FAKULTAS KEDOKTERAN
REFERAT
AGUSTUS 2016
AGNE VULGARIS
Oleh :
Adecitra Ashari, S.Ked.
K1A1 12 034
Pembimbing
dr. Nelly Herfina Dahlan, M.Kes., Sp.KK.
ACNE VULGARIS
Adecitra Ashari, Nelly Herfina Dahlan
I. PENDAHULUAN
Akne vulgaris merupakan penyakit kulit yang banyak sekali dijumpai,
begitu juga pada masyarakat kita di Indonesia. Walaupun akne vulgaris tidak
membahayakan kehidupan tetapi sering menjadi masalah kosmetik pada bentuk
akne vulgaris yang berat akibat skar yang ditimbulkan, dan tidak jarang menjadi
keluhan psikologis penderita terhadap lingkungan sosial sekelilingnya, bahkan
menyebabkan kurang percaya diri pada individu tersebut. Beberapa penelitian
yang berhubungan dengan akne vulgaris menyimpulkan bahwa penderita akne
vulgaris mengalami masalah emosional sebagai akibat dari penyakitnya.
Penelitian yang dilakukan Abdel-Hafez dkk (2009) menunjukkan gejala
psikiatrik seperti kecemasan, depresi, paranoid, dan psikotik yang berhubungan
dengan akne vulgaris dan berefek negatif pada kualitas hidup penderita. Rehn
dkk (2008) melaporkan bahwa keinginan untuk bunuh diri lebih banyak pada
penderita akne vulgaris. Penelitian cross-sectional pada sekitar 10.000 remaja di
Selandia Baru
muka, bahu, bagian atas dari ekstremitas superior, dada, dan punggung. 2, 3
EPIDEMIOLOGI
Pada umumnya insiden akne terjadi pada usia 14-17 tahun pada wanita dan
16-19 tahun pada laki-laki, dengan lesi predominan adalah komedo dan
papul.Rothman 1997 mengatakan akne sudah timbul pada anak usia 9 tahun
namun puncaknya pada laki-laki terutama usia 17-18 tahun sedangkan wanita
usia 16-17 tahun. Dengan bertambahnya umur angka kejadiannya berangsur
2
beredar dalam darah yang dapat menyebabkan hiperplasia dan hipertrofi dari
glandula sebasea. 2
IV.
ETIOPATOGENESIS
Terdapat empat pathogenesis paling berpengaruh pada timbulnya akne
vulgaris, yaitu:
1. Hiperkeratosis dari infrainfundibulum dan duktus kelenjar sebasea
Hiperproliferasi epidermal folikuler menyebabkan terbentuknya lesi
primer akne, yaitu mikrokomedo. Epitel folikel rambut bagian atas,
infundibulum, menjadi hiperkeratotik dan disertai peningkatan kohesi
keratinosit. Peningkatan sel dan kepekatannya menyebabkan sumbatan pada
ostium folikuler. Sumbatan ini menyebabkan terjadinya akumulasi keratin,
sebum dan bakteri pada folikel, yang kemudian menyebabkan dilatasi pada
folikel rambut bagian atas, dan terjadi mikrokomedo. 3
Mekanisme yang mendasari hiperproliferasi keratinosit masih belum jelas.
