Anda di halaman 1dari 22

Teknik Tegangan Tinggi (T3)

Teknik Elektro
Subprodi Teknik Energi Listrik

PT. PLN (Persero)


Gardu Induk Borongloe

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dewasa ini pemanfaatan energi listrik semakin meningkat, dan
untuk mendistribusikannya dari pembangkit ke tempat pengguna listrik
terlebih dahulu dinaikkan tegangannya untuk menghindari terjadinya
drop tegangan. Drop tegangan ini biasanya terjadi karena pusat
pembangkit tidak selalu berada di dekat pusat beban sehingga
diperlukan jaringan yang sangat panjang antara pusat pembangkit
dengan pusat beban (konsumen).
Mengingat

investasi

yang

dikeluarkan

untuk

pengadaan

pembangkit beserta jaringan transmisi yang sangat mahal ditambah


dengan banyaknya hal-hal yang dapat menyebabkan gangguan pada
sistem, seperti surja petir yang dapat menyebabkan kenaikan tegangan
yang melebihi tegangan nominal yang telah ditentukan sehingga dapat
merusak peralatan-peralatan listrik pada jaringan maka perlu adanya
suatu sistem pengawasan yang dapat mencegah terjadinya kerusakan
pada peralatan tersebut tanpa membahayakan keselamatan manusia.
Untuk mengatasi masalah tersebut, salah satu system pengaman yang
biasa dilakukan yaitu dengan memasang Lightning Arrester di tempattempat tertentu pada sistem (jaringan) yang berfungsi untuk
menyalurkan energi listrik dari tegangan lebih tersebut ke tanah,
sehingga tegangan pada jaringan tetap dalam keadaan normal sesuai
batas yang aman bagi peralatan.
Mengenai materi yang penulis pilih, Peralatan listrik Tegangan
Tinggi di Gardu Induk Listrik pada PT. PLN (Persero) Wilayah
SULSELRABAR. Unit Gardu Induk Borongloe adalah sebuah upaya
tinjauan praktis lapangan terhadap teori yang didapatkan. Dimana pada
bangku perkuliahan kita tidak dapat melihat langsung aplikasi dan
peralatan-peralatan yang digunakan pada Gardu Induk Listrik tersebut,

khususnya peralatan dalam skala tegangan tinggi. Oleh karena itu


penulis menganggap materi ini sangatlah penting.
1.2 Tujuan
Penulisan laporan ini bertujuan untuk :
Untuk memenuhi tuntutan kurikulum pada sub jurusan Teknik
Energi Listrik, Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin,
Menambah

wawasan

keilmuan

mengenai

ilmu

kelistrikan,

terkhusus menyangkut peralatan Listrik skala Tegangan Tinggi


pada Gardu Induk Borongloe. Yaitu mengetahui peralatan listrik
Tegangan Tinggi suatu gardu induk, serta
Menambah kemampuan praktis dalam bidang kelistrikan.
1.3 Batasan Masalah
Mengingat peralatan sistem tenaga listrik cukup banyak, maka
dirasa perlu untuk membatasi pembahasan-pembahasan yang hanya
meliputi perlatan tenaga listrik skala Tegangan Tinggi saja.

BAB II
TEORI DASAR
2.1 Pengertian Umum Gardu Induk
Gardu induk di sebut juga gardu unit pusat beban yang merupakan
gabungan dari transformer dan rangkaian switchgear yang tergabung
dalam satu kesatuan melalui sistem kontrol yang saling mendukung
untuk keperluan operasional. Pada dasarnya gardu induk bekerja
mengubahtegangan yang dibangkitkan oleh pusat pembangkit tenaga
listrik menjaditenaga listrik menjadi tegangan tinggi atau tegangan
transmisi dansebaliknya mengubah tegangan menengah atau tegangan
distribusi.
Gardu Induk juga merupakan sub sistem dari sistem penyaluran
(transmisi) tenaga listrik, atau merupakan satu kesatuan dari sistem
penyaluran (transmisi). Penyaluran (transmisi) merupakan sub sistem
dari sistem tenaga listrik.Berarti, gardu induk merupakan sub-sub
sistem dari sistem tenaga listrik. Sebagai sub sistem dari sistem
penyaluran (transmisi), gardu induk mempunyai peranan penting,
dalam

pengoperasiannya

tidak

dapat

dipisahkan

dari

sistem

penyaluran (transmisi) secara keseluruhan. Pengaturan daya ke gardugardu induk lainnya melalui tegangan tinggi dan gardu-gardu induk
distribusi melalui feeder tegangan menengah.

