Anda di halaman 1dari 17

PENGARUH PENGGUNAAN MATERIAL PADA KUALITAS AKUSTIK DI

DALAM RUANG PERKULIAHAN KEDOKTERAN KAMPUS III UIN


MALANG

Di Susun Oleh:
Sigit Adipamungkas
M. Khoirul Islmmudin

JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2016

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
1.1.1. Permasalahan yang sering terjadi pada Akustik Ruang
1.1.2. Pengaruh Bunyi terhadap Ruang
1.1.3. Sistem Penyerapan Bunyi pada Ruang Perkuliahan
1.1.4. Kajian Teori yang terkait

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang

1.1.1. Permasalahan yang sering terjadi


Kebisingan adalah salah satu faktor penyebab terganggungunya system
akustik dalam ruangan , hal ini dikarenakan kurangnya daya serap bunyi
sehingga terjadinya pemantulan suara dari luar ke dalam yang sering dirasakan.
Proses dalam permasalahan tersebut adalah terjadi ketika terjadinya system
pengendali dalam ruangan, yaitu berkaitan dengan akustik, yang sering terjadi
ketika seseorang berada didalam ruangan yang besar yaitu terasa senyap,
pendengaran, serta getaran suara. Adapun permasalahan yang mengakibatkan
kerusakan pada faktor pendengaran adalah sumber kebisingan yang terjadi
akibat pemantulan sumber bunyi sehingga bunyi dapat terpecah dan
menghasilkan suara yang nyaring, jika hal ini dibiarkan secara berulang-ulang
maka berakibat buruk terhadap kondisi kesehatan manusia. Kondisi lingkup
ruang dalam mengatur teori daya serap kebisingan menggunakan temperature
material untuk menghasilkan memperkecil bunyi mematulkan bunyi.
Sumber penangkap suara sangat berpengaruh terhadap indera
pendengaran manusia,hal ini mengakibatkan pendengaran sangat diperlukan
untuk mengukur seberapa besar frekuensi yang terjadi dilapangan. Zona green
room biasanya digunakan untuk mengatasi kebisingan secara bertahap
Aspek hubungan antara manusia dengan manusia, terkait dengan
faktor pendengaran dilakukan dengan berinteraksi satu sama lain untuk
menentukan kebisingan tingkat rendah, dengan melakukan aktifitas ang sering
dilakukan dalam keseharian. Untuk mencapai tahap pendengaran yang secara
relatifitas perlu penghubung bunyi hal ini dilakukan pada tingkat gedung tinggi

maupun apartement yaitu penggunaan sound system dan penggunaan alarm


pada jam dinding dan peringatan keamanan.
Kondisi hasil bunyi benda terhadap hubungan Manusia adalah
membahas tentang rambat suara terhadap aktifitas manusia seperti pendengaran
menggunakan

alat

elektronik.

Penggunaan

smartphone

pada

aktifitas

keseharian. Suara alami yang dihasilkan dari lingkungan maupun dari


luarruangan.
1.1.2. Pengaruh Bunyi terhadap ruang pendidikan
Kondisi
berhubungan

dalam
aktifitas

ruang

pendidikan

kegiatan

dan

pembelajaran

pembelajaran
dan

kedokteran

pengarahan

serta

pembimbingan pada setiap perkliahan dimulai. Hal yang terjadi adalah


terganggunya efek dari luar ruangan karena posisi ruang yang bersinggungan
dengan ruang sirkulasi kendaraan dan parker membuat kebisingan tinggi. Selain
itu pergantian terhadap aktifitas lingkup ruang dilakukan sehingga ruang akan
terasa senyap dan bising.
Desain akustik memiliki pengaruh terhadap kondisi ruangan salah
satunya adalah bentuk sebuah ruangan dan penggunaan daya tekanan bunyi
sehingga ketika melakukan perhitungan dapat tersalurkan antara sumber bunyi
dan dengan kondisi kebisingan dalam ruang.
Salah satu cara dalam mengkaji akustik lebih dalam adalah
mengetahui daya serap bunyi ketika dalam ruangan, dan mempertimbangkan
faktot-faktor penyebab terjadinya penghampaan ruang bunyi melalui teori-teori
yang terkait. Daya serap bunyi dapat diterapkan kedalam ruangan yang
mempengaruhi akustik hal ini, menunjukkan bahwa kajian penelitian akan
membahas lebih detail terhadap daya serap bunyi, yang terjadi pada pengguna
material.

