Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

HAK ASASI MANUSIA ( HAM )

DISUSUN OLEH:
INTANIA CAHAYA S

G0115059

JENNY NUGRAHENI RIYAN I

G0115061

MEDINA HAYATI

G01150

MUHAMMAD AMIN

G0115070

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2015

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian Hak Asasi Manusia ( HAM )?
2. Bagaimana sejarah singkat adanya HAM beserta perkembangan HAM di
3.
4.
5.
6.
7.

Indonesia?
Apa dasar hukum yang melandasi HAM?
Apa prinsip prinsip yang ada dalam HAM?
Apa saja macam-macam HAM?
Apa saja pelanggaran HAM di Indonesia?
Apa saja upaya mencegah pelanggaran HAM di Indonesia?

C. TUJUAN
1. Mengetahui pengertian Hak Asasi Manusia ( HAM ).
2. Mengetahui sejarah singkat mengenai HAM beserta perkembangan HAM di
3.
4.
5.
6.
7.

Indonesia.
Mengetahui dasar hukum yang melandasi HAM.
Mengetahui prinsip prinsip yang ada dalam HAM.
Mengetahui macam-macam HAM.
Mengetahui pelanggaran HAM di Indonesia.
Mengetahui upaya mencegah pelanggaran HAM di Indonesia.

BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN DAN KONSEP UTAMA HAK ASASI MANUSIA ( HAM )

Hak Asasi Manusia (HAM ) adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia
sesuai dengan kodratnya.HAM meliputi hak hidup,hak kemerdekaan atau
kebebasan,hak milik dan hak-hak dasar lain yang melekat pada diri pribadi manusia
dan tidak dapat diganggu gugat oleh orang lain.Ham berasal dari Tuhan Yang Maha
Esa. HAM menurut ketetapan MPR No.XVII/MPR/1998 adl hak-hak dasar yang
melekat pada diri manusia secara kodrat,universal dan abadi sebagai anugerah Tuhan
Yang Maha Esa. Berikut ini pengertian HAM menurut para ahli:
1.

Haar Tilar, HAM ialah hak-hak yang melekat pada diri setiap insan dan tanpa
memiliki hak-hak itu maka setiap insan tidak bisa hidup selayaknya manusia. Hak
tersebut didapatkan sejak lahir ke dunia.

2.

Prof. Koentjoro Poerbopranoto, Menurutnya HAM ialah suatu hak yang


sifatnya mendasar atau asasi. Hak-hak yang dimiliki setiap manusia berdasarkan
kodratnya yang pada dasarnya tidak akan bisa dipisahkan sehingga bersifat suci.

3.

John Locke, Menjelaskan bahwa HAM ialah hak-hak yang langsung


diberikan Tuhan yang esa kepada manusia sebagai hak yang kodrati. Oleh karenanya,
tidak ada kekuatan apapun di dunia yang bisa mencabutnya. HAM ini sifatnya
fundamental atau mendasar bagi kehidupan manusia dan pada hakikatnya sangat suci.

4.

Mahfudz M.D., Menjelaskan bahwa HAM merupakan hak yang melekat


pada martabat stiap manusia yang mana hak tersebut dibawa sejak lahir ke dunia
sehingga pada hakikatnya hak tersebut bersifat kodrati.

5.

UU No 39 Tahun 1999, Menerangkan bahwa HAM ialah seperangkat hak


yang melekat pada diri manusia sebagai makhluk ciptaan Allah SWT. dimana hak
tersebut merupakan anugerah yang wajib di hargai dan dilindungi oleh setiap orang
untuk melindungi harkat dan martabat setiap manusia.

6.

Muladi, Menurutnya HAM ialah segala hak pokok atau dasar yang telah
melekat pada diri manusia dalam kehidupannya.

7.

Peter R. Baehr, Menurutnya HAM merupakan hak dasar yang mutlak dan
harus dimiliki setiap insan untuk perkembangan dirinya.

8.

Karel Vasak, Menjelaskan bahwa HAM merupakan tiga generasi yang


didapat dari revolusi Prancis. Ia mengistilahkan generasi karena yang dimaksud
merujuk pada inti dan ruang lingkup dari hak yang mana hak menjadi prioritas utama
dalam kurun waktu tertentu.

9.

Miriam Budiarjo, HAM merupakan hak yang dimiliki setiap orang yang
dibawa sejak lahir ke dunia dan menurutnya hak itu sifatnya universal karena dimiliki
tanpa adanya perbedaan ras, kelamin, suku, budaya, agama dan lain sebagainya.

