C. ETIOLOGI
Penyebabnya belum dapat diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa faktor yang
diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan angka kejadian ASD.
Faktor-faktor tersebut diantaranya :
1. Faktor Prenatal
Ibu menderita penyakit infeksi rubella
Ibu alkoholisme
Umur ibu lebih dari 40 tahun
Ibu meminum obat-obatan penenang atau jamu
2. Faktor Genetik
Anak yang lahir sebelumnya menderita Penyakit Jantung Bawaan
Ayah atau ibu menderita Penyakit Jantung Bawaan
Kelainan kromosom misalnya Sindroma Down
Lahir dengan kelainan bawaan lain
3. Faktor Hemodinamik
Tekanan di atrium kiri lebih tinggi dari pada tekanan di natrium kanan sehingga
memungkinkan aliran darah dari atrium kiri ke atrium kanan.
D. MANIFESTASI KLINIS
Sebagian besar penderita ASD tidak menampakkan gejala (asimptomatik) pada masa
kecilnya, kecuali pada ASD besar yang dapat menyebabkan kondisi gagal jantung di
tahunpertama kehidupan pada sekitar 5% penderita.Kejadian gagal jantung meningkat
pada dekade ke-4 dan ke-5, dengan disertai adanya gangguan aktivitas listrik jantung
(aritmia). Gejala yang muncul pada masa bayi dan kanak-kanak adalah adanya infeksi
saluran nafas bagian bawah berulang, yang ditandai dengan keluhan batuk dan panas hilang timbul
(tanpa pilek).
Selain itu gejala gagal jantung (pada ASD besar) dapat berupa sesak napas, kesulitan
menyusu, gagal tumbuh kembang pada bayi atau cepat capai saat aktivitas fisik pada
anak yang lebih besar.Selanjutnya dengan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
seperti elektro-kardiografi (EKG), rontgent dada dan echo-cardiografi, diagnosis ASD
dapat ditegakkan.
Gejalanya bisa berupa :
1.
2.
3.
4.
5. Pada kelainan yang sifatnya ringan sampai sedang, mungkin sama sekali tidak
ditemukangejala atau gejalanya baru timbul pada usia pertengahan aritmia.
6. Kelelahan / mudah lelah
7. Berkumpulnya darah dan cairan pada paru
8. Berkumpulnya cairan pada bagian bawah tubuh
E. PATOFISIOLOGI
Penyakit dari penyakit jantung kongentinal ASD ini belum dapat dipastikan
banyak kasus mungkin terjadi akibat aksi trotogen yang tidak diketahui dalam
trisemester pertama kehamilan saat terjadi perkembangan jantung janin. Pertama
kehidupan status, saat struktur kardiovaskuler terbentuk kecuali duktus arteriosis
paten yaitu saluran normal untuk status yang harus menututp dalam beberapa hari
pertama.
Darah artenal dari atrium kiri dapat masuk ke atrium kanan melalui defek
sekat ini. Aliran ini tidak deras karena perbedaan tekanan pada atrium kiri dan kanan
tidak begitu besar (tekanan pada atrium kiri 6 mmHg sedang pada atrium kanan 5
mmHg) . Adanya aliran darah menyebabkan penambahan beban pada ventrikel kanan,
arteri pulmonalis, kapiler paru-paru dan atrium kiri. Bila shunt besar, maka volume
darah yang melalui arteri pulmonalis dapat 3-5 kali dari darah yang melalui aorta.
Dengan bertambahnya volume aliran darah pada ventrikel kanan dan arteri
pulmonalis. Maka tekanan pada alatalat tersebut naik., dengan adanya kenaikan
tekanan, maka tahanan katup arteri pulmonalis naik, sehingga adanya perbedaan
tekanan sekitar 15 -25 mmHg. Akibat adanya perbedaan tekanan ini, timbul suatu
bising sistolik ( jadi bising sistolik pada ASD merupakan bising dari stenosis relatif
katup pulmonal ). Pada valvula trikuspidalis juga ada perbedaan tekanan, sehingga
disini juga terjadi stenosis relatif katup trikuspidalis sehingga terdengar bising
diastolik.
Karena adanya penambahan beban yang terus menerus pada arteri pulmonalis,
maka lama kelamaan akan terjadi kenaikan tahanan pada arteri pulmunalis dan
akibatnya akan terjadi kenaikan tekanan ventrikel kanan yang permanen. Tapi
kejadian ini pada ASD terjadinya sangat lambat ASD I sebagian sama dengan ASD II.
Hanya bila ada defek pada katup mitral atau katup trikuspidal, sehingga darah dari
3
ventrikel kiri atau ventrikel kanan mengalir kembali ke atrium kiri dan atrium kanan
pada waktu systole. Keadaan ini tidak pernah terjadi pada ASD II.