Salah satu cara yang dilakukan untuk dapat menerapkan dan


penyesuaian problem yang terjadi adalah dengan menerapkan system
penggunaan dinding, hal ini dilakukan Karena dinding memiliki daya serap
lebih banyak dibandingkan dengan obyek lainnya karena sebagian besar
material penutup keseluruhan adalah dinding, proses dalam penerapan dinding
terhadap akustik adalah melakukan pengujian maupun eksperiment, untu itu
untuk menunjukkkan system akustik yang dapat disesuaikan dengan keadaan
dan kondisi lingkungan ruang diterapkan system perhitungan.
Di Ruang Perkuliahan Kedokteran, sebagian kecil menerapkan dinding
sebagai penyestabilan pada ruang untuk itu pada system yang diterapkan
melalui penelitian-penelitian terdahulu yang dihubungkan dengan penerapan
material sebagai penyeimbang akustik.
1.1.3. Sistem Penyerapan Bunyi terhadap ruang perkuliahan.
Rekayasa Material Martin dan Schinzinger (1994), rekayasa adalah
penerapan ilmu pengetahuan dan penggunaan sumber daya alam demi manfaat
bagi masyarakat dan umat manusia. Rekayasa material merupakan saah satu
usaha arsitek untuk mengatasi masalah akustik ruang seperti gema, kebisingan
dan getaran
Adapun penggunaan material adalah salah satu kajian penelitian yang
akan menjadi pertimbangan ketika melakukan menerapkan system akustik,
melalui alur, panyerapan bunyi, penggunaan fungsi dan pengamatan uji material
sehingga dalam penelitian dapat memfokuskan terhadap pola analisis dan
ketepatan mengolah bunyi terhadap kondisi akustik. Sehingga pengaruhnya
akan terjadi dalam desain yang akan dipersiapkan melalui kajian teori dan
analisis

1.1.4. Kajian Teori yang terkait


A. Akustik ruang
Prsyaratan dan kebutuhan terhadap akustik banguan
pendidikan pada gedung kedokteran Akustik ruang terbagi menjadi dua
hal yaitu ruang alami dengan modern . Dalam Satwiko (2009), akustik
adalah ilmu yang mempelajari tentang suara atau bunyi. Sedangkan
Akustik dalam arsitektur dapat dibagi menjadi dua yang menangani
permasalahan dalam kebutuhan pengguna yaitu (room acoustics)yaitu
berkaitan dengan peanganan bunyi pada ruang (noise control) pengontrolan
terhadap sifat-sifat bunyi yang menangani bunyi yang tak dikehendaki.
Menurut Ching (2009), kuaitas suara dalam suatu ruang pada hakekatnya
tergantung pada sifat-sifat penutup ruang. Sehingga penataan bunyi pada
bangunan mempunyai dua tujuan, yaitu untuk kesehatan (mutlak) dan
untuk kenikmatan (diusahakan) (Satwiko, 2009)
Bagian Prasyarat dari begaian material pengaruh
B. Kebisingan
1. Kriteria kebisigan (Noice Criteria-NC)
Menurut satwiko (2004:124) akustik dibagi dalam akustik
ruang (room acoustics) bunyi yang dikehendaki dan kebisingan
(noise-bunyi yang tidak dikehendaki). Kebisingan adalah
tngkat kebisingan terendah yang dipersyaratkan untuk ruang
tertentu menurut fungsi utama.
Kajian Penelitian untuk dapat menerapkan
kebisingan yang terjadi di Ruang Perkuliahan .

prinsip dan kondisi

1.2.

