuk.
Adanya infeksi virus merupakan predisposisi terjadinya infeksi sekunder bakteri. Akibat
infeksi virus tersebut terjadi kerusakan mekanisme mukosiliaris yang merupakan
mekanisme perlindungan pada saluran pernafasan terhadap infeksi bakteri sehingga
memudahkan bakteri-bakteri patogen yang terdapat pada saluran pernafasan atas seperti
streptococcus pneumonia, haemophylus influenza dan staphylococcus menyerang mukosa
yang rusak tersebut. Infeksi sekunder bakteri ini menyebabkan sekresi mukus bertambah
banyak dan dapat menyumbat saluran nafas sehingga timbul sesak nafas dan juga
menyebabkan batuk yang produktif. Invasi bakteri ini dipermudah dengan adanya fakorfaktor seperti kedinginan dan malnutrisi. Suatu laporan penelitian menyebutkan bahwa
dengan adanya suatu serangan infeksi virus pada saluran nafas dapat menimbulkan
gangguan gizi akut pada bayi dan anak (Tyrell, 1980).
Virus yang menyerang saluran nafas atas dapat menyebar ke tempat-tempat yang lain
dalam tubuh, sehingga dapat menyebabkan kejang, demam, dan juga bisa menyebar ke
saluran nafas bawah. Dampak infeksi sekunder bakteripun bisa menyerang saluran nafas
bawah, sehingga bakteri-bakteri yang biasanya hanya ditemukan dalam saluran
pernafasan atas, sesudah terjadinya infeksi virus, dapat menginfeksi paru-paru sehingga
menyebabkan pneumonia bakteri.
Penanganan penyakit saluran pernafasan pada anak harus diperhatikan aspek imunologis
saluran nafas terutama dalam hal bahwa sistem imun di saluran nafas yang sebagian besar
terdiri dari mukosa, tidak sama dengan sistem imun sistemik pada umumnya. Sistem imun
saluran nafas yang terdiri dari folikel dan jaringan limfoid yang tersebar, merupakan ciri
khas system imun mukosa. Ciri khas berikutnya adalah bahwa IgA memegang peranan
pada saluran nafas atas sedangkan IgG pada saluran nafas bawah. Diketahui pula bahwa
sekretori IgA (sIgA) sangat berperan dalam mempertahankan integritas mukosa saluran
nafas.
Dari uraian di atas, perjalanan klinis penyakit ISPA ini dapat dibagi menjadi empat tahap,
yaitu:
1. Tahap prepatogenesis, penyebab telah ada tetapi penderita belum menunjukkan reaksi
apa-apa.
2.
Tahap inkubasi, virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh menjadi
lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya memang sudah rendah.
3. Tahap dini penyakit, dimulai dari munculnya gejala penyakit. Timbul gejala demam dan
batuk.
4.
Tahap lanjut penyakit, dibagi menjadi empat, yaitu dapat sembuh sempurna, sembuh
h. Malaise
i. Anorexia
j. Pucat
5. Komplikasi
Asma
Asma adalah mengi berulang atau batuk persisten yang disebabkan oleh
suatu kondisi alergi non infeksi dengan gejala : sesak nafas, nafas berbunyi
wheezing, dada terasa tertekan, batuk biasanya pada malam hari atau dini hari.
2.1,4.2 Kejang demam
Kejang demam adalah bangkilan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh (suhu rentan lebih dari 38Oc) dengan geiala berupa serangan kejang
klonik atau tonikklonik bilateral. Tanda lainnya seperti mata terbalik keatas
dengan disertai kejang kekakuan atau kelemahan, gerakan sentakan berulang
tanpa didahului kekakuan atau hanya sentakan kekauan fokal.
2.1 ,4.3 Tuli
Tuli adalah gangguan system pendengaran yang terjadi karena adanya
infeksi yang disebabkan oleh bakteri atau virus dengan gejala awal nyeri pada
telinga yang mendadak, persisten dan adanya cairan pada rongga telinga.
2.1.4.4 Syok
Syok merupakan kondisi dimana seseorang mengalami penurunan f'ungsi
dari system tubuh yang disebabkan oleh babagai faktor antara lain : faktor
obstruksi contohnya hambatan pada system pernafasan yang mengakibatkan
6. Test Diagnosis
B. Pemeriksaan Diagnostik
C. Diagnosis dari penyakit ini adalah melakukan kultur (biakan kuman) dengan
swab sebagai mediator untuk menunjukkan adanya kuman di dalam saluran
pernafasan. Pada hitung jenis (leukosit) kurang membantu sebab pada hitung
jenis ini tidak dapat membedakan penyebab dari infeksi yakni yang berasal
dari virus atau streptokokus karena keduanya dapat menyebabkan terjadinya
leukositosis polimorfonuklear. (Pincus Catzel & Ian Roberts, dalam roncha
2013)
D. Pemeriksaan penunjang yang lazim dilakukan adalah pemeriksaan kultur/
biakan kuman (swab); hasil yang didapatkan adalah biakan kuman (+) sesuai
dengan jenis kuman, pemeriksaan hitung darah (deferential count); laju
endap darah meningkat disertai dengan adanya leukositosis dan bisa juga
disertai dengan adanya thrombositopenia dan pemeriksaan foto thoraks jika
diperlukan. (Victor dan Hans, dalam roncha2013)
