Anda di halaman 1dari 18

TTL DAN ELEKTRONIKA INDUSTRI

Pembangkit listrik
tenaga surya
Dosen : Agung yoke
Disusun oleh

Teknik industri

DAFTAR ISI
Daftar Isi______________________________________ hal 1
Sejarah PLTS__________________________________ hal 2
Prinsip Dan Klarifikasi PLTS_______________________ hal 3
Pembangkit Listrik Surya Termal___________________ hal 4
Pembangkit Listrik Surya Fotovoltaik_______________ hal 5
Sel Surya_______________________________________ hal 6
Prinsip Kerja Sel Surya___________________________ hal 7
PLTS Skala Rumah Tangga_______________________ hal 8-10
Hitungan Plts Skala Rumah Tangga_________________ hal 11
Keuntungan PLTS _______________________________ hal 12
Kerugian PLTS__________________________________ hal 13
Dampak PLTS___________________________________ hal 14
Kesimpulan dan Saran____________________________ hal 15
Daftar pustaka___________________________________ hal 16

1 | P LT S T U G A S T T L D A N E L E K T R O N I K A I N D U S T R I

Sejarah Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)


Sejarah PLTS tidak terlepas dari penemuan teknologi sel surya berbasis silikon
pada tahun 1941. Ketika itu Russell Ohl dari Bell Laboratory mengamati silikon
polikristalin akan membentuk built in junction, karena adanya efek segregasi
pengotor yang terdapat pada leburan silikon. Jika berkas foton mengenai salah satu
sisi junction, maka akan terbentuk beda potensial di antara junction, dimana elektron
dapat mengalir bebas. Sejak itu penelitian untuk meningkatkan efisiensi konversi
energi foton menjadi energi listrik semakin intensif dilakukan. Berbagai tipe sel surya
dengan beraneka bahan dan konfigurasi geometri pun berhasil dibuat.

Pembangkit Listrik Tenaga Surya (Photovoltaic Plants)


Sejarah PLTS di Indonesia
Di Indonesia sejarah perkembangan PLTS sudah dimulai sejak 1987, pada tahap
awal tersebut BPPT dimulai dengan pemasangan 80 unit PLTS atau lebih spesifik
lagi SHS (Solar Home System, system pembangkit listrik tenaga surya untuk lampu
penerangan rumah) di desa Sukatani Jawa Barat.
Setelah itu pada tahun 1991 dilanjutkan dengan proyek bantuan presiden (banpres
listrik tenaga surya masuk desa) untuk pemasangan 13445 unit SHS di 15 propinsi.
Program banpres listrik tenaga surya masuk desa juga telah memperoleh sambutan
sangat menggembirakan dari masyarakat perdesaan dan telah terbukti dapat
berjalan dengan baik akan dijadikan model guna implementasi program listrik tenaga
surya untuk sejuta rumah.
2 | P LT S T U G A S T T L D A N E L E K T R O N I K A I N D U S T R I

Prinsip Kerja dan Klasifikasi Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)


Pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) merupakan jenis pembangkit energi listrik
alternatif yang dapat mengkonversi energi cahaya menjadi energi listrik. Secara
umum, ada dua cara pembangkit listrik tenaga surya untuk dapat menghasilkan
energi listrik, yaitu :
Pembangkit Listrik Surya Termal (Solar Thermal Power Plants) Dalam
pembangkit ini, energi cahaya matahari akan digunakan untuk memanaskan
suatu fluida yang kemudian fluida tersebut akan memanaskan air. Air yang
panas akan menghasilkan uap yang digunakan untuk memutar turbin
sehingga dapat menghasilkan energi listrik.
Pembangkit Surya Fotovoltaik (Solar Photovoltaic Plants) Pembangkit jenis
ini memanfaatkan sel surya (solar cell) untuk mengkonversi radiasi cahaya
menjadi energi listrik secara langsung.