Rumusan Masalah
Dari indikasi permasalahan di atas, dapat dijadikan sebagai penelitian
yantu dengan mengetahui pokok permasalahan utama yang dapat diselesaikan
melalui rumusan masalah ,yaitu:
1. Bagaimana kualitas akustik ruang pada Gedung Perkuliahan Kedokteran
Kampus III UIN Malang ?
2. Bagaimana kemampuan

material

dalam

mengendalikan

faktor

permasalahan, yang meliputi kebisingan, peredam suara, penyerp bunyi?


1.3 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui kualitas akustik pada ruang perkuliahan
1.2. Manfaat Penelitian
Manfaat Penelitian di bidang akademis
a. Memberikan kontribusi terhadap kebutuhan keilmuan dalam ber arsitektur
terurama terhadap rancangan
b. Memberikan pola bentuk pemikiran tentang teori baru
Manfaat Penelitian di Bidang lingkup Masyarakat
a. Berkontribusi penuh dalam lapangan
b. Memberikan teori penerapan terkait
Hal yang berkaitan erat dari manfaat yaitu diterapkan dengan standart keamanan
dan kenyamanan, yang secara langsung , yang sesuai dengan perancagan

1.3. Batasan Penelitian


Batasan yang dilakukan untuk membatasi standart ruang akustik adalah
kebutuhan ruang, penelitian dengan melakukan Metode eksperimen, pencarian
data, penempatan material disetiap pengguna, melakukan uji data material dalam
penerapan material sebagai penyelesaian masalah dalam akustik ruang
perkuliahan kedokteran UIN Malang.
Perhitungan akustik ruang dengan penyelesaian permasalahan ruang melalui
kajian penelitian serta penerapan desain terhadap ruangan perkuliahan. Untuk
membatasi bahasan penelitian yang dapat dijadikan bahan pertimbangan
melakukan penyelesaian terhadap pengaruh akustik ruang perkuliahan difokuskan
terhadap kajian karakteristik lumpur sebagai bahan material dinding, untuk
penanganan dan penyetabilan kebisingan.

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Obyek Penelitian
2.1.1 Bangunan Pendidikan
Kata

sekolah

berasal

dari

Bahasa

Latin

yaitu: skhole,

scola,

scolae atau skhola yang memiliki arti: waktu luang atau waktu senggang, dimana
ketika itu sekolah adalah kegiatan di waktu luang bagi anak-anak di tengah-tengah
kegiatan utama mereka, yaitu bermain dan menghabiskan waktu untuk menikmati
masa anak-anak dan remaja. Kegiatan dalam waktu luang itu adalah mempelajari cara
berhitung, cara membaca huruf dan mengenal tentang moral (budi pekerti) dan
estetika (seni).
Sekolah tinggi merupakan salah satu bentuk perguruan tinggi selain akademi,
politeknik, institut, dan universitas. Penjelasan pasal 20 ayat 1 UU Nomor 20 Tahun
2003 menyebutkan, "Sekolah tinggi menyelenggarakan pendidikan akademikdan/atau
vokasi dalam lingkup satu disiplin ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni dan
jika memenuhi syarat dapat menyelenggarakan pendidikan profesi. (Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 pasal 16 ayat 2 dan UU Nomor 20 Tahun
2003 pasal 20 ayat 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional)