Gambar 1. Foto Papan Nama GI Borongloe

2.2 Fungsi Gardu Induk


Gardu Induk merupakan sub sistem dari sistem penyaluran
(transmisi) tenaga listrik, atau merupakan satu kesatuan dari system
penyaluran (transmisi). Penyaluran (transmisi) merupakan sub sistem
dari sistem tenaga listrik.
Fungsi gardu induk secara umum :
a. Mentransformasikan daya listrik :
1.

Dari tegangan ekstra tinggi ke tegangan tinggi (500 KV/150


KV).

2.

Dari tegangan tinggi ke tegangan yang lebih rendah (150 KV/


70 KV).

3.

Dari tegangan tinggi ke tegangan menengah (150 KV/ 20 KV,


70 KV/20 KV).

4.

Dengan frequensi tetap (di Indonesia 50/60 Hertz).

b. Untuk pengukuran, pengawasan operasi serta pengamanan dari


system tenaga listrik.
c. Pengaturan pelayanan beban ke gardu induk-gardu induk lain
melalui tegangan tinggi dan ke gardu distribusi-gardu distribusi,
setelah melalui proses penurunan tegangan melalui penyulangpenyulang (feeder- feeder) tegangan menengah yang ada di gardu
induk.
d. Untuk sarana telekomunikasi (pada umumnya untuk internal
PLN), yang kita kenal dengan istilah SCADA.
e. Menyalurkan tenaga listrik (kVA, MVA) sesuai dengan kebutuhan
pada tegangan tertentu. Daya listrik dapat berasal dari Pembangkit
atau dari gardu induk lain.
2.3 Jenis Gardu Induk
Gardu induk dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam
menurut dari segi fungsi, segi pemasangan, dll. Berikut adalah jenisjenis dari Gardu Induk :

2.3.1. Gardu induk (substations) berdasarkan dari pemasangan


peralatan dapat diklasifikasikan menjadi bebarapa jenis,
antara lain :
a. Gardu Induk Pasang Luar (out door substation)
Gardu induk jenis pasangan luar terdiri dari
peralatan tegangan tinggi pasangan luar. Pasangan luar yang
dimaksud adalah diluar gedung atau bangunan. Walaupun
ada beberapa peralatan yang lain berada di dalam gedung,
seperti peralatan panel kontrol, meja penghubung (switch
board) dan baterai.Gardu Induk jenis ini ini memerlukan
tanah yang begitu luas namun biaya kontruksinya lebih
murah dan pendinginannya murah.
b. Gardu Induk Pasangan Dalam (indoor door substation)
Disebut Gardu induk pasangan dalam karena sebagian
besar peralatannya berada dalam suatu bangunan. Peralatan
ini sepertihalnya pada gardu induk pasangan luar. Dari
transformator utama, rangkaian switchgear dan panel kontrol
serta batere semuanya. Jenis pasangan dalam ini dipakai
untuk menjaga keselarasan dengan daerah sekitarnya dan
untuk menghindari bahaya kebakaran dan gangguan suara.
c.

Gardu Induk Semi


outdoor substation)

Pasangan

Luar (semi

Sebagian peralatan tegangan tingginya terpasang di


dalam gedung dan yang lainnya dipasang diluar dengan
mempertimbangkan situasi dan kondisi lingkungan. Karena
konstruksi yang berimbang antara pasangan dalam dengan
pasangan luar inilah tipe gardu induk ini disebut juga gardu
induk semi pasangan dalam.
d. Gardu Induk Pasangan Bawah Tanah (underground
substation)
Sesuai dengan namanya, gardu induk pasangan bawah
tanahhampir semua peralatanya terpasang dalam bangunan
bawah tanah. Hanya alat pendinginan biasanya berada diatas
tanah, dan peralatan-peralatan yang tidak memungkinkan
untuk ditempatkan di bangunan bawah tanah. Gardu induk
jenis ini umumnya berada dipusat kota, karena tanah yang
tidak memadai.

