Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari
biasanya (> 3kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja ( menjadi cair) dengan/ tanpa darah
dan atau lender. Diare akut adalah diare yang terjadi secara mendadak pada bayi dan anak yang
sebelumnya sehat.Diare kronik adalah diare yang berlanjut sampai 2 minggu atau lebih dengan
kehilangan berat badan atau berat badan tidak bertambah.
Terdapat banyak penyebab diare akut pada anak. Pada sebagian besar kasus penyebabnya
adalah infeksi akut intestinum yang disebabkan oleh virus, bakteri atau parasite akan tetapi
berbagai penyakit lain juga dapat menyebakan diare akut, termasuk sindrom malabsorbsi. Diare
karena virus umumnya bersifat self limiting, sehingga aspek terpenting yang harus diperhatikan
adalah mencegah terjadinya dehidrasi yang menjadi penyebab utama kematian dan menjamin
nutrisi untuk mencegah virus menganggu pertumbuhan akibat diare.
Secara umum penanganan diare adalah untuk mencegah terjadinya dehidrasi serta
gangguan keseimbangan elektrolit dan asam basa, kemungkinan terjadinya intoleransi,
mengobati kausa diare yang spesifik, mencegah dan menanggulangi gangguan gizi serta
mengobati penyakit penyerta.Pemakaian cairan rehidrasi oral secara umum efektif dalam
mengkoreksi dehidrasi.Pemberian cairan intravena diperlukan jika terdapat kegagalan oleh
karena tingginya frekuensi diare, muntah yang tidak terkontrol dan terganggunya masukan oral.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari
biasanya (>3 kali per hari) dalam 24 jam, dan berlangsung kurang dari 14 haridisertai perubahan
konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa darah dan atau lender.
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair
(setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 g atau 200 ml/24
jam. Diare merupakan buang air besar encer lebih dari 3 kali per hari.Buang air besar encer
tersebut dapat/tanpa disertai lendir dan darah (IDAI, 2011).
Diare akut adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali perhari, disertai
perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah yang berlangsung
kurang dari satu minggu. Pada bayi yang meminum ASI frekuensi buang air besarnya lebih dari
3 4 kali per hari, keadaan ini tidak bisa disebut diare tetapi masih bersifat fisiologis. Selama
berat badan bayi meningkat normal, hal tersebut tidak tergolong diare, tetapi merupakan
intoleransi laktosa karena saluran cerna belum berkembang dengan baik (IDAI, 2011).
2.2. Epidemiologi
Diare di Indonesia merupakan salah satu penyebab kematian dan kesakitan tertinggi pada
anak terutama usia di bawah 5 tahun. Di dunia sebesar 17% kematian anak disebabkan oleh
diare, sedangkan di Indonesia berdasarkan hasil Riskesdas 2007 diare masih merupakan
penyebab kematian bayi terbanyak yaitu 42%pada bayi dan 25,2% pada anak umur 1-4 tahun.
Diperkirakan setiap anak yang berumur kurang dari 5 tahun akan mengalami serangan diare akut
sebanyak 1- 5 kali per tahunnya.
Kejadian diare di negara berkembang antara 3,5-7 episode setiap anak pertahun dalam
dua tahun pertama dan 2-5 episode pertahun dalam 5 tahun pertama kehidupan. Departemen

kesehatan RI dalam surveinya tahun 2000 mendapatkan angka kesakitan diare sebesar 301 per
1000 penduduk, angka ini meningkat dibandingkan survey tahun 1996 sebesar 280 per 1000
penduduk, diare masih merupakan penyebab kematian utama bayi dan balita.
Penyakit diare hingga kini masih merupakan salah satu penyakit utama pada bayi dan
anak di Indonesia.Dengan upaya yang sekarang telah dilaksanakan, angka kematian di rumah
sakit dapat ditekan menjadi kurang dari 3%.Penyebaran kuman penyebab diare melalui mulut
(oro-fekal), melalui makanan dan minuman yang tercemar atau kontak langsung dengan tinja
penderita.
2.2 Cara penularandan faktor resiko
Cara penularan diare pada umumnya melalui fekal oral yaitu melalui makanan atau
minuman yang tercemar oleh entero pathogen, atau kontak langsung tangan dengan penderita
atau barang barang yang telah tercemar tinja penderita atau tidak langsung melalui lalat.
Faktor resiko yang dapet meningkatkan enteropatogen antara lain tidak memberikan ASI
secara penuh selama 4-6 bulan pertama kehidupan bayi, tidak memadainya penyedian air bersih,
pencemaran air oleh tinja, kurangnya sarana kebersihan atau MCK, kebersihan lingkungan dan
pribadi yang buruk, penyiapan dan pnyimpanan makanan yang tidak higenis. Selain hal hal
tersebut, beberapa faktor pada penderita dapat meningkatkan kecenderungan untuk dijangkiti
diare antara lain: Gizi burul, imunodefisiensi, berkurangnya keasaman lambung, menurunya
motilitas usus, menderita campak dalam 4 minggu terahir dan faktor genetic.
1. Faktor umur
Sebagian besar episode diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. Insidensi tertinggiterjadi
pada kelompok umur 6-11 bulan pada saat diberikan makanan pendamping ASI. Pola ini
menggambarkan kombinasi efek penurunan kadar antibodi ibu, berkurangnya kekebalan aktif
bayi, pengenalan makanan yang mungkin terkontaminasi bakteri tinja dankontak langsung
dengan tinja manusia atau binatang pada saat bayi mulai merangkak. Kebanyakan enteropatogen
merangsang paling tidak sebagian kekebalan melawan infeksiatau penyakit yang berulang yang
membantu menjelaskan menurunnya insiden penyakit pada anak yang lebih besar dan pada orang
dewasa.
2. Infeksi asimtomatik
3