B. SEJARAH SINGKAT ADANYA HAK ASASI MANUSIA ( HAM )

Silinder

Koresh (Cyrus

Cylinder)

539

SM

Pada 539 tahun sebelum Masehi, pasukan Persia kuno dipimpin oleh Koresh yang
Agung (Cyrus the Great) berhasil menguasai kota Babylon. Setelah itu, Koresh
Agung membebaskan para budak dan mengumumkan bahwa setiap orang memiliki
hak untuk memilih agamanya sendiri. Keputusan ini dicatat dalam silinder tanah liat
dengan menggunakan bahasa Akkadia. Silinder ini dianggap sebagai piagam hak
asasi manusia yang pertama dibuat.

Magna

Carta -

1215

Nama "Magna Carta" sendiri berasal dari bahasa Latin, yang berarti "Piagam Besar".
Piagam ini dianggap memiliki pengaruh yang paling besar, dalam memulai jalannya
proses menuju hukum konstitusional yang ada pada zaman sekarang ini. Pada tahun
1215, King John, raja Inggris melanggar sejumlah hukum dan adat yang dimiliki
Inggris. Akibatnya, warga negara memaksanya untuk menandatangani piagam Magna
Carta. Piagam ini memiliki isi terkait dengan hak asasi manusia, meski pada saat itu
belum dikenal istilah hak asasi manusia. Piagam Magna Carta dipandang sebagai

dokumen yang memiliki peran penting dalam pengembangan kebebasan &


demokrasi.

Petition

of

Right -

1628

Petition of Right dibuat pada tahun 1628 oleh Parlemen Inggris. Petisi ini dikirimkan
ke raja Charles I, sebagai pernyataan atas hak yang dimiliki oleh penduduk.
Penolakan parlemen untuk mendanai politik luar negeri raja Charles I menyebabkan
pemerintah terpaksa untuk memaksakan warga negara untuk memberi pinjaman uang
dan menyediakan tempat tinggal untuk prajurit. Penangkapan dan pemenjaraan secara
sewenang-wenang karena menentang kebijakan itu menyebabkan Parlemen benci
terhadap Charles dan George Villiers (Adipati Buckingham). Petisi ini mengandung 4
prinsip : tidak boleh memungut pajak tanpa izin parlemen, tidak ada warga yang
dipenjara tanpa alasan jelas, tidak ada prajurit yang tinggal di rumah warga sipil, dan
darurat militer tidak boleh digunakan saat damai.

Deklarasi

Kemerdekaan

Amerika

Serikat -

1776

Pada tanggal 4 Juli 1776, Kongres Amerika Serikat menyetujui deklarasi


kemerdekaan. Thomas Jefferson menulis deklarasi ini untuk menjelaskan alasan
mengapa kongres memilih tanggal 2 Juli untuk mengumumkan kemerdekaannya dari
Britania Raya. Pada awalnya deklarasi ini diterbitkan sebagai surat kabar yang
disebarluaskan untuk dibaca oleh masyarakat publik. Deklarasi ini menekankan hak
individu dan hak revolusi.

Konstitusi Amerika Serikat & Deklarasi Hak-Hak - 1787 & 1791


Konstitusi Amerika Serikat adalah hukum dasar yang digunakan dalam sistem
pemerintahan Amerika Serikat. Dokumen itu mendefinisikan prinsip organ-organ
pemerintahan, jurisdiksinya, dan hak dasar warga negara. Deklarasi hak-hak (Bill of
Rights) merupakan amandemen yang mulai diberlakukan pada tanggal 15 Desember

1791, membatasi kekuatan pemerintahan federal Amerika Serikat dan melindungi


hak-hak yang dimiliki semua warga negara, penduduk, dan pengunjung yang berada
di dalam wilayah Amerika.

Deklarasi

Hak

Asasi

Manusia

dan

Warga

Negara -

1789

Pada tahun 1789, Perancis melakukan penghapusan pemerintahan monarki absolut,


kemudian membentuk Republik Perancis pertama. 3 minggu setelahnya, deklarasi ini
diadopsi oleh Majelis Konstituen Nasional sebagai langkah pertama menuju
penulisan konstitusi untuk Republik Perancis.

Konvensi

Jenewa

Pertama -

1864

Pada tahun 1864, 16 negara Eropa dan beberapa negara bagian Amerika hadir dalam
konferensi di Jenewa. Konferensi ini dilangsungkan guna mengadopsi konvensi untuk
pengobatan prajurit yang terluka dalam pertempuran.

