DISUSUN OLEH:
INTANIA CAHAYA S
G0115059
G0115061
MEDINA HAYATI
G01150
MUHAMMAD AMIN
G0115070
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian Hak Asasi Manusia ( HAM )?
2. Bagaimana sejarah singkat adanya HAM beserta perkembangan HAM di
3.
4.
5.
6.
7.
Indonesia?
Apa dasar hukum yang melandasi HAM?
Apa prinsip prinsip yang ada dalam HAM?
Apa saja macam-macam HAM?
Apa saja pelanggaran HAM di Indonesia?
Apa saja upaya mencegah pelanggaran HAM di Indonesia?
C. TUJUAN
1. Mengetahui pengertian Hak Asasi Manusia ( HAM ).
2. Mengetahui sejarah singkat mengenai HAM beserta perkembangan HAM di
3.
4.
5.
6.
7.
Indonesia.
Mengetahui dasar hukum yang melandasi HAM.
Mengetahui prinsip prinsip yang ada dalam HAM.
Mengetahui macam-macam HAM.
Mengetahui pelanggaran HAM di Indonesia.
Mengetahui upaya mencegah pelanggaran HAM di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN DAN KONSEP UTAMA HAK ASASI MANUSIA ( HAM )
Hak Asasi Manusia (HAM ) adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia
sesuai dengan kodratnya.HAM meliputi hak hidup,hak kemerdekaan atau
kebebasan,hak milik dan hak-hak dasar lain yang melekat pada diri pribadi manusia
dan tidak dapat diganggu gugat oleh orang lain.Ham berasal dari Tuhan Yang Maha
Esa. HAM menurut ketetapan MPR No.XVII/MPR/1998 adl hak-hak dasar yang
melekat pada diri manusia secara kodrat,universal dan abadi sebagai anugerah Tuhan
Yang Maha Esa. Berikut ini pengertian HAM menurut para ahli:
1.
Haar Tilar, HAM ialah hak-hak yang melekat pada diri setiap insan dan tanpa
memiliki hak-hak itu maka setiap insan tidak bisa hidup selayaknya manusia. Hak
tersebut didapatkan sejak lahir ke dunia.
2.
3.
4.
5.
6.
Muladi, Menurutnya HAM ialah segala hak pokok atau dasar yang telah
melekat pada diri manusia dalam kehidupannya.
7.
Peter R. Baehr, Menurutnya HAM merupakan hak dasar yang mutlak dan
harus dimiliki setiap insan untuk perkembangan dirinya.
8.
9.
Miriam Budiarjo, HAM merupakan hak yang dimiliki setiap orang yang
dibawa sejak lahir ke dunia dan menurutnya hak itu sifatnya universal karena dimiliki
tanpa adanya perbedaan ras, kelamin, suku, budaya, agama dan lain sebagainya.
Silinder
Koresh (Cyrus
Cylinder)
539
SM
Pada 539 tahun sebelum Masehi, pasukan Persia kuno dipimpin oleh Koresh yang
Agung (Cyrus the Great) berhasil menguasai kota Babylon. Setelah itu, Koresh
Agung membebaskan para budak dan mengumumkan bahwa setiap orang memiliki
hak untuk memilih agamanya sendiri. Keputusan ini dicatat dalam silinder tanah liat
dengan menggunakan bahasa Akkadia. Silinder ini dianggap sebagai piagam hak
asasi manusia yang pertama dibuat.
Magna
Carta -
1215
Nama "Magna Carta" sendiri berasal dari bahasa Latin, yang berarti "Piagam Besar".
Piagam ini dianggap memiliki pengaruh yang paling besar, dalam memulai jalannya
proses menuju hukum konstitusional yang ada pada zaman sekarang ini. Pada tahun
1215, King John, raja Inggris melanggar sejumlah hukum dan adat yang dimiliki
Inggris. Akibatnya, warga negara memaksanya untuk menandatangani piagam Magna
Carta. Piagam ini memiliki isi terkait dengan hak asasi manusia, meski pada saat itu
belum dikenal istilah hak asasi manusia. Piagam Magna Carta dipandang sebagai
Petition
of
Right -
1628
Petition of Right dibuat pada tahun 1628 oleh Parlemen Inggris. Petisi ini dikirimkan
ke raja Charles I, sebagai pernyataan atas hak yang dimiliki oleh penduduk.
Penolakan parlemen untuk mendanai politik luar negeri raja Charles I menyebabkan
pemerintah terpaksa untuk memaksakan warga negara untuk memberi pinjaman uang
dan menyediakan tempat tinggal untuk prajurit. Penangkapan dan pemenjaraan secara
sewenang-wenang karena menentang kebijakan itu menyebabkan Parlemen benci
terhadap Charles dan George Villiers (Adipati Buckingham). Petisi ini mengandung 4
prinsip : tidak boleh memungut pajak tanpa izin parlemen, tidak ada warga yang
dipenjara tanpa alasan jelas, tidak ada prajurit yang tinggal di rumah warga sipil, dan
darurat militer tidak boleh digunakan saat damai.