2.3.2. Gardu induk (substations) berdasarkan dari tegangan


dapat diklasifikasikan menjadi bebarapa jenis, antara lain
:
a. Gardu induk transmisi
Yaitu gardu induk yang mendapat daya dari saluran
transmisi untuk kemudian menyalurkannya ke daerah beban
(industri, kota, dan sebagainya). Gardu induk transmisi yang
ada di PLN adalah tegangan tinggi 150 KV dan tegangan
tinggi 30 KV.
b. Gardu induk distribusi
Yaitu gardu induk yang menerima tenaga dari gardu
induk transmisi dengan menurunkan tegangannya melalui
transformator tenaga menjadi tegangan menengah (20 KV, 12
KV atau 6 KV) untuk kemudian tegangan tersebut diturunkan
kembali menjadi tegangan rendah (127/220 V atau 220/380
V) sesuai dengan kebutuhan.
2.3.3.

Gardu induk (substations) berdasarkan dari fungsinya


dapat diklasifikasikan menjadi bebarapa jenis, antara
lain :
a. Gardu Induk Penaik Tegangan
Merupakan gardu induk yang berfungsi untuk menaikkan
tegangan, yaitu tegangan pembangkit (generator) dinaikkan
menjadi tegangan sistem. Gardu Induk ini berada di lokasi
pembangkit tenaga listrik. Karena output voltage yang
dihasilkan pembangkit listrik kecil dan harus disalurkan pada
jarak yang jauh, maka dengan pertimbangan efisiensi,
tegangannya dinaikkan menjadi tegangan ekstra tinggi atau
tegangan tinggi.
b. Gardu Induk Penurun Tegangan
Merupakan gardu induk yang berfungsi untuk
menurunkan tegangan, dari tegangan tinggi menjadi tegangan
tinggi yang lebih rendah dan menengah atau tegangan
distribusi. Gardu Induk terletak di daerah pusat-pusat beban,
karena di gardu induk inilah pelanggan (beban) dilayani.

c. Gardu Induk Pengatur Tegangan


Pada umumnya gardu induk jenis ini terletak jauh dari
pembangkit tenaga listrik. Karena listrik disalurkan sangat
jauh, maka terjadi tegangan jatuh (voltage drop) transmisi
yang cukup besar. Oleh karena diperlukan alat penaik
tegangan, seperti bank capasitor, sehingga tegangan kembali
dalam keadaan normal.
d. Gardu Induk Pengatur Beban
Berfungsi untuk mengatur beban. Pada gardu induk ini
terpasang beban motor, yang pada saat tertentu menjadi
pembangkit tenaga listrik, motor berubah menjadi generator
dan suatu saat generator menjadi motor atau menjadi beban,
dengan generator berubah menjadi motor yang memompakan
air kembali ke kolam utama.
e. Gardu Induk Distribusi
Gardu induk yang menyalurkan tenaga listrik dari
tegangan sistem ke tegangan distribusi. Gardu induk ini
terletak di dekat pusat-pusat beban.
2.3.4. Gardu induk (substations) berdasarkan dari isolasi yang
digunakan dapat diklasifikasikan menjadi bebarapa jenis,
antara lain :
a. Gardu induk dengan isolasi udara
Merupakan gardu induk yang menggunakan isolasi udara
antara bagian yang bertegangan yang satu dengan bagian
yang bertegangan lainnya. Gardu Induk ini berupa gardu
induk konvensional memerlukan tempat terbuka yang cukup
luas.
b. Gardu induk yang menggunakan isolasi gas SF 6
Gardu induk yang menggunakan gas SF 6 sebagai isolasi
antara bagian yang bertegangan yang satu dengan bagian lain
yang bertegangan, maupun antara bagian yang bertegangan
dengan bagian yang tidak bertegangan. Gardu induk ini
disebut Gas Insulated Substation atau Gas Insulated
Switchgear (GIS), yang memerlukan tempat yang sempit.