Berikut akan dijelaskan tentang keduanya :


1. Pembangkit Listrik Surya Termal (Solar Thermal Power Plants)
Pembangkit Listrik Termal Surya dapat bekerja dalam berbagai cara. Pembangkit
ini juga biasa dikenal sebagai pembangkit listrik surya terkonsentrasi (concentrated
solar power plants). Tipe yang paling banyak digunakan adalah desain parabola
cekung. Cermin parabola dirancang untuk menangkap dan memfokuskan berkas
cahaya ke satu titik fokus, seperti seorang anak yang menggunakan kaca pembesar
untuk membakar kertas. Pada titik fokus tersebut terdapat pipa hitam yang
panjangnya sepanjang cermin tersebut. Didalam pipa tersebut terdapat fluida yang
dipanaskan hingga temperatur yang sangat tinggi, seringkali diatas 300 derajad
fahrenheit (150 derajad celcius). Fluida panas tersebut dialirkan dalam pipa menuju
ke ruang pembangkitan energi listrik untuk memasak air, menghasilkan uap air dan
menghasilkan energi listrik.

3 | P LT S T U G A S T T L D A N E L E K T R O N I K A I N D U S T R I

Pembangkit Listrik Surya Termal (Solar Thermal Power Plants)

Diagram Alir Pembangkit Listrik Termal Surya

Versi lain dari pembangkit listrik surya termal adalah penggunaan tower listrik (power
tower). Tower listrik ini membuat pembangkit listrik surya termal menuju ke arah baru.
Cermin disituasikan untuk memfokuskan radiasi cahaya ke satu titik fokus, yaitu sebuah
menara tinggi yang mana menara ini menerima cahaya untuk mendidihkan air dan
menghasilkan uap air. Cermin-cermin yang digunakan biasanya dikoneksikan ke sebuah
sistem penjejakan (tracking system) cahaya dimana sistem tersebut mengatur cermin agar
selalu menghadap matahari. Tower listrik ini memiliki beberapa keuntungan, seperti waktu
pembangunan yang relatif cepat.

4 | P LT S T U G A S T T L D A N E L E K T R O N I K A I N D U S T R I

Power tower

2. Pembangkit Surya Fotovoltaik (Solar Photovoltaic Plants)


Pembangkit fotovoltaik ini sangatlah sederhana. Beberapa panel surya dipasang
sehingga membentuk array. Masing-masing panel akan mengumpulkan energi
cahaya dan mengkonversikannya secara langsung menjadi energi listrik. Energi
listrik ini dapat dialirkan ke jaringan listrik. Saat ini, pembangkit surya fotovoltaik
masih jarang ditemukan. Hal ini dikarenakan pembangkit listrik surya termal saat ini
lebih efisien untuk memproduksi energi listrik dalam skala besar.

Pembangkit Surya Fotovoltaik (Solar Photovoltaic Plants)

5 | P LT S T U G A S T T L D A N E L E K T R O N I K A I N D U S T R I

Sel surya
Sel surya atau sel fotovoltaik adalah sebuah alat yang mengubah cahaya menjadi
arus listrik dengan menggunakan efek fotolistrik. Sel surya pertama diciptakan oleh
Charles Fritts pada tahun 1880. Pada tahun 1931 seorang insinyur Jerman, Dr
Bruno Lange, mengembangkan sel fotovoltaik menggunakan selenida perak di
tempat oksida tembaga. Meskipun sel prototipe selenium mengkonversi kurang dari
1% dari cahaya menjadi listrik, Ernst Werner von Siemens dan James Clerk Maxwell
mengakui penemuan ini sangatlah penting. Setelah karya Russell Ohl pada 1940-an,
peneliti Gerald Pearson, Calvin Fuller dan Daryl Chapin menciptakan sel surya
silikon pada tahun 1954. Sel-sel surya awal biaya 286 USD/watt dan mencapai
efisiensi dari 4,5-6%.
Tipe Sel Surya
Ditinjau dari konsep struktur kristal bahannya, terdapat tiga tipe utama sel surya,
yaitu sel surya berbahan dasar monokristalin, poli (multi) kristalin, dan amorf. Ketiga
tipe ini telah dikembangkan dengan berbagai macam variasi bahan, misalnya silikon,
CIGS, dan CdTe.