Namun hipotesis yang menonjol adalah stimulasi androgen, defisiensi asam
linoleat lokal pada folikel, pengaruh aktivitas IL-1 sebagai faktor utama yang
terlibat dalam hiperkeratinisasi folikel. 3
a. Hormon androgen
Hormon androgen memegang peranan penting pada patogenesis
akne. Peningkatan kadar androgen (testosterone, androsteroindione,
dehydroepiandrosterone sulphate) pada perempuan yang mengalami akne
vulgaris ditemukan pada beberapa penelitian. Hormon androgen
meningkatkan produksi sebum dan keratosis folikular yang merupakan
kunci utama etiologi akne vulgaris. Hormon androgen menstimulasi
3
Dihydrotestosterone
(DHT)
merupakan
hormon
androgen poten memerankan peranan penting pada akne vulgaris. 1,3 Pada
gambar
memperlihatkan
jalur
fisiologik
konversi
dehydroepiandrosterone sulfate (DHEAS) menjadi androgen DHT, 17dihidroksisteroid dehidrogenase dan 5-reduktase adalah enzim yang
bertanggung jawab terhadap konversi DHEAS menjadi DHT. Hormon
androgen seperti testosteron dan DHT membentuk kompleks dengan
nuclear androgen receptors. Kompleks androgen/reseptor kemudian
berinteraksi dengan DNA dalam nukleus sel-sel sebasea untuk regulasi
gen yang terlibat dalam pertumbuhan sel dan produksi lipid. Gen target
yang tepat belum di identifikasi tapi kemungkinan termasuk gen untuk
berbagai faktor pertumbuhan dan enzim yang terlibat dalam produksi
lipid. 1
dari
infundibulum
seperti
yang
terlihat
pada
adalah
enzim
yang
berperan
mengubah
prekursor
lipase
yang
dihasilkan
dapat
memecah
diacylgliserol
dan
adalah
phospatase,
neuroamidase,
deoxyribonuclease
dan
Mikrokomedo
hiperkeratosis
infundibulum
Kohesi korneosit
Sekresi sebum
Komedo
Akumulasi korneosit
dan sebum
Dilatasi ostium folikel
-
Papul/pustul mengalami
inflamasi
Perluasan lebih jauh di
dalam folikel
Proliferasi P.Acnes
Inflamasi perifolikuler
Nodul
Rupturnya dinding
folikel
Inflamasi perifolikular
Pembentukan scar
Gambar 3. Gambaran lesi pada Akne vulgaris. (A) Komedo tertutup (closed
comedo) (B) Komedo Terbuka (open comedo), (C) Papul yang mengalami
inflamasi, (D) Nodul 3
Gambar 4. Akne Vulgaris, Ringan sampai berat. (A) gambaran wajah bawah
dengan komedo, papul, pustul, dan scar. (B) di bagian wajah memperlihatkan
komedo terbuka (large comedones) yang besar dan papul yang inflamasi serta
pustul yang menjadi konfluen, membentuk plak eritematous
Scar dapat merupakan komplikasi dari akne, baik akne non-inflamasi
maupun inflamasi. Ada empat tipe scar karena akne, yaitu : scar icepick,
rolling, boxcar, dan hipertropik. Scar icepick adalah scar yang dalam dan
sempit, dengan bagian terluasnya berada pada permukaan kulit dan semakin
meruncing menuju satu titik ke dalam dermis. Scar rolling adalah scar yang
dangkal, luas, dan tampak memiliki undulasi. Scar boxcar adalah scar yang
luas dan berbatas tegas. Tidak seperti scar icepick, lebar permukaan dan dasar
scar boxcar adalah sama. Pada beberapa kejadian yang jarang, terutama pada
truncus, scar yang terbentuk dapat berupa scar hipertropik. 3
VI.
Gambar 5. Scar Akne Vulgaris (A) scar ice pick (B) scar boxcar (C) scar Rolling
(D) scar hipertrofik
DIAGNOSIS
10
bukan merupakan indikasi untuk penderita akne vulgaris, kecuali jika dicurigai
adanya hiperandrogenisme. 7, 8
VII.
KLASIFIKASI
Selama ini, tidak terdapat standar internasional untuk pengelompokan dan
sistem grading akne. Hal ini tidak jarang menimbulkan kesulitan dalam
pengelompokan akne. Saat ini, terdapat lebih dari 20 metode berbeda yang
digunakan untuk mengklasifikasikan tingkat keparahan akne.2
Klasifikasi secara klinik dapat didasarkan:
a. Tingkat keseluruhan (overall grading)
Ada beberapa metode, tetapi yang sering digunakan adalah metode
Pillsbury, shely dan Kligman. Pillsbury dan kawan kawan membagi berat
ringannya akne berdasarkan ada/tidaknya peradangan. 2
Klasifikasi Akne vulgaris menurut Pillsbury, Shelly, dan Kligman:
1) Derajat 1 : Komedo dan beberapa kista kecil pada wajah
2) Derajat 2: Komedo dengan beberapa pustul dan kista kecil pada wajah
3) Derajat 3: banyak komedo, papul dan pustul inflamasi kecil dan besar,
lebih luas tetapi berbatas pada wajah
4) Derajat 4: banyak komedo dan lesi-lesi dalam yang dapat menyatu,
melibatkan wajah dan tubuh bagian atas.
