Puji syukur penulis haturkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya. Makalah yang berjudul Glass Ionomer Cement (GIC) ini kami buat
untuk mengetahui salah satu material dibidang kedokteran gigi yaitu GIC. Atas
bantuan dosen pembimbing kami, drg. Darmawangsa, M.Kes kami dapat
menyelesaikan makalah ini. Untuk itu, tidak lupa kami mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam pembuatan makalah
ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih tidak sempurna dan masih
banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan adanya kritik dan saran
yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini. Kami berharap
mudah-mudahan makalah ini bisa bermanfaat.
Kelompok 2
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN ................................................................. 1
BAB II
BAB III
KESIMPULAN ..................................................................... 13
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
GIC atau glass ionomer cement merupakan suatu bahan restorasi yang
mengandung fluor, dimana fluor ini dapat berguna untuk mencegah terjadinya
karies baru, serta memperkuat struktur gigi.
GIC mempuyai masih banyak lagi kelebihan, seperti kekuatannya
menahan beban pengunyahan, estetik yang baik, dan tahan terhadap kelarutan
saliva. GIC banyak digunakan untuk restorasi gigi sulung, dikarenakan
kelebihan-kelebihan yang dimiliki GIC serta aplikasi yang mudah.
1.2 Masalah
Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu :
1. Kadar komposisi GIC ?
2. Sifat fisik dan mekanik GIC ?
3. Jenis-jenis GIC ?
4. Cara manipulasi GIC ?
5. Reaksi pengerasan GIC ?
6. Kelebihan dan kekurangan GIC ?
1.3 Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini yaitu:
1. Untuk memahami material yang digunakan dibidang kedokteran gigi
2. Untuk lebih mengetahui berbagai keuntungan dan kerugian dari GIC
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Komposisi Glass Ionomer Cement
Bubuk glass ionomer adalah calcium fluoroaliminosilicate glass yang
larut dalam asam. Bahan baku akan menyatu menjadi kaca yang seragam
dengan memanaskannya pada suhu 1100o C sampai 1500o C. Penambahan
Lanthanum, Strontium, Barium, atau Zinc Oxide akan memberikan
radiopacity. Awalnya, cairan untuk GIC adalah larutan asam poliakrilat dalam
konsentrasi sekitar 40% sampai 50%. Cairan itu cukup kental dan cenderung
berubah menjadi gel dari waktu ke waktu. Dalam sebagian besar semen saat
ini, komposisi asam dalam bentuk kopolimer dengan itaconic, maleat atau
asam trikarboksilat. Asam-asam ini cenderung meningkatkan reaktivitas
cairan, menurunkan viskositas, dan mengurangi kecenderungan untuk gelasi.
Tartaric acid juga terdapat dalam cairan untuk meningkatkan working time,
tetapi mempersingkat setting time. (Anusavice, 2003)
SIFAT MEKANIK
4
1. Compressive Strength
Kekuatan kompresi GIC berkisar antara 90-230
Mpa. Nilai kekuatan tariknya hampir sama dengan semen
seng fosfat yaitu sebesar 4,2-5,3 MPa. GIC bersifat lebih
brittle. Modulus elastisitasnya sebesar 3,5-6,4 GPa
sehingga GIC tidak terlalu kaku dan lebih peka
terhadap perubahan bentuk, lebih elastis dibandingkan seng
fosfat. Kekuatan kompresi dari GIC naik secara cepat apabila
semen diisolasi dari kelembaban saat awal pembentukan.
Pengisolasian dari lingkungan yang lembab bertujuan untuk
memberikan perlindungan pada permukaan restorasi dari saliva
dengan menggunakan larutan varnish atau light-curing
bonding agent. (William A, 2001:121)
2. Bond Strength
Kekuatan GIC untuk berikatan adalah sebesar
1-3 Mpa. GIC dapat berikatan dengan baik dengan enamel,
stainless steel, tin oxide-plated platinum, dan gold alloy. Bond
strength
dapat
dinaikkan
dengan
pemberian
untuk
memperbaiki
antara glass ionomer dengan jaringan gigi terutama pulpa karena pada
beberapa kasus semen tersebut dapat menimbulkan iritasi terhadapa pulpa
(Craig, 2002).