Perserikatan

Bangsa-Bangsa (United

Nations)

1945

Pada bulan April 1945, delegasi-delegasi dari 50 negara menghadiri konferensi di San
Fransisco. Tujuan konferensi ini adalah untuk membentuk badan internasional demi
mendukung perdamaian dan mencegah peperangan di masa yang akan datang.
Dibentuk piagam yang kemudian mulai berlaku sejak tanggal 24 Oktober 1945. Hari
itu kemudian dirayakan setiap tahun sebagai hari perserikatan bangsa-bangsa.

Pernyataan
Declaration

Umum
of

tentang
Human

Hak-Hak

Asasi

Rights)

Manusia (Universal
-

1948

Pada tahun 1948, Komisi Hak Asasi Nanusia Perserikatan Bangsa-Bangsa telah
menangkap perhatian seluruh dunia. Komisi itu membuat Pernyataan Umum tentang
Hak-Hak Asasi Manusia yang kemudian diadopsi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa
pada tanggal 10 Desember 1948. Sebagai hasilnya, pada saat ini, kebanyakan hak-hak

yang tercantum dalam dokumen ini telah menjadi bagian dari hukum konstitusional
negara-negara demokratis.

Perkembangan Hak Asasi Manusia di Indonesia


1. Masa Pra Kemerdekaan
Meski sudah lama HAM dikenal, pemikiran modern mengenai HAM baru ada
pada abad ke-19. Tokoh Indonesia yang mengungkapkan gagasan mengenai hak asasi
manusia adalah Raden Ajeng Kartini. Gagasan ini dituangkan dalam surat-suratnya
yang telah ditulis 40 tahun sebelum terjadinya peristiwa Proklamasi Kemerdekaan.
2. Masa Kemerdekaan
a. Masa Orde Lama
Pemikiran tentang
berkembang

dalam

siding

pentingnya
BPUPKI.

hak

asasi

Beberapa

manusia
tokoh

di

kemudian
Indonesia

menginginkan supaya hak asasi manusia diatur dengan jelas dalam UUD
1945. Namun, usaha mereka kurang berhasil. Persoalan hak asasi manusia
hanya sedikit diatur dalam UUD 1945. Disisi lain, UUDS 1950 dan Konstitusi
RIS sebenarnya mengatur persoalan hak asasi manusia secara menyeluruh,
tetapi kedua konstitusi tersebut tidak berlaku lama.
b. Masa Orde Baru
Masa orde baru merupak puncak pelanggaran hak asasi manusia di
Indonesia. Gagasan hak asasi manusia dianggap sebagai paham liberal yang
dianggap tidak sesuai dengan Pancasila dan budaya timur. Komisi hak asasi
manusia dibentuk pada tahun 1993. Akan tetapi, komisi tersebut tidak dapat
berfungsi secara baik karena kondisi politik pada waktu itu. Banyak
pelanggaran hak asasi manusia pada saat itu, bahkan diduga ada pelanggaran
hak asasi manusia berat yang terjadi waktu itu. Hal itu mendorong timbulnya
reformasi sebagai pengganti masa Orde Baru.
c. Masa Reformasi

Pada era reformasi, pemikiran tentang hak asasi manusia mengalami


kemajuan. Berbagai dokumen hak asasi manusia lahir, diantaranya adalah
UUD 1945 hasil amandemen.

C. DASAR HUKUM YANG MELANDASI TENTANG HAK ASASI MANUSIA


1) Pasal 27 UUD 1945
(1) Segala warga negara bersamaan kedudukan di dalam hukum dan pemerintahan
dan wajib menjungjung hukum dan pemerinatah itu dengan tidak ada kecualinya.
(2) Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan.
(3) Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan
negara.
2) Pasal 28 UUD 1945
Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan
tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang
3) Pasal 28 A
Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan
kehidupannya
4) Pasal 28 B
(1) Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui
perkawinan yang sah
(2) Setiap orang berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta
berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi
5) Pasal 28 C
(1) Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan
dasarnya, berhak mendapatkan pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu
pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya demi meningkatkan kualitas hidupnya
dan demi kesejahteraan umat manusia.

(2) Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya
secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa dan negaranya
6) Pasal 28 D
(1) Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlidungan dan kepastian hukum
yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum
(2) Setiap orang berhak untuk berkerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang
adil dan layak dalam hubungan kerja
(3) Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalm
pemerintahan
(4) Setiap orang berhak atas status kewarganegaraan
7) Pasal 28 E
(1) Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadah menurut agamanya, memilih
pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih
tempat tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya serta berhak kembali.
(2) Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran
dan sikap sesuai hati nuraninya.
(3) Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan
pendapat.
8) Pasal 28 F
Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk
mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya serta berhak untuk mencari,
memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah dan menyampaikan informasi dengan
menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.
9) Pasal 28 G
(1) Setiap orang berhak atas perlindung diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat,
dan harta benda yang di bawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan
perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang
merupakan hak asasinya.