Sebagian besar infeksi usus bersifat asimtomatik dan proporsi asimtomatik ini meningkatsetelah
umur 2 tahun dikarenakan pembentukan imunitas aktif. Pada infeksi asimtomatik yang mungkin
berlangsung beberapa hari atau minggu, tinja penderita mengandung virus, bakteri, atau kista
protozoa yang infeksius. Orang dengan infeksi yang asimtomatik

berperan penting dalam

penyebaran banyak eneteropatogen terutama bila mereka tidak menyadari adanya infeksi, tidak
menjaga kebersihan dan berpindah-pindah dari satutempat ke tempat yang lain.
3. Faktor musim
Variasi pola musiman diare dapat terjadi menurut letak geografis. Di daerah tropis, diare karena
bakteri lebih sering terjadi pada musim panas, sedangkan diare karena virusterutama rotavirus
puncaknya terjadi pada musim dingin. Didaerah tropic (termasuk Indonesia) diare yang
disebabkan rotavirus dapat terjadi sepanjang tahun dengan peningkatan sepanjang musim
kemarau, sedangkan diare karena bakteri terus meningkat pada musim hujan.
4. Epidemi dan pendemi
Vibrio cholera 0.1 dan Shigella dysentriae 1 dapat menyebabkan epidemic dan pandemicdan
mengakibatkan tingginya angka kesakitan dan kematian pada semua golongan usia. Sejak tahun
1961, cholera yang disebabkan oleh v. cholera0.1 biotipe eltor telahmenyebar ke negara-negara
di afrika, amerika latin, asia, timur tengah, dan beberapadaerah di amerika utara dan eropa.
dalam kurun waktu yang sama Shigella dysentriae menjadi penyebab wabah yang besar di
amerika tengah dan terakhir di afrika tengah danasia selatan. Pada tahun 1992 dikenal strain baru
Vibrio cholera 0139 yang menyebabkanepidemic di Asia dan lebih dari 11 negara mengalami
wabah.
2.3. Etiologi
Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam golongan besar,tetapi yang sering
ditemukan di lapangan ataupun klinis adalah diare yang disebabkan oleh infeksi dan keracunan.
Untuk mengenal penyebab diare dapat dilihat dari skema berikut:

2.4. Patomekanisme
Berdasarkan patomekanisnya, diare akut dibedakan menjadi tiga macam yaitu:
1. Diare sekretorik
Diare sekretorik adalah diare yang terjadi akibat aktifnya enzim adenil siklase yang akan
mengubah adenosine trishospate ( ATP) menjadi

cyclic adenosine monophosphate

(Camp). Akumulasi Camp intraselular menyebabkan sekresi aktif air, ion klorida,
natrium, kalium, dan bikarbonat kedalam lumen usus.Adenil siklase ini diaktifkan oleh
toksin yang dihasilkan dari mikroorganisme, antara lain Vibrio cholera, Enterotoxigenic
Eschericia coli (ETEC), Shigella, Clostridium, Salmonella, dan Campylobacter.
2. Diare invasive
5

Diare invasif adalah diare yang terjadi akibat invasi mikroorganisme ke dalam mukosa
usus sehingga terjadinya kerusakan mukosa usus. Diare invasive disebabkan oleh virus
( rotavirus), bakteri ( Shigella, Salmonella, Campylobacter, Entero invasive Eschericia
coli, dan Yersinia) atau parasit ( Amoeba). Diare invasive ada dua bentuk yaitu:
a. Diare non dysentriform
Berupa diare yang tidak berdarah biasanya disebabkan oleh rotavirus. Pada diare yang
disebabkan rotavirus, sesudah masuk ke dalam saluran cerna, virus akan berkembang
biak dan masuk kedalam apical usus halus yang menyebabkan kerusakan pada bagian
apical vili yang selanjutnya diganti oleh bagian kripta yang belum matang. Sel yang
masih imatur ini tidak dapat berfungsi normal karena tidak dapat menghasilkan enzim
lactase, Diare yang disebabkan rotavirus paling sering terjadi pada anak usia<2thn
berupa diare cair, muntah disertai batuk dan pilek.
b. Diare dysentriform
Diare dysentriform berupa diare berdarah yang biasanya disebabkan oleh bakteri
shigella, Salmonella, EIEC. Pada diare yang disebabkan oleh shigella sesudah bakteri
melewati barrier asam lambung selanjutnya masuk kedalam usus halus yang
berkembang biak serta mengeluarkan enterotoksin. Enterotoksin ini merangsang
enzim adenil silase mengubah ATP menjad Camp sehingga terjadi diare sekretorik.
Bakteri ini akan sampai kekolon karena peristaltic usus dan melakukan invasi
membentuk mikroulkus yang disertai dengan serbuan sel-sel radang PMN dan
menimbulkan BAB yang berlendir dan berdarah.
3. Diare osmotic
Diare osmotic adalah diare yang disebabkan oleh tekanan osmotic yang tinggi didalam
lumen usus sehingga menarik cairan dari intraselular kedalam lumen usus yang
menimbulkan watery diarrhea. Diare osmotic paling sering disebabkan oleh malabsorbsi
karbohidrat. Laktosa akan diubah menjadi glukosa dan galaktosa pleh enzim lactase,
kemudian absorbsi didalam usus halus. Apabila terjadi defisiensi enzim lactase maka
akumulasi laktosa pada lumen usus akan menimbulkan osmotic pressure yang tinggi
sehingga terjadi diare.
2.5. Manifestasi klinis
6