Deklarasi
Kemerdekaan
Amerika
Serikat -
1776
Deklarasi
Hak
Asasi
Manusia
dan
Warga
Negara -
1789
Konvensi
Jenewa
Pertama -
1864
Pada tahun 1864, 16 negara Eropa dan beberapa negara bagian Amerika hadir dalam
konferensi di Jenewa. Konferensi ini dilangsungkan guna mengadopsi konvensi untuk
pengobatan prajurit yang terluka dalam pertempuran.
Perserikatan
Bangsa-Bangsa (United
Nations)
1945
Pada bulan April 1945, delegasi-delegasi dari 50 negara menghadiri konferensi di San
Fransisco. Tujuan konferensi ini adalah untuk membentuk badan internasional demi
mendukung perdamaian dan mencegah peperangan di masa yang akan datang.
Dibentuk piagam yang kemudian mulai berlaku sejak tanggal 24 Oktober 1945. Hari
itu kemudian dirayakan setiap tahun sebagai hari perserikatan bangsa-bangsa.
Pernyataan
Declaration
Umum
of
tentang
Human
Hak-Hak
Asasi
Rights)
Manusia (Universal
-
1948
Pada tahun 1948, Komisi Hak Asasi Nanusia Perserikatan Bangsa-Bangsa telah
menangkap perhatian seluruh dunia. Komisi itu membuat Pernyataan Umum tentang
Hak-Hak Asasi Manusia yang kemudian diadopsi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa
pada tanggal 10 Desember 1948. Sebagai hasilnya, pada saat ini, kebanyakan hak-hak
yang tercantum dalam dokumen ini telah menjadi bagian dari hukum konstitusional
negara-negara demokratis.
dalam
siding
pentingnya
BPUPKI.
hak
asasi
Beberapa
manusia
tokoh
di
kemudian
Indonesia
menginginkan supaya hak asasi manusia diatur dengan jelas dalam UUD
1945. Namun, usaha mereka kurang berhasil. Persoalan hak asasi manusia
hanya sedikit diatur dalam UUD 1945. Disisi lain, UUDS 1950 dan Konstitusi
RIS sebenarnya mengatur persoalan hak asasi manusia secara menyeluruh,
tetapi kedua konstitusi tersebut tidak berlaku lama.
b. Masa Orde Baru
Masa orde baru merupak puncak pelanggaran hak asasi manusia di
Indonesia. Gagasan hak asasi manusia dianggap sebagai paham liberal yang
dianggap tidak sesuai dengan Pancasila dan budaya timur. Komisi hak asasi
manusia dibentuk pada tahun 1993. Akan tetapi, komisi tersebut tidak dapat
berfungsi secara baik karena kondisi politik pada waktu itu. Banyak
pelanggaran hak asasi manusia pada saat itu, bahkan diduga ada pelanggaran
hak asasi manusia berat yang terjadi waktu itu. Hal itu mendorong timbulnya
reformasi sebagai pengganti masa Orde Baru.
c. Masa Reformasi
(2) Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya
secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa dan negaranya
6) Pasal 28 D
(1) Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlidungan dan kepastian hukum
yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum
(2) Setiap orang berhak untuk berkerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang
adil dan layak dalam hubungan kerja
(3) Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalm
pemerintahan
(4) Setiap orang berhak atas status kewarganegaraan
7) Pasal 28 E
(1) Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadah menurut agamanya, memilih
pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih
tempat tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya serta berhak kembali.
(2) Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran
dan sikap sesuai hati nuraninya.
(3) Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan
pendapat.
8) Pasal 28 F
Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk
mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya serta berhak untuk mencari,
memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah dan menyampaikan informasi dengan
menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.
9) Pasal 28 G
(1) Setiap orang berhak atas perlindung diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat,
dan harta benda yang di bawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan
perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang
merupakan hak asasinya.
(2) Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang
merendahkan derajat martabat manusia dan berhak memperoleh suaka politik dari
negara lain.
10) Pasal 28 H
(1) Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan
mendapat lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan
kesehatan.
(2) Setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk
memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan
keadilan
(3) Setiap orang berhak atas imbalan jaminan sosial yang memungkinkan
pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat
(4) Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut tidak
boleh diambil alih sewenang-wenang oleh siapapun.
11) Pasal 28 I
(1) Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati
nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi
dihadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut
adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun.