6 | P LT S T U G A S T T L D A N E L E K T R O N I K A I N D U S T R I

Fabrikasi Fotovoltaik
Berdasarkan kronologis perkembangannya, sel surya dibedakan menjadi sel surya
generasi pertama, kedua, dan ketiga. Generasi pertama dicirikan dengan
pemanfaatan wafer silikon sebagai struktur dasar sel surya; generasi kedua
memanfaatkan teknologi deposisi bahan untuk menghasilkan lapisan tipis (thin film)
yang dapat berperilaku sebagai sel surya; dan generasi ketiga dicirikan oleh
pemanfaatan teknologi bandgap engineering untuk menghasilkan sel surya
berefisiensi tinggi dengan konsep tandem atau multiple stackes.
Kebanyakan sel surya yang diproduksi adalah sel surya generasi pertama, yakni
sekitar 90% (2008). Di masa depan, generasi kedua akan makin populer, dan kelak
akan mendapatkan pangsa pasar yang makin besar. European Photovoltaic Industry
Association (EPIA) memperkirakan pangsa pasar thin film akan mencapai 20% pada
tahun 2010. Sel surya generasi ketiga hingga saat ini masih dalam tahap riset dan
pengembangan, belum mampu bersaing dalam skala komersial.

Prinsip Kerja Sel Surya


Bahan sel surya sendiri terdiri kaca pelindung dan material adhesive transparan
yang melindungi bahan sel surya dari keadaan lingkungan, material anti-refleksi
untuk menyerap lebih banyak cahaya dan mengurangi jumlah cahaya yang
dipantulkan, semi-konduktor P-type dan N-type (terbuat dari campuran Silikon) untuk
menghasilkan medan listrik, saluran awal dan saluran akhir (tebuat dari logam tipis)
untuk mengirim elektron ke perabot listrik.

7 | P LT S T U G A S T T L D A N E L E K T R O N I K A I N D U S T R I

Proses Kerja Sel Surya


Cara kerja sel surya identik dengan piranti semikonduktor dioda. Ketika cahaya
bersentuhan dengan sel surya dan diserap oleh bahan semi-konduktor, terjadi
pelepasan elektron. Apabila elektron tersebut bisa menempuh perjalanan menuju
bahan semikonduktor pada lapisan yang berbeda, terjadi perubahan sigma gayagaya pada bahan. Gaya tolakan antar bahan semi-konduktor, menyebabkan aliran
medan listrik. Dan menyebabkan elektron dapat disalurkan ke saluran awal dan
akhir untuk digunakan pada perabot listrik.

Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Skala Rumah Tangga


>> Komponen-Komponen
Untuk memasang pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) skala rumah tanggal,
komponen-komponen yang digunakan adalah :

8 | P LT S T U G A S T T L D A N E L E K T R O N I K A I N D U S T R I

Komponen-Komponen PLTS
- Solar Panel / Panel Surya : alat untuk mengkonversi energi cahaya matahari
menjadi energi listrik. Sebuah sel surya dapat menghasilkan tegangan kurang lebih
0.5 volt. Jadi sebuah panel surya / solar cell 12 Volt terdiri dari kurang lebih 36 sel.
- Charge Controller : alat untuk mengatur arus dan tegangan yang akan masuk ke
baterai. Tegangan dan arus yang masuk ke baterai harus sesuai dengan yang
diinginkan. Bila lebih besar atau lebih kecil dari range yang ditentukan, maka baterai
atau peralatan yang lain akan mengalami kerusakan. Selain itu, charge controller
juga berfungsi sebagai penjaga agar daya keluaran yang dihasilkan tetap optimal.
Sehingga dapat tercapai Maximum Power Point Tracking (MPPT).