E. Tes diagnostic menurut Sandra M Nettina (dalam roncha 2013) yaitu:
F. 1.
Pemeriksaan darah lengkap yaitu:
G. a.
Hb
H. Untuk laki-laki dan perempuan harga normalnya berbeda. Hb laki-laki harga
normalnya 14-18 g/dl, sedangkan harga normal. Hb perempuan adalah 12-16
g/dl.
I. b.
Leukosit
J. Jumlah normalnya antara 5.000-10.000 butir/mm. Bila kurang, kemungkinan
ada demam tifoid atau bisa juga AIDS. Bila lebih dari harga normal
kemungkinan menderita penyakit infeksi.
K. 2.
Ro foto: Thorax
L. adalah bagian tubuh manusia yang terletak antara kepala dan abdomen.
Dalam tubuh manusia, thorax adalah bagian tubuh yang tersusun dari tulang
dada, ruas tulang belakang, dan tulang rusuk. Thorax membentang dari leher
hingga diafragma, dan tidak termasuk otot atas. Jantung dan paru-paru
berada dalam rongga thorax, begitu juga banyak pembuluh darah. Organ
dalam dilindungi oleh kurungan tulang rusuk dan tulang dada.
1. Penatalaksanaan medis
Pengobatan
1.
2.
mudah dikeluarkan dari saluran nafas. Hal ini perlu dilakukan karena mukus yang
terakumulasi merupakan tempat yang baik untuk perkembangbiakan mikroorganisme
sehingga dapat terjadi infeksi bakteri sekunder.
3. Dekongestan, antihistamin, dan supresan batuk dapat mengurangi beberapa gejala
yang menggangu.
4. Beberapa penelitian menyaran zinc loezenges atau meningkatkan konsumsi vitamin
c dapat menurunkan tingkat keparahan atau kemungkinan infeksi beberapa virus tertentu.
5. Diperlukan antibiotik apabila penyebabnya adalah bakteri atau sekunder terhadap
infeksi virus (Elizabeth J.Cormin, 2009, hlm: 540).
Pengobatan antara lain :
1.
Suportif
adekuat,
2. Tumbuh kembang
Menurut, ngastiyah (2005) dan dr. Soetjiningsih, tumbuh kembang anak
mencakup 2 peristiwa yang sifatnya berbeda, tetapi saling berkaitan dan sulit
dipisahkan yaitu mengenai pertumbuhan dan perkembangan. Sedangkan apa yang
dimaksud dengan pertumbuhan dan perkembangan per definisinya sebagai berikut ;
a. Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah,
ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang dapat diukur dengan
ukuran berat ( gram, pond, kg), ukuran panjang dengan centi meter atau meter.
b. Perkembangan adalah bertambahnya kemampuaan (skiil) dalam struktur dan
fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur sebagai hasil dari proses
pematangan. Disini menyangkut adanya proses diferensasi sel-sel tubuh, organ dan
a. Sirkulasi
Peradangan pada saluran pernafasan menyebabkan produksi sekret sehingga dapat
enurunkan fungsi pertukaran oksigen dan karbondioksida, oleh sebab itu oksigen
yang dibutuhkan tubuh tidak dapat tersedia dengan cukup sehingga pada klien
dapat ditemukan adanya sianosis dan takipneu.
b. Nutrisi
Kehilangan nafsu makan, mual muntah, akibat proses dari peradangan
mengakibatkan kebutuhan nutrisi, tidak terpenuhi.
Pada klien gastroenteritis akut kebiasaan buang air kecil akan terjadi retensi
bila dehidrasi karena panas yang meninggi, konsumsi cairan yang tidak
sesuai dengan kebutuhan
e). Pola aktivitas
Pada klien ISPA, aktivitas akan terganggu akibat adanya kelemahan fisik
serta klien akan mengalami keterbatasan gerak akibat penyakitnya.
6). Status psikologis
a). Status emosi
Saat sakit biasanya anak tidak mampu mengontrol emosinya, cepat
marah/menangis
b). Kecemasan klien
Saat sakit biasanya anak tampak menangis dan gelisah
c). Konsep diri
(1). Citra tubuh
Pada anak : pandangan orang tua tentang diri anaknya
(2). Peran
Pada anak : pandangan orang tua tentang perubahan diri pada anaknya
(3). Identitas
Pada anak : bagaimana memperlakukan anaknya sesuai jenis
kelaminnya.
(4). Ideal diri
Pada anak : harapan orang tua tentang anaknya
(5). Harga diri