(2) Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yanbg bersifat diskriminatif atas dasar
apaun dan berhak mendapat perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat
diskriminatif itu.
(3) Identitas budaya dan hak masyarakat tradisional dihormati selaras dengan
perkembangan zaman dan peradaban.
(4) Perlindungan, pemajuan, penegakan dan pemenuhan hak asasi manusia adalah
tanggung jawab negara terutama pemerintah
(5) Untuk menegakkan dan melindungi hak asaso manusia sesuai dengan prinsip
negara hukum yang demokrastis, maka pelaksanaan hak asasi manusia dijamin, diatur
dan dituangkan dalam peraturan perundang-undangan.
12) Pasal 28 J
(1) Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
(2) Dalam menajlan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada
pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud semata-mata
untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain
dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimabangan moral, nilainilai agama, keamanan dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokrastis.
13) Pasal 29
(1) Negara berdasarkan atas Ketuhanan yang Maha Esa
(2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya
masing-masing dan untuk berinadah menurut agama dan kepercayaannya itu.
14) Pasal 30 ayat (1)
(1) Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan
keamanan negara.
15) Pasal 31
(1) Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan
(2) Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib
membiayainya.
16) Pasal 32 ayat (1)
(1) Negara mamajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia
dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan
nilai-nilai budayanya.
17) Pasal 33
(1) Perekonomian disusun sebagi usaha bersama berdasarkan atas azas kekeluargaan
(2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat
hidup orang banyak dikuasai oleh negara.
(3) Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara
dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
18) Pasal 34
(1) Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara.
mengukuhkan universalitas hak asasi manusia bukan sekadar pada tataran etis dan
rasional, melainkan pada tataran eksistensial dan empiris.
2. Kesaling tergantungan dan Ketakterpisahan Pengelompokan
Hak-hak asasi manusia terdiri atas hak negatif, positif, aktif dan hak sosial
tidak berarti bahwa hak-hak itu terpisah satu sama lain. Hak-hak itu saling berkaitan
dan karena itu saling tergantung. Memang dalam sejarah instrumentalisasinya
kemudian pertama sekali dikelompokkan menjadi dua besar yang tertuang dalam dua
kovenan. Juga kemudian muncul berbagai konvensi yang memberikan perhatian
khusus pada problem khusus berkaitan dengan ras, etnis, dan kelompok-kelompok
rentan. Namun, itu semua tidak berarti bahwa eksistensi hak asasi manusia terpecahpecah dan terlepas. Alasan pertamanya karena bersifat ontologis-antropologis yaitu
bahwa hak itu dimiliki oleh manusia yang dalam eksistensinya otonom dan utuh,
tidak terpecah-pecah. Dalam eksistensinya, ia hadir sebagai manusia utuh, terlepas
dari ia sebagai seorang manusia sopir taksi, manusia guru, manusia birokrat, manusia
presiden, manusia perempuan, manusia agama A, dan seterusnya. Namun ia dalam
berbagai fungsi sosialnya itu tetaplah membawa serta statusnya sebagai manusia utuh.
Alasan kedua adalah bahwa dalam praktiknya, misalnya hak atas kebebasan
berpendapat (sebagai hak sipil dan politik) hanya akan terjamin sejauh hak atas
pendidikannya (sebagai hak ekonomi, sosial dan budaya) terjamin.
3. Non-diskriminasi
Prinsip ketiga dalam hak asasi manusia adalah bahwa ia berlaku sama pada
semua orang, tanpa pandang ras, etnis, keyakinan, ideologi, bangsa, status, seks
dan golongan. Memang terdapat konvensi yang mengatur hak-hak khusus semisal
konvensi pelarangan genosida, konvensi anti-diskriminasi rasial, konvensi hak-hak
anak, konvensi anti-diskriminasi terhadap perempuan, lalu konvensi ILO 169 (dan
usulan draf deklarasi) tentang hak-hak masyarakat adat. Namun, keberadaan
konvensi-konvensi khusus itu justru menekankan signifikansi prinsip nondiskriminasi itu. Karena dalam praktiknya, prinsip itu tidak terlaksana jika kondisikondisi kemungkinannya tidak mendukung. Karena itu, ditempuh jalan untuk lebih
mengefektifikan
pemenuhannya
dengan
memberi
perhatian
khusus
pada
Contohnya :
Hak Asasi Ekonomi tentang kebabasan dalam memiliki pekerjaan yang layak.
Hak Asasi Politik dalam memilih dalam suatu pemilihan contohnya pemilihan
presiden dan kepala daerah
Hak Asasi Politik dalam Dipilih dalam pemilihan contohnya pemilihan bupati
atau presiden
Hak Asasi Politik tentang kebebasan ikut serta dalam kegiatan pemerintahan
Contohnya :
Hak Asasi Peradilan adalah hak untuk mendapatkan perlakuan tata cara peradilan
dan perlindungan (procedural rights), misalnya peraturan dalam hal penahanan,
penangkapan dan penggeledahan.