(2) Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang
merendahkan derajat martabat manusia dan berhak memperoleh suaka politik dari
negara lain.
10) Pasal 28 H
(1) Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan
mendapat lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan
kesehatan.
(2) Setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk
memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan
keadilan
(3) Setiap orang berhak atas imbalan jaminan sosial yang memungkinkan
pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat
(4) Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut tidak
boleh diambil alih sewenang-wenang oleh siapapun.
11) Pasal 28 I
(1) Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati
nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi
dihadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut
adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun.
(2) Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yanbg bersifat diskriminatif atas dasar
apaun dan berhak mendapat perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat
diskriminatif itu.
(3) Identitas budaya dan hak masyarakat tradisional dihormati selaras dengan
perkembangan zaman dan peradaban.
(4) Perlindungan, pemajuan, penegakan dan pemenuhan hak asasi manusia adalah
tanggung jawab negara terutama pemerintah
(5) Untuk menegakkan dan melindungi hak asaso manusia sesuai dengan prinsip
negara hukum yang demokrastis, maka pelaksanaan hak asasi manusia dijamin, diatur
dan dituangkan dalam peraturan perundang-undangan.

12) Pasal 28 J
(1) Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
(2) Dalam menajlan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada
pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud semata-mata
untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain
dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimabangan moral, nilainilai agama, keamanan dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokrastis.
13) Pasal 29
(1) Negara berdasarkan atas Ketuhanan yang Maha Esa
(2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya
masing-masing dan untuk berinadah menurut agama dan kepercayaannya itu.
14) Pasal 30 ayat (1)
(1) Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan
keamanan negara.
15) Pasal 31
(1) Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan
(2) Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib
membiayainya.
16) Pasal 32 ayat (1)
(1) Negara mamajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia
dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan
nilai-nilai budayanya.
17) Pasal 33
(1) Perekonomian disusun sebagi usaha bersama berdasarkan atas azas kekeluargaan
(2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat
hidup orang banyak dikuasai oleh negara.
(3) Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara
dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

18) Pasal 34
(1) Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara.

D. PRINSIP PRINSIP DALAM HAK ASASI MANUSIA ( HAM )


Setelah mengetahui pengertian, konsep utama, sejarah serta pasal pasal yang
mengatur tetntang Hak Asasi Manusia adapula prinsip prinsip Hak Asasi Manusia
yang perlu diketahui. Beberapa prinsip utama antara lain adalah bahwa hak asasi
manusia itu bersifat universal, tak terpisahkan, non-diskriminatif, mengandaikan
adanya partisipasi, dan penjaminannya dilakukan dengan remedi (upaya hukum) yang
efektif.
1. Universal
Prinsip universalitas hak asasi manusia umumnya diderivasikan dari
pandangan atau teori hukum kodrat Thomas Aquinas, yang diartikulasikan lebih
tajam oleh John Locke. Intinya bahwa secara kodrati semua manusia itu sama, dan
sudah membawa serta dalam eksistensinya hak sebagai manusia. Karena itu, sebagai
manusia yang sama dengan hak yang sama, hak-hak itu bersifat universal. Argumen
universalitas ini juga mendapatkan landasan rasionalnya dalam teori rasionalitas
Immanuel Kant yang mengedepankan bahwa ide-ide transendental bersifat umum
pada semua manusia. Pada gilirannya, universalitas rasio ini juga tertuang dalam teori
etikanya. Namun, universalitas hak asasi manusia tidak hanya terletak pada
universalitas kodrat dan ide-ide transendental, melainkan juga terletak pada
universalitas penderitaan manusia. Secara antropologis, hampir tidak ada manusia
yang menyukai penderitaan, demi alasan apa pun. Jikalau seseorang harus melalui
penderitaan, itu dilakukannya untuk suatu tujuan di luar penderitaan itu, bukan untuk
penderitaan itu sendiri. Hanya orang sado-masokis saja yang menyukai penderitaan,
dan jumlah mereka tidak banyak, karena itu disebut abnormal. Penderitaan masif dan
fenomenal umat manusia pada abad-abad sebelumnya, terutama abad XX,

