Swamedikasi
1.1 Defenisi
Swamedikasi berarti mengobati segala keluhan pada diri sendiri dengan obatobat yang sederhana yang dibeli bebas di apotik atau toko obat atas inisiatif sendiri
tanpa nasehat dokter (Rahardja, 2010).
permekes
No.919/MENKES/PER/X/1993,
secara
sederhana
swamedikasi adalah upaya seseorang dalam mengobati gejala sakit atau penyakit
tanpa berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu. Namun bukan berarti asal
mengobati, justru pasien harus mencari informasi obat yang sesuai dengan
penyakitnya dan apoteker-lah yang bisa berperan di sini. Apoteker bisa
memberikan informasi obat yang objektif dan rasional. Swamedikasi boleh
dilakukan untuk kondisi penyakit yang ringan, umum dan tidak akut. Setidaknya
ada lima komponen informasi yang yang diperlukan untuk swamedikasi yang
tepat menggunakan obat modern, yaitu pengetahuan tentang kandungan aktif obat,
indikasi, dosage, efek samping, dan kontra indikasi (Anonim, 2010).
Resiko dari pengobatan sendiri adalah tidak mengenali keseriusan
gangguan. Keseriusan dapat dinilai salah satu atau mungkin tidak dikenali,
sehingga pengobatan sendiri bisa dilakukan terlalu lama. Gangguan bersangkutan
dapat memperhebat keluhan, sehingga dokter perlu menggunakan obat-obat yang
lebih keras. Resiko yang lain adalah penggunaan obat yang kurang tepat. Obat
bisa digunakan secara salah, terlalu lama atau dalam takaran yang terlalu besar.
Guna mengatasi resiko tersebut,maka perlu mengenali kerugian-kerugian tersebut
(Tjay dan Raharja, 1993).
Disinilah peran Farmasi Apoteker untuk membimbing dan memilihkan obat
yang tepat. Pasien dapat meminta informasi kepada apoteker agar pemilihan obat
lebih tepat. Selain apoteker, tenaga farmasi lain seperti asisten apoteker
mempunyai peran penting dalam menyampaikan informasi obat kepada
masyarakat. Seperti penyampaian informasi tentang Penggunaan obat secara tepat,
aman dan rasional. Atas permintaan masyarakat Informasi yang diberikan harus
benar, jelas dan mudah dimengerti serta cara penyampaiannya disesuaikan dengan
kebutuhan, selektif, etika, bijaksana dan hati-hati. Informasi yang diberikan
kepada pasien sekurang-kurangnya meliputi: cara pemakaian obat, cara
penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan, makanan/ minuman/ aktifitas yang
hendaknya dihindari selama terapi dan informasi lain yang diperlukan (Anief,
1997).
pengobatan terhadap suatu penyakit dan pemahaman aksi fisiologi yang benar dari
penyakit Sesuai dengan konteks tersebut, terapi rasional meliputi kriteria
(Maulana, 2010).
a.
Tepat indikasi
Tepat indikasi adalah adanya kesesuaian antara diagnosis pasien dengan
obat yang diberikan.
b.
Tepat obat
Tepat obat adalah pemilihan obat dengan memperhatikan efektivitas,
keamanan, rasionalitas dan murah.
c.
d.
Tepat pasien
Tepat pasien adalah obat yang diberikan sesuai dengan kondisi pasien.
Kondisi pasien misalnya umur, faktor genetik, kehamilan, alergi, dan penyakit
lain.
1.3 Keuntungan dan Kerugian
Menurut Rahardja (2010) keuntungan swamedikasi adalah obat untuk
ganguan-ganguan tersebut sering kali memang sudah tersedia di rumah.
Keuntungan yang lainnya yaitu aman apabila digunakan sesuai dengan
petunjuk (efek samping dapat diperkirakan), efektif untuk menghilangkan keluhan
karena 80% sakit bersifat self limiting, yaitu sembuh sendiri tanpa intervensi tenaga
kesehatan, biaya pembelian obat relatif lebih murah daripada biaya pelayanan
kesehatan, hemat waktu karena tidak perlu menggunakan fasilitas atau profesi
kesehatan, kepuasan karena ikut berperan serta dalam sistem pelayanan kesehatan,
menghindari rasa malu atau stres apabila harus menampakkan bagian tubuh tertentu
di hadapan tenaga kesehatan, dan membantu pemerintah untuk mengatasi
keterbatasan jumlah tenaga kesehatan pada masyarakat (Supardi dkk, 2005)
Menurut Anief (1997), keuntungan yang lain yaitu lebih mudah, cepat, tidak
membebani sistem pelayanan kesahatan dan dapat dilakukan oleh diri sendiri.