Contohnya :
Hak untuk mendapatkan hal yang sama dalam berlangsungnya proses hukum
baik itu penyelidikan, penggeledahan, penangkapan, dan penahanan
melanggara hak asasi manusia baik oleh sesame kelompok masyarakat dengan
cara menyelesaikan akar permasalahan secara terencana, adil dan menyeluruh.
5. Kaum perempuan berhak untuk menikmati dan mendapatkan perlindungan
yang sama bagi semua ahak asasi manusia di bidang, politik, ekonomi, sosial,
budaya, sipil, dan bidang lainnya, termasuk hak untuk hidup, persamaan,
kebebasan dan keamanan pribadi, perlindungan yang sama menurut hukum,
bebas dari diskriminasi, kondisi kerja yang adil. Untuk itu badan-badan
penegak hukum tidak boleh melakukan diskriminasi terhadap perempuan,
lebih konsekuen dalam mematuhi Konvensi Perempuan sebagaimana yang
telah diratifikasi dalam Undang-Undang No. 7 tahun 1984, mengaktifkan
fungsi Komnas anti Kekerasan Terhadap Perempuan. Harus dibuat peraturan
perundang-undangan yang memadai yang menjamin perlindungan hak asasi
perempuan dengan mencantumkan sanksi yang memadai terhadap semua jenis
pelanggarannya.
6. Anak sebagai generasi muda penerus bangsa harus mendapatkan manfaat
dari semua jaminan hak asasi manusia yang tersedia bagi orang dewasa. Anak
harus diperlakukan dengan cara yang memajukan martabat dan harga dirinya,
yang memudahkan mereka berinteraksi didalam masyarakat, anak tidak boleh
dikenai siksaan, perlakuan atau hukuman yang kejam dan tidak manusiawi,
pemenjaraan atau penahanan terhadap anak merupakan tindakan ekstrim
terakhir, perlakuan hukum terhadap anak harus berbeda dengan orang dewasa,
anak harus mendapatkan perlindungan hukum dalam rangka menumbuhkan
suasana phisik dan psikologis yangmemungkinkan anak berkembang secara
normal dengan baik, untuk itu perlu dibuat aturan hukum yang memberikan
perlindungan hak asasi anak, setiap pelanggaran terhadap aturan harus
ditegakkan secara professional tanpa padang bulu.
7. Supremasi hukum harus ditegakkan, sistem peradilan harus berjalan dengan
baik dan adil, para pejabat penegak hukum harus memenuhi kewajiban tugas
yang dibebankan kepadanya dengan memberikan layanan yang baik dan adil
kepada masyarakat penari keadilan, memberikan perlindungan kepada semua
orang dari perbuatan melawan hukum, menghindari tindakan kekerasan yang
melawan hukum dalam rangka menegakkan hukum.
8. Perlu adanya control dari masyarakat (social control) dan pengawasan dari
lembaga politik terhadap upaya-upaya penegakan hak asasi manusia yang
dilakukan oleh pemerintah.
Dalam rangka mewujudkan supremasi hukum, pemerintah telah meletakkan
landasan hukum yang kuat dalam usaha penegakan HAM di Indonesia,
berbagai kebijakan tertuang dalam peraturan perundang-undangan, antara
lain:
a. Hak-hak tersangka atau terdakwa telah dilindungi dalam KUHAP (UU No.
8 Tahun 1981).
b. UU No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM.
BAB III
PENUTUP
H. KESIMPULAN
I. DAFTAR PUSTAKA
http://library.umn.ac.id/jurnal/public/uploads/papers/pdf/c63c136961b25bd933260be
0a3f4ef3c.pdf
https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=8&cad=rja&uact=8&ved=0CDwQFjAHa
hUKEwjHm5zUoPvIAhUnH6YKHUfFAsU&url=http%3A%2F%2Fwww.ohchr.org
%2FEN%2FUDHR%2FDocuments%2FUDHR_Translations
%2Finz.pdf&usg=AFQjCNEGElkC54qJvSiv1lisjcwmYtaefA
https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=4&cad=rja&uact=8&ved=0CCcQFjADah
UKEwjl_IWdx_vIAhUJF5QKHebMAMY&url=http%3A%2F%2Fsippm.unas.ac.id
%2Fpage%2Fdownload.php%3Fpath%3D..%2Ffiles%2Flp_tc_penelitian%2F
%26file%3D41HAM_dan__Polri.pdf&usg=AFQjCNFVS4mWWVoKbKSg_FiGNHuqPqa4Q&bvm=bv.106923889,d.dGY