mengukuhkan universalitas hak asasi manusia bukan sekadar pada tataran etis dan
rasional, melainkan pada tataran eksistensial dan empiris.
2. Kesaling tergantungan dan Ketakterpisahan Pengelompokan
Hak-hak asasi manusia terdiri atas hak negatif, positif, aktif dan hak sosial
tidak berarti bahwa hak-hak itu terpisah satu sama lain. Hak-hak itu saling berkaitan
dan karena itu saling tergantung. Memang dalam sejarah instrumentalisasinya
kemudian pertama sekali dikelompokkan menjadi dua besar yang tertuang dalam dua
kovenan. Juga kemudian muncul berbagai konvensi yang memberikan perhatian
khusus pada problem khusus berkaitan dengan ras, etnis, dan kelompok-kelompok
rentan. Namun, itu semua tidak berarti bahwa eksistensi hak asasi manusia terpecahpecah dan terlepas. Alasan pertamanya karena bersifat ontologis-antropologis yaitu
bahwa hak itu dimiliki oleh manusia yang dalam eksistensinya otonom dan utuh,
tidak terpecah-pecah. Dalam eksistensinya, ia hadir sebagai manusia utuh, terlepas
dari ia sebagai seorang manusia sopir taksi, manusia guru, manusia birokrat, manusia
presiden, manusia perempuan, manusia agama A, dan seterusnya. Namun ia dalam
berbagai fungsi sosialnya itu tetaplah membawa serta statusnya sebagai manusia utuh.
Alasan kedua adalah bahwa dalam praktiknya, misalnya hak atas kebebasan
berpendapat (sebagai hak sipil dan politik) hanya akan terjamin sejauh hak atas
pendidikannya (sebagai hak ekonomi, sosial dan budaya) terjamin.
3. Non-diskriminasi
Prinsip ketiga dalam hak asasi manusia adalah bahwa ia berlaku sama pada
semua orang, tanpa pandang ras, etnis, keyakinan, ideologi, bangsa, status, seks
dan golongan. Memang terdapat konvensi yang mengatur hak-hak khusus semisal
konvensi pelarangan genosida, konvensi anti-diskriminasi rasial, konvensi hak-hak
anak, konvensi anti-diskriminasi terhadap perempuan, lalu konvensi ILO 169 (dan
usulan draf deklarasi) tentang hak-hak masyarakat adat. Namun, keberadaan
konvensi-konvensi khusus itu justru menekankan signifikansi prinsip nondiskriminasi itu. Karena dalam praktiknya, prinsip itu tidak terlaksana jika kondisikondisi kemungkinannya tidak mendukung. Karena itu, ditempuh jalan untuk lebih

mengefektifikan

pemenuhannya

dengan

memberi

perhatian

khusus

pada

perrmasalahan tertentu. Terhadap pemegang hak dari konvensi-konvensi khusus


tersebut, pemberlakuan dua kovenan utama hak asasi manusia tetaplah sama dan nondiskriminatif.
4. Partisipasi
Kendatipun ada pemilahan antara pemegang hak dan pengampu kewajiban
untuk menjamin hak asasi itu, dalam pelaksanaannya hak itu tidak akan terjamin
tanpa partisipasi aktif dari pemegang hak itu sendiri. Hal ini terutama nyata dalam
hak - hak demokratis.
5. Remedi yang Efektif
Penegakan hak asasi manusia terjamin, meski bukan satu-satunya jalan,
melalui remedi atau upaya hukum yang efektif. Tanpa law enforcement, daftar hak
asasi manusia itu hanyalah tinggal daftar. Karena itu, hak-hak asasi manusia yang
tertuang dalam berbagai instrumen internasional perlu diadopsi di dalam sistem
hukum nasional setiap negara, dan diperjuangkan terus untuk diterapkan hingga
pemenuhannya paling tidak pada taraf minimal.

E. MACAM MACAM HAK ASASI MANUSIA ( HAM )


Hak asasi manusia adalah hak yang melekat pada diri setiap manusia sejak
awal dilahirkan yang berlaku seumur hidup dan tidak dapat diganggu gugat oleh siapa
pun. Ada bermacam-macam hak asasi manusia. Secara garis besar, hak-hak asasi
manusia dapat digolongkan menjadi enam macam sebagai berikut:
a. Hak Asasi Pribadi (Perseonal Rights)
Hak Asasi Pribadi adalah hak yang meliputi kebebasan menyatakan pendapat,
kebebasan memeluk agama, kebebasan bergerak, kebabasan dalam untuk aktif setiap
organisasi atau perkumpulan dan sebagainya.

