PENDAHULUAN
(KPSP)
dan
Denver
II,
disesuaikan
dengan
milestone
BAB II
SINDROMA DOWN
2.1 Definisi
23
Anak Normal
Usia rata-rata Rentang usia
5 bulan
3-5 bulan
3 bulan
1-4 bulan
8 bulan
9 bulan
18 bulan
23 bulan
4-12 bulan
6-16 bulan
12-38 bulan
13-48 bulan
5 bulan
7 bulan
11 bulan
12 bulan
2-10 bulan
5-9 bulan
9-16 bulan
9-17 bulan
Anak Normal
Usia rata-rata Rentang usia
3 bulan
1,5-6 bulan
1,5 bulan
1-3 bulan
6 bulan
4-11 bulan
4 bulan
2-6 bulan
8 bulan
6-12 bulan
5,5 bulan
4-8 bulan
30 bulan
14-32 bulan
15 bulan
10-19 bulan
48 bulan
36-60 bulan
30 bulan
24-40 bulan
Anak Normal
Usia rata-rata
1 bulan
Rentang usia
0,5-1,5 bulan
Usia rata-rata
0 bulan
Rentang usia
0-1 bulan
7 bulan
4-8 bulan
4 bulan
2-6 bulan
16 bulan
12-24 bulan
10 bulan
6-14 bulan
18 bulan
13-36 bulan
14 bulan
10-23 bulan
30 bulan
18-60 bulan
20 bulan
15-30 bulan
Anak Normal
Usia rata-rata Rentang usia
2 bulan
0,5-4 bulan
1 bulan
1-2 bulan
11 bulan
20 bulan
9-16 bulan
12-30 bulan
8 bulan
12 bulan
5-13 bulan
9-17 bulan
36 bulan
18-50 bulan
24 bulan
14-36 bulan
36 bulan
20-60 bulan
24 bulan
16-48 bulan
BAB III
PROSES FISIOLOGIS BICARA DAN BAHASA
Menurut beberapa ahli komunikasi, bicara adalah kemampuan anak untuk
berkomunikasi dengan bahasa oral (mulut) yang membutuhkan kombinasi yang
serasi dari sistem neuromuskular untuk mengeluarkan fonasi dan artikulasi suara.
Proses bicara melibatkan beberapa sistem dan fungsi tubuh, melibatkan sistem
pernapasan, pusat khusus pengatur bicara di otak dalam korteks serebri, pusat
respirasi di dalam batang otak dan struktur artikulasi, resonansi dari mulut serta
rongga hidung. 29
Terdapat 2 hal proses terjadinya bicara, yaitu proses sensoris dan motoris :
1. Aspek sensoris meliputi pendengaran, penglihatan, dan rasa raba berfungsi
untuk memahami apa yang didengar, dilihat dan dirasa.
2. Aspek motorik yaitu mengatur laring, alat-alat untuk artikulasi, tindakan
artikulasi dan laring yang bertanggung jawab untuk pengeluaran suara. 27,29
Di dalam otak terdapat 3 pusat yang mengatur mekanisme berbahasa, dua pusat
bersifat reseptif yang mengurus penangkapan bahasa lisan dan tulisan serta satu
pusat lainnya bersifat ekspresif yang mengurus pelaksanaan bahsa lisan dan
tulisan. Ketiganya berada di hemisfer dominan dari otak atau sistem susunan saraf
pusat.
Kedua pusat bahasa reseptif tersebut adalah area 41 dan 42 disebut area wernick,
merupakan pusat persepsi auditoro-leksik yaitu mengurus pengenalan dan
pengertian segala sesuatu yang berkaitan dengan bahasa lisan (verbal). Area 39
broadman adalah pusat persepsi visuo-leksik yang mengurus pengenalan dan
pengertian segala sesuatu yang bersangkutan dengan bahasa tulis. Sedangkan area
Broca adalah pusat bahsa ekspresif. Ketiga pusat tersebut berhubungan satu sama
lain melalui serabut asosiasi. 27
Saat mendengar pembicaraan maka getaran udara yang ditimbulkan akan masuk
melalui lubang telinga luar kemudian menimbulkan getaran pada membrane
timpani. Dari sini rangsangan diteruskan oleh ketiga tulang kecil dalam telinga
tengah ke telinga bagian dalam. Di telinga bagian dalam terdapat reseptor sensoris
untuk pendengaran yang disebut Coclea. Saat gelombang suara mencapai coclea
7
maka impuls ini diteruskan oleh saraf VII ke area pendengaran primer di otak
diteruskan ke area wernick. Kemudian jawaban diformulasikan dan disalurkan
dalam bentuk artikulasi, diteruskan ke area motorik di otak yang mengontrol
gerakan bicara. Selanjutnya proses bicara dihasilkan oleh getaran vibrasi dari pita
suara yang dibantu oleh aliran udara dari paru-paru, sedangkan bunyi dibentuk
oleh gerakan bibir, lidah dan palatum (langit-langit). Jadi untuk proses bicara
diperlukan koordinasi sistem saraf motoris dan sensoris dimana organ
pendengaran sangat penting. 27,29
Proses reseptif Proses dekode.