Awalnya bayi dan anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan mungkin meningkat, nafsu
makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja cair dan mungkin disertai lendir
atau darah. Warna tinja berubah jadi kehijau-hijauan karena tercampur empedu. Anus dan
sekitarnya lecet karena tinja menjadi asam. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah
diare. Bila telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit terjadilah gejala dehidrasi. Tanda-tanda
klinis yang timbul apabila penderita jatuh ke dalam dehidrasi adalah : rasa haus, elastisitas
(turgor dan tonus) kulit menurun, bibir dan mukosa kering, mata cekung, air mata tidak keluar,
ubun-ubun besar cekung, oligouri, bahkan dapat anuria, terkanan darah rendah, takikardi dan
kesadaran menurun.
2.6. Diagnosis

Anamnesis

Lama diare, frekuensi, volume, konsistensi feses, warna, bau, ada atau tidak ada lendir
maupun darah. Bila disertai dengan muntah : ditanyakan volume dan frekuensi. Jumlah atau
frekuensi buang air kecil.Makanan dan minuman yang diberikan sebelum dan selama diare.
Gejala lain seperti panas badan, kejang atau penyakit lain yang menyertai seperti batuk, pilek dan
campak. Tindakan yang sudah dilakukan: pemberian oralit, riwayat pengobatan sebelumnya dan
riwayat imunisasi.

Pemeriksaan Fisik

Dari hasil pemeriksaan fisik pada penderita diare maka dapat ditemukan beberapa hal, antara lain
adalah BB dan tanda vital. Pemeriksaan ditujukan pada tanda-tanda utama dehidrasi.Pernafasan
cepat dan dalam menunjukan keadaan asidosis metabolic.Bising usus menurun atau tidak ada
menandakan hypokalemia.Daerah perianal dapat ditemukan ruam perianal.
Tabel 1. Penilaian Derajat Dehidrasi berdasarkan Pedoman Diagnosis dan Terapi 2014
Penilaian

Keadaan umum

Baik sadar

*Gelisah rewel

*Lesu/lunglai/tdk

Mata

Normal

Cekung

1. Lihat :

sadar
Sangat cekung, kering

Air Mata

Basah

Tidak ada

Tidak ada

Mulut dan Lidah

Basah

Kering

Sangat kering

Rasa Haus

Minum

2. Periksa Turgor Kulit

biasa,

tidak *Haus ingin minum *Malas

minum/tdk

haus

banyak

bisa minum

Kembali cepat

*Kembali lambat

*Kembali

sangat

lambat
3. Hasil Pemeriksaan

Tanpa dehidrasi

Dehidrasi

Ringan/ Dehidrasi Berat

Sedang

Bila ada 1 tanda *

Bila ada 1 tanda * ditambah 1 atau lebih


ditambah 1 atau lebih tanda lain
tanda lain
4. Terapi

Rencana Terapi A

5. Defisit cairan

<5%

atau

Rencana Terapi B
<50 5-10%

mL/kgBB

atau

mL/kgBB

Rencana Terapi C

50-100 >10%

atau

>100

mL/kgBB

Gejala dan tanda dari dehidrasi tersebut diatas adalah rasa haus, menurunnya turgor kulit,
mukosa mulut kering, mata cekung, air mata tidak ada, ubun-ubun besar yang cekung pada bayi,
oliguria yang dapat berlanjut menjadi anuria, hipotensi, takikardia, dan menurunnya kesadaran.

Pemeriksaan penunjang

1. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium lengkap pada diare akut pada umumnya tidak diperkukan,
hanya pada keadaan tertentu mungkin diperlukan misalnya penyebab dasarnya tidak
diketahui atau ada sebab-sebab lain selain diare akut atau pada penderita dengan dehidrasi
berat. Contoh: pemeriksaan darah lengkap, kultur urine dan tinja pada sepsis atau infeksi
saluran kemih. Pemeriksaan laboratorium yang kadang-kadang diperlukan pada diare akut:

darah : darah lengkap, serum elketrolit, analisa gas darah, glukosa darah, kultur dan tes
kepekaan terhadap antibiotika
8