2.3.5. Gardu induk (substations) berdasarkan dari sistem rel /


busbar yang digunakan dapat diklasifikasikan menjadi
bebarapa jenis, antara lain :
a. Gardu induk sistem ring busbar.
Merupakan gardu induk yang busbarnya berbentuk ring.
Pada gardu induk jenis ini, semua rel (busbar) yang ada,
tersambung (terhubung) satu dengan lainnya dan membentuk
ring (cincin).
b. Gardu induk sistem single busbar.
Merupakan gardu induk yang mempunyai satu (single)
busbar. Pada umumnya gardu dengan sistem ini adalah gardu
induk yang berada pada ujung (akhir) dari suatu sistem
transmisi.
c. Gardu induk sistem double busbar.
Merupakan gardu induk yang mempunyai dua (double)
busbar. Gardu induk sistem double busbar sangat efektif
untuk mengurangi terjadinya pemadaman beban, khususnya
pada saat melakukan perubahan sistem (manuver sistem).
Jenis gardu induk ini pada umumnya yang banyak digunakan.
d. Gardu induk sistem satu setengah (on half) busbar.
Adalah gardu induk yang mempunyai dua (double)
busbar. Pada umumnya gardu induk jenis ini dipasang pada
gardu induk di pembangkit tenaga listrik atau gardu induk
yang berkapasitas besar. Dalam segi operasional, gardu induk
ini sangat efektif, karena dapat mengurangi pemadaman
beban pada saat dilakukan perubahan system (manuver
system). Sistem ini menggunakan 3 buah PMT dalam satu
diagonal yang terpasang secara deret (seri).

BAB III
PEMBAHASAN
(Peralatan Listrik Tegangan Tinggi)
3.1 Transformator Step Down
Transformator (Trafo) Step Down dirancang untuk mengurangi
tegangan listrik. Tegangan Primer adalah lebih besar dari tegangan
sekunder. Tranformator Step Down mengubah tegangan listrik dari
satu tingkat atau konfigurasi fasenya biasanya turun ke tingkat yang
lebih rendah. Aplikasi untuk isolasi listrik, distribusi tenaga listrik,
dan kontrol dan instrumentasi aplikasi. Transformator (Trafo) Step
Down biasanya bergantung pada prinsip induksi magnetik antara
kumparan untuk mengkonversi tegangan dan / atau level arus.
Transformator (Trafo) Step Down dibuat dari dua atau lebih
kumparan kawat terisolasi di sekitar inti besi. Ketika tegangan masuk
dan diberikan ke satu kumparan (sering disebut primer atau input)
memagnetizes inti besi, yang menginduksi tegangan dalam kumparan
lain (yaitu sekunder atau output). Ternyata rasio dari dua set gulungan
menentukan jumlah transformasi tegangan.

Gambar 2. Foto Transformator Trafo Step down GI Borongloe (Depan)

Transformator (Trafo) Step Down dapat dianggap tidak lebih dari


perangkat

"rasio

tegangan".

Dengan

langkah

transformasi

menurunkan rasio tegangan antara primer dan sekunder akan


mencerminkan "membelokan rasio" (kecuali untuk satu fase yang
lebih kecil dari 1 kva yang telah dikompensasi bagian sekunder).
Sebuah contoh aplikasi praktis rasio 2-1 dimana rasio akan men-step
480v-240v tegangan turun. Perhatikan bahwa jika input tegangan
sebesar 440 volt maka output akan 220 volt, Sedangkan rasio antara
input dan tegangan output akan tetap konstan.
Perlu diketahui bahwa ransformers tidak boleh dioperasikan pada
tegangan yang lebih tinggi dari nilai yang tertera pada transormator
tersebut, namun hanya bisa dioperasikan pada tegangan mendekati
atau lebih rendah dari dinilai tersebut. Sehubungan dengan
kemungkinan akan digunakan untuk penggunaan peralatan Non
Standard pada transformer standard.
Pada GI Borongloe memiliki 20 MVA dengan perbandingan 70 kV
/ 20 kV. Di mana trafo ini menggunakan isolasi minyak di dalamnya,
dengan tipe pendinginan ONAN / ONAF.