Begitu rangsang auditori masuk, formasi retikulum pada batang otak akan
menyusun tonus untuk otak dan menentukan modalitas dan rangsang mana yang
akan diterima otak. Rangsang tersebut diterima oleh talamus dan kemudian
diteruskan ke area masing-masing korteks auditori pada girus Heschel. Sebagian
besar signal saraf yang diterima oleh girus ini berasal dari telinga pada sisi
berlawanan. 27,29
Girus dan area asosiasi auditori memisahkan dan membedakan informasi
bermakna yang masuk. Selanjutnya masukan linguistik yang sudah dikode akan
dikirim ke lobus temporal kiri untuk diproses, sedangkan masukan paralinguistik
(intonasi, tekanan, irama dan kecepatan) masuk ke lobus temporal kanan. Analisa
linguistik dilakukan pada area Wernicke di lobus temporal kiri. Girus angular dan
supramarginal akan membantu proses integrasi informasi visual, auditori dan raba
serta perwakilan linguistik.
Proses dekode dimulai dengan dekode fonologi berupa penerimaan unit suara
melalui telinga. Dilanjutkan dengan dekode gramatika. Proses berakhir pada
dekode semantik dengan pemahamn konsep atau ide yang disampaikan lewat
pengkodean tersebut. 27
Proses ekspresif Proses encode.
Proses produksi berlokasi pada area yang sama pada otak. Struktur untuk pesan
yang masuk ini diatur pada area Wernicke, pesan diteruskan melalui fasikulus
arkuatum ke area Broca untuk penguraian dan koordinasi verbalisasi pesan
tersebut. Signal kemudian melewati korteks motorik yang mengaktifkan otot-otot
respirasi, fonasi, resonansi dan artikulasi. Ini merupakan proses aktif pemilihan
lambang dan formulasi pesan. Proses enkode dimulai dengan enekode semantik
yang dilanjutkan dengan enkode gramatika dan berakhir pada enkode fonologi.
Keseluruhan proses enkode ini terjadi di otak pembicara. 27,29
Terdapat proses transmisi antara dekode dan enkode, yaitu pemindahan atau
penyampaian kode atau disebut kode bahasa. Transmisi ini terjadi antara mulut
pembicara dan telinga pendengar. 27,29-31
Kedua proses berbahasa ini disimpulkan sebagai proses komunikasi. Dalam
proses belajar berbahasa, kedua kemampuan menggunakan bahasa reseptif dan
ekspresif harus berkembang dengan baik. 29-31
mental,
gangguan
pendengaran
dan
keterlambatan
maturasi.
10
Faktor Internal
Berbagai faktor internal atau faktor biologis tubuh seperti faktor persepsi, kognisi
dan prematuritas dianggap sebagai faktor penyebab keterlambatan bicara pada
anak.31,35
Persepsi
Kemampuan membedakan informasi yang masuk disebut persepsi. Persepsi
berkembang dalam 4 aspek: pertumbuhan, termasuk perkembangan sel saraf dan
keseluruhan sistem; stimulasi, berupa masukan dari lingkungan meliputi seluruh
aspek sensori, kebiasaan, yang merupakan hasil dari skema yang sering terbentuk.
Kebiasaan, habituasi, menjadikan bayi mendapat stimulasi baru yang kemudian
akan tersimpan dan selanjutnya dikeluarkan dalam proses belajar bahasa anak.