urine: urine lengkap, kultur dan test kepekaan terhadap antibiotika

tinja
a. Pemeriksaan makroskopik
Pemeriksaan makroskopik tinja perlu dilakukan pada semua penderita dengan
diare meskipun pemeriksaan labotarium tidak dilakukan. Tinja yang watery dan tanpa
mucus atau darah biasanya disebabkan oleh enteroksin virus, prontozoa, atau disebabkan
oleh infeksi diluar saluran gastrointestinal. Tinja yanga mengandung darah atau mucus
bias disebabkan infeksi bakteri yang menghasilkan sitotoksin bakteri enteronvasif yang
menyebabkan peradangan mukosa atau parasit usus seperti : E. hystolitica, B.coli ,
T.trichiura. Apabila terdapat darah biasanya bercampur dalam tinja kecuali pada infeksi
dengan E.hystolitica darah sering terdapat pada permukaan tinja dan pada infeksi dengan
Salmonella, Giardia, Cryptosporidium dan Strongyloides.
Pemeriksaan makroskopik mencakup warna tinja, konsistesi tinja, bau tinja,
adanya lendir, adanya darah, adanya busa. Warna tinja tidak terlalu banyak berkolerasi
dengan penyebab diare. Warna hijau tua berhubungan dengan adnya warna empedu
akibat garam empedu yang dikonjugasi oleh bakteri anaerob pada keadaan bacterial
overgrowth. Warna merah akibat adanya darah dalam tinja atau obat yang dapat
menyebabkan warna merah dalam tinja seperti rifampisin. Konsistensi tinja dapat cair,
lembek, padat. Tinja yag berbusa menunjukan adanya gas dalam tinja kaibat fermentasi
bakteri. Tinja yang berminyak, lengket, dan berkilat menunjukan adanya lemak dalam
tinja. Lendir dalam tinja menggambarkan kelainan di kolon , khususnya akibat infeksi
bakteri. Tinja yang sangatberbau menggambarkan adanya fermentasi oleh bakteri anaerob
dikolon. Pemeriksaan pH tinja menggunakan kertas lakmus dapat dilakukan untuk
menentukan adanya asam dalam tinja. Asam dalam tinja tersebut adalah asam lemak
rantai pendek yang dihasilkan karena fermentasi laktosa yang tidak diserap di usus halus
sehingga masuk ke usus besar yang banyak mengandung bakteri komensial. Bila pH
tinja<6 dapat dainggap sebagai malabsorbsi laktosa.
Pada diare akut sering terjadi defisiensi enzim lactose sekunder akibat rusaknya
mikrofili mukosa usus halus yang banyak mengandung enzim lactase. Enzim laktsae
9

merupakan enzim yang bekerja memecahkan laktosa menjadi glukosa dan galaktosa,
yangs elanjutnya diserap di mukosa usus halus, Salah satu cara menentukan malabsorbsi
laktosa

adalah pemeriksaan clinitest dikombinasi dengan pemeriksaan pH tinja.

Pemeriksaan clinitest dilakukan dengan prinsip melihat perubahan reaksi warna yang
terjadi antara tinja yang diperiksa dengan tablet clinitest. Prinsipnya adalah terdapatnya
reduktor dalam tinja yang mengubah cupri sulfat menjadi cupri oksida. Pemeriksaan
dilakukan dengan cara mengambil bagian cair dari tinja segar (sebaiknya tidak lebih dari
1 jam). Sepuluh tetes air dan 5 tetes bagian cair dari tinja diteteskan kedalam gelas
tabung, kemudian ditambah 1 tablet clinitest. Setelah 60 detik maka perubahan warna
yang terjadi dicocokan dengan warna standart. Biru berarti negative, kuning tua berarti
positif kuat (++++=2%), antara kuning dan biru terdapat variasi warna hijau kekuningan
(+=1/2%), (++=3/4%), (+++=1%). Sedangkan terdapatnya lemak dalam tinja lebih dari 5
gram sehari disebut sebagai steatore.
b. Pemeriksaan mikroskopik
Infeksi bakteri invasive ditandai dengan ditemukannya sejumlah besar leukosit
dalam tinja yang menunjukan adanya proses inflamasi. Pemeriksaan leukosit tinja dengan
cara mengambil bagian tinja yang berlendir seujung lidi dan diberi tetes eosin atau
Nacl lalu dilihat dengan mikroskop cahaya:

bila terdapat 1-5 leukosit perlapang pandang besar disebut negative

bila terdapat 5-10 leukosit per lapang pandang besar disebut (+)

bila terdapat 10-20 leukosit per lapang pandang besar disebut (++)

bila terdapat leukosit lebih dari lapang pandang besar disebut (+++)

bila leukosit memenuhi seluruh lapang pandang besar disebut (++++)


Adanya lemak dapat diperiksa dengan cara perwanaan tinja dengan sudan III yang

mengandung alcohol untuk mengeluarkan lemak agar dapat diwarnai secara mikroskopis
dengan pembesarn 40 kali dicari butiran lemak dengan warna kuning atau jingga.
Penilaian berdasarkan 3 kriteria:
10

(+) bila tampak sel lemak kecil dengan jumlah kurang dari 100 buah per lapang
pandang atau sel lemak memenuhi 1/3 sampai lapang pandang
(++) bila tampak sel lemak dnegan jumlah lebih 100 per lapang pandang atau sel
memenuhi lebih dari lapang pandang
(+++) bila didapatkan sel lemak memenuhi seluruh lapang pandang.
Pemeriksaan parasit paling baik dilakukan pada tinja segar. Dengan memakai
batang lidi atau tusuk gigi, ambilah sedikit tinja dan emulsikan delam tetesan NaCl
fisiologis, demikian juga dilakukan dengan larutan Yodium. Pengambilan tinja cukup
sedikit saja agar kaca penutup tidak mengapung tetapi menutupi sediaan sehingga tidak
terdapat gelembung udara. Periksalah dahulu sediaan tak berwarna (NaCL fisiologis),
karena telur cacing dan bentuk trofozoid dan protozoa akan lebih mudah dilihat. Bentuk
kista lebih mudah dilihat dengan perwanaan yodium. Pemeriksaan dimulai dengan
pembesaran objekstif 10x, lalu 40x untuk menentukan spesiesnya.
2.7. Diagnosis banding
1. Diare akut et causa Rotavirus
Penyebab utama diare pada anak-anak terutama usia < 2 tahunm, Dipengaruhi musim, diduga
faktor kelembaban yang rendah menaikkan survival virus. Berdasarkan metaanalisis di seluruh
dunia, setiap anak minimal mengalami diare satu kali setiap tahun. Dari setiap lima pasien anak
yang datang karena diare, satu di antaranya akibat rotavirus. Kemudian, dari 60 anak yang
dirawat di rumah sakit akibat diare satu di antaranya juga karena rotavirus. Di Indonesia,
sebagian besar diare pada bayi dan anak disebabkan oleh infeksi rotavirus.
Rotavirus menginfeksi sel pada villi intestinum tenue .Kemudian bermultiplikasi di enterosit
sitoplasma dan merusak mekanisme transportasinya. Satu encoded protein rotavirus, NSP4,
merupakan enterotoksin virus dan menginduksi sekresi lewat memicu signal transduction
pathway. Sel yang rusak bisa mengelupas ke lumen intestinum dan melepaskan sejumlah besar
virus, yang tampak pada feses (dapat mencapai 1010 partikel per gram feses).Ekskresi virus
terjadi pada hari ke 2-12 pada pasien yang sehat tapi dapat lebih pada penderita malnutrisi.Diare
yang disebabkan oleh rotavirus dapat mempengaruhi absorpsi sodium dan glukosa karena sel
11

