DisusunOleh:
Umur
Penyakit
Umur
Penyakit
Alergi
Difteri
Penyakit Jantung
Cacingan
Diare akut
Penyakit Ginjal
Demam
berdarah
Kejang
Penyakit Darah
Demam
Typhoid
Kecelakaan
Infeksi pernapasa
Otitis
Morbili
Parotitis
Operasi
Tuberkulosis
Bronchitis
E.RiwayatPenyakitKeluarga
Ibu pasien tidak memiliki riwayat penyakit kejang yang sama
dengan pasien pada saat kecil. riwayat epilepsi atau penyakit
sejenisnya juga disangkal. Riwayat penyakit hipertensi, gula, dan
alergi disangkal. Tidak terdapat riwayat alergi obat, alergi
makanan, penyakit jantung.
Ayah pasien memiliki riwayat penyakit serupa / kejang demam
pada saat kecil ketika usia 2 tahun. beberapa kali ayah pasien
mengalami keluhan yang sama yang didahului dengan demam.
Riwayat penyakit hipertensi, gula, dan alergi disangkal. Tidak
terdapat riwayat alergi obat, alergi makanan, penyakit jantung.
F.RiwayatKehamilansanKelahiran
Status obstetri ibu pasien P2A0, pasien merupakan anak kedua.
Selama kehamilan ibu pasien tidak mengalami masalah dalam
kehamilan. Ibu pasien diberi tablet besi dan harus diminum setiap
satu kali sehari selama kehamilan, ibu rajin mengkonsumsinya
dengan rutin ke klinik atau bidan terdekat hingga pasien lahir. Ibu
pasien tidak merokok dan minum-minuman alkohol. Kontrol
4
kehamilan setiap iga bulan sekali pada trimester awal kontrol ke
bidan, trimester kedua juga kontrol ke bidan, lalu pada trimester
terakhir sempat beberapa kali kontrol ke klinik bersalin.Kesan :
Kontrol rutin, janin tunggal, tidak terdapat kelainan pada
kehamilan
G.RiwayatPersalinan
ASI/PAS
Buah/Biskuit
I
BuburSusu
NasiTim
0 2 bulan
ASI
2 4 bulan
ASI
4 6 bulan
ASI
6 8 bulan
ASI
BUBUR SUSU -
J.ImunisasiDasar
Imunisasi dasar lengkap diberikan orangtua pasien, hanya saja
imunisasi campak baru akan diberikan 1 bulan yang akan datang.
K.Genogram
Tn.F
An.A
Ny.M
An.R
L.RiwayatSosialEkonomidanLingkunganSosial Ekonomi
Ayah pasien bekerja sebagai karyawan swasta dengan penghasilan
kurang lebih sama dengan UMR dari pemerintah. Ibu bekerja
sebagai ibu rumah tangga, mengurus kedua orang anak. Selama ini
orangtua mengaku tidak mengalami kesulitan yang berlebihan
dalam membesarkan kedua orang anaknya.
- Lingkungan
Pasien tinggal di lingkungan padat penduduk dengan sanitasi yang
baik. Pasien tinggal serumah dengan suami dan kedua oranng
anaknya. Rumah milik sendiri, ventilasi dikatakan cukup baik,
sumber air bersih baik, pencahayaan baik, pembuangan sampah
pada tempat pembuangan sampah, tidak memelihara hewan
didalam rumah, dan tidak terdapat pabrik atau industri dekat
rumah. Pasien juga cenderung hanya berada di dalam rumah
bersama ibunya. Ayah pasien merokok di dalam rumah.
