Di Susun Oleh:
Sigit Adipamungkas
M. Khoirul Islmmudin
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
1.1.1. Permasalahan yang sering terjadi pada Akustik Ruang
1.1.2. Pengaruh Bunyi terhadap Ruang
1.1.3. Sistem Penyerapan Bunyi pada Ruang Perkuliahan
1.1.4. Kajian Teori yang terkait
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
alat
elektronik.
Penggunaan
smartphone
pada
aktifitas
dalam
aktifitas
ruang
pendidikan
kegiatan
dan
pembelajaran
pembelajaran
dan
kedokteran
pengarahan
serta
1.2.
Rumusan Masalah
Dari indikasi permasalahan di atas, dapat dijadikan sebagai penelitian
yantu dengan mengetahui pokok permasalahan utama yang dapat diselesaikan
melalui rumusan masalah ,yaitu:
1. Bagaimana kualitas akustik ruang pada Gedung Perkuliahan Kedokteran
Kampus III UIN Malang ?
2. Bagaimana kemampuan
material
dalam
mengendalikan
faktor
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Obyek Penelitian
2.1.1 Bangunan Pendidikan
Kata
sekolah
berasal
dari
Bahasa
Latin
yaitu: skhole,
scola,
scolae atau skhola yang memiliki arti: waktu luang atau waktu senggang, dimana
ketika itu sekolah adalah kegiatan di waktu luang bagi anak-anak di tengah-tengah
kegiatan utama mereka, yaitu bermain dan menghabiskan waktu untuk menikmati
masa anak-anak dan remaja. Kegiatan dalam waktu luang itu adalah mempelajari cara
berhitung, cara membaca huruf dan mengenal tentang moral (budi pekerti) dan
estetika (seni).
Sekolah tinggi merupakan salah satu bentuk perguruan tinggi selain akademi,
politeknik, institut, dan universitas. Penjelasan pasal 20 ayat 1 UU Nomor 20 Tahun
2003 menyebutkan, "Sekolah tinggi menyelenggarakan pendidikan akademikdan/atau
vokasi dalam lingkup satu disiplin ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni dan
jika memenuhi syarat dapat menyelenggarakan pendidikan profesi. (Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 pasal 16 ayat 2 dan UU Nomor 20 Tahun
2003 pasal 20 ayat 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional)
2.2 Teori
2.2.1 Akustik
Menurut kamus besar bahasa indonesia edisi ketiga, akustik merupakan ilmu
fisika yang mempelajari suara. Sedangkan menurut Satwiko (2004 : 124), akustik
berarti ilmu tentang bunyi. Dengan demikian, sistem akustik adalah ilmu yang
mempelajari tentang mutu suara dan bunyi yang dihasilkan. Akustik sendiri
berhubungan dengan organ pendengar, suara, atau ilmu bunyi. Sistem akustik dalam
sebuah ruangan merupakan keadan sebuah ruang yang mempengarui kualitas bunyi
yang terjadi didalamnya. Akustik ruang ini banyak dikaitkan dengan hal yang
mendasar seperti perubahan suara karena pantulan dan gangguan suara ketembusan
suara dari ruang lain. Banyak material penyerap yang sangat efektif untuk digunakan.
Material Material tersebut biasanya digunakan untuk memperjelas suara yang
dihantarkan dalam ruang atau juga mengurangi kejelasan suara yang timbul.
2.2.2 Bunyi
Menurut satwiko (2004 : 125), bunyi adalah gelomang getaran mekanis dalam
udara atau benda padat yang masi bisa ditangkap oleh telinga normal manusia,
dengan rentang frekuensi antara 20-20.000 Hz namun, batasan-batasan ini dapat
menurun karena faktor usia dan faktor subjektif lainnya, misalnya kebiasaan.
Sedangkan bunyi sendiri memiliki sifat perambat yang dihasilkan oleh
2.2.3. Kebisingan
Kebisingan didefinisikan sebagai semua suara yang tidak dikehendaki
yang bersumber dari alat proses produksi dan atau alat kerja yang pada tingkat
tertentu
dapat
menyebabkan
gangguan
pendengaran
(Kepmenaker
No.51/MEN/1999).
Kebisingan diartikan sebagai suara yang tidak dikehendaki, misalnya yang
merintangi terdengarnya suara-suara, musik dan sebagainya atau yang menyebabkan
rasa sakit atau yang menghalangi gaya hidup (JIS Z 8106, IEC60050-801 kosakata
elektro-teknik Internasional Bab 801 : Akustikal dan elektroakustikal).
Kebisingan yaitu bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam
tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia
dan kenyamanan lingkungan ( KepMenLH No.48 Tahun 1996 )
2.2.3.1 Batasan Kebisingan
Bunyi disebut bising apabila intensitasnya melampaui 50 dB. Suara dengan
intensitas tinggi, bila berlangsung secara terus-menerus dalam jangka waktu yang
lama dapat mengganggu manusia, bahkan menyebabkan cacat pendengaran yang
permanen. Standar ambang batas kebisingan yang dijinkan yaitu:
a) SK Menteri Negara Lingkungan Hidup No: Kep.48/MENLH/XI/1996,
tanggal 25 November 1996, tentangkriteria batas tingkat kebisingan untuk
daerah pemukiman mensyaratkan tingkat kebisingan maksimum untuk
outdoor adalah sebesar 55dBA.