rusak pada vili digantikan oleh nonabsorbing immature crypt cell.Membutuhkan waktu 3-8
minggu sampai kembali ke fungsi normal.
Gambaran klinis: Inkubasi: 1-4 hari dan respon thd infeksi rotavirus bervariasi mulai dari
subklinis, diare ringan s/d berat bahkan dpt mengakibatkan kematian. Gambaran utama: Demam
(>38C), konsistensi feses cair, dehidrasi dan muntah. Biasanya: berat pd infant & anak balita,
tetapi kurang berat pd neonatus dan dewasa. Lama gejala: 4-5 hari, virus shedding: 6-10 hari.
Diagnosis
-

Melihat manifestasi klinis akibat infeksi rotavirus.


Deteksi virus atau antigennya atau respon antibodi.
Deteksi Virus:

EM, highly specific (relatively less sensitive)

Dgn RT-PCR.

- Deteksi antigen pd feses: ELISA, highly specific.


- Deteksi antibody (IgA and IgG): ELISA.
2. ETEC (Entero Toxigenic E. coli)
ETEC adalah E. coli patogen penyebab utama diare akut dengan dehidrasi pada anak-anak dan
orang dewasa di negara-negara yang mempunyai 2 musim maupun 3 musim. ETEC
menghasilkan enterotoksin yang menyebabkan terjadinya ekskresi cairan elektrolit tubuh
sehingga timbul diare dengan dehidrasi. ETEC tidak menyebabkan atau sedikit mengubah
struktur dalam mukosa usus. Gejalanya adalah diare cair yang mendadak , nyeri abdomen,
nausea, muntah dan sedikit atau tidak adanya demam
Penyembuhan dapat terjadi dalam beberapa hari.Infeksi ini mempunyai pengaruh yang tidak baik
pada status nutrisi bayi. Komplikasi utama adalah komplikasi akibat dehidrasi dan kehilangan
elektrolit adalah renjatan hipovolemik, hipokalemi, hipoglikemi, intoleransi laktosa sekunder dan
kejang.
3. Intoleransi Laktosa

12

Ketidakmampuan sistem pencernaan tubuh untuk mencerna laktosa karena kurangnya enzim
pencernaan yaitu laktase dalam usus.
Klasifikasi:
1.Kongenital : diturunkan dari generasi ke generasi, bayi tersebut akan intoleran terhadap laktosa
pada ASI ibunya sendiri sehingga akan terjadi diare sejak lahir.
2. Primer : secara normal, tubuh memproduksi lactase dalam jumlah besar pada kelahiran dan
balita, saat susu menjadi sumber utama nutrisi. Produksi ini akan berkurang jika sumber
makanan kita mulai bervariasi dan kurangnya asupan susu.
3.Sekunder : produksi lactase berkurang setelah seseorang mengalami penyakit, operasi pada
usus. Keadaan ini hanya akan berlangsung beberapa waktu dan akan pulih tetapi jika disebabkan
oleh penyakit jangka panjang maka akan bersifat permanent.
Gejala klinik adalah diare, kram perut, flatulensi, muntah (anak-anak), dan perut tidak nyaman.
2.8. Tatalaksana
Tatalaksana diare dilakukan secara komprehensif terdiri atas:
Rehidrasi dengan menggunakan oralit atau intravenous
-

Zinc diberikan selama 10-14 hari berturut-turut meskipun anak sudah sembuh dari diare.
<6bulan : 10mg/hari
6bulan : 20 mg/hari
-

ASI dan makanan lain tetap diteruskan


- Antibiotik selektif

Penyebab
Kolera

Antibiotic
Tetrasiklin

Antibiotic alternatif
Eritromisin
50mg/kgBB/hr

50mg/kgBB/hari

dibagi 4 dosisi selama 3 hari

dibagi 4 dosis selama


Shigella dysentriae

2-3 hari
1. Siprofloksasin
30mg/kgBB/hr dibagi 2 dosisi
13

1. Pivmecillinan
20mg/kgBB/hr dibagi 4

selama 3 hari.

dosis selama 5 hari


2. Sefiksim

2. Kotrimoksazol
50mg/kgBB/hr dibagi 2 dosis

dosisi selama 5 hari

selama 5 hari.
3. Tiamfenikol

10mg/kgBB/hr dibagi 2

50

mg/kgBB/hr dibagi 3
Amebiasis

dosis
Metronidazole
mg/kgBB/hr

30-5dibagi

3dosis selama 5-10 hari


Diet
Meneruskan pemberian makanan akan mempercepat kembalinya fungsi usus yang normal
termasuk kemampuan menerima dan mengabsorsi berbagai nutrient. Jenis makanan yang
diberikan pada banyi dan anak diare akut mengikuti pola pemberian anak sehat:
-

Anak yang masih disusui secara eksklusif, ASI tetap diberikan. ASI berfungsi sebagai

makanan tunggal
Pada anak diare yang mendapat susu formula dan didapatkan tanda tanda intoleransi
laktosa (kembung dan diaperas), dapat diberikan susu yang bebas laktosa. Bila intoleransi

laktosa sudah membaik, secara bertahap kembali ke susu semula.