Secara bertahap anak akan mempelajari stimulasi-stimulasi baru mulai dari raba,
rasa, penciuman kemudian penglihatan dan pendengaran. 4
Pada usia balita, kemampuan persepsi auditori mulai terbentuk pada usia 6 atau 12
bulan, dapat memprediksi ukuran kosa kata dan kerumitan pembentukan pada usia
23 bulan.4,36 Telinga sebagai organ sensori auditori berperan penting dalam
perkembangan bahasa. Beberapa studi menemukan gangguan pendengaran karena
otitis media pada anak akan mengganggu perkembangan bahasa.37
11
Sel saraf bayi baru lahir relatif belum terorganisir dan belum spesifik. Dalam
perkembangannya, anak mulai membangun peta auditori dari fonem, pemetaan
terbentuk saat fonem terdengar. Pengaruh bahasa ucapan berhubungan langsung
terhadap jumlah kata-kata yang didengar anak selama masa awal perkembangan
sampai akhir umur pra sekolah.4
Kognisi
Anak pada usia ini sangat aktif mengatur pengalamannya ke dalam kelompok
umum
maupun
konsep
yang
lebih
besar. Anak
belajar
mewakilkan,
Bahasa dan pikiran adalah faktor bebas tapi kemampuan yang berkaitan.
penelitian
menunjukkan,
bahwa
gangguan
bahasa
merupakan
kecendrungan dalam suatu keluarga yang dapat terjadi sekitar 40% hingga 70%.
Separuh keluarga yang memiliki anak dengan gangguan bahasa, minimal satu dari
anggota keluarganya memiliki masalah bahasa. Orang tua dapat berpengaruh
karena faktor keturunan sehingga mungkin bertanggung jawab terhadap faktor
genetik. Mungkin sulit mengetahui berapa banyak transmisi intergenerasi
gangguan bahasa tersebut, disebabkan oleh kurangnya dukungan lingkungan
terhadap bahasa.46-48
12
Menurut Bishop Edmundson, Tallal, Whitehurst dan Lewis 1992 dalam berbagai
laporan kasus sering memperlihatkan riwayat keluarga positif pada gangguan
komunikasi. Sekitar 28% hingga 60% dari anak-anak dengan gangguan bicara dan
bahasa mempunyai saudara kandung dan/atau orang tua yang juga mengalami
kesulitan bicara dan bahasa.47, 48
Sedangkan menurut Tallal, Lewis dan Freebairn, anggota keluarga laki-laki lebih
berpengaruh dari pada wanita. Bagaimanapun, data terbanyak memperlihatkan
anak-anak dengan hanya gangguan bahasa saja dan tidak pada anak dengan
gangguan bicara terpisah (isolated speech disorders).48
Lewis dan Freebairn berhipotesa bahwa anak-anak dengan riwayat keluarga
positif terhadap gangguan bicara akan membentuk grup spesifik ke dalam
populasi gangguan bicara. Penemuan mereka tidak mendukung hipotesa karena
tidak ada perbedaan bermakna yang ditemukan pada pengukuran artikulasi,
fonologi, bahasa, kemampuan-kemampuan oral-motor atau kemampuan membaca
dan menulis diantara anak-anak yang memiliki riwayat keluarga dengan gangguan
bicara dibanding yang bukan.47 Lewis dan Freebair menyimpulkan bahwa riwayat
keluarga dengan gangguan bahasa bisa dipertimbangkan sebagai faktor risiko
yang dapat digunakan untuk identifikasi awal. Identifikasi awal tersebut
memungkinkan dilakukan intervensi dini bagi anak-anak yang keluarganya
memperlihatkan gangguan ini.47
Demikian pula anak yang berasal dari keluarga yang memiliki riwayat
keterlambatan atau gangguan bahasa maka beresiko mengalami keterlambatan
bahasa pula.46-48 Riwayat keluarga yang dimaksud antara lain anggota keluarga
yang mengalami keterlambatan berbicara, memiliki gangguan bahasa, gangguan
bicara atau masalah belajar. 48
Prematuritas
Penyebab khusus berkaitan antara permasalahan periode pre atau perinatal dengan
gangguan bicara dan bahasa juga telah dibuktikan. Infeksi selama kehamilan,
imaturitas dan berat badan lahir rendah dilaporkan mempunyai efek negatif pada
perkembangan bicara dan bahasa.49, 50
13
menemukan
adanya
faktor-faktor
yang
berhubungan
dengan
14
15
mereka tidak memiliki risiko yang meningkat untuk masalah spesifik bahasa,
khususnya saat angka penilaian disesuaikan karena prematuritasnya.50
Beberapa penelitian yang dilakukan Beitchman, Hood Inglis, Spitz, Tallal Ross,
Tomblin telah memperlihatkan bahwa gangguan bahasa umumnya memiliki
kecenderungan dalam suatu keluarga berkisar antara 40% hingga 70%. Hampir