Bagi konsumen obat, pengobatan sendiri dapat memberi keuntungan yaitu bila ia
dapat
1) Menghemat biaya ke dokter
2) Menghemat waktu ke dokter
3) Segera dapat beraktifitas kembali
Kekurangan, obat dapat membahayakan kesehatan apabila tidak digunakan
sesuai dengan aturan, pemborosan biaya dan waktu apabila salah menggunakan obat,
kemungkinan kecil dapat timbul reaksi obat yang tidak diinginkan, misalnya
sensitifitas, efek samping atau resistensi, penggunaan obat yang salah akibat salah
diagnosis dan pemilihan obat dipengaruhi oleh pengalaman menggunakan obat di
masa lalu dan lingkungan sosialnya (Supardi dkk, 2005).
2.1
2.1.1 Definisi
Obat tanpa resep adalah obat untuk jenis penyakit yang pengobatannya
dianggap dan ditetapkan sendiri oleh masyarakat dan tidak begitu membahayakan
jika mengikuti aturan memakainya. Obat yang beredar dimasyarakat dibagi atas
empat golongan, yaitu obat bebas, obat bebas terbatas, obat keras, dan obat
narkotika (Anief, 1997).
Resiko dari pengobatan sendiri adalah tidak mengenali keseriusan
gangguan. Keseriusan dapat dinilai salah satu atau mungkin tidak dikenali,
sehingga pengobatan sendiri bisa dilakukan terlalu lama. Gangguan bersangkutan
dapat memperhebat keluhan, sehingga dokter perlu menggunakan obat-obat yang
lebih keras. Resiko yang lain adalah penggunaan obat yang kurang tepat. Obat
bisa digunakan secara salah, terlalu lama atau dalam takaran yeng terlalu besar.
Guna mengatasi resiko tersebut, maka perlu mengenali kerugian-kerugian tersebut
(Tjay dan Raharja, 1993).
Pada setiap produk obat selalu dicantumkan nama obat, komposisi,
indikasi, informasi mengenai cara kerja obat, aturan pakai, peringatan, perhatian,
nama produsen, nomor batch atau lot, nomor registrasi, dan tanggal kadaluwarsa.
Obat bebas dan obat bebas terbatas dapat dibeli tanpa resep di apotek dan toko
obat.Biasanya obat bebas dapat mendorong untuk pengobatan sendiri atau
perawatan penyakit tanpa pemeriksaan dokter dan diagnosa.
Obat yang dapat diperoleh tanpa resep sering digunakan pasien atas
anjuran paramedik. Sikap dokter terhadap praktek pengobatan sendiri dengan obat
tanpa resep umumnya tidak keberatan dalam batas-batas tertentu.Profesi
kedokteran meyakinkan bahwa pengobatan sendiri adalah terbatas pada kondisi
kecil yang pasien mampu mengenal dengan jelas pengalaman sebelumnya dan
rasa kurang enak yang diderita adalah bersifat sementara (Anief, 1997).
Menurut Anief juga pada penggunaan obat tanpa resep perlu diperhatikan:
a. Apakah obatnya masih baik atau tidak.
b. Bila ada tanggal kadaluwarsa, perhatikan tanggalnya apakah lewat atau belum.
c. Keterangan pada brosur atau selebaran yang disertakan oleh pabrik, dibaca
dengan baik, antara lain berisi informasi tentang:
1) Indikasi yaitu petunjuk penggunaan obat dalam pengobatan penyakit.
2) Kontraindikasi yaitu petunjuk penggunaan obat yang tidak diperbolehkan,
karena berlawanan dengan kondisi tubuh kita.
3) Efek samping yaitu efek yang timbul, bukan efek yang diinginkan. Efek
samping dapat merugikan atau berbahaya.
4) Dosis obat yaitu besaran obat yang boleh digunakan untuk orang dewasa
atau anak-anak berdasarkan berat badan atau umur anak.
5) Waktu kadaluwarsa.
6) Cara penyimpanan obat.
Dalam
Peraturan
Menteri
Kesehatan
No.
919/Menkes/Per/X/1993
disebutkan bahwa penyerahan obat tanpa resep harus memenuhi kriteria pada
penggunaan obatnya, yaitu:
a.