Anak yang sudah mendapatkan makanan lunak, rendah serat dengan porsi kecil tapi

sering
Dehidrasi
Tanpa dehidrasi : Rencana Terapi A
Dehidrasi ringansedang : Rencana Terapi B
Dehidrasi berat : Rencana Terapi C
Rencana Terapi A
UNTUK MENGOBATI DIARE DI RUMAHGUNAKAN CARA INI UNTUK MENGAJAR
IBU

14

Teruskan mengobati anak di rumah


Berikan terapi awal bila terkena diare lagi

MENERANGKAN TIGA CARA TERAPI DIARE DI RUMAH


1. BERIKAN ANAK LEBIH BANYAK CAIRAN DARIPADA BIASANYA UNTUK
MENCEGAH DEHIDRASI

Gunakan cairan rumah tangga yang dianjurkan seperti, seperti larutan oralit, makanan yang
cair (seperti sup, air tajin) dan kalau tidak ada air matang. Gunakan larutan oralit untuk anak
seperti dijelaskan dalam kotak di bawah (Catatan jika anak berumur kurang dari 6 bl dan
belum makan makanan padat lebih baik diberi oralit dan air matang daripada makanan yang

cair)
Berikan larutan ini sebanyak anak mau. Berikan jumlah larutan oralit seperti di bawah sebagai

penuntun<1 tahun 50 100 ml, 1-4 tahun 100-200 ml, >5tahun 200-300 ml
Teruskan pemberian larutan ini hingga diare berhenti

2. BERIKAN ANAK MAKANAN UNTUK MENCEGAH KURANG GIZI

Teruskan ASI
Bila anak tidak mendapat ASI berikan susu yang biasa diberikan. Untuk anak kurang dari
6 bulan dan belum mendapat makanan padat dapat diberikan susu yang diencerkan
dengan air yang sebanding selama 2 hari.

Bila anak 6 bl atau lebih atau telah mendapat makanan padat.


Berikan bubur atau campuran tepung lainnya, bila mungkin dicampur dengan kacangkacangan, sayur, daging atau ikan
Berikan sari buah segar atau pisang halus untuk menambahkan kalium
Berikan makanan yang segar. Masak dan haluskan atau tumbuk makanan dengan baik
Dorong anak untuk makan, berikan makanan sedikitnya 6 kali sehari
Berikan makanan yang sama setelah diare berhenti, dan berikan makanan tambahan setiap hari
selama 2 minggu

15

3. BAWA ANAK KEPADA PETUGAS KESEHATAN BILA ANAK TIDAK MEMBAIK


DALAM 3 HARI ATAU MENDERITA SBB.

Buang air besar cair sering sekali


Makan atau minum sedikit
Muntah berulang-ulang
Demam
Sangat haus
Tinja berdarah

RENCANA TERAPI BUNTUK TERAPI DEHIDRASI \


JUMLAH ORALIT YANG DIBERIKAN DALAM 3 JAM PERTAMA
ORALIT yang diberikan dihitung dengan mengalikan BERAT BADAN penderita (kg) dengan
75ml. Bila berat badan anak tidak diketahui dan atau untuk memudahkan di lapangan, berikan
oralit paling sesuai tabel di bawah ini:
Umur (th)

<1

1-5

>5

Dewasa

Jumlah Oralit (ml)

300

600

1200

2400

Bila anak menginginkan lebih banyak oralit, berikanlah

Dorong ibu untuk meneruskan ASI


Untuk bayi di bawah 6 bulan yang tidak mendapat ASI berikan juga 100200 ml air masak
selama masa ini .
AMATI ANAK DENGAN SEKSAMA DAN BANTU IBU MEMBERIKAN ORALIT

Tunjukkan jumlah cairan yang harus diberikan


Tunjukkan cara memberikannya sesendok teh tiap 12 menit untuk anak di bawah 2 th, beberapa

teguk dari cangkir untuk anak yang lebih tua


Periksa dari waktu ke waktu bila ada masalah
Bila anak muntah tunggu 10 menit dan kemudian teruskan pemberian oralit tetapi lebih lambat,

misalnya sesendok tiap 23 menit


Bila kelopak mata anak bengkak, hentikan pemberian oralit dan berikan air masak atau ASI. Beri
oralit sesuai Rencana Terapi A bila pembengkakkan telah hilang

16

SETELAH 34 JAM, NILAI KEMBALI ANAK MENGGUNAKAN BAGAN PENILAIAN,


KEMUDIAN PILIH RENCANA TERAPI A, B ATAU C UNTUK MELANJUTKAN TERAPI

Bila tidak ada dehidrasi, ganti ke Rencana Terapi A. Bila dehidrasi telah hilang, anak

biasanya kencing dan lelah kemudian mengantuk dan tidur


Bila tanda menunjukkan dehidrasi ringan/sedang, ulangi Rencana Terapi B tetapi tawarkan

makanan, susu dan sari buah seperti Rencana terapi A


Bila tanda menunjukkan dehidrasi berat, ganti dengan Rencana Terapi C

BILA IBU HARUS PULANG SEBELUM SELESAI RENCANA TERAPI B

Tunjukkan jumlah oralit yang harus dihabiskan dalam terapi 3 jam di rumah
Berikan bungkus oralit untuk rehidrasi dan untuk 2 hari lagi seperti dijelaskan dalam