Contohnya :

Hak Kebebasan dalam mengutarakan atau menyampaikan pendapat.

Hak Kebebasan dalam menjalankan kepercayaan dan memeluk atau memilih


agama.

Hak Kebabasan dalam berpergian, berkunjung, dan berpindah-pindah tempat.

Hak Kebabasan dalam memilih, menentukan organisasi dan aktif dalam


organisasi tersebut.

b. Hak Asasi Ekonomi (Property Rights)


Hak Asasi Ekonomi adalah Hak untuk memiliki, membeli dan menjual, serta
memanfaatkan sesuatu.
Contohnya :

Hak Asasi Ekonomi tentang kebebasan dalam membeli.

Hak Asasi Ekonomi tentang kebebasan dalam mengadakan dan melakukan


perjanjian Kontrak

Hak Asasi Ekonomi tentang kebebasan dalam memiliki sesuatu

Hak Asasi Ekonomi tentang kebabasan dalam memiliki pekerjaan yang layak.

Hak Asasi Ekonomi tentang kebabasan dalam melakukan transaksi

Hak Asasi Ekonomi dalam bekerja

c. Hak Asasi Politik (Politik Rights)


Hak Asasi Politik adalah hak ikut serta dalam pemerintahan, hak pilih maksunya hak
untuk dipilih contohnya : mencalonkan sebagai Bupati , dan memilih dalam suatu
pemilu contohnya memilih Bupati atau Presiden), hak untuk mendirikan parpol, dan
sebagainya.
Contohnya :

Hak Asasi Politik dalam memilih dalam suatu pemilihan contohnya pemilihan
presiden dan kepala daerah

Hak Asasi Politik dalam Dipilih dalam pemilihan contohnya pemilihan bupati
atau presiden

Hak Asasi Politik tentang kebebasan ikut serta dalam kegiatan pemerintahan

Hak Asasi Politik dalam mendirikan partai politik

Hak Asasi Politik dalam membuat organisasi-organisasi pada bidang politik

Hak Asasi Politik dalam memberikan usulan-usulan atau pendapat yang


berupa usulan petisi.

d. Hak Asasi Hukum (Rights Of Legal Equality)


Hak Asasi Hukum adalah hak untuk mendapatkan perlakukan yang sama dalam
hukum dan pemerintahan.

Contohnya :

Hak dalam mendapatkan layanan dan perlindungan hukum

Hak dalam mendapatkan dan memiliki pembelaan hukum pada peradilan.

Hak yang sama dalam proses hukum

Hak dalam perlakuan yang adil atau sama dalam hukum

e. Hak Asasi Sosial dan Budaya (Social and Culture Rights)


Hak Asasi Sosial dan Budaya adalah hak yang menyangkut dalam masyarkat yakni
untuk memilih pendidikan, hak untuk mengembangkan kebudayaan dan sebagainya.
Contohnya :

Hak untuk mendapatkan pendidikan yang layak

Hak untuk mendapat pelajaran

Hak untuk memilih, menentukan pendidikan

Hak untuk mengembangkan bakat dan minat

Hak untuk mengembangkan Hobi

Hak untuk berkreasi

f. Hak Asasi Peradilan (Procedural Rights)

Hak Asasi Peradilan adalah hak untuk mendapatkan perlakuan tata cara peradilan
dan perlindungan (procedural rights), misalnya peraturan dalam hal penahanan,
penangkapan dan penggeledahan.
Contohnya :

Hak mendapatkan perlakukan yang adil dalam hukum

Hak mendapatkan pembelaan dalam hukum

Hak untuk mendapatkan hal yang sama dalam berlangsungnya proses hukum
baik itu penyelidikan, penggeledahan, penangkapan, dan penahanan

F. PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA


Bentuk pelanggaran HAM yang sering muncul biasa terjadi dalam 2 bentuk,
yakni sebagai berikut :
1. Diskriminasi. Yakni suatu pembatasan, pelecehan atau bahkan pengucilan
secara langsung maupun tidak langsung didasarkan pada pembedaan
manusia, atas dasar agama, suku, ras, kelompok, golongan, jenis kelamin,
etnik, keyakinan beserta politik yang selanjutnya berimbas pada pengurangan,
bentuk penyimpangan atau penghapusan hak asasi manusia dan kebebasan
dasar dalam kehidupan baik secara individu, maupun kolektif di dalam
berbagai aspek kehidupan.
2. Penyiksaan. Yakni perbuatan yang dilakukan secara sengaja sehingga
menimbulkan rasa sakit yang teramat atau penderitaan baik itu jasmani

maupun rohani pada seseorang untuk mendapat pengakuan dari seseorang


ataupun orang ketiga.
Berdasarkan sifatnya, pelanggaran dapat dibedakan menjadi 2 yakni :

Pelanggaran HAM berat, yakni pelanggaran HAM yang bersifat berbahaya,


dan mengancam nyawa manusia, seperti halnya pembunuhan, penganiayaan,
perampokan, perbudakan, penyanderaan dan lain sebagainya.