Tidak kontra indikasi untuk penggunaan pada wanita hamil, anak dibawah
usia dua tahun, orang tua diatas 65 tahun.
b.
Tidak memerlukan cara atau alat khusus yang harus dilakukan oleh tenaga
kesehatan.
d.
e.
Obat Bebas
Obat bebas adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli tanpa
resep dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas adalah lingkaran
hijau dengan garis tepi berwarna hitam contoh paracetamol (Anonim, 2006).
2)
3)
e)
f)
Obat Keras
Obat keras adalah obat yang hanya dapat dibeli di apotek dengan resep
dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket adalah huruf K dalam lingkaran
merah dengan garis tepi berwarna hitam. Obat psikotropika adalah obat keras baik
alamiah maupun sintetis bukan narkotik, yang berkhasiat psikoaktif melalui
pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas
pada aktivitas mental dan perilaku. (Anonim, 2000)
4)
5)
2.
3.
Penggunaannya tidak memerlukan cara atau alat khusus yang harus dilakukan
oleh tenaga kesehatan.
4.
5.
Obat
dimaksud
memiliki
rasio
khasiat
keamanan
yang
dapat
a.
b.
c.
d.
Nama obat yang di iklankan adalah nama yang disetujui dalam pendaftaran.
e.
f.
Iklan tidak boleh mendorong penggunaan obat yang berlebihan dan terusmenerus.
g.
Definisi
Menurut Kurnia (2009), influenza merupakan sebuah penyakit infeksi
saluran nafas yang bisa menyerang semua manusia tanpa mengenal usia.
Umumnya penyakit ini bisa sembuh sendiri dan biasanya masa inkubasi selama 2
hari, tetapi ada juga yang mencapai 4 hari.
Salesma adalah penyakit yang disebabkan oleh virus pilek yang dikenal
dengan Rhynovirus dan gejalanya berupa pilek berat, mata banyak mengeluarkan
air, kepala terasa mampat, dan disertai demam ringan. Influenza merupakan
penyakit yang menunjukan gejala seperti Salesma, namun bersifat lebih berat
yaitu demam tinggi, hidung tersumbat, nyeri otot dan persendian, nyeri kepala dan
tenggorokan, suara serak, hilangnya nafsu makan, dan adakalanya nyeri telinga,
mual, muntah dan diare.
Patogenesis penyakit virus merupakan hasil interaksi antara virus dan
inang yang terinfeksi. Virus bersifat patogenik untuk inang tertentu jika virus
tersebut dapat menginfeksi dan menimbulkan gejala penyakit pada inang tersebut.
Untuk menimbulkan penyakit, virus harus memasuki suatu inang, melakukan
kontak dengan sel yang dapat dimasukinya, bereplikasi dan menimbulkan cedera
sel. Agar infeksi dapat terjadi, virus mula-mula harus melekat dan memasuki sel
dari suatu permukaan tubuh (dapat melalui kulit,saluran pernafasan, pencernaan,
saluran kemih atau konjungtiva). Sebagian besar virus memasuki inang melalui
mukosa saluran pernafasan atau pencernaan, namun ada virus yang langsung
masuk ke dalam aliran darah atau melalui gigitan serangga (Maulana, 2010).
2.3.2 Replikasi
Virus dapat bereplikasi hanya pada sel hidup. Infeksi dan replikasi
influenza merupakan proses bertahap: pertama, virus harus berikatan dengan sel
dan memasuki sel, kemudian memindahkan genomnya pada suatu tempat dimana
virus tersebut dapat memproduksi duplikat dari protein virus dan RNA, kemudian
menyusun komponen-komponen tersebut menjadi partikel virus baru, dan
terakhir, keluar dari sel inang.
Biasanya virus bereplikasi di tempat masuknya, sehingga menyebabkan
gejala penyakit di tempat tersebut, kemudian menyebar kedalam tubuh inang.Jalur
penyebaran virus beragam, namun yang palingumum adalah melalui aliran
darah.Adanya virus dalam darah disebut viremia. Stadium akhir dari patogenesis
adalah pelepasan virus yang infeksius kelingkungan sekitarnya, untuk menjaga
keberadaan virus dalam populasi inang.Pelepasan biasanya terjadi dari permukaan
tubuh tempat virus masuk.Penyakit virus mengakibatkan beberapa abnormalitas
baik struktural maupun fungsional. Kerusakan sel yang terinfeksi virus dan
perubahan fisiologis yang ditimbulkan pada inang oleh cedera jaringan dapat
menjadi sebab terjadinya penyakit atau gejala penyakit (Anonim, 2011).