2.2 Teori

2.2.1 Akustik
Menurut kamus besar bahasa indonesia edisi ketiga, akustik merupakan ilmu
fisika yang mempelajari suara. Sedangkan menurut Satwiko (2004 : 124), akustik
berarti ilmu tentang bunyi. Dengan demikian, sistem akustik adalah ilmu yang
mempelajari tentang mutu suara dan bunyi yang dihasilkan. Akustik sendiri
berhubungan dengan organ pendengar, suara, atau ilmu bunyi. Sistem akustik dalam
sebuah ruangan merupakan keadan sebuah ruang yang mempengarui kualitas bunyi
yang terjadi didalamnya. Akustik ruang ini banyak dikaitkan dengan hal yang
mendasar seperti perubahan suara karena pantulan dan gangguan suara ketembusan
suara dari ruang lain. Banyak material penyerap yang sangat efektif untuk digunakan.
Material Material tersebut biasanya digunakan untuk memperjelas suara yang
dihantarkan dalam ruang atau juga mengurangi kejelasan suara yang timbul.
2.2.2 Bunyi
Menurut satwiko (2004 : 125), bunyi adalah gelomang getaran mekanis dalam
udara atau benda padat yang masi bisa ditangkap oleh telinga normal manusia,
dengan rentang frekuensi antara 20-20.000 Hz namun, batasan-batasan ini dapat
menurun karena faktor usia dan faktor subjektif lainnya, misalnya kebiasaan.
Sedangkan bunyi sendiri memiliki sifat perambat yang dihasilkan oleh
2.2.3. Kebisingan
Kebisingan didefinisikan sebagai semua suara yang tidak dikehendaki
yang bersumber dari alat proses produksi dan atau alat kerja yang pada tingkat
tertentu

dapat

menyebabkan

gangguan

pendengaran

(Kepmenaker

No.51/MEN/1999).
Kebisingan diartikan sebagai suara yang tidak dikehendaki, misalnya yang
merintangi terdengarnya suara-suara, musik dan sebagainya atau yang menyebabkan

rasa sakit atau yang menghalangi gaya hidup (JIS Z 8106, IEC60050-801 kosakata
elektro-teknik Internasional Bab 801 : Akustikal dan elektroakustikal).
Kebisingan yaitu bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam
tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia
dan kenyamanan lingkungan ( KepMenLH No.48 Tahun 1996 )
2.2.3.1 Batasan Kebisingan
Bunyi disebut bising apabila intensitasnya melampaui 50 dB. Suara dengan
intensitas tinggi, bila berlangsung secara terus-menerus dalam jangka waktu yang
lama dapat mengganggu manusia, bahkan menyebabkan cacat pendengaran yang
permanen. Standar ambang batas kebisingan yang dijinkan yaitu:
a) SK Menteri Negara Lingkungan Hidup No: Kep.48/MENLH/XI/1996,
tanggal 25 November 1996, tentangkriteria batas tingkat kebisingan untuk
daerah pemukiman mensyaratkan tingkat kebisingan maksimum untuk
outdoor adalah sebesar 55dBA.
b) Menurut Pedoman Teknis Pembangunan Gedung dariCipta Karya, tingkat
bising yang dapat diterima untuk fungsi pendidikan adalah Ruang
Kuliah/Ruang Kelas 30 40 dBA
c) Kriteria yang digunakan ANSIS12.60 Standar Kualitas Akustik Bangunan

Sekolah) adalah :
Bising lingkungan tidak boleh melebihi 35 dBA dan55 dBC diseluruh

bagiandari seluruh ruang kelas.


Waktu dengung yang tidak boleh lebih dari 0,6 detik.

2.2.4 Akustik Ruang


a. Reaksi Serap

b. Reaksi Pantulan
c. Reaksi Sebar atau Di Tembuskan
2.3. Penelitian Sebelumnya
2.3.1

Judul

: Studi Penerapan Sistem Akustik Pada Ruang Kuliah Audio

Peneliti

: Hedy C. Indriani dan Citra Cahyawati

Tujuan

: Penerapan Sistem Akustik di Ruang Kuliah Audio Visual

Metode

: Metode Penelitian ini dibagi menjadi 3 tahap :

Visual

a. Pengambilan Data ( Data Lapangan dan Literatur )


b. Pengumpulan Data ( Survey dan Wawancara,
Perhitungan Lapangan, serta Dokumentasi )
c. Pengelolahan Data
Hasil