Gambar 3. Foto Transformator Trafo Step down GI Borongloe (Belakang)

3.2 Busbar
Busbar atau rel adalah titik pertemuan atau hubungan trafo-trafo
tenaga, SUTT, SKTT dan peralatan listrik lainnya untuk menerima
dan menyalurkan tenaga listrik atau daya listrik. Ada pula yang
mengartikan, Busbar dalam sistem tenaga adalah lokasi di mana jalur
transmisi, sumber generasi, dan beban distribusi bertemu. Karena
konvergensi ini, sirkuit pendek yang terletak di dekat busbar
cenderung memiliki arus besar yang sangat tinggi. Karena arus sangat
besarnya, maka jika ada kesalahan memerlukan kecepatan yang tinggi
dalam operasi perlindungan busbar untuk membatasi kerusakan
peralatan tersebut. Namun, kliring berkecepatan tinggi harus seimbang
terhadap kebutuhan untuk keamanan. Tersandung salah untuk
kesalahan eksternal dapat menyebabkan gangguan besar, dan
membahayakan stabilitas daya sistem. Besarnya kesalahan yang tinggi
meningkatkan kemungkinan CT saturasi selama kesalahan eksternal
dekat dengan busbar, dan CT saturasi meningkatkan kemungkinan
operasi yang salah dari perlindungan busbar.
Perlindungan busbar mungkin rumit dan bervariasi dengan topologi
bus. Banyak busbar menghubungkan semua sirkuit untuk satu segmen
umum dari busbar. Komplikasi untuk bus ini adalah hanya jumlah
sirkuit terhubung. Namun, busbar tertentu mungkin memiliki beberapa
segmen bus, dengan sirkuit individu yang terhubung ke segmen bus
yang berbeda tergantung pada kebutuhan operasi. Untuk bus
kompleks seperti, perlindungan busbar harus mampu melindungi
setiap segmen bus individual, dan dinamis melacak sirkuit terhubung
ke segmen bus tertentu. Semua generator sinkron pada pusat
pembangkit listrik menyalurkan tenaga listrik ke rel pusat listrik.
Demikian pula semua saluran yang mengambil maupun yang
mengirim tenaga listrik dihubungkan ke rel ini.
Mayoritas kesalahan busbar melibatkan fase satu dan bumi, tetapi
kesalahan muncul dari berbagai banyak. Bahkan, sebagian besar hasil
kerusakan pada busbar dari kesalahan manusia dan bukan kegagalan
komponen switchgear.

Gambar 4. Foto Busbar tipe single busbar GI Borongloe


Ada beberapa jenis busbar yang biasa digunakan diantaranya single
busbar, satu setengah PMT, dan juga ada double busbar. Namun pada
GI Borongloe menggunakan jenis busbar yaitu single busbar (dapat
dilihat pada Gambar 3).
3.3 Lightning Arrester (LA)
Lightning Arrester adalah alat proteksi bagi peralatan listrik
terhadap tegangan lebih, yang disebabkan oleh petir atau surja hubung
(switching surge). Alat ini bersifat sebagai by-pass di sekitar isolasi
yang membentuk jalan dan mudah dilalui oleh arus kilat ke sistem
pentanahan sehingga tidak menimbulkan tegangan lebih yang tinggi
dan tidak merusak isolasi peralatan listrik. By-pass ini harus
sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu aliran daya sistem
frequensi 50 Hz.
Jadi pada keadaan normal arrester berlaku sebagai isolator, dan
apabila timbul tegangan surja alat ini bersifat sebagai konduktor yang
tahanan tanahnya rendah, sehingga dapat melewatkan arus tinggi ke
tanah. Setelah surja hilang, arrester harus dapat dengan cepat kembali
menjadi isolasi.
Sesuai fungsinya, maka arrester harus dapat menahan tegangan
sistem normal untuk waktu tidak terbatas. Gangguan di dalam sistem

Gardu Induk dapat ditangani dengan menggunakan relay-relay


pengaman yang dapat bekerja secara otomatis apabila
terjadi gangguan, sedangkan gangguan di luar sistem baik yang
berupa sambaran petir dan gangguan lain yang dapat diatasi
dengan menggunakan lightning arrester.