2.3.3 Penularan
Influenza dapat disebarkan dalam tiga cara utama: melalui penularan
langsung (saat orang yang terinfeksi bersin, terdapat lendir hidung yang masuk
secara langsung pada mata, hidung, dan mulut dari orang lain); melalui udara (saat
seseorang menghirup aerosol (butiran cairan kecil dalam udara) yang dihasilkan
saat orang yang terinfeksi batuk, bersin, atau meludah), dan melalui penularan
tangan-ke-mata, tangan-ke-hidung, atau tangan-ke-mulut, baik dari permukaan
yang terkontaminasi atau dari kontak personal langsung seperti bersalaman
(Anonim, 2011).
Menurut Maryani dan Kristiana (2004), Penularan penyakit influenza dapat
melalui dua cara juga yaitu melalui pernapasan dan kontak jasmani. Cara pertama,
ketika seorang penderita influenza baik batuk, bersin, virus ini akan di keluarkan
dan menyebar ke udara. Akibanya, orang yang sehat dapat tertular virus influenza.
Cara kedua, jika orang sehat tidak sengaja bersentuhan dengan orang yang
terinfeksi seperti berjabat tangan, menyentuh benda benda yang tercemar virus
kemudian menyentuh hidung dan mulutnya, maka virus akan masuk ke saluran
nafas orang sehat tersebut.
Virus ini juga dapat menular dengan mudah dari orang ke orang melalui
droplet dan partikel kecil yang dihasilkan ketika orang yang terinfeksi batuk atau
bersin. Influenza cenderung menyebar cepat pada epidemi musiman. Kebanyakan
orang yang terinfeksi sembuh dalam waktu satu sampai dua minggu tanpa
memerlukan perawatan medis. Namun, di sangat muda, orang tua, dan mereka
dengan kondisi medis yang serius, infeksi dapat mengakibatkan komplikasi parah
dari pneumonia, kondisi yang mendasari dan kematian.
Shedding virus influenza (waktu di mana seseorang dapat menularkan virus
pada orang lain) dimulai satu hari sebelum gejala muncul dan virus akan
dilepaskan selama antara 5 sampai 7 hari, walaupun sebagian orang mungkin
melepaskan virus selama periode yang lebih lama. Orang yang tertular influenza
paling infektif pada hari kedua dan ketiga setelah infeksi. Jumlah virus yang
dilepaskan nampaknya berhubungan dengan demam, jumlah virus yang
dilepaskan lebih besar saat temperaturnya lebih tinggi. Anak-anak jauh lebih
infeksius dibandingkan orang dewasa dan mereka melepaskan virus sebelum
mereka mengalami gejala hingga dua minggu setelah infeksi. Penularan influenza
dapat dimodelkan secara matematis, yang akan membantu dalam prediksi
bagaimana virus menyebar dalam populasi (Anonim, 2012).
2.3.4 Tanda dan Gejala
Menurut Soedarmo (2002), gejala dan tanda influenza pada anak dan
dewasa berbeda, yaitu anoreksia, nyeri perut, muntah, mual, pembesaran kelenjar
servikal dan demam sampai 38,9C, lebih sering ditemukan pada anak
dibandingkan dengan pasien dewasa lain, berbeda dengan pendapat Biddulp
(1999), menurutnya gejala dan tanda influenza adalah demam, malaise (merasa
kurang enak badan), nausea (mual, seperti mau muntah), sakit kepala, muntah,
sakit tenggorokan, sakit mata, nyeri otot dan ingus encer. Influenza dapat
berlangsung selama tiga sampai sepuluh hari. Kekebalan terhadap influenza
terjadi sebagai akibat dari interaksi kompleks antara mekanisme humoral,
sekretori, dan seluler.
2.3.5
Patofisiologi Influenza
Virus flu menyerang sel-sel permukaan saluran napas. Jaringan menjadi
bengkak dan meradang. Namun meskipun rusak jaringan ini akan sembuh dalam
beberapa minggu. Meskipun influenza sering disebut penyakit pernapasan, namun
penyakit ini bisa memberi pengaruh ke seluruh tubuh.Penderita secara tiba-tiba
menjadi demam, letih, lesu, kehilangan selera makan, dan sakit kepala, belakang
tangan dan kaki.Juga menderita sakit tenggorokan dan batuk kering, mual dan
mata seperti terbakar. Panas bisa meningkat hingga 104 derajat Fahrenheit, tapi
akan menurun setelah 2 hingga 3 hari. Gejala saluran nafasnya sendiri bisa berupa
pilek dan batuk. Transimisi virus influenza lewat partikel udara dan lokalisasinya
ditraktus respiratorius. Penularan bergantung pada ukuran partikel (droplet) tang
membawa virus tersebut masuk ke dalam saluran nafas. Pada dosis infeksius 10
virus/droplet 50% orang-orang terserang dosis ini akan menderita influenza. Virus
akan melekat pada epitel sel di hidung dan bronkus. Setelah virus berhasil
menerobos masuk ke dalam sel, dalam beberapa jam sudah mengalami replikasi.