: Ruang Kuliah Audio Visual yang digunakan sebagai tempat

penelitian dibedakan menjadi 2 (dua) yakni Ruang Audio Visual di Gedung P


(AVP) dan Ruang Audio Visual di Gedung T (AVT). Ruang AVP memiliki
bentukan segi enam dengan luas ruang 126,94 m 2 dan berkapasitas 120
orang. Model ruang AVP dibedakan menjadi 2 (dua) jenis yaitu Ruang dengan
pola lantai datar dan Ruang dengan pola lantai berundak.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Metodologi Penelitian
Metode penelitian yang dilakukan mengacu sebelumnya pengaruh material
terhadap kondisi didalam ruang perkuliahan. Kriteria dasar metode meliputi:
1) Pengumpulah data terkait penggunaan Material Lumpur sebagai
penambahan
3.2. Variable Penelitian
Variabel bebas : Material
Variabel terikat : RT dan Obervasi
3.3. Data dan Metode pengumpulan Data
Karakter atau sifat sebuah ruangan juga mempengaruhi besarnya energi suara
yang sampai kepada pendengar. Ruangan sendiri memiliki karakter yang berbedabeda satu dengan yang lainnya. Ada ruangan yang bersifat 9 memantulkan suara yang
terdengar dalam ruangan, namun ada juga ruangan yang menyerap suara tersebut.
Ruangan yang bersifat memantulkan suara akan memantulkan suara yang terjadi di
dalam ruangan tersebut, sedangkan ruangan yang bersifat menyerap akan menyerap
energi suara yang sampai sehingga tidak ada suara pantul yang dikeluarkan oleh
elemen-elemen interior ruangan. Selain itu, terdapat beberapa reaksi permukaan yang
berpengaruh terhadap gelombang suara yang terjadi. Reaksi yang terjadi terhadap
gelombang suara antara lain:
a) Reaksi Serap (absorption) Reaksi serap ini terjadi akibat turut bergetarnya
material terhadap gelombang suara yang sampai pada permukaan material
tersebut. Sebagian dari getaran tersebut terpantul kembali ke ruangan,

sebagian berubah menjadi panas dan sebagian lain diteruskan ke bidang lain
dari material tersebut. Contohnya, musik dari ruang sebelah dapat terdengar
apabila tidak dipasang peredam suara. Bahan kapas, karpet, dan sejenisnya
memiliki reaksi serap yang lebih tinggi terhadap gelombang suara dan
frekuensi tinggi dibandingkan dengan frekuensi rendah. Sedangkan tembok,
kaca, besi, kayu umumnya meneruskan sebagian energi gelombang nada
rendah ke sisi lain dari material tersebut, dan sebagian gelombang suara
bergetarnya menjadi panas dan sebagian lain dipantulkan kembali ke ruang
dengar.
b) Reaksi Pantulan (reflection) Dalam ruang kosong apabila menepuk tangan dan
mendengar suara pantulan setelah menepuk tangan. Suara pantulan terjadi
berkali-kali dengan waktu dan bunyi yang tidak teratur. Cara mengatasi suara
pantulan yang 10 terjadi adalah dengan meletakkan panel akustik yang
berfungsi sebagai penyerap suara yang tidak diinginkan atau diffuser yang
menyebarkan energi pantulan ke berbagai arah dan akan meniadakan pantulan
suara. Materialnya bisa berupa permadani yang digantung di dinding, karpet
di atas lantai, korden pada dinding atau jendela, atau material penyerap suara
di dinding.
c) Reaksi Sebar atau Ditembuskan (transmission) Salah satu solusi akustik yang
terbaik adalah meletakan panel serap dan sebar (difusi) pada bidang pantul
pararel. Frekuensi rendah biasanya tidak diserap oleh karpet atau rug,
sehingga menghasilkan fase negatif pada frekuensi midbass yang saling
meniadakan, akibat dari interfensi suara langsung dan suara pantulan yang
sering disebut dengan Allison Affect yang diambil dari nama desainer
loudspeaker Roy Allison. Panel sebar mengubah energi suara dari satu arah
dan satu besaran menjadi kebeberapa arah dengan beberapa besaran. Dalam
perancangan akustik sebuah ruang, tidak pernah terlepas dari yang namanya
pemilihan material dalam desain ruangan tersebut. Pemilihan material-