Rencana Terapi A
Tunjukkan cara menyiapkan oralit
Jelaskan 3 cara dalam Rencana Terapi A untuk mengobati anak di rumah
Memberikan oralit atau cairan lain hingga diare berhenti
Memberi makan anak
Membawa anak ke petugas kesehatan bila perlu

Rencana terapi C
Beri cairan intravena secepatnya. Jika anak bisa minum, beri oralit melalui mulut,
sementara infuse disiapkan. Beri 100 ml/kgBB cairan ringer laktat atau ringer asetat (atau jika
tak tersedia, gunakan larutan NaCl) yang dibagi sebagai berikut.
Jumlah Cairan Rehidasi
Umur

Pemberian

Bayi (dibawah umur12 bulan)

pertama Pemberian berikut 70ml/kgBB

30ml/kgBB selama

selama

1 jam*

5 jam

Anak (12 bulan sampai 5 30 menit*

2 jam

tahun)

*ulangi sekali lagi jika denyut nadi sangat lemah atau tidak teraba
Periksa kembali anak setiap 15-30 menit. Jika status hidrasi belum membaik, beri tetesan
intravena lebih cepat. Juga beri oralit (kira-kira 5ml/kgBB/jam) segera setelah anak mau minum,
biasanya sesudah 3-4 jam (bayi) atau 1-2 jam (anak) dan beri anak tablet zinc sesuai dosis dan
17

jadwal yang dianjurkan. Periksa kembali bayi sesudah 6 jam atau anak sesudah 3 jam
(klasifikasikan dehidrasi), kemudian pilih rencana terapi) untuk melanjutkan penggunaan.
Prinsip pemberian terapi cairan pada gangguan cairan dan elektrolit ditujukan untuk
memberikan pada penderita:
1.

Kebutuhan akan rumatan (maintenance) dari cairan dan elektrolit

2.

Mengganti cairan kehilangan yang terjadi

3.

Mencukupi kehilangan abnormal dari cairan yang sedang berlangsung.

18

2.9.

Pencegahan

19

Pemberian ASI sejak anak dilahirkan dan minimal selama 6 bulan. Karena
terbukti,dengan peningkatan penggunaan ASI selama 6 bulan pertama, dapat
menurunkan angkat morbiditas dan mortalitas pada anak dan bayi.

Perbaikan pola penyapihan


Hal ini disebabkan karena (1) tercemarnya makanan dan minuman oleh bakteri,
(2) rendahnya kalori dan protein, (3) tidak tepatnya pemberian makanan, (4)
kurang sabarnya ibu memberikan makanan secara sedikit-sedikit tetapi sering.

Imunisasi Campak
Program imunisasi campak mencakup 60% bayi berumur 9-11 bulan,dengan
efektivitas sebesar 85 %, dapat menurun morbiditas diare sebesar 1,8 % dan
mortalitas diare sebesar 13 % pada bayi dan anak balita.

Perbaikan higiene perorangan


Kebisaan mencunci tangan sebelum makan, dan mencuci sebelum masak dan
setelah buang air kecil atau buang air besar dapat menurunkan morbiditas diare .

2.10.

Komplikasi
1. Demam
Demam sering terjadi pada infeksi shigella disentriae dan rotavirus. Pada umunya demam
akan timbul jika penyebab diare mengadakan invasi ke dalam sel epitel usus. Demam
juga dapat terjadi karena dehidrasi. Demam yang timbul akibat dehidrasi pada umunya
tidak tinggi dan akan menurun setelah mendapat hidrasi yang cukup. Demam yang tinggi
mungkin diikuti kejang demam. Pengobatan: kompres dan/ antipiretika. Antibiotika jika
ada infeksi.
2. Edema/overhidrasi
Terjadi bila penderita mendapat cairan terlalu banyak. Tanda dan gejala yang tampak
biasnya edema kelopak mata, kejang-kejang dapat terjadi bila ada edema otak. Edema
paru-paru dapat terjadi pada penderita dehidrasi berat yang diberi larutan garan faali.
Pengobatan dengan pemberian cairan intravena dan atau oral dihentikan, kortikosteroid
jika kejang.
20

3. Asidosis metabolik
Asidosis metabolik ditandai dengan bertambahnya asam atau hilangnya basa cairan
ekstraseluler. Sebagai kompensasi terjadi alkalosis respiratorik, yang ditandai dengan
pernafasan yang dalam dan cepat (kuszmaull). Pemberian oralit yang cukup mengadung
bikarbonas atau sitras dapat memperbaiki asidosis.
4. Ileus paralitik
Komplikasi yang penting dan sering fatal, terutama terjadi pada anak kecil sebagai akibat
penggunaan obat antimotilitas. Tanda dan gejala berupa perut kembung, muntah,
peristaltic usu berkurang atau tidak ada. Pengobatan dengan cairan per oral dihentikan,
beri cairan parenteral yang mengandung banyak K.
5. Hipoglikemia
Terjadi kalau anak dipuasakan terlalu lama. Bila penderita dalam keadaan koma, glukosa
20% harus diberika iv, dengan dosis 2,5 mg/kgBB, diberikan dalam waktu 5 menit. Jika
koma tersebut disebabkan oleh hipoglikemia dengan pemberian glukosa intravena,
kesadaran akan cepat pulih kembali.
6. Malbasorbsi dan intoleransi laktosa
Pada penderita malabsorbsi atau intoleransi laktosa, pemberian susu formula selama diare
dapat menyebabkan:
-

Volume tinja bertambah

berat badan tidak bertambah atau gejala/tanda dehidrasi memburuk

dalam tinja terdapat reduksi dalam jumlah cukup banyak.