Charge controller secara umum melindungi dari gangguan-gangguan seperti


diterangkan berikut :

9 | P LT S T U G A S T T L D A N E L E K T R O N I K A I N D U S T R I

LVD, Low voltage disconnect, apabila tegangan dalam battery rendah, ~11.2 V,
maka untuk sementara beban tidak dapat dinyalakan. Apabila tegangan battery
sudah melewati 12V, setelah di charge oleh modul surya, maka beban akan otomatis
dapat dinyalakan lagi (reconnect).
HVD, High Voltage disconnect, memutus listrik dari modul surya jika battery/accu
sudah penuh. Listrik dari modul surya akan dimasukkan kembali ke battery jika
voltage battery kembali turun.
Short circuit protection, menggunakan electronic fuse (sekering) sehingga tidak
memerlukan fuse pengganti. Berfungsi untuk melindungi sistem PLTS apabila terjadi
arus hubung singkat baik di modul surya maupun pada beban. Apabila terjadi short
circuit maka jalur ke beban akan dimatikan sementara, dalam beberapa detik akan
otomatis menyambung kembali.
Reverse Polarity, melindungi dari kesalahan pemasangan kutub (+) atau (-).
Reverse Current, melindungi agar listrik dari baterai atau aki tidak mengalir ke modul
surya pada malam hari.
PV Voltage Spike, melindungi tegangan tinggi dari modul pada saat baterai tidak
disambungkan ke controller.
Lightning Protection, melindungi terhadap sambaran petir (s/d 20,000 volt).
Inverter : alat elektronika daya yang dapat mengkonversi tegangan searah (DC direct
current) menjadi tegangan bolak-balik (AC alternating current).
Baterai, adalah perangkat kimia untuk menyimpan tenaga listrik dari tenaga
surya.Tanpa baterai, energi surya hanya dapat digunakan pada saat ada sinar
matahari.

10 | P L T S T U G A S T T L D A N E L E K T R O N I K A I N D U S T R I

Berikut adalah diagram instalasi pembangkit listrik tenaga surya skala rumah tangga

Diagram Instalasi PLTS


Dari diagram pembangkit listrik tenaga surya diatas dapat diketahui bahwa beberapa panel
surya di paralel untuk menghasilkan arus yang lebih besar. Combiner digunakan untuk
menghubungkan kaki positif panel surya satu dengan yang lainnya. Begitu pula untuk kaki
negatifnya. Ujung kaki positif panel surya dihubungkan ke kaki positif charge controller dan
begitu pula untuk kaki negatifnya. Tegangan panel surya yang dihasilkan akan digunakan
oleh charge controller untuk mengisi baterai. Untuk menghidupkan beban perangkat dengan
arus AC, seperti : Televisi, Radio, komputer, dll, arus baterai yang merupakan arus DC harus
diubah terlebih dahulu menjadi AC dengan menggunakan inverter. Untuk mengukur jumlah
energi listrik yang telah dihasilkan oleh panel surya dapat digunakan kWh meter. Untuk
melindungi panel surya dan perangkat lainnya dari gangguan, maka digunakanlah panel
pemutus AC.
Pada pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) skala rumah tangga, biasanya sering terjadi
Islanding. Islanding adalah terjadinya pemutusan aliran listrik pada jaringan distribusi yang
dimiliki oleh perusahaan listrik ketika PLTS tetap bekerja. Hal ini dapat terjadi karena adanya
kerusakan pada jaringan distribusi listrik. Agar tidak merusak PLTS, digunakanlah power
conditioner. Alat ini berfungsi untuk mendeteksi terjadinya Islanding dan dengan segera
menghentikan kerja PLTS. Power conditioner biasanya menjadi satu dengan inverter.

Perhitungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Skala Rumah Tangga

11 | P L T S T U G A S T T L D A N E L E K T R O N I K A I N D U S T R I

Sebelum menentukan kapasitas sel surya yang sesuai dengan kebutuhan suatu rumah,
alangkah baiknya sebelumnya untuk melakukan perhitungan terlebih dahulu. Langkahlangkah sebelum menentukan sel surya yang tepat untuk dibeli adalah

Jumlah daya yang dibutuhkan dalam pemakaian sehari-hari (watt).