b) Menurut Pedoman Teknis Pembangunan Gedung dariCipta Karya, tingkat
bising yang dapat diterima untuk fungsi pendidikan adalah Ruang
Kuliah/Ruang Kelas 30 40 dBA
c) Kriteria yang digunakan ANSIS12.60 Standar Kualitas Akustik Bangunan
Sekolah) adalah :
Bising lingkungan tidak boleh melebihi 35 dBA dan55 dBC diseluruh
b. Reaksi Pantulan
c. Reaksi Sebar atau Di Tembuskan
2.3. Penelitian Sebelumnya
2.3.1
Judul
Peneliti
Tujuan
Metode
Visual
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Metodologi Penelitian
Metode penelitian yang dilakukan mengacu sebelumnya pengaruh material
terhadap kondisi didalam ruang perkuliahan. Kriteria dasar metode meliputi:
1) Pengumpulah data terkait penggunaan Material Lumpur sebagai
penambahan
3.2. Variable Penelitian
Variabel bebas : Material
Variabel terikat : RT dan Obervasi
3.3. Data dan Metode pengumpulan Data
Karakter atau sifat sebuah ruangan juga mempengaruhi besarnya energi suara
yang sampai kepada pendengar. Ruangan sendiri memiliki karakter yang berbedabeda satu dengan yang lainnya. Ada ruangan yang bersifat 9 memantulkan suara yang
terdengar dalam ruangan, namun ada juga ruangan yang menyerap suara tersebut.
Ruangan yang bersifat memantulkan suara akan memantulkan suara yang terjadi di
dalam ruangan tersebut, sedangkan ruangan yang bersifat menyerap akan menyerap
energi suara yang sampai sehingga tidak ada suara pantul yang dikeluarkan oleh
elemen-elemen interior ruangan. Selain itu, terdapat beberapa reaksi permukaan yang
berpengaruh terhadap gelombang suara yang terjadi. Reaksi yang terjadi terhadap
gelombang suara antara lain:
a) Reaksi Serap (absorption) Reaksi serap ini terjadi akibat turut bergetarnya
material terhadap gelombang suara yang sampai pada permukaan material
tersebut. Sebagian dari getaran tersebut terpantul kembali ke ruangan,
sebagian berubah menjadi panas dan sebagian lain diteruskan ke bidang lain
dari material tersebut. Contohnya, musik dari ruang sebelah dapat terdengar
apabila tidak dipasang peredam suara. Bahan kapas, karpet, dan sejenisnya
memiliki reaksi serap yang lebih tinggi terhadap gelombang suara dan
frekuensi tinggi dibandingkan dengan frekuensi rendah. Sedangkan tembok,
kaca, besi, kayu umumnya meneruskan sebagian energi gelombang nada
rendah ke sisi lain dari material tersebut, dan sebagian gelombang suara
bergetarnya menjadi panas dan sebagian lain dipantulkan kembali ke ruang
dengar.
b) Reaksi Pantulan (reflection) Dalam ruang kosong apabila menepuk tangan dan
mendengar suara pantulan setelah menepuk tangan. Suara pantulan terjadi
berkali-kali dengan waktu dan bunyi yang tidak teratur. Cara mengatasi suara
pantulan yang 10 terjadi adalah dengan meletakkan panel akustik yang
berfungsi sebagai penyerap suara yang tidak diinginkan atau diffuser yang
menyebarkan energi pantulan ke berbagai arah dan akan meniadakan pantulan
suara. Materialnya bisa berupa permadani yang digantung di dinding, karpet
di atas lantai, korden pada dinding atau jendela, atau material penyerap suara
di dinding.
c) Reaksi Sebar atau Ditembuskan (transmission) Salah satu solusi akustik yang
terbaik adalah meletakan panel serap dan sebar (difusi) pada bidang pantul
pararel. Frekuensi rendah biasanya tidak diserap oleh karpet atau rug,
sehingga menghasilkan fase negatif pada frekuensi midbass yang saling
meniadakan, akibat dari interfensi suara langsung dan suara pantulan yang
sering disebut dengan Allison Affect yang diambil dari nama desainer
loudspeaker Roy Allison. Panel sebar mengubah energi suara dari satu arah
dan satu besaran menjadi kebeberapa arah dengan beberapa besaran. Dalam
perancangan akustik sebuah ruang, tidak pernah terlepas dari yang namanya
pemilihan material dalam desain ruangan tersebut. Pemilihan material-
material yang digunakan sangat mempengeruhi sistem kedap suara atau yang
lebih dikenal dengan sebutan sistem akustik ruangan.
Menurut Peter (1986:33), bahan-bahan penyerap bunyi sendiri dibedakan
menjadi:
a) Bahan peredam berpori-pori (porous absorbers) Terdiri dari material
berupa butiran dan berserat, diproduksi dari kaca atau mineral fibers.
Peredam berselaput (membrane absorbers) 11 Berbentuk panel tipis,
biasanya berupa kayu lapis yang terdapat diatas ruang hampa udara dan
di depan sebuah penopang keras.
b) Penyerap berongga (cavity or Helmholtz absorbers) Biasanya berupa
volume tertutup dengan penghubung udara berbentuk leher celah sempit
dengan udara disekitarnya. Perancangan ruang dengan sistem akustik
yang sesuai memang perlu dipikirkan dengan baik bagi seorang
perancang ruang. Sistem keterasingan terkadang juga dibutuhkan untuk
memberikan area privasi bagi penggunanya sesuai dengan fungsi ruang
yang ada. Sebagai perencana akustik ruang, pengelompokan ruang
dengan kesamaan interferensi akustik (ruang kantor, kelas, ruang rapat)
mengharuskan perencana ruang mengetahui tingkat kebisingan yang
dihasilkan.
3.4. Eksperimen
Metode Penelitian Eksperimen
Menurut Arikunto (2006) metode penelitian eksperimen adalah suatu cara
untuk mencari hubungan sebab akibat (hubungan kausal) antara dua faktor yang
sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminasi atau mengurangi atau
menyisihkan faktor-faktor lain yang mengganggu.