separuh dari keluarga yang anak-anaknya mengalami gangguan bahasa, minimal
satu dari anggota keluarganya memiliki problem bahasa. Dengan demikian orang
tua yang berpengaruh pada keturunan ini mungkin bertanggung jawab terhadap
faktor-faktor genetik. Mungkin tidak diketahui berapa banyak transmisi
intergenerasi gangguan-gangguan bahasa tersebut disebabkan oleh kurangnya
dukungan lingkungan terhadap bahasa.46-48
Kondisi lingkungan merupakan hal yang penting menyangkut hasil perkembangan
seorang anak. Beberapa anak yang datang dari keluarga yang tidak stabil dan
kurangnya perhatian, perawatan, dan kurang memadainya kebutuhan nutrisi dan
perawatan kesehatan, dapat membentuk level stress lingkungan yang merugikan
bagi perkembangan anak termasuk bahasa. Risiko dari problem-problem bahasa
juga dikaitkan dengan faktor sosioekonomi dan rendahnya status ekonomi.55, 59
Peneliti-peneliti lain mendiskusikan beberapa variabel-variabel lingkungan yang
tampak lebih dapat diprediksi. Seperti yang dilaporkan Hoff-Ginsberg, Neils
Aram, Pine, Tallal, Tomblin, Tomblin dan Hardy faktor permintaan cara
persalinan ternyata termasuk faktor risiko gangguan perkembangan bicara pada
anak. Sedangkan menurut Paul, Rice, Tomblin dan Tomblin menunjukkan
pendidikan ibu yang rendah termasuk salah satu faktor risiko gangguan bahasa
yang terjadi pada anak. Orang tua tunggal menurut Andrews, Goldberg, Wellen,
Goldberg McLaughlin dan Miller Moore juga merupakan faktor risiko yang harus
diperhitungkan.59, 61, 62
Menurut Sameroff dan Barocas, tersusunnya model risiko perkembangan dapat
digunakan untuk memprediksi dengan lebih akurat, dengan mengkombinasi satu
atau lebih faktor-faktor risiko tersebut adalah efek komulatif dari risiko yang
multipel.64
16
Dalam suatu model penelitian dari Sameroff menunjukkan beberapa faktor risiko
sosial dan keluarga diantaranya adalah: masalah-masalah kesehatan mental ibu,
kecemasan ibu, sikap otoriter ibu dalam mengasuh anak, hubungan ibu-anak yang
buruk, pendidikan ibu yang kurang dari menengah atas, orang tua yang kurang
atau tidak memiliki ketrampilan dalam pekerjaan, status etnik minoritas, tidak ada
bapak, beberapa tekanan kehidupan tahun terdahulu, dan ukuran keluarga yang
besar.63, 64
Dilaporkan bahwa semua faktor tersebut adalah rangkaian individu yang berkaitan
dengan nilai IQ anak-anak pada usia 4 tahun dan sebagian besar mayoritas masih
berhubungan dengan IQ pada usia 13 tahun. Selain itu, jumlah faktor risiko
sebagaimana didefinisikan oleh risiko kumulatif dalam, adalah prediktor kuat IQ
pada usia 4 tahun dengan 58% dan pada umur 13 dengan varians 61%.64
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Hooper, Burchinal, Roberts, Zeisel dan
Neebe juga menyajikan fakta-fakta yang menggunakan model risiko komulatif
untuk memprediksi kemampuan kognitif dan bahasa pada bayi yang lebih
dipengaruhi oleh status sosioekonomi yang rendah pada populasi Afrika Amerika.
Hooper mengidentifikasi satu perangkat dari 10 faktor-faktor risiko sosial dan
keluarga berdasarkan pada model risiko dari Sameroff berupa status kemiskinan,
pendidikan ibu kurang dari sekolah menengah atas, ukuran keluarga yang besar,
ibu yang tidak menikah, hidup yang penuh tekanan, dampak dari ibu yang depresi,
interaksi ibu-anak yang buruk, IQ ibu, kualitas lingkungan rumah, dan kualitas
perawatan sehari-hari.59, 60, 64
Seluruh faktor risiko sosial dan keluarga dimasukkan ke dalam studi, saat bayi
berusia 6 sampai 12 bulan. Peneliti-peneliti menemukan bahwa 9 dari 10 faktorfaktor risiko (tekanan hidup merupakan pengecualian) terkait dengan keberhasilan
kognisi dan bahasa dari infan-infan. Komulatif indeks risiko dihubungkan dengan
pengukuran bahasa dengan varians sekitar 12% sampai 17% tetapi bukan
pengukuran kognisi.61, 63
Evans dan English menyajikan fakta-fakta bahwa anak-anak dengan orang tua
berpenghasilan rendah terpapar faktor-faktor risiko lingkungan dalam jumlah
yang
lebih
besar
daripada
yang
17
berpenghasilan
menengah.