material yang digunakan sangat mempengeruhi sistem kedap suara atau yang
lebih dikenal dengan sebutan sistem akustik ruangan.
Menurut Peter (1986:33), bahan-bahan penyerap bunyi sendiri dibedakan
menjadi:
a) Bahan peredam berpori-pori (porous absorbers) Terdiri dari material
berupa butiran dan berserat, diproduksi dari kaca atau mineral fibers.
Peredam berselaput (membrane absorbers) 11 Berbentuk panel tipis,
biasanya berupa kayu lapis yang terdapat diatas ruang hampa udara dan
di depan sebuah penopang keras.
b) Penyerap berongga (cavity or Helmholtz absorbers) Biasanya berupa
volume tertutup dengan penghubung udara berbentuk leher celah sempit
dengan udara disekitarnya. Perancangan ruang dengan sistem akustik
yang sesuai memang perlu dipikirkan dengan baik bagi seorang
perancang ruang. Sistem keterasingan terkadang juga dibutuhkan untuk
memberikan area privasi bagi penggunanya sesuai dengan fungsi ruang
yang ada. Sebagai perencana akustik ruang, pengelompokan ruang
dengan kesamaan interferensi akustik (ruang kantor, kelas, ruang rapat)
mengharuskan perencana ruang mengetahui tingkat kebisingan yang
dihasilkan.
3.4. Eksperimen
Metode Penelitian Eksperimen
Menurut Arikunto (2006) metode penelitian eksperimen adalah suatu cara
untuk mencari hubungan sebab akibat (hubungan kausal) antara dua faktor yang
sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminasi atau mengurangi atau
menyisihkan faktor-faktor lain yang mengganggu.

Pendekatan Kualitatif Pendekatan yang secara primer menggunakan


paradigma pengetahuan berdasarkan pandangan konstruktivist (pengalaman individu
atau pandangan advokasi. Ada tiga strategi yang digunakan dalam pendekatan ini
yakni: pertama, penelitian entografi adalah suatu bentuk penelitian yang berfokus
pada makna sosiologis melalui observasi lapangan tertutup dari fenomena
sosiokultural (Emzir,2007:143).

3.5. SIMULASI ECOTECT

Gambar: Perhitungan pengaruh effek akustik adalam ruangan


(Sumber: e-Joernal.uajy.ac.id, BAB II Tinjau Pustaka)

Penyerapan sumber bunyi yang dihasilkan oleh kegunaan material dapat


tercapai jika kondisi di Ruangan tanpa kedap suara dengan dilakukannya
pertimbangan simulasi terhadap kondisi dilapangan, untuk menghasilkan ruangan
tanpa kebisingan dilakukan ketahanan material.
Element-element yang berada dalam pengaruh akustik memiliki banyak
pengaruh dalam ruangan, hal ini terbagi menjadi :

a. Massa bangunan, bangunan yang memiliki bentuk dapat mempengaruhi


kondisi dalam ruangan.
b. Vegetasi, vegetasi dihubungkan erat terhadap bangunan dan akses
pencapaian saling berhubungan satu sama lain sehingga hal ini dikaitkan
pada faktor pengguna.
c. Orientasi hadap ruangan, hubungan antar ruang dapat terjadi Karena
klarifikasi beberapa faktor salah satunga adalah hubngan antar ruang

3.6. TAHAP PENELITIAN


Pendataan
Eksperimen
3.7. ANALISA HASIL PENELITIAN

Anda mungkin juga menyukai