Gambar 5. Foto Lightning Arrester (LA) GI


Borongloe
3.4 PMS (DS)
Disconnecting switch adalah saklar pemutus yang didesain
tidak bisa terbuka pada saat arus beban yang melewatinya
masih ada.Biasanya disconnecting switch dipasang untuk
mengisolasi peralatanperalatan yang mungkin tersupply daya
besar.
Disconnecting switch biasanya dilengkapi dengan
peringatan visual untuk keamanan para pekerja, dengan kata
lain pada saat keadaan saklar terbuka atau tidak ada arus beban
yang mengalir maka visual sign akan menyala untuk
memberitahukan keadaan aman dan sebaliknya. Disconnecting
switch harus benar benar tertutup untuk mencegah

kemungkinan munculnya bunga api antara pisau penghubung


dengan klip penjepitnya, yang jika terjadi hal hal
tesebut akan membahayakan operator.
Disconnecting switch, air break switch, and oil switches
biasanya digunakan bersama sama, biasanya tuasnya
dioperasiakan bersama sama.
Disconnecting switch juga digunakan untuk mengisolasi
peralatan seperti terminal (buses) atau peralatan listrik
yang lain, juga untuk memisahkan kelompok-kelompok
feeder dengan tujuan maintenance atau pengetesan.
Untuk perbaikan DS dilakukan pengetesan fisik dari
kerusakan,membersihkan
kontak
kontaknya,
juga
memberikan pelumas pada as dari lengan (pisau)
pengubungnya.
Pada maintenance peralatanperalatan pada gardu induk
biasanya antara beban dan sumber daya dari gardu induk
diputus oleh Disconnecting switch. Hal ini untuk menjaga
keamanan dari para pekerja yang melaksanakan perbaikan
atau perawatan, karena difungsikan untuk memisahkan
bagian yang bertegangan dan tidak maka DS ini pada
sisi yang tidak bertegangan dipasang grounding yang
berguna untuk membuang sisa energi (kapasitansi) yang
tersimpan pada konduktor, system grounding
dan close dari DS ini saling interlocking. Hal ini
untuk menghindari short circuit.
Selain itu DS tidak didiesain sebagai pemutus tegangan
seperti CB-CB yang terdapat pada panel atau gardu
induk, oleh karena itu DS harus dilengkapi dengan
pemutus beban, kerja dari DS pun harus setelah CB benar
benar open atau tidak ada daya yang mengalir ke DS,
atau dapat dikatakan kerja dari DS dan CB adalah
interlocking juga. Pemisah atau DS digunakan untuk
menjamin keamanan para pekerja pada saat melakukan
pekerjaan yang menyangkut tegangan listrik, dan juga
memberikan efisiensi karena harganya yang lebih murah
dibandingkan harga CB.
Istilah DS, biasa di sebut PMS (Pemisah) pada PLN.
Pemisah adalah sakelar yang hanya boleh dioperasikan tanpa
ada arus. Pemisah harus secara visuil terlihat apakah pisau-

pisaunya membuka atau menutup. PMS (Pemisah) dipasang


didepan dan dibelakang PMT (Pemutus Tenaga). Berikut
gambar 4 yang merupakan foto yang diambil saat kunjungan
ke GI Borongloe.

Gambar 6. Foto PMS GI Borongloe


3.5 PMT (CB)
Circuit Breaker atau Sakelar Pemutus Tenaga (PMT) adalah
suatu peralatan pemutus rangkaian listrik pada suatu sistem
tenaga listrik, yang mampu untuk membuka dan menutup
rangkaian listrik pada semua
kondisi,
termasuk
arus
hubung singkat, sesuai dengan ratingnya. Juga pada kondisi
tegangan yang normal ataupun tidak normal.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh suatu PMT agar
dapat melakukan hal-hal diatas, adalah sebagai berikut:
1. Mampu menyalurkan arus maksimum sistem secara terusmenerus.
2. Mampu memutuskan dan menutup jaringan dalam
keadaan berbeban maupun terhubung singkat tanpa
menimbulkan kerusakan pada pemutus tenaga itu sendiri.