Pelanggaran HAM ringan, yakni pelanggaran HAM yang tidak mengancam


jiwa manusia, namun berbahaya apabila tidak segera diatasi/ditanggulangi.
Misal, seperti kelalaian dalam memberikan pelayanan kesehatan, pencemaran
lingkungan secara disengaja oleh masyarakat dan sebagainya.

Pelanggaran HAM berat, menurut Undang-Undang RI nomor 26 tahun 2000


tentang Pengadilan HAM, dapat diklasifikasikan menjadi 2 yakni :

Kejahatan Genosida. Merupakan setiap perbuatan yang dilakukan dengan


maksud menghancurkan atau memusnahkan seluruh maupun sebagian
kelompok bangsa, ras, kelompok, maupun agama dengan cara :
o Membunuh setiap anggota kelompok.
o Mengakibatkan terjadinya penderitaan fisik dan mental yang berat
terhadap anggota kelompok.
o Menciptakan kondisi kehidupan kelompok yang bisa mengakibatkan
kemusnahan secara fisik baik seluruh atau sebagiannya.
o Memindahkan paksa anak-anak dari kelompok tertentu ke dalam
kelompok yang lain.

Kejahatan terhadap kemanusiaan. Merupakan suatu tindakan/perbuatan


yang dilakukan sebagai bagian dari serangan yang meluas atau sistematik
yang diketahuinya bahwa serangan tersebut ditujukan secara langsung
terhadap penduduk sipil, yang berupa :
o Pembunuhan.
o Pemusnahan.
o Perbudakan.
o Pengusiran atau pemindahan penduduk yang dilakukan secara paksa.
o Perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain
dengan sewenang-wenang yang melanggar (asas-asas) ketentuan
pokok hukum internasional.
o Penyiksaan.
o Perkosaan, perbudakan seksual, pelacuran secara paksa, pemaksaan
kehamilan, pemandulan atau sterilisasi secara paksa atau segala bentuk
kekerasan seksual lainnya yang setara.
o Penganiayaan terhadap suatu kelompok tertentu maupun perkumpulan
yang didasari dengan persamaan paham politik, ras, kebangsaan, etnis,
budaya, agama, jenis kelamin atau alasan lainnya yang telah diakui
secara universal sebagai hal yang dilarang menurut hukum
internasional.
o Penghilangan orang secara paksa.

o Kejahatan apartheid, yakni sistem pemisahan ras yang diterapkan oleh


suatu pemerintahan bertujuan untuk melindungi hak istimewa dari
suatu ras atau bangsa.

G. UPAYA PENCEGAHAN PELANGGARAN HAM DI INDONESIA


1. Pendekatan security yang terjadi di era orde baru dengan mengedepankan
upaya refresif menghasilkan stabilitas keamanan semu dan berpeluang besar
menimbulkan terjadinya pelanggaran hak asasi manusia tidak boleh terulang
kembali, untuk itusupremasi hukum dan demokrasi harus ditegakkan,
pendekatan hukum dan dialogis harus dikemukakan dalam rangka melibatkan
partisipasi masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
2. Sentralisasi kekuasaan yang terjadi selama ini terbukti tidak memuaskan
masyarakat, bahkan berdampak terhadap timbulnya berbagai pelanggaran hak
asasi manusia, untuk itu desentralisasi melalui otonomi daerah dengan
penyerahan berbagai kewenangan dari pemerintah pusat kepada pemerintah
daerah perlu dilanjutkan, otonomi daerah sebagai jawaban untuk mengatasi
ketidakadilan tidak boleh berhenti, melainkan harus ditindak lanjuti dan
dilakukan pembenahan atas segala kekurangan yang terjadi.
3. Reformasi aparat pemerintah dengan merubah paradigma penguasa menjadi
pelayan masyarakat dengan cara mengadakan reformasi di bidang struktural,
invromental, dan kultural mutlak dilakukan dalam rangka meningkatkan
kualitas pelayanan publik untuk mencegah terjadinya berbagai bentuk
pelanggaran hak asasi manusia oleh pemerintah.
4. Perlu penyelesaian terhadap berbagai konflik horizontal dan konflik
vertikal di tanah air yang telah melahirkan berbagai tindak kekerasan yang