Terapi influenza
di pahami bahwa flu di sebabkan oleh infeksi virus yang menimbulkan sakit bila
terjadi penurunan daya tahan tubuh seseorang. Maka beberapa tanaman obat
tradisional dapat digunakan untuk mengatasi penyakit flu dengan meredakan
gejala demam, pilek, batuk, nyeri otot dan tulang dan meningkatkan daya tahan
tubuh.Lebih baik lagi bila tanaman obat tersebut mempunyai daya antivital.
Tanaman obat tradisional dapat di gunakan secara tunggal atau dalam bentuk
ramuan. Berikut ini beberapa tanaman obat tradisional yang telah diketahui dan
bisa digunakan untuk mengatasi flu / influenza :
a)
tanaman yang memiliki rasa pahit, pedas, dan sejuk. Bisa digunakan untuk
anti radang (radang amandel dan tenggorokan, radang hati radang ginjal),
peluruh air seni, menghilangkan bengkak, menetralkan racun, mengatasi
perut kembung, disentri, pembersih darah, dan peluruh haid.
b)
pereda demam dan nyeri (anti piretik dan analgesik), peluruh air seni,
penetral racun, dan mengaktifkan fungsi kelenjar kelenjar tubuh.
c)
menurunkan demam (antipiretik), anti radang, anti racun, anti bengkak dan
mengaktifkan kelenjar kelenjar tubuh.Tanaman ini ini dapat merangsang
fagositosis untuk meningkatkan aktivitas kekebalan seluler hingga efektif
melawan virus ataupun kuman.
d)
Tanaman ini memiliki rasa agak asam dan sejuk memiliki efek
menurunkan demam, peluruh air seni, Anti radang (radang ginjal dan radang
hepatitis) dan juga dapat menigkatkan kekebalan tubuh.
3.
b)
c)
Minum cukup cairan dan istirahat selama satu sampai tiga hari sampai
tubuh pulih
d)
Vaksinasi
Untuk pencegahan influenza di banyak negara Barat, setiap tahun diberikan
2 minggu sebelumnya epidemi yang diperkirakan. Namun, vaksinasi tidak
memberikan jaminan terhindar dari influenza. Tetapi, jika terserang infeksi
biasanya gejala-gejalanya lebih ringan (Tjay dan Rahardja,1993).
2.
Antibiotik
Vitamin C
Adanya radikal bebas dapat menyebabkan kerusakan jaringan pada tubuh.
Kerusakan jaringan tersebut dapat terlihat pada proses menua, kanker, dan
penyakit lain seperti jantung, pembuluh, mata, paru, lambung, usus dan sistem
imun. Menurut ahli ortomolekuler, vitamin C 500-1000 mg berguna sebagai
antioksidan, yakni melindungi jaringan tubuh terhadap kerusakan oksidatif oleh
radikal bebas yang merugikan jaringan tubuh, antara lain membran sel dan
intiDNA. Perlindungan dilakukan dengan mengaktifasi fagosit dan menstimulasi
produksi interferon dengan daya antiviral. Oleh karena itu dalam keadaan
streskontinu dan pembebanan belebihan sehingga daya tahan tubuh menurun,
asupan vitamin C dalam dosis tinggi sangat berguna (Maulana, 2010).
4.
b.
c.
2.3.8
ini dapat dibeli di toko obat maupun apotek tanpa resep dokter. Analgetika
menimbulkan efek analgetik dengan cara menghambat secara langsung dan
selektif enzim-enzim pada sistem saraf pusat yang mengkatalisis biosintesis
prostaglandin, seperti siklooksigenase, sehingga mencegah sensitisasi reseptor
rasa sakit oleh mediator-mediator rasa sakit, seperti bradikinin, histamin,
serotonin, prostasiklin, prostaglandin, ion-ion hidrogen dan kalium, yang
merangsang rasa sakit secara mekanis atau kimiawi. Antipiretik menimbulkan
efek dengan meningkatkan eliminasi panas, pada penderita dengan suhu badan
tinggi, dengan cara menimbulkan dilatasi pembuluh darah perifer dan mobilisasi
air sehingga terjadi pengenceran darah dan pengeluaran keringat (Siswandono dan
Soekardjo, 2000). Contoh: asetaminofen (parasetamol), asetosal.
a.