Pada umumnya, penggunaan varnish bertujuan untuk melindungi pulpa
dari iritasi kimia bahan-bahan yang berkontak dengannya untuk keperluan ini
varnish berada diantara dentin dan bahan restorasi (Anusavice 2003). Varnish
tidak larut dalam cairan mulut dan air,tahan terhadap cairan mulut serta
bertahan di permukaan gigi untuk waktu yang lama. Sifat menempelnya
varnish terhadap bahan lain secara fisika bukan kimiawi sehingga mudah
terabrasi (Ferracane 2001).
Varnish mengandung satu atau lebih resin yaitu gum natural dan resin
sintetik atau rosin. Bahan-bahan tersebut terlarut dalam larutan organic
seperti kloroform, alkohol, aseton, benzene, toluene, etil asetat (Craig 2002).
Varnish sebaiknya digunakan lebih dari satu olesan karena sering kali
menghasilkan pinholes (porositas) pada pengolesan pertama. Dengan
pengolesan kedua dan seterusnya, porus yang terjadi dapat terisi.
2.5 Reaksi Pengerasan
Ketika mencampur bubuk dan cairan atau bubuk dengan air, asam
perlahan-lahan mendegradasi lapisan terluar dari partikel kaca dan
melepaskan
ion Ca2+ dan Al3+. selama tahap awal masa setting, Ca2+
10
unwinding andionization
dari
polyacid
chains.
Ketika
konsentrasi dari aluminium yang larut mencapai level tertentu, tahap kedua
reaksi setting langsung diproses dengan cepat. Pembentukan asam tartar yang
kompleks antara polyacid dan trivalent aluminium ions dengan cara
mengatasi masalah steric hindrance yang mana dapat terjadi ketika ion
aluminium berusaha membentuk
karenanya banyak tautan aluminium garam terdiri dari ion aluminium yang
terikat sampai dua grup karboksilat dan satu grup asam tartar. Mekanisme ini
didukung oleh fakta bahwa sangat sedikit asam tartar yang tidak terikan
dalam semen. pelepasan ion fluoride dari hasil glass particle dalam fase
matrix dalam material menjadi reservoir untuk fluoride. setelah setting
matriks bisa melepaskan fluoride ini ke lingkungan sekitarnya atau untuk
mengabsorbsi fluoride dari sekitarnya ketika konsentrasi ambient fluoride
sedang tinggi. sebagai tambahan untuk efek terapi yang potensial, adanya
fluoride juga dipikirkan membantu dalam mengoptimalkan
karakteristik
setting dengan cara menjaga workability untuk waktu yang lebih lama diikuti
oleh peningkatan kekentalan. (McCabe, 2008)
2.6 Kelebihan dan Kekurangan
2.6.1 Kelebihan GIC
GIC dapat berikatan langsung dengan dentin dan enamel. Ikatan
pada dentin adalah ikatan hidrogen (Van noort, 2002). Kekuatan untuk
berikatan dengan enamel selalu lebih tinggi dari dentin karena semakin
besarnya kandungan anorganik dari enamel dan homogenitas yang lebih
besar. GIC mempunyai biokompatibilitas yang tinggi. Banyak
penelitian telah menunjukkan bahwa ion fluorida yang dilepaskan dari
11
Ionomer
Cement
menghasilkan
fluor
sehingga
diindikasikan untuk pasien yang rentan terhadap karies, selain itu juga
memiliki kekuatan yang besar dan dapat menahan beban saat oklusi.
Sampai saat ini, dalam study klinis selama tiga tahun bahkan lebih, GIC
merupakan material yang mengahasilkan tingkat retensi sebesar 100%
di karies kelas V tanpa retensi mekanik atau etsa enamel.
GIC merupakan material yang dapat menghambat perlekatan
bahan-bahan kimia dalam permukaan gigi. GIC bersifat translucent
sehingga cocok digunakan untuk fungsi estetik. Kekuatan kompresif
dari GIC lebih besar daripada zinc phosphate cement. Modulus
elastisitas GIC lebih besar daripada zinc polyacrilate cement, serta GIC
memiliki ikatan yang baik dengan enamel, stainless steel, timah oksidadilapisi platinum, dan gold alloy. (Craig, 2002)
2.6.2
Kekurangan GIC
Selain memiliki kelebihan, glass ionomer cement juga memiliki
beberapa
kekurangan.
Kekurangan
tersebut
diantaranya
adalah
BAB III
KESIMPULAN
13
DAFTAR PUSTAKA
14
diakses
di
www.sdsjournal.org/1994/volume6-number-1/1994-6-1-3-7-
di
www.sdsjournal.org/1994/volume6-number-1/1994-6-1-3-7-
15