b. Penghitungan Lesi
Dalam usaha mengukur secara kuantitatif , Witwoski dan Simons
menghitung lesi yang ada dan jumlah lesi tersebut di anggap sebagai
suatu skor. Michaelson dan kawan-kawan membagi derajat keberhasilan
pengobatan akne akne dengan cara menghitung semua lesi yang ada dan
membandingkan skor total sesudah dan sebelum terapi, 2
Untuk penafsiran akne, baik secara kualitatif maupun kuantitatif, Plewig
dan Kligman membagi akne (di muka) menjadi 3 tipe: 2
1) Akne komedonal
a) Grade 1 : Kurang dari 10 komedo pada tiap sisi wajah
b) Grade 2 : 10-25 komedo pada tiap sisi wajah
c) Grade 3 : 25-50 komedo pada tiap sisi wajah
d) Grade 4 : Lebih dari 50 komedo pada tiap sisi wajah
2) Akne papulopustul
11
1,2
12
b. Akne rosasea
Secara tipikal akne rosasea berupa pustul non folikular, dan tidak di
jumpai komedo. Rosasea lebih sering dijumpai pada perempuan berkulit
putih dan perempuan pada usia decade ketiga dan keempat. Pada laki-laki
lebih sering dijumpai dengan hiperplasia jaringan kolektif dan sebaseous
hidung (Rhynophyma), yang merupakan komplikasi dari rosasea kronik. 1, 7
Gambar 8. Folikulitis3
13
d. Dermatitis Perioral
Merupakan suatu suatu kelainan dengan etiologi yang belum
diketahui. Bisa dijumpai pada perempuan muda berkulit putih dengan
gambaran papulopustul dengan dasar eritematous. Tidakdijumpai komedo.
Sering disertai dengan sensasi terbakar, gatal dan terasa kering, erupsi ini
predominan di perioral, dengan karakteristik di sudut bibir, tetapi dapat
juga terdapat pada perinasal dan area periorbital. Perubahan histologi
seperti halnya dijumpai pada rosasea. 1
PENCEGAHAN
1. Diet rendah lemak dan karbohidrat. Meskipun hal ini diperdebatkan
efektivitasnya, namun bila pada anamnesis menunjang, hal ini dapat
dilakukan,
serta
melakukan
perawatan
kulit
untuk
membersihkan
14
X.
PENGOBATAN
Pengobatan akne didasarkan pada gradasi (berat-ringan) akne.11
Pilihan
pertama
Alternati
f
Alternatif
Untuk
perempua
Ringan
Komedonal
Papular/
pustular
Retinoid
Retinoid
topikal
Topikal
+
Antimikroba
Topikal
Sedang
Papular/pustula
Nodular
r
Antibiotik oral
Antibiotik
+ Retinoid
oral + retinoid
topikal
topikal
+/- BPO
+/- BPO
Alt. retinoid
topical
atau
azelaic acid
atau
asam salisilat
Isotretionin
oral
Atau
Alt. Antibiotik
oral + Alt.
retinoid topikal
+/- BPO/
azelaic acid
Isotretionin
oral
Lihat pilihan
pertama
Anti androgen
oral + retinoid
topikal +/-
Anti androgen
oral + retinoid
topikal +/-
Antiandrogen oral
dosis tinggi +
Lihat pilihan
pertama
Berat
Nodular/
konglobata
Isotretionin
oral
15
BPO
n
Terapi
Maintenan
s
Retinoid Topikal
antibiotik oral
+/- Alt.
antimikroba
retinoid
topikal +/Alt.
Antimikroba
topikal
a. Pengobatan Topikal
1. Retinoid
Retinoid adalah suatu obat keras yang dapat menyebabkan eritema
hebat dengan pengelupasan kulit, biasanya disertai rasa seperti tersengat
atau terbakar. Pada permulaan, penderita dianjurkan untuk memakai obat
sekali sehari pada malam hari. Bila tidak terjadi eritema dan deskuamasi
setelah 5 hari, obat dapat dipakai 2 kali sehari. Efeknya tergantung pada
konsentrasi, bahan dasar yang dipakai, jenis kulit yang diobati, dan umur
penderita. Pada umumnya hasil terapi baru tampak setelah 8 minggu
pengobatan.2
Cara kerja:
- Komedolitik, mencegah sel-sel tanduk melekat satu sama lain dengan
menghambat
-
16
penderita
Tidak menyebabkan bertambah hebatnya (flare-up) akne pada bulan
pertama pengobatan
Mengeringkan pustul lebih cepat daripada retinoid
Pada bentuk komedo, kurang efektif dibandingkan retinoid
Kombinasi Benzoil peroksida dan retinoid akan menciptakan efek
4. Azelaic acid
Suatu dikarboksilik yang dapat mengurangi jumlah C. acnes. 2
Efeknya:
- Sama dengan benzoil peroksida, vitamin A asam, eritromisin topikal
dan tetrasiklin oral
- Mengurangi granula keratohialin pada saluran pilosebasea
- Sifat iritasinya lebih kecil dan dapat ditolerir dengan baik
- Mempunyai efek anti-inflamasi
5. Asam-asam Alfa Hidroksi (AAAH)
Mekanisme kerja:2
Konsentrasi rendah: mengurangi kohesi korneosit berguna untuk lesi
yang tidak meradang.