III.PEMERIKSAANFISIK
Keadaan Umum : Tampak sakit sedangKesadaran : Compos
Mentis GCS 15 (E4M6V5) Tanda-tanda vital
- Suhu : 39 derajat celcius - Frekuensi nadi :104x
6
- Frekuensi napas
- Tekanan darah Kepala
Mata
Telinga Hidung Tenggorok Mulut Leher Jantung
Inspeksi Palpasi Perkusi
Auskultasi
Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi
Abdomen Inspeksi
Palpasi Perkusi Auskultasi
Ekstremitas Genitalia Tanda rangsang
: 24x: 100 / 60: Normochepal: Konjungtiva anemis (-/-), sklera
ikterik (-/-), Refleks cahaya (+/+),
pupil bulat isokor,: Normotia, serumen (-): Deviasi septum (-),
sekret (-), napas cuping hidung (-) : T1 - T1 tenang: Mukosa bibir
lembab: Pembesaran KGB (-), deviasi trakea (-)
: Iktus kordis tidak tampak: Iktus kordis teraba di sela iga V midklavikula sinistra : Batas atas jantung di sela iga 3 garis sternal kiri
Batas kanan jantung di sela iga 4 garis sternal kanan Batas kiri
Satuan
NilaiRujukan
Hemoglobin
L 9.3
g/dl
10,8 12,8
Hematokrit
L 30
35 - 43
Eritrosit
3.9
Juta/Ul
3,6 5,2
Leukosit
13.05
10^3/Ul
5,50 15,50
Trombosit
H 599
Ribu/Ul
229 - 553
Basofil
0-1
Eosinofil
1-3
Neutrofil Batang
0-8
Neutrofil Segmen
55
17-50
Limfosit
28
20-70
Monosit
1-11
LUC
H7
<4
HitungJenis
KimiaKlinik
Gas Darah +
Elektrolit
8
135
147
Natrium L 137
Mmol/L
Kalium
4.3
Klorida 106
Mmol/L 98 - 108
V.RESUME
Anak perempuan usia 8 bulan datang dengan keluhan kejang,
kejang pertama 3 jam SMRS berlangsung 1-2 menit. dan kejang
ketiga 1 jam SMRS selama 1 menit. Menurut orang tua pasien 2
hari SMRS pasien batuk, dan disusul dengan demam cukup tinggi
1hari SMRS mencapai 39,5o. Kejang di seluruh tubuh, dengan
tubuh kaku, tangan difleksikan ke arah dalam, kaki tegak lurus dan
kedua mata mendelik ke atas. Lalu pasien dibawa ke klinik
setempat dan diberikan stesolid via rectal, sebelum akhirnya di
rujuk ke RS. Sesak (-) Keluhan nyeri perut (-). BAB normal, BAK
normal, Napsu makan menurun saat sakit. pasien hanya
mengkonsumsi ASI
3 minggu yang lalu pasien mengalami keluhan yang sama. Kejang
berulang 2 kali durasi antara satu sampai dua menit. Dua bulan
yang lalu pasien dirawat di rumah sakit dengan diagnosis diare
akut dengan dehidrasi berat. dan sempat beberapa kali mengalami
infeksi saluran pernapasan akut. riwayat alergi dan asma disangkal.
Ayah pasien memiliki riwayat kejang demam saat usia 2 tahun.
Pasien sudah dapat duduk, merangkak, dan berdiri berpegangan,
juga sudah dapat mengucap ma dan pa. Riwayat imunisasi
dasar lengkap, campak belum imunisasi.
Pemeriksaan fisik didapatkan frekuensi nafas 24x/menit, suhu 39
C, nadi 112x, mukosa bibir kering. Pemeriksaan paru dan abdomen
normal. Status gizi BMI 15,625 kesan gizi kurang Dari
pemeriksaan lab terdapat HB9,3/HT 30/ ERI 3,9/ N Leu 13,05.
Pada hitung jenis Basofil 0/ Eosinofil 1/ Neutrofil batang 0/
Neutrofil Segmen 55/ Limfosit 28/ monosit 9/ LUC 7/. Pada kimia
klinik Na 137/ K 4,3/ Cl 106.
