Anda di halaman 1dari 5

BAB IV

PEMBAHASAN
Pada bab ini kelompok atau membandingkan yang meliputi kesenjangan toeri dan kasus dengan
gangguan sensori persepsi : Halusinasi pendengaran dan penglihatan di ruangan UTARI RS MARZOEKI
MAHDI BOGOR mulai tanggal 20 oktober sampai dengan 30 oktober 2015 untuk dapat dipahami dengan
mudah pembahasan inii, untuk itu penulis akan menguraikan satu persatu sesuai dengan tahap proses
keperawatan mulai dengan pengkajian, diagnose , perencanaan , implementasi , dan evaluasi .
Adapun masalah yang ditemui dalam pelakasanaan tindakan keperawatan dengan gangguan
sensori persepsi : Halusinasi pendengaran dan penglihatan
A. Pengkajian
Dalam melakukan pengkajian penulis menggunakan format pengkajian keperawatan
kesehatan jiwa yang meliputi aspek bio-psikososio spiritual dan lebih ditemukan pada aspek
psikologis klien . menurut stuart and laraia (2005). Ada beberapa factor yang menyebabkan
halusinasi antara lain factor predisposisi dan factor prespitasi . factor predisposisi meliputi factor
geneetik , factor neurobiologis, teori virus, psikologi dan social budaya . sedangakan factor
prespitasi antara lain biologis , stress lingkungan . pada kasus ny.n yang merupakan pemicu atau
prespitasi terjadinya masalah adalah akibat kurangnya perhatian dari keluarga sehingga klien
tidak teratur dalam minum obat.
Tanda dan gejala penyebab halusinasi sebagai berikut : curiga, ketakutan, rasa tidak
aman, gelisah

bingung, perilaku merusak diri kurang perhatian, tidak mampu mengambil

keputusan, bicara sendiri , dan tidak membedakan yang nyata dengan yang tidak nyata . pada
tinjauan kasus dari data yang di dapat dari Ny.N , sesuai dengan teori tampak senyum sendiri dan
mulut komat kamit
B. Diagnosa Keperawatan
Pada masalah keperawatan ini penulis akan membahas tentang diagnosa pada teori
menurut stuart dan laraya (2005). Klien yang mengalami halusinasi dapat kehilangan control
dirinya sehngga dapat membahayakan dirinya sendiri orang lain maupun merusak lingkuangan
hal ini terjadi jika halusinasi sudah mencapai fase empat dimana klien mengalami panik dan
perilkunya dikendalikan halusinasinya, klien benar-benar kehilngan kemampuan penilaian
realitas dan lingkungan diagnosa yang muncul adalah :
1. GSP : HALUSINASI
2. ISOLASI SOSIAL
3. PERILAKU KEKERASAN

Dari hasil yang didapat dari klien melalui observasi dan interaksi diagnosa yang
muncul adalah :
1. Gangguan sensori persepsi : Halusinasi pendengaran dan penglihatan
2. Resiko perilaku kekerasan
3. Isolasi social
4. Harga diri rendah
5. Defisit perawatan diri
C. Perencanaan tindakan keperawatan
Pada perencanaan penulis menyusun rencana yang merupakan hasil analisa data.
Kemudia dalam daftar diagnosa keperawatan pada Ny.N yaitu :
1. Gangguan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran dan penglihatan
2. Resiko perilaku kekerasan
3. Isolasi social
4. Harga diri rendah
5. Defisit perawatan diri
Perencanaan ini terjadi dari tujuan umum, yang ingin dicapai agar menciderai diri sendiri,
orang lain dan lingkungan tidak terjadi. Sedangkan tujuan khusus terdiri dari TUK yang dapat
diselesaikan secara bertahap. Hal ini dilakukan sesuai dengan perkembangan klien serta kondisi
klien terhadap perawat yang diperlukan secara langsung, perencanaan yang penulis cantumkan
pada tinjauan kasus sesuai dengan landasan teori
D. Implementasi
Pada implementasi penulisan yang mengacu pada rencana tindakan yang telah dibuat dan
sesuai dengan kondisi klien . dalam tindakan keperawatan tujuan khusus yang telah berhasil
dilakukan dari diagnosa gangguan sensorik persepsi : halusinasi pendengaran dan penglihatan
sebagai berikut :
1. Klien dapat mengenal atau mengetahui penyebab halusinasi dan mengontrol cara
halusinasi dengan menghardik
2. Klien dapat memanfaatkan obat dan menyebutkan kegunaannya seperti menyebutkan
nama klien, nama obat, waktu, dosis dan cara minum obat .
3. Klien dapat mengontrolnya dengan bercakap- cakap atau berinteraksi dengan orang
lain
4. Klien dapat mengontrolnya dengan aktivitas kegiatan harian (sp1 sampai sp 4) sudah
berhasil dilakukan
Keberhasilan penuisan mecapai tujuan khusus yang lainnya didukung oleh beberapa hal
sebagai berikut : kontak sering, sediakan lingkungan terapeutik untuk perawat melakukan
melakukan interaksi dengan klien, klien sering dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan,
bersedianya klien mengikuti kembali kontrak yang disepakati kedua belah pihak dan sikap yang