Arah shunt pun bisa berubah menjadi dari kanan kekiri sehingga sirkulasi
darah sistemik banyak mengandung darah yang rendah oksigen akibatnya terjadi
hipoksemi dan sianosis.
F. PATHWAY
Untuk mengetahui bagaimana terjadinya defect pada sekat septum atriorum, maka
kita harus mengetahui srkulasi darah jantung pada janin.
Curah jantung
Ketidakadekuatan
Hipoksia
O2
Kelemahan
dan jaringan
nutrisi ke jaringan
4
Vol. ventrikel dextra
BB rendah/tidak bertambah,
pertumbuhan
perkembangan
Dx
3 : gangguan
Dx 1 dan
: penurunan
pertumbuhan
dan perkembangan
DxPeningkatan
4 : kerusakanaliran
pertukaran
Edema
paru
Heart
rate
meningkat
Preload
lambat CO
gasdarah pulmonal
Akral dingin
Dx 2 :
intoleransi
aktivitas
TD
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
ASD kecil tidak perlu oprasi karena tidak menyebabkan gangguan hemodinamik atau
bahaya endokarditis infektif.ASD besar perlu tindakan bedah yang dianjurkan dilakukan
dibawah umur 6 tahun (pra sekolah).Walaupun setelah operasi kemungkinan ventrikel
kanan masih menunjukkan dilatasi.Hal ini karena komplien otot jantung sudah
berkurang.Pada penutupan spontan ASD sangat kecil kemungkinannya sehingga operasi
sangat berarti.Defek fosa ovalis atau defek atrioventrikuler dengan komplikasi ditutup
dengan bantuan mesin jantung paru.
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1) Pengkajian Umum
b. Keluhan Utama
Keluhan orang tua pada waktu membawa anaknya ke dokter tergantung dari
jenis defek yang terjadi baik pada ventrikel maupun atrium, tapi biasanya
terjadi sesak, pembengkakan pada tungkai dan berkeringat banyak.
c. Riwayat Kesehatan
a) Riwayat kesehatan sekarang
Anak mengalami sesak nafas berkeringat banyak dan pembengkakan
pada tungkai tapi biasanya tergantung pada derajat dari defek yang
terjadi.
b) Riwayat kesehatan lalu
Prenatal History
Diperkirakan adanya keabnormalan pada kehamilan ibu
(infeksi virus Rubella), mungkin ada riwayat pengguanaan
ejeksi sistolik akan meningkat, murmur diastolic akibat regurgitasi pulmonal dapat
muncul. Sianosis dan clubbing finger berhubungan dengan terjadinya pirau kanan ke
kiri.
c) Pada orang dewasa dengan ASD dan fibrilasi atrial, hasil pemeriksaan dapat
dipusingkan dengan mitral stenosis dengan hipertensi pulmonal karena murmur
diastolik tricuspid dan bunyi jantung 2 yang melebar.
3) Pemeriksaan Penunjang
a) Foto Ronsen Dada Pada defek kecil gambaran foto dada masih dalam batas normal.
Bila defek bermakna mungkin tampak kardiomegali akibat pembesaran jantung
kanan. Pembesaran ventrikel ini lebih nyata terlihat pada foto lateral.
b) Elektrokardiografi Pada ASD I, gambaran EKG sangat karakterstik dan patognomis,
yaitu sumbu jantung frontal selalu kekiri. Sedangkan pada ASD II jarang sekali
dengan sumbu Frontal kekiri.
c) Katerisasi Jantung Katerisasi jantung dilakukan defek intra pad ekodiograf tidak
jelas terlihat atau bila terdapat hipertensi pulmonal pada katerisasi jantung terdapat
peningkatan saturasi O2 di atrium kanan dengan peningkatan ringan tekanan ventrikel
kanan dan kiri bil terjadi penyakit vaskuler paru tekanan arteri pulmonalis, sangat
meningkat sehingga perlu dilakukan tes dengan pemberian O2 100% untuk menilai
resensibilitas vasakuler paru pada Syndrome ersen menger saturasi O2 di atrium kiri
menurun.
d) Eko kardiogram Ekokardiogram memperlihatkan dilatasi ventrikel kanan dan
septum interventrikular yang bergerak paradoks. Ekokardiogrfi dua dimensi dapat
memperlihatkan lokasi dan besarnya defect interatrial pandangan subsifoid yang
paling terpercaya prolaps katup netral dan regurgitasi sering tampak pada defect
septum atrium yang besar.
e) Radiologi Tanda tanda penting pad foto radiologi thoraks ialah:
B. Diagnose Keperawatan
1. Penurunan curah jantung b.d perubahan dalam rate, irama, konduksi jantung,
menurunnya preload
2. Intoleransi aktivitas b.d hipoksia
3. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b.d tidak adekuatnya suplai oksigen dan
zat nutrisi ke jaringan.