VI.DIAGNOSAKERJA
24/05/2016
S:
S:
Pasien batuk berdahak 2 hari SMRS, dahak bening. Sesak (-) demam (+) 39,5C Pasien batuk(+) berdahak b
di rumah. Kejang (+) terakhir 1 jam SMRS. Demam naik terus dan turun dengan Mual(-), muntah (-), BAB c
pemberian obat panas., Pilek (-), Mual(-), muntah (-), mimisan (-), gusi berdarah Nafsu makan menurun, pasi
(-),BAB lembek 1x, BAK (+) Nafsu makan menurun, pasien masih mau minum
O:
ASI.
O:
Mata : bulat,isokor,CA(-/-), SI(-/-), Refleks cahaya(+/+) Leher : pembesaran
KGB (-)THT : otore (-/-), rhinore (-/-)
Mata : bulat,isokor,CA(-/-),
KGB (-)THT : otore (-/-), rh
Cor : BJ I-II Normal Reguler M(-) G (-)Pulmo : Suara napas Vesikuler (+/+), RH
(-/-), WH (-/-) Abdomen : Supel, Turgor baik, BU (+)N, NT (-) Ekstremitas :
Cor : BJ I-II Normal Regule
Akral hangat, edema (-)Kulit : Turgor baik, CRT <2sHASIL LAB :
RH (-/-), WH (-/-) Abdomen
9,3/30/3.9/13.05/599
Akral hangat, edema (-)Kul
A:
A:
Kaen 3B 6 tpm
Kaen 3B 6 tpm
Zink
Lactobe
11
25/05/2016
26/05/2016
S:
S:
Pasien batuk(+) berdahak bening., sesak (-), Demam (-) Kejang (-). Pilek (-),
Mual(-), muntah (-), BAB cair 2x dengan ampas berwarna kuning, BAK (+)
Nafsu makan menurun, pasien masih mau minum ASI.
O:
O:
Cor : BJ I-II Normal Reguler M(-) G (-)Pulmo : Suara napas Vesikuler (+/+), RH
Mata : bulat,isokor,CA(-/-),
(-/-), WH (-/-) Abdomen : Supel, Turgor baik, BU (+)N, NT (-) Ekstremitas :
P:
IVFD Kaen 3B 6 tpm
A:
Zink 1x6 mg
Zink 1x6 mg
Lactobe 1x1
Lactobe 1x1
12
BABII
I.Definisi
Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan
suhu tubuh (suhu rektal >38oC) yang disebabkan oleh suatu proses
ekstrakranium. Menurut consensusstatmentonfebrileseizures
kejang demam adalah suatu kejadian pada bayi dan anak biasanya
terjadi antara umur 6 bulan sampai 5 tahun berhubungan dengan
demam tetapi tidak terbukti adanya infeksi intrakranial atau
penyebab tertentu. Definisi kejang demam menurut International
LeagueAgainstEpilepsy(ILAE) adalah kejang yang terjadi setelah
usia 1 bulan yang berkaitan dengan demam yang bukan disebabkan
oleh infeksi susunan saraf pusat, tanpa riwayat kejang sebelumnya
pada masa neonatus dan tidak memenuhi kriteria tipe kejang akut
lainnya misalnya karena keseimbangan elektrolit akut.
13
tinggi dan sekitar 80-90% dari seluruh kejang demam adalah
kejang demam kompleks. Di Jepang angka kejadian kejang demam
adalah 9-10%. Data di Indonesia belum ada secara nasional.
III.Etiologi
Kejang demam juga diturunkan secara genetik sehingga eksitasi
neuron terjadi lebih mudah . Pola penurunan genetik masih belum
jelas, namun beberapa studi menunjukkan keterkaitan dengan
kromosom tertentu seperti 19p dan 8q13-21, sementara studi lain
menunjukkan pola autosoml dominan.
Demam yang memicu kejang berasal dari proses ekstrakranial ,
paling sering disebabkan karena infeksi saluran napas akut, otitis
media akut, roseola, infeksi saluran kemih dan infeksi saluran
cerna.