3. Dapat memutuskan arus hubung singkat dengan kecepatan


tinggi agar arus hubung singkat tidak sampai merusak
peralatan sistem, membuat sistem kehilangan kestabilan,
dan merusak pemutus tenaga itu sendiri.
Setiap PMT dirancang sesuai dengan tugas yang akan
dipikulnya, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan
dalam rancangan suatu PMT, yaitu:
1. Tegangan efektif tertinggi dan frekuensi daya jaringan
dimana pemutus daya itu akan dipasang. Nilainya
tergantung pada jenis pentanahan titik netral sistem.
2. Arus maksimum kontinyu yang akan dialirkan melalui
pemutus daya. Nilai arus ini tergantung pada arus
maksimum sumber daya atau arus nominal beban dimana
pemutus daya tersebut terpasan.
3. Arus hubung singkat maksimum yang akan diputuskan
pemutus daya tersebut.
4. Lamanya maksimum arus hubung singkat yang boleh
berlangsung.
hal ini berhubungan dengan waktu pembukaan
kontak yang dibutuhkan.
5. Jarak bebas antara bagian yang bertegangan tinggi
dengan objek lain disekitarnya.
6. Jarak rambat arus bocor pada isolatornya.
7. Kekuatan dielektrik media isolator sela kontak.
8. Iklim dan ketinggian lokasi penempatan pemutus daya.
Pada GI Borongloe PMT yang ada menggunakan
isolator gas yaitu SF6. Berikut foto dari panel CB pada
switchyard GI Borongloe.

Gambar 7. Foto Panel PMT (CB) GI Borongloe


3.6 NGR (Netral Ground Resistor)
Salah satu metoda pentanahan Trafo Tenaga adalah dengan
menggunakan NGR. NGR adalah sebuah tahanan yang
dipasang serial dengan neutral sekunder pada transformator
sebelum terhubung ke ground/tanah. Tujuan dipasangnya NGR
adalah untuk mengontrol besarnya arus gangguan yang
mengalir dari sisi neutral ke tanah. Hal ini terkait dengan
Pola pengamanan Trafo Tenaga disisi Sekunder (Sistem
Distribusi).
Ada dua jenis NGR, Liquid dan Solid
1. Liquid
Berarti resistornya menggunakan larutan air murni
yang ditampung didalam bejana dan ditambahkan garam
(NaCl) untuk mendapatkan nilai resistansi yang diinginkan
2. Solid
Sedangkan NGR jenis padat terbuat dari Stainless
Steel, FeCrAl, Cast Iron, Copper Nickel atau Nichrome
yang diatur sesuai nilai tahanannya.
Pada GI Borongloe menggunakan NGR tipe ke dua yaitu
NGR tipe solid. Berikut foto dari panel NGR pada switchyard
GI Borongloe.

Gambar 8. Foto Panel NGR GI Borongloe


3.7 BAY TRAFO
Bay trafo adalah suatu rangkaian peralatan listrik yang berada di
serandang terdiri dari beberapa peralatan yang sangat penting dan
sangat berpengaruh terhadap penyaluran tenaga listrik.
3.7.1 Peralatan Bay Trafo
Peralatan bay trafo terdiri dari:
a. Trafo tenaga (transformer)
Transformator tegangan adalah suatu peralatan tenaga
listrik yang berfungsi menyalurkan tenaga/daya listrik dari
tegangan tinggi ke tegangan rendah atau sebaliknya.
b. LA (Lighting Arrester)
Lighting Arrester adalah suatu peralatan yang berfungsi
sebagai pengaman instalasi (peralatan listrik pada instalasi
Gardu Induk) dari gangguan tegangan lebih akibat sambaran
petir

(ligthning

Surge)

maupun

oleh

surja

(Transformator

Arus)

yaitu

hubung(SwitchingSurge).
c. CT (Current Transformer)
Current

Transformer

peralatan yang digunakan untuk pengukuran besaran arus


pada instalasi listrik dengan mentrasformasikan besaran arus

dari besaran arus yang besar menjadi besaran arus kecil untuk
keperluan pengukuran dan proteksi.
d. PMT (Pemutus Tegangan)
PMT atau pemutus tenaga adalah alat yang berfungsi
sebagai alat pembuka atau penutup suatu rangkaian listrik
dalam kondisi berbeban, serta mampu membuka dan
menutup saat terjadi gangguan (hubung singkat).
e. PMS BUS
PMS BUS berfungsi untuk memisahkan bay penghantar
dengan busbar. PMS rel tidak dilengkapi dengan pms tanah.
Berikut foto dari BAY Trafo pada switchyard GI Borongloe.

