Penulis
i
1
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................
A; Latar Belakang................................................................................
A; Definisi............................................................................................
B; Epidemiologi...................................................................................
C; Faktor Resiko..................................................................................
D; Patogenesis......................................................................................
E; Mekanisme Asma............................................................................
F; Diagnosis.........................................................................................
G; Klasifikasi.......................................................................................
H; Diagnosis Banding..........................................................................
Penatalaksanaan..............................................................................
J; Pencegahan.....................................................................................
K; Prognosa..........................................................................................
I;
7
7
8
8
9
12
14
15
15
26
26
DAFTAR PUSTAKA
ii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Nilai PEV1, PEFR, MMEFR.........................................................
13
14
15
Tabel 4. ACQ..............................................................................................
18
18
19
19
21
23
iii
3
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Proses Imunologis.....................................................................
10
Gambar 2. Hiperaktivasi.............................................................................
11
11
16
Gambar 5. ACT...........................................................................................
17
24
iv
4
BAB I
PENDAHULUAN
A; Latar Belakang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A; Definisi
Asma adalah penyakit peradangan saluran nafas kronik yang ditandai oleh
peran dari banyak sel dan elemen seluler. Peradangan ini berhubungan dengan
hiperesponsif jalan nafas yang menimbulkan episode berulang kali berupa
mengi, pendek nafas, sesak dada dan batuk yang terutama terjadi pada malam
hari atau dini hari1.
Definisi yang paling banyak diterima secara luas adalah hasil panel
National Istitute of Health ( NIH ) National Heart, Lung and Blood Institute
( NHLBI ). Menurut NHLBI asma adalah penyakit inflamasi kronik saluran
nafas di mana banyak sel berperan terutama sel mast, eosinophil, limposit T,
makrofag, neutrophil dan sel epitel5.
Asma adalah sindrom yang ditandai oleh obstruksi aliran udara yang
bervariasi baik secara spontan maupun dengan pengobatan spesifik.
Peradangan saluran napas kronis menyebabkan hiperresponsif napas ke
berbagai pemicu, yang menyebabkan aliran udara obstruksi dan gejala
pernafasan termasuk sesak dan mengi6.
B; Epidemiologi
2; Faktor lingkungan
a; Alergen
b;
c;
d;
e;
f;
g;
h;
D; Patogenesis1
yang berbeda terhadap 2 agonist. Terdapat pula gen lain yang bersifat
responsif terhadap kortikosteriod dan penghambat leukotriene.
E; Mekanisme Asma1
Gambar 2. Hiperaktivasi
F; Diagnosis
10
2. Pemeriksaan Fisik :
Dapat dijumpai adanya sesak nafas, pernafasan mengi dan perpanjangan
ekspirasi tanda emfisema pada asma yang berat1.
a; Vital
3. Pemeriksaan Penunjang :
;
Spirometri1 :
- ( Volum Ekpirasi Paksa 1 detik ) VEP 1< 70% dari nilai prediksi
menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas.
- Tes reversibilitas : peningkatan VEP1 12% dan 200 ml
menunjukkan reversibilitas yang menyokong diagnosis asma
Arus Puncak Ekspirasi ( APE )1 :
- Reversibilitas. Peningkatan 60 L/menit ( atau 20% ) dengan
pemberian bronkodilator ( misalnya 200-400 ugr salbutamol ), atau
11
variasi diurnal dari APE 20% ( dengan bacaan 2x sehari > 10% )
menyokong diagnosis asma
Variabilitas. Merujuk pada perbaikan atau pemburukan gejala atau
fungsi paru dalam periode tertentu misal 1 hari ( variabilitas
diurnal ), hari atau bulanan.
Pemeriksaan ini hanya dilakukan pada asma berat. Pada fase awal
serangan, terjadi hipoksemia dan hipokapnea (PaCO2 < 35 mmHg)
kemudian pada stadium yang lebih berat pada PaCO 2 justru mendekati
normal sampai normo-kapnea. Selanjutnya pada asma yang sangat berat
12
G; Klasifikasi
Asma kontrol
Berdasar keadaan terkontrol asma dibagi menjadi : terkontrol, terkontrol
parsial dan tidak terkontrol13.
A. Penilaian Terhadap Kontrol Klinis Terkini ( sebaiknya > 4 minggu )
No.
Karakteristik
Terkontrol
Gejala siang
Tidak ada
Hambatan aktivitas
Tidak ada
Gejala malam/bangun
waktu malam
Tidak ada
Perlu reliever
Tidak ada
Terkontrol parsial
Tak
terkontrol
1-2 gejala
3-4 gejala
H; Diagnosis Banding
Bila menemukan keluhan batuk sesak, mengi salah satu kelainan yang
perlu dipikirkan adalah obstruksi saluran nafas atas12.