Tindakan:
a. Mencampur susu dengan makanan lain untuk menurunkan kadar laktosa dan
menghidari efek bolus

21

b. Mengencerkan susu jadi -1/3 selama 24 -48 jan. Untuk mangatasi kekeurangan
gizi akibat pengenceran ini, sumber nutrient lain seperti makanan padat, perlu
diberikan.
c. Pemberian yogurt atau susu ynag telah mengalami fermentasi untuk
mengurangi laktosa dan membantu pencernaan oleh bakteri usus.
d. Berikan susu formula yang tidak mengandung/rendah laktosa, atau ganti dengan
susu kedelai.
7. Malabsorbsi glukosa
Jarang terjadi. Dapat terjadi penderita diare yang disebabkan oleh infeksi, atau penderita
dengan gizi buruk. Tindakan: pemberian oralit dihentikan, berikan cairan intravena3
8. Muntah
Muntah dapat disebabkan oleh dehidrasi, iritasi usus atau gastritis yang menyebabkan
gangguan fungsi usus atau mual yang berhubungan dengan infeksi sistemik. Muntah
dapat juga disebabkan karena pemberian cairan oral terlalu cepat. Tindakan: berikan
oralit sedikit-sedikit tetapi sering (1 sendok makan tiap 2-3 menit), antiemetic sebaiknya
tidak diberikan karena sering menyebabkan penurunan kesadaran.
9. Akut kidney injury
Mungkin terjadi pada penderita diare dengan dehidrasi berat dan syok. Didiagnosis
sebagai AKI bila pengeluaran urin belum terjadi dalam waktu 12 jam setelah hidrasi
cukup.
2.11.

Prognosis
Baik di negara maju maupun di negara berkembang, dengan penanganan diare yang baik

maka prognosis akan sangat baik. Kematian biasanya terjadi akibat dari dehidrasi dan malnutrisi
yang terjadi secara sekunder akibat dari diarenya itu sendiri. Apabila terjadi dehidrasi yang berat
maka perlu dilakukan pemberian cairan secara parenteral. Bila terjadi keadaan malnutrisi akibat
gangguan absorpsi makanan maka pemberian nutrisi secara parenteral pun perlu dilakukan

22

karena bila terjadi gangguan dari absorpsi makanan (malabsorpsi) maka kemungkinan untuk
jatuh kedalam keadaan dehidrasi yang lebih berat lagi akan semakin lebih besar.

KESIMPULAN

Pada masa anak-anak diare sangat rentan terjadi, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor
terutama dari sanitasi, melemahnya imunitas, dan intoksikasi dari makanan. Diare merupakan
salah satu penyebab kematian di Indonesia. Diare mempunyai beberapa mekanisme yang
menyebabkannya, yaitu: sekretorik, osmotic, dan invasiveDari keempat mekanisme tersebut
menyebabkan kondisi lumen usus tidak seimbang lagi tekanannya sehingga dapat menyebabkan
diare.
Diare akut adalah buang air besar setengah cair atau bahkan dapat berupa cair saja,
dengan atau tanpa darah dan lendir, dengan frekuensi tiga kali atau lebih sering dari biasanya
dalam 24 jam, dan berlangsung kurang dari 14 hari.
Tanda-tanda klinis yang timbul apabila penderita jatuh ke dalam dehidrasi adalah : rasa
haus, elastisitas (turgor dan tonus) kulit menurun, bibir dan mukosa kering, mata cekung, air
mata tidak keluar, ubun-ubun besar cekung, oligouri, bahkan dapat anuria, tekanan darah rendah,
takikardi dan kesadaran menurun.
Anak dengan diare akut yang mengalami dehidrasi ringan sampai sedang terapi yang
dapat diberikan yaitu pemberian rehidrasi oral dengan pemberian banyak cairan yang lebih dari
biasanya dan pemberian larutan oralit untuk mencegah dehidrasi

23

DAFTAR PUSTAKA

1. Garna H dan Heda MN. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak, Edisi ke5.Bandung:

Departemen/SMF

Ilmu

Kesehatan

Anak

Fakultas

Kedokteran

UniversitasPadjadjaran/RSUP Dr. Hasan Sadikin. 2014.


2. Firmansyah A dkk. 2005. Modul pelatihan Tata laksana diare pada anak. Jakarta: Badan
Koordinasi Gastroenterologi Anak Indonesia..
3. Behrman; Kliengman; Jenson. Nelson Textbook Of Pediatrics 19th edition. Philadelphia,
Saunders, 2011.
4. Anonymous. Paduan pelayanan medis departemen ilmu kesehatan anak. RSUP nasional
Dr. Cipto mangunkusomu. 2007
5. Noerasid H, Suraatmadja S, Asnil PO. (2003). Gastroenteritis (Diare) Akut. Dalam :
Gastroenterologi anak praktis. Jakarta : Balai penertiban FKUI.
6. Suraatmaja Sudaryat. Diare dalam Kapita Selekta Gastroenterologi Anak. Jakarta:
Sagung Seto. 2007:1-24

24

Anda mungkin juga menyukai