IV.FaktorResikoFaktorDemam
Demam ialah hasil pengukuran suhu tubuh di atas 37,8oC aksila
atau di atas 38,3oC rektal. Demam dapat disebabkan oleh berbagai
sebab tetapi yang tersering pada anak disebabkan oleh infeksi dan
infeksi virus merupakan penyebab terbanyak. Demam merupakan
faktor utama timbulnya bangkitan kejang.
Kenaikan temperatur tubuh berpengaruh terhadap nilai ambang
kejang dan eksitabilitas neural karena kenaikan suhu tubuh
berpengaruh pada kanal ion dan metabolisme seluler serta produksi
ATP. Setiap kenaikan suhu tubuh satu derajat celsius akan
meningkatkan metabolisme karbohidrat sebesar 10-15%, sehingga
meningkatkan kebutuhan glukosa dan oksigen.
Demam tinggi akan mengakibatkan hipoksia jaringan termasuk
jaringan otak. Pada keadaan hipoksia, otak akan kekurangan energi
sehingga menggangu fungsi normal pompa Na+. Permeabilitas
17
!
VI.KlasifikasiKlasifikasiKejang
Gambar 2.2. Patofisiologi Kejang
Kejang adalah malfungsi singkat dari sistem listrik otak yang
terjadi karena muatan neuron kortikal. Kejang diklasifikasikan
menjadi dua yaitu kejang parsial dan kejang umum.
1. Kejang ParsialKejang parsial dimulai dengan pelepasan listrik di
satu daerah tertentu dari otak. Beberapa
hal berbeda dapat menyebabkan kejang parsial, misalnya cedera
kepala, infeksi otak, stroke, tumor, atau perubahan dalam cara
daerah otak dibentuk sebelum lahir (displasia kortikal). Penyebab
kejang parsial masih belum jelas tetapi faktor genetik mungkin
berperan. Kejang parsial diklasifikasikan lagi menjadi tiga yaitu
!
1. Kejang parsial sederhana
!
Gambar 2.4. Kejang Tonik-Klonik
20
2. Kejang atonik
- serangan drop
- biasa terjadi antara usia 2 dan 5 tahun
- Kejang ini terjadi tiba-tiba dan ditandai dengan kehilangan
tonus otot sementara dan kontrol postur
- Anak dapat jatuh ke lantai dengan keras dan tidak dapat
mencegah jatuh dengan menyangga tangan, sering terjadi kulai
kepala, sehingga dapat menimbulkan cedera serius pada wajah,
kepala, atau bahu
- Anak tidak atau dapat mengalami kehilangan kesadaran
sementara 3. Kejang akinetik
- adanya gerakan lemah tanpa kehilangan tonus otot
- Anak tampak kaku pada posisi tertentu dan tidak jatuh
- Anak biasanya mengalami gangguan atau kehilangan
kesadaran 4. Kejang mioklonik
- dapat terjadi dalam hubungannya dengan bentuk kejang
lain
- Kejang ini dicirikan dengan kontraktur tonik singkat dan
tiba-tiba dari suatu otot atau sekelompok otot
- Kejang terjadi sekali atau berulang tanpa kehilangan
kesadaran dengan jenis simetrik atau asimetrik KlasifikasiKejang
DemamSecara klinis, klasifikasi kejang demam dibagi menjadi
2.
3.
4.
5.
6.
1.
2.
Kejang fokal atau parsial satu sisi atau kejang umum didahului
kejang parsial
3.
4.
5.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Durasi
2.
Tipe kejang
3.
4.
Defisit neurologis
5.
6.
teraba panas dengan suhu 39,8oC. Anak tampak tidak sadar dan
tampak kaku atau bergetar pada tangan dan kaki pada salah satu
sisi atau seluruh tubuhnya. Mata anak tampak berputar atau
melihat kearah atas selama kejang berlangsung.
Anamnesis dan pemeriksaan fisis harus diarahkan untuk mencari
fokus infeksi penyebab demam, tipe kejang, serta pengobatan yang
2.
3.
4.
5.
6.
1.
2.
4.
1.
2.
Paresis nervus VI
5.