Konsentrasi tinggi:
- Epidermolisis sub-korneal atap pustul pecah
- Dermis: mensintesa kolagen baru.
Efek asam alfa hidroksi tergantung pada macam, konsentrasi, vehikulum,
waktu pajanan, dan kondisi-kondisi lain.
b. Pengobatan oral
1. Antibiotik oral
Karena obat-obat ini digunakan untuk jangka waktu lama,
toksisitasnya harus rendah. Dalam hal ini, tetrasiklin merupakan
antibiotik primer sebab sudah diketahui efektivitasnya dan toksisitasnya.
Nampaknya eritromisin juga mempunyai efek terapi yang sama dan
cukup aman.2
a) Tetrasiklin
Yang paling dikenal adalah tetrasiklin HCl, Doksisiklin, Minosiklin. 2
- Efektif terhadap C. acnes in vitro
18
bakteri
Terkonsentrasi pada tempat peradangan.
oral,
19
mg/kg/hari. Efek
samping: gangguan selaput lendir dan kulit seperti keilitis, serosis, dan
perdarahan hidung. Isotretionin bersifat teratogenik. 2
c. Tindakan khusus
1. Ekstraksi komedo
Ekstraksi komedo merupakan pengangkatan komedo dengan
menekan daerah sekitar lesi dengan menggunakan alat ekstraktor dapat
berguna dalam mengatasi akne. Secara teori, pengangkatan komedo
2.
3.
4.
5.
tiap lesi tidak lebih dari 0,1 ml untuk mencegah terjadinya atrofi.1
6. Laser LHE (Light Heat Energy)
Adalah jenis laser non ablatif yang mengkombinasikan energi
cahaya dan panas untuk mempengaruhi lapisan dermis tanpa menimbulkan
rasa sakit. LHE digunakan untuk,
Panjang gelombang
terhadap reaksi anti inflamasi dan mengurangi nyeri terkait akne. Panas
tambahan juga mempercepat waktu reaksi dan mengintensifkan proses
kimia dasar yang terkait dengan pelepasan singlet oxygen dari foto eksitasi
porfirin. 12, 13
7. Dermabrasi/mikrodermabrasi
Dermabrasi dan mikrodermabrasi merupakan teknik resufacing
wajah dengan mengikis kulit yang rusak secara mekanis untuk
meningkatkan reepitelisasi. Dermabrasi secara komplit menghilangkan
lapisan dermis dan berpenetrasi ke lapisan dermis pars papiler atau
retikuler,
menginduksi
pembentukan
struktur
protein
kulit.
XI.
PROGNOSIS
Umumnya prognosis baik, akne vulgaris umumnya sembuh sebelum
mencapai usia 30-40 an. Jarang terjadi akne vulgaris yang menetap sampai tua
atau mencapai gradasi sangat berat sehingga perlu di rawat inap di rumah sakit. 8
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Anwar AI. 2013. tatalaksana Akne Vulgaris. Penerbit dua satu. Makassar
2. Harahap M. 2013. Ilmu Penyakit Kulit. Penerbit Hipocrates. Jakarta
3. Fitzpatrick, TB. 2008. Fitzpatricks Dermatology in General Medicine Seventh
Edition
4. Tjekyan RM. 2008. Kejadian dan Faktor Resiko Akne Vulgaris. M Med indones
Volume 43, Nomor 1;
5. Zouboulis CC, Eady A, Philpott M, Goldsmith LA, Orfanos C, cunliffe WC,
Rosenfield R. 2005. What is the pathogenesis of acne?. Experimental
dermatology 14:143-152
6. Zouboulis CC. 2004. Acne and sebaceous Gland function. Clinics in
dermatology 22:360-366
7. Siregar. 2004. Atlas berwarna Saripati penyakit kulit edisi 2. Penerbit buku
kedokteran EGC
8. Wasitaatmadja SM, 2010. Akne, erupsi akneformis, rosasea, rinofima, dalam
Djuanda A, Ilmu penyakit kulit dan Kelamin edisi ke enam. Badan penerbit
FKUI
9. Adityan B, Kumari R, Thappa DM. 2009. Scoring system in acne vulgaris.Indian
J DermatolVenerol Leprol Vol 75 Issue 3
10. Al-Sudany
N.
2004.
Acneiform
eruption.
Diakses
melalui
22
13. Julia R. Joshua R. 2008. MistralTM a new light and heat energy (LHE) system for
multiple
aesthetic
and
dermatological
applications.
Radiancy
clinical
23