4. Kerusakan pertukaran gas b.d edema peru
C. Intervensi Keperawatan
Diagnosa
1 Penurunan
curah jantung
b.d perubahan
rate, irama,
konduksi
jantung
Tujuan/criteria
hasil
T : klien
memperlihatkan
peningkatan
curah jantung
KH : denyut
jantung kuat,
teratur, dan
dalam batas
normal
Intervensi
Rasional
-
Biasanya terjadi
tachycardia
untuk
mengkompensas
i penurunan
kontraktilitas
jantung.
Auskultasi
nadi
apical,
frekuensi, irama jantung.
S1 dan s2
lemah, karena
menurunnya
kerja pompa S3
sebagai aliran ke
dalam serambi
yaitu distensi.
S4 menunjukkan
inkopetensi atau
stenosis katup.
Palpasi
nadi
perifer.
Untuk mengetahui fungsi pompa jantung
yang sangat dipengaruhi oleh CO
dan pengisisan jantung.
Untuk
mengetahui
fungsi pompa
jantung yang
sangat
dipengaruhi oleh
CO dan
pengisisan
jantung.
kaji
Dengan
menurunnya CO
mempengaruhi
suplai darah ke
ginjal yang juga
mempengaruhi
pengeluaran
hormone
aldosteron yang
berfungsi pada
proses
pengeluaran
urine.
Menunjukkan
tidak adekuatnya
perfusi serebral
sekunder
terhadap
penurunan curah
jantung.
Memperbaiki
insufisiensi
kontraksi
jantung dan
menurunkan
kebutuhan
oksigen dan
penurunan
venous return.
Membantu
dalam proses
kimia dalam
tubuh.
Pantau
keluaran
urine,
catat
penurunan keluaran, dan kepekatan
atau konsentrasi urine.
2 Intoleransi
aktivitas
b.d hipoksia
T : klien
menunjukkan
perbaikan curah
jantung yang
terlihat dari
aktivitas klien
10
Untuk
memberikan
informasi
tentang
energi cadangan
dan
respon untuk
3 Gangguan
pertumbuhan
dan
perkembanga
n b.d tidak
adekuatnya
suplai oksigen
dan zat nutrisi
ke jaringan.
T : Memberikan
support
untuk tumbuh kembang
KH : Anak akan tumbuh
sesuai
dengan
kurva pertumbuhan
berat dan tinggi
badan
-
11
beraktivitas
Untuk
meningkatkan
istirahat dan
menghemat
energy
Karena
hipertemia/hipot
erma dapat
meningkatkan
kebutuhan
oksigen
4
Kerusakan
pertukaran
gas b.d
edema paru
T: dalam waktu 3
x 24 jam setelah
diberikan
intervensi terjadi
perbaikan
dalam pertukaran
gas
KH:
- Melaporkan
penurunan
dispnea
- Menunjukan
perbaikan
dalam laju
aliran
ekspirasi
- Menggunakan
peralatan
oksigen
dengan tepat
ketika
dibutuhkan
- Menunjukan
gas-gas darah
arteri yang
normal
12
Bronkodilator
mendilatasi jalan
napas dan
membantu
melawan edema
mukosa bronkial
dan spasme
muscular
Mengkombinasi
kan medikasi
dengan
aerosolized
bronkodilator
nebulisasi
biasanya
digunakan untuk
mengendalikan
bronkokonstriksi
Teknik ini
memperbaiki
ventilasi dengan
membuka jalan
napas dan
membersihkan
jalan napas dari
sputum
Oksigen akan
memperbaiki
hipoksemia.
Diperlukan
observasi yang
cermat terhadap
aliran atau
presentase yang
diberikan dan
efeknya pada
pasien. jika
pasien
mengalami
retensi CO2
kronis, maka ada
perangsangan
bernapas.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Defek septum atrial atau Atrial Septal Defect (ASD) adalah gangguan septum atau
sekat antara rongga atrium kanan dan kiri.Septum tersebut tidak menutup secara
sempurna dan membuat aliran darah atrium kiri dan kanan bercampur.
B. Saran
Hendaknya dalam memberikan asuhan keperawatan, mahasiswa dapat menerapkan
teori dan keterampilan yang diperoleh dibangku kuliah sehingga dapat terjadi
kesinambungan dan keterikatan yang erat antara teori dan praktek nyata pada pasien di
rumah sakit juga diharapkan agar mahasiswa/i dapat mengadakan pembaharuan melalui
pendidikan tinggi keperawatan.
14