3. Papiledema 4.
Secara umum, perlu tidaknya pemeriksaan penunjang dilakukan
dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
25
Tabel 2.2. Pemeriksaan Penunjang Pada Kejang yang Disertai
Demam
Tipe
Elektroensefalogr
Lumbal
afi
(EEG)
Ya Tidak Tergantun
gTergantun
Tidak
Tidak
gTidak Tidak
Tidak Tidak
Ya Tidak
Pencitraan Lab
Tidak - Tidak Tidak - Tidak Mungkin,tidak mendesak
-
2.
3.
27
Tatalaksana kejang demam dan kejang secara umum yaitu tampak
pada bagan berikut ini:
!
Gambar 2.5. Tatalaksana Kejang Demam
Pencegahan berulangnya kejang demam perlu dilakukan karena
sering berulang dan menyebabkan kerusakan otak yang menetap.
Ada 2 cara profilaksis yaitu proflaksis intermiten pada waktu
demam dan profilaksis terus-menerus dengan antikonvulsan setiap
hari.
1. Profilaksis IntermitenAntikonvulsan hanya diberikan pada
2.
kandung
3.
4.
kemudian.
XI.Prognosis
Prognosis kejang demam baik, kejang demam bersifat
benigna.Angka kematian hanya 0,64% - 0,75%. Sebagian besar
penderita kejang demam sembuh sempurna, sebagian berkembang
menjadi epilepsi sebanyak 2-7%. Kejang demam juga dapat
mengakibatkan gangguan tingkah laku serta penurunan intelegensi
dan pencapaian tingkat akademik.
1. Kemungkinan berulangnya kejang demamKejang demam akan
berulang kembali pada sebagian kasus. Anak dengan kejang
demam memiliki kemungkinan 30-50% mengalami kejang demam
berulang dan 75%nya terjadi dalam satu tahun setelah awitan yang
pertama. Resiko rekuensi bertambah bila : Kejang demam
terjadi <1 tahun, resiko berulang adalah 50%. Kejang demam
terjadi >1
tahun, resiko berulang adalah 28%Riwayat keluarga kejang
demam atau epilepsiCepatnya kejang setelah demamKejang
yang terjadi pada suhu tidak terlalu tinggi (38oC)
Adanya keempat faktor tersebut meningkatkan resiko kejang
demam berulang hingga 80%. Namun bila tidak satupun faktor
diatas ditemukan, kemungkinan berulang 10-15%. Kemungkinan
berulangnya kejang demam paling besar adalah pada tahun
pertama.
2. Kemungkinan mengalami kecacatan atau kelainan neurologis
Perkembangan mental dan neurologis umumnya tetap normal pada
pasien yang
sebelumnya normal. Adapun kelainan neurologis terjadi pada
sebagian kecil kasus dan kelainan ini biasanya terjadi pada kasus
dengan kejang lama atau kejang berulang baik umum atau fokal.
30
3. Faktor resiko terjadinya epilepsiFaktor resiko lain adalah
terjadinya epilepsi dikemudian hari. Anak yang mengalami
kejang demam simpleks tidak memiliki resiko lebih tinggi
mengidap epilepsi dibandingkan populasi normal. Resiko epilepsi
dikemudian hari akan meningkat apabila terdapat : Kelainan
neurologis atau kelainan perkembangan yang jelas sebelum kejang
demam
pertamaKejang demam kompleksRiwayat keluarga epilepsi
Kejang demam sebelum usia 9 bulan
Adanya satu faktor resiko meningkatkan kemungkinan epilepsi
menjadi 4-6% sementara bila terdapat beberapa faktor resiko
sekaligus kemungkinan naik hingga 10-49%. Pemberian
profilaksis terus-menerus tidak dapat menurunkan resiko kejadian
epilepsy.
4. Kemungkinan mengalami kematianKematian setelah kejang
demam adalah hal yang sangat jarang terjadi bahkan pada
anak resiko tinggi sekalipun.
31
DAFTARPUSTAKA
1.
2.
3.
32