kooperatif bila diajak bicara dan hal-hal yang menghambat penulis yang mencapai tujuan khusus
diantaranya daya ingat
E. Evaluasi
Evaluasi Tindakan keperawatan yang didapat dari catatan perkembangan keperawatan,
yang telah dilakukan adalah : SP 1-4 Halusinasi, SP 1-4 Resiko Perilaku Kekerasan, SP 1-4
Isolasi Sosial, SP 1-3 Harga Diri Rendah, SP 1-2 Defisit Perawatan Diri.
Pada tinjauan kasus tujuan khusus dapat dicapai setelah melakukan asuuhan keperawatan
selama 2 hari hubungan saling percaya telah terbina seperti klien menjawab salam, mau berjabat
tangan, mau menyebutkan nama, dapat menyetujui kontrak dengan perawat , kontak mata dapat
dipertahankan, selain itu klien dapat mengenal halusinansinya seperti klien mengatakan
mendengar sura bergerumuh dan melihat bayangan hitam ,serta klien juga mau menerima cara
yang diajarkan oleh perawat meliputi:
1. Mentup telinga dan mata berteriak tidak mau dengar dan melihatnya
2. Mengenal obat dan manfaatnya.
3. Bercakap-cakap atau berbincang-bincang.
4. Melakukan kegiatan seperti menyapu dll.
Untuk mendapatkan dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya belum
dapat dicapai karena selama melakukan asuhan keperawatan selama 6 hari tidak ada keluarga
klien yang datang, karena keterbatasan waktu sehingga hanya tijauan khusus itulah yang dapat
penulis capai.

BAB V
PENUTUP
Berdasarkan hasil asuhan keperawatan pada Ny. N DENGAN Gangguan Sensori Persepsi:
Halusinasi pendengaran dan pengeligatan di ruang Utari RSMM Bogor dari tanggal 28 September 2015
29 Oktober 2015, penulis dapat membuat kesimpulan dan saran yang mungkin dapat berguna untuk
membuat hasil keperawatan:
A. Kesimpulan
Halusinasi adlah suatu gejala gangguan jiwa pada individu yang ditandai dengan
perubahan persepsi senori, merasakan sensai palsu berupa suara, pengelihatan, pengecapan,
pengindraan, penghidu merupakan stimulus yang sebenarnya tidak ada.

Halusinasi terbagi menjadi 4 tahap yaitu tahap pertama halusinasi memberikan rasa
nyaman dengan ansietas sedang, tahap kedua secara umum halusinasinya menyebabkan rasa
antipasti, menyalahkan dengan ansietas berat, tahap ketiga mengontrol dan pengalam sensoris
tidak dapat ditolak, tahap keempat halusinasi sudah menguasi klien dan terlihat panik.
Penyebab dari gangguan sensori persepsi: halusinasi antara lain factor predisposisi yang
terdiri dari factor perkembangan, social budaya psikologis, biologis dan perilaku. Masalah
keperawatan yang ditemukan pada klien dengan gangguan sensori persepsi: Halusinasi
Pendengaran, dan pengelihatan adalah resiko tinggi mencederai diri sendiri, dan orang lain,
lingkungan, dikarenakan halusinasi, pendengaran dan pengelihatan, gangguan sensori persepsi:
halusinasi pendengaran dan pengelihatan juga berhubungan dengan isolasi social dan harga diri
rendah.
Pada diagnosa keperawatan , penulis menganalisa masalah, melakukan pengelolaan data
dari klien , perawat ruangan dan rekap medis. Catatan keperawatan mengukur literature pustaka.
Sesuai dengan teori halusinasi yang terjadi pada Ny. N SEBAGAI AKIBAT DARI Isolasi sosisal.
Pada aaat melakukan tindakan keperawatan tidak semua perencanaan tindakan pada landasan
teori dilaksankan pada tinjauna kasus kareana da kendala seperti tidak ada keluarga yang
berkunjung saat melakukan asuhan keperawatan dan karena keterbatasan waktu, sikap terbuka,
sabar, membuat konsep, perhatian dan menerima klien apa adanya, kontak yang singkat dan
sering ternyata lebih efektif dalam memberikan tindakan keperawtan pada klien halusinasi.
Pada saat melakukan evaluasi hasil 28 Oktober 2015 evaluasi yang diharapkan pada
landasan teori tidak sama dengan hasil evaluasi tinjauan khusus seperti klien mendapat dukungan
dari keluarga dalam mengontrol halusinasi, tetapi untuk Sp yang lain sudah dicapai yang landasan
teori, hal ini tercapai Karena sikap kooperatif, suasan lingkungan rumah sakit yang mendukung
dan perawata ruangan yang membantu.
B. Saran
Dari hasil kesimpulan dan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sensori
persepsi : Halusianasi Pendengaran dan Pengeliharan penulis membutuhkan saran supaya
meningkatkan mutu asuhan keperawtan pada klien dengan gangguan jiwa yang ditujukkan
kepada klien, pelayanan kesehatan dan pendidikan.
a. Klien
Agar mampu mengontrol halusinasinya dan mau bersosialisasi dengan orang lain
dan linkungannya.
b. Mahasiswa
Agar dalam melakukan pengkajian menggunakan komunikasi terapeutik,
bersikap sopan, sabar, dan menerima klien apa adanya, serta mempertahankan sikap
empati.
c. Ruangan

Tiap melakukan pendekatan melalui hubungan terapeutik peningkatan fasilitas


dan sarana dalam pelaksanaan TAK.

Anda mungkin juga menyukai