Asetaminofen (paracetamol)
Derivat asetanilida ini adalah metabolit dari fenasetin, yang dahulu banyak
digunakan sebagai analgetik. Namun, pada tahun 1978 fenasetin telah ditarik dari
peredaran karena efek sampingnya (nefrotoksisitas dan karsinogen) Dewasa ini
asetaminophen umumnya dianggap sebagai zat antinyeri yang paling aman, juga
untuk swamedikasi. Efek analgetiknya dapat diperkuat oleh kofein dengan kirakira 50%. Resorpsinya dari usus cepat dan praktis tuntas, secara rektal lebih
lambat. Dalam hati, zat ini diuraikan menjadi metabolit-metabolit toksis yang
diekskresi lewat kemih sebagai konjugat glukuronida dan sulfat. Efek samping tak
jarang terjadi antara lain hipersensitivitas dan kelainan darah. Parasetamol
termasuk dalam daftar obat kategori aman untuk wanita hamil juga selama laktasi
walaupun mencapai air susu ibu. Dosis dewasa untuk nyeri dan demam oral 2-3
kali sehari 0,5 gram, maksimum 4 gram/hari (Tjay dan Rahardja, 2002).
b.
antidemam, namun pada dosis tinggi lebih bekerja sebagai analgetik karena
bekerja dengan perintangan prostaglandin di ujung- ujung saraf. Pada umumnya
mulai kerjanya agak cepat, dalam 20-30 menit dan efeknya bertahan hingga 5 jam
(Tjay dan Rahardja, 1993). Asetosal dapat menimbulkan efek samping iritasi
lambung. Iritasi lambung akut kemungkinan berhubungan dengan gugus
karboksilat yang bersifat asam, sedangkan iritasi kronik dapat disebabkan oleh
Dekongestan
Dekongestan merupakan golongan simpatomimetika yang bekerja pada
reseptor adrenergik. Contoh dekongestan dalam obat flu antara lain: Efedrin,
Epinefrin, Fenilefrin HCl, Pseudoefedrin HCl (Tjay dan Rahardja, 2002).
a.
Efedrin
Efedrin
adalah
alkaloid
yang
diperoleh
dari
tumbuhan
efedra.
Farmakodinamik dari efedrin sama seperti amfetamin (tetapi efek sentralnya lebih
lemah) atau mirip seperti epinefrin. Di bandingkan dengan epinefrin, efedrin dapat
diberikan peroral, masa kerjanya jauh lebih lama, efek sentralnya lebih kuat dan
untuk terapi diperlukan efek yang lebih besar dari dosis epinefrin. Seperti
epinefrin, efedrin menimbulkan bronkodilatasi, tetapi efeknya lebih lemah dan
berlangsung lama.
Dalam klinis efedrin dapat digunakan sebagai dekongestan diberikan per
oral, efek samping efedrin sama seperti amfetamin, tetapi efek samping pada SSP
b
Efedrin
HCl
mempunyai
efek
bronkodilatasi
untuk
Dalam
tiap
tablet
prinasma(Medikon,
obat
antiasma)
Pseudoefedrin
Pseudoefedrin (PSE) adalah bentuk distereomer dari efedrin yang biasanya
efedra (Ma Huang, sama dengan efedrin), secara industri diperoleh dari hasil
fermentasi dektrosa dengan benzaldehid. Cina dan India merupakan negara
Industri pseudoefedrin terbesar didunia dan sebagian besar adalah untuk keperluan
ekspor.
Contoh obat yang mengandung pseudoefedrin (Hardjasaputra dkk, 2002):
a) Dalam tiap tablet Actifed (Glaxo, obat pilek) mengandung 60 mg
pseudoefedrin.HCl.
simpatomimetik
Pseudoefedrin.HCl
langsung maupun
mempunyai
tidak langsung
aktivitas
dan merupakan
tiap
tablet alerfed
(Guardian,
obat gangguan
pernafasan)
sirup
mengandung
30
mg
pseudoefedrin.HCl.
sirup
mengandung
30
mg
pseudoefedrin.HCl.