Diagnosis banding asma5 :
Kategori
Kriteria
bronkiolitis
obliterans,
cystic
fibrosis
Tabel 3. Diagnosis banding asma
I;
Penatalaksanaan
4 Komponen Tata Laksana Asma.
GINA ( 2011 ) mengajukan 4 komponen tata laksana yang dibutuhkan untuk
mencapai dan mempertahankan kontrol asma8 :
1. Mengembangkan Kerjasama Dokter dengan Pasien
Diupayakan tercapainya kerjasama yang baik antara dokter dan pasien,
dan melakukan edukasi pasien tentang asma dan tatakelola asma yang
perlu mereka kerjakan. Manajemen yang efektif diperoleh bila pasien
dapat aktif merawat diri sendiri yaitu bila ia telah mampu :
Menghindari faktor resiko
Menggunakan obatnya secara benar dan teratur sesuai yang telah
ditentukan
Mengerti penggunaan obat pengontrol dan pelega
Mampu memonitor asma dan bila mungkin bisa menggunakan PEF
meter
Mengenal tanda pemburukan asma dan cara mengatasinya
Konsultasi bila diperlukan
2. Mengenal dan mengurangi paparan terhadap faktor resiko
14
15
16
17
18
Obat Asma
Obat asma dapat digolongkan menjadi pengedali ( controller ) dan pelega (
reliever ). Controller adalah obat yang dikonsumsi tiap hari untuk
membuat asma dalam keadaan terkontrol terutama melalui efek anti
inflamasi. Reliever adalah obat yang digunakan bila perlu berdasar efek
cepat untuk menghilangkan bronkokontriksi dan menghilangkan
gejalanya13.
Controller
Reliever
Leukotriene modifeier
Kortikosteroid sistemik
cromoglycate
dan
Ipratropium
Teofilin
br,
20
21
22
beta-2
yaitu
relaksasi
otot
polos
saluran
napas,
Kortikosteroid sistemik.
Steroid sistemik digunakan sebagai obat penghilang gejala bila
penggunaan bronkodilator yang lain sudah optimal tetapi hasil
belum tercapai, penggunaannya dikombinasikan
dengan
bronkodilator lain.
Antikolinergik
Pemberiannya secara inhalasi. Mekanisme kerjanya memblok efek
penglepasan asetilkolin dari saraf kolinergik pada jalan napas.
Menimbulkan bronkodilatasi dengan menurunkan tonus kolinergik
vagal intrinsik, selain itu juga menghambat refleks bronkokostriksi
yang disebabkan iritan.Termasuk dalam golongan ini adalah
ipratropium bromide dan tiotropium bromide.
Theophilin
23
25
K; Prognosa15
26
BAB III
ILUSTRASI KASUS
Identitas Pasien
Nama
: Ny.A
Umur
: 42 Tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Pekerjaan
Alamat
Tanggal Periksa
: 14 Juni 2016
Status Menikah
: menikah
Anamnesis
Keluhan Utama : Sesak napas sejak 2 hari yang lalu
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke RSUD Tengku Rafian dengan keluhan sesak napas sejak
2 hari yang lalu, sebelumnya pasien sering sesak napas jika suasana dingin,
kelelahan, asap, debu dan stress. Pasien mengatakan jika sesak ada bunyi ngikngik. Pasien menyangkal sering sesak napas sejak kecil. Pasien mulai sering sesak
napas 3 tahun belakangan ini. Akhir-akhir ini sesak datang 3 kali dalam
seminggu. Pasien juga mengatakan adanya batuk, batuk tidak berdahak. Pasien
juga mengeluh nyeri perut sebelah kanan.
Riwayat Penyakit Dahulu :
27
Wajah
tekan sinus
Mata
Telinga
Hidung
Mulut
Leher
Paru
Inspeksi : Luka (-), benjolan (-), dada kiri dan kanan simetris.
Palpasi : Benjolan (-), vokal fremitus kanan dan kiri sama.
Perkusi : sonor pada paru kanan dan kiri.
Auskultasi: Vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-
Abdomen :
-
Inspeksi
: perut tampak datar, venektasi (-), scar (-)
Auskultasi
: bising usus (+) normal
Palpasi
: nyeri tekan (+) epigastrium, Nyeri lepas (-), Defans
Muscular (-), Hepar tidak teraba, Lien tidak teraba.
Perkusi : timpani, shifting dullness (-)
, clubbing finger
(-)
Diagnosis Kerja
Asma
Diagnosis Banding
Emfisema Paru
Tb Paru
Bronchitis
Penatalaksanaan
-
IVFD D5 16 tpm
Ventollyne nebu 4x1
Asetil sistein 3x1
Inj. Ceftriaxon 2x1
Inj. Methylprednisolone 2x125
FOLLOW UP
29
No
Tanggal
Follow Up
Terapi
-
IVFD D5 16 tpm
Ventollyne nebu 4x1
Asetil sistein 3x1
Inj. Ceftriaxon 2x1
Inj.
Methylprednisolone
2x125
Inj. Ranitidin 2x1
IVFD D5 16 tpm
Ventollyne nebu 4x1
Asetil sistein 3x1
Inj. Ceftriaxon 2x1
Inj.
TD : 120/90 mmHg
Temp : 36,4oC
HR : 82x/i
RR : 22x/i
2
Methylprednisolone
-
2x125
Inj. Ranitidin 2x1
RR: 20x/i
HR: 78x/i
DAFTAR PUSTAKA
30
31
15.
Health
Center.
Asthma.
www.healthcentral.com/asthma/
Review
date
05/03/2011.
Case Report
ASMA BRONKIALE
32
Di susun oleh :
Ade Novia
Aulia Lestari
Eko Priyono Wijaya
Pembimbing :
dr. Ernety Sp.P
33