Mereka
18
Otitis media
Menurut Grievink didapatkan sekitar 80% dari seluruh anak prasekolah
mengalami satu atau lebih episode otitis media Akut atau otitis media effusion
Selama episode ini, anak-anak mengalami fluktuasi kehilangan pendengaran,
biasanya antara 20 dB dan 50 dB. Dari penilitian Gravel dan Nozza gangguan
tersebut mempengaruhi jumlah dan kualitas bicara dan bahasa yang didengar. 65
Roberts, Pagel Paden, Roberts Clarke-Klein, dan Schwartz telah melaporkan
kemungkinan ada hubungan antara otitis media dengan atau tanpa efusi dan
keterlambatan perkembangan bicara dan bahasa. Artikel-artikel tersebut
menyimpulkan bahwa banyak anak yang mengalami episode infeksi telinga
tengah mempunyai gangguan bicara dan bahasa. Tetapi tidak semua anak yang
mempunyai gangguan bicara dan bahasa mengalami infeksi telinga tengah.6
19
BAB III
Anak sindroma Down biasanya dapat berkomunikasi dengan baik, artinya mereka
dapat menyampaikan persan dan berinteraksi dengan orang lain, walaupn sulit
untuk berbicara dengan jelas, bicara merupakan suatu tantangan. Bicara mereka
sulit untuk dipahami. Sehingga penting untuk mengingat bahwa berbicara dengan
jelas memerlukan waktu dan banyak variasi diantara individu. Pada anak
sindroma down terdapat perbedaan dengan perkembangan anak yang lain.
Perkembangan bicara pada anak sindroma down dipengaruhi oleh
Kesulitan mendengar
Anatomi dan fisiologi yang berbeda ( terdapat hipotoni, rongga mulut
Kesulitan mendengar
Sekitar dua pertiga dari anak-anak dengan sindrom Down mengalami gangguan
pengalaman pendengaran konduktif, kehilangan pendengaran sensorineural, atau
keduanya (Roizen, 2007)1 penelitian oleh Soerjatmono 70-80% anak Sindrom
Down mengalami gangguan pendengaran sehingga perlu pemeriksaan telinga
sejak awal kehidupannya serta dilakukan tes pendengaran secara berkala oleh
dokter THT 2
Gangguan pendengaran dapat mempengaruhi salah satu atau kedua telinga dan
berkisar dari ringan sampai berat (Roizen, Wolters, Nicol, & Blondis, 1993)3.
Gangguan pendengaran konduktif pada anak Down sindrome sering disebabkan
oleh gangguan pada telinga tengah, ditemukan terjadi pada 83 % anak dengan
down syndrom dengan derajat gangguan dari ringan sampai berat (Sacks B
2003)4. Otitis media merupakan salah satu gangguan telinga tengah. Anak-anak
20
dengan sindrom Down mungkin sangat rentan terhadap otitis media, mungkin
karena saluran pendengaran sempit dan perbedaan wajah tengkorak terlihat pada
populasi ini (Roizen, 2007)1. Otitis media telah ditemukan terjadi pada 96% anakanak dengan Down syndrome, dengan 83% membutuhkan tabung tympanotomy
(Shott, Joseph, & Heithaus, 2001)5. Otitis Media Efusi (OME) berhubungan
dengan gangguan pendengaran dan mungkin merupakan faktor risiko tambahan
pada anak Down syndrome karena anak-anak dengan sindrom Down sudah
berisiko untuk kesulitan bahasa (American Academy of Pediatrics [AAP], 2004;.
Roberts et al, 2004)6. Bahkan, gangguan pendengaran terkait secara bersamaan
kesulitan dalam pemahaman gramatikal morfem dan kosa kata untuk individu
dengan sindrom Down (Miolo, Chapman, &
21