Gambar 9. Foto BAY Trafo GI Borongloe


3.8 CT (Current Transformator)
Di dalam sistem tenaga listrik terdapat sebuah peralatan yang
dikenal dengan istilah CT. Lalu apakah CT itu? CT merupakan
singkatan dari Current (arus) Transformer (perubah). Sesuai dengan
namanya, CT adalah merupakan peralatan yang mengubah
besaran arus dari besar ke kecil ataupun sebaliknya sesuai dengan
kebutuhan yang diperlukan.
Untuk sistem tenaga listrik berdaya besar diperlukan CT
untuk merubah nilai nominal arus sistem menjadi lebih kecil

sehingga bisa terbaca oleh peralatan proteksi ataupun pengukuran


(metering). Peralatan proteksi dan metering tersebut biasanya
hanya menerima nilai arus dengan dua nilai nominal yaitu 0-1A
(untuk kelas peralatan 1A) dan 0-5A (untuk kelas peralatan 5A).
Peralatan proteksi dan metering hanya akan membaca
nilai keluaran CT (dari terminal sekunder CT) kemudian
menghitung/merubahnya kembali sebagai pembacaan sisi primer
(nilai arus yang mengalir sebenarnya). Nilai perhitungan yang
dilakukan oleh peralatan proteksi dan metering didasarkan pada nilai
rasio dari sebuah CT.
Berikut foto dari CT (Current Transformator) pada switchyard GI
Borongloe.

Gambar 10. Foto CT (Current Transformator) GI Borongloe


3.9 PT (Potensial Transformator)
Trafo tegangan digunakan untuk menurunkan tegangan sistem
dengan perbandingan transformasi tertentu. Transformator
Tegangan/Potensial (PT) adalah trafo instrument yang berfungsi
untuk merubah tegangan tinggi menjadi tegangan rendah sehingga
dapat diukur dengan Volt meter.
Prinsip kerja Trafo tegangan, kumparan primernya dihubungkan
parallel dengan jaringan
yang akan diukur tegangannya.
Voltmeter atau kumparan tegangan wattmeter langsung dihubungkan
pada sekundernya. Jadi rangkaian sekunder hampir pada kondisi
open circuit. Besar arus primernya tergantung pada beban disisi
sekunder. Rancangan trafo tegangan ini sama dengan trafo daya
step-down tetapi dengan beban yang sangat ringan.

Prinsip kerja trafo jenis ini sama dengan trafo daya, meskipun
demikian rancangannya berbeda dalam beberapa hal, yaitu :
a. Kapasitasnya kecil (10 s/d 150 VA), karena digunakan untuk
daya yang kecil.
b. Galat faktor transformasi dan sudut fasa tegangan primer
dan sekuder lebih kecil untuk mengurangi kesalahan pengukuran.
c. Salah
satu
terminal
pada
sisi
tegangan
tinggi
dibumikan/ditanahkan.
d. Tegangan pengenal sekunder biasanya 100 atau 1003 V
Berikut foto dari PT (Potensial Transformator) pada switchyard
GI Borongloe.

Gambar 11. Foto PT (Potential Transformator) GI


Borongloe
3.10 BAY Line
Beberapa peralatan yang ada pada bay line, yaitu ada relay,
lightning arrester (LA), potensial transformer (PT), disconecting
switch (DS / PMS), current transformer (CT), dan circuit breaker
(CB / PMT).
Adapun urutan peralatan bay line pada Gardu Induk Borongloe
yaitu setelah di transmisikan masuk ke GI sampai masuk ke trafo
tenaganya, yaitu dimulai dari lightning arrester (LA) potensial
transformer (PT) disconecting switch (DS / PMS) current
transformer (CT) Line disconecting switch (DS / PMS) circuit
breaker (CB / PMT) current transformer (CT) Trafo.
Berikut foto dari Bay Line termasuk peralatan yang ada di
dalamnya pada switchyard GI Borongloe.

Gambar 12. Foto Bay Line beserta perlatannya pada


GI Borongloe

Anda mungkin juga menyukai