melanggara hak asasi manusia baik oleh sesame kelompok masyarakat dengan
cara menyelesaikan akar permasalahan secara terencana, adil dan menyeluruh.
5. Kaum perempuan berhak untuk menikmati dan mendapatkan perlindungan
yang sama bagi semua ahak asasi manusia di bidang, politik, ekonomi, sosial,
budaya, sipil, dan bidang lainnya, termasuk hak untuk hidup, persamaan,
kebebasan dan keamanan pribadi, perlindungan yang sama menurut hukum,
bebas dari diskriminasi, kondisi kerja yang adil. Untuk itu badan-badan
penegak hukum tidak boleh melakukan diskriminasi terhadap perempuan,
lebih konsekuen dalam mematuhi Konvensi Perempuan sebagaimana yang
telah diratifikasi dalam Undang-Undang No. 7 tahun 1984, mengaktifkan
fungsi Komnas anti Kekerasan Terhadap Perempuan. Harus dibuat peraturan
perundang-undangan yang memadai yang menjamin perlindungan hak asasi
perempuan dengan mencantumkan sanksi yang memadai terhadap semua jenis
pelanggarannya.
6. Anak sebagai generasi muda penerus bangsa harus mendapatkan manfaat
dari semua jaminan hak asasi manusia yang tersedia bagi orang dewasa. Anak
harus diperlakukan dengan cara yang memajukan martabat dan harga dirinya,
yang memudahkan mereka berinteraksi didalam masyarakat, anak tidak boleh
dikenai siksaan, perlakuan atau hukuman yang kejam dan tidak manusiawi,
pemenjaraan atau penahanan terhadap anak merupakan tindakan ekstrim
terakhir, perlakuan hukum terhadap anak harus berbeda dengan orang dewasa,
anak harus mendapatkan perlindungan hukum dalam rangka menumbuhkan
suasana phisik dan psikologis yangmemungkinkan anak berkembang secara
normal dengan baik, untuk itu perlu dibuat aturan hukum yang memberikan
perlindungan hak asasi anak, setiap pelanggaran terhadap aturan harus
ditegakkan secara professional tanpa padang bulu.
7. Supremasi hukum harus ditegakkan, sistem peradilan harus berjalan dengan
baik dan adil, para pejabat penegak hukum harus memenuhi kewajiban tugas

yang dibebankan kepadanya dengan memberikan layanan yang baik dan adil
kepada masyarakat penari keadilan, memberikan perlindungan kepada semua
orang dari perbuatan melawan hukum, menghindari tindakan kekerasan yang
melawan hukum dalam rangka menegakkan hukum.
8. Perlu adanya control dari masyarakat (social control) dan pengawasan dari
lembaga politik terhadap upaya-upaya penegakan hak asasi manusia yang
dilakukan oleh pemerintah.
Dalam rangka mewujudkan supremasi hukum, pemerintah telah meletakkan
landasan hukum yang kuat dalam usaha penegakan HAM di Indonesia,
berbagai kebijakan tertuang dalam peraturan perundang-undangan, antara
lain:
a. Hak-hak tersangka atau terdakwa telah dilindungi dalam KUHAP (UU No.
8 Tahun 1981).
b. UU No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM.

BAB III
PENUTUP
H. KESIMPULAN

I. DAFTAR PUSTAKA
http://library.umn.ac.id/jurnal/public/uploads/papers/pdf/c63c136961b25bd933260be
0a3f4ef3c.pdf
https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=8&cad=rja&uact=8&ved=0CDwQFjAHa
hUKEwjHm5zUoPvIAhUnH6YKHUfFAsU&url=http%3A%2F%2Fwww.ohchr.org

%2FEN%2FUDHR%2FDocuments%2FUDHR_Translations
%2Finz.pdf&usg=AFQjCNEGElkC54qJvSiv1lisjcwmYtaefA
https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=4&cad=rja&uact=8&ved=0CCcQFjADah
UKEwjl_IWdx_vIAhUJF5QKHebMAMY&url=http%3A%2F%2Fsippm.unas.ac.id
%2Fpage%2Fdownload.php%3Fpath%3D..%2Ffiles%2Flp_tc_penelitian%2F
%26file%3D41HAM_dan__Polri.pdf&usg=AFQjCNFVS4mWWVoKbKSg_FiGNHuqPqa4Q&bvm=bv.106923889,d.dGY

Anda mungkin juga menyukai