Berapa besar arus yang dihasilkan solar cells panel (dalam ampere hour), dalam hal
ini memperhitungkan berapa jumlah panel surya yang harus dipasang.

Berapa unit baterai yang diperlukan untuk kapasitas yang diinginkan dan
pertimbangan penggunaan tanpa sinar matahari. (ampere hour).

Berikut adalah contoh perhitungan untuk mendapatkan jumlah panel sel surya yang sesuai
dengan kebutuhan rumah tangga.
Perhitungan Keperluan Daya

Penerangan rumah: 10 lampu CFL @ 15 watt x 4 jam sehari = 600 watt hour.

Televisi 21: @ 100 watt x 5 jam sehari = 500 watt hour

Kulkas 360 liter : @ 135 watt x 24 jam x 1/3 (karena compressor kulkas tidak selalu
hidup, umumnya mereka bekerja lebih sering apabila kulkas lebih sering dibuka
pintu) = 1080 watt hour

Komputer : @ 150 Watt x 6 jam = 900 watt hour

Perangkat lainnya = 400 watt hour

Total kebutuhan daya = 3480 watt hour

Perhitungan Jumlah Panel Surya

Jumlah solar cells panel yang dibutuhkan, satu panel kita hitung 100 watt
(perhitungan adalah 5 jam maksimum tenaga surya):

Kebutuhan solar cells panel : (3480 / 100 / 5) = 7 panel surya.

Perhitungan Jumlah Baterai

Jumlah kebutuhan baterai 12 Volt dengan masing-masing 100 Ah:

Kebutuhan baterai minimun (baterai hanya digunakan untuk 50% pemenuhan


kebutuhan listrik), dengan demikian kebutuhan daya kita kalikan 2 x lipat : 3480 x 2 =
6960 watt hour = 6960 / 12 volt / 100 Amp = 6 batere 100 Ah.

Kebutuhan baterai (dengan pertimbangan dapat melayani kebutuhan 3 hari tanpa sinar
matahari) : 3480 x 3 x 2 = 20880 watt hour = 20880 / 12 volt / 100 Amp = 17 batere
100 Ah.

12 | P L T S T U G A S T T L D A N E L E K T R O N I K A I N D U S T R I

Keuntungan dan Kerugian Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)


Kelebihan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) adalah :

Cahaya matahari merupakan energi yang dapat diperbaharui dan tidak akan habis.
Oleh karena melimpahnya ketersediaan cahaya inilah, pembangkit listrik tenaga surya
dapat menjadi pembangkit listrik alternatif yang dapat menggantikan energi-energi
lainnya yang tidak dapat diperbarui, seperti gas alam, batubara, minyak, nuklir dll.

Green Power Plant

Pembangkit listrik tenaga surya merupakan pembangkit listrik yang bersih dan ramah
lingkungan. Pembangkit ini hanya membutuhkan cahaya matahari sebagai komponen
utama penghasil energi listriknya. Selain itu, tidak ada limbah keluaran dari hasil
proses pembangkitannya. Oleh karena itu, pembangkit listrik tenaga surya (PLTS)
dapat menggantikan pembangkit listrik lain untuk mengurangi jumlah limbah
keluaran yang memiliki dampak negatif bagi lingkungan, seperti nuklir dan batubara.

Umur pemakaian dari komponen penyusunnya, seperti sel surya, relatif panjang.
Sehingga dapat dikatakan bahwa membangun pembangkit listrik tenaga surya
merupakan suatu investasi jangka panjang.

13 | P L T S T U G A S T T L D A N E L E K T R O N I K A I N D U S T R I

Karena bentuknya yang sederhana dan ringkas, maka pembangkit listrik tenaga surya
mudah dalam pemasangan dan juga mudah dalam perawatannya.

Jika dipasang secara individual (satu rumah satu sistem). Rumah yang berjauhan
sekalipun tidak memerlukan jaringan kabel distribusi. Selin itu, gangguan pada satu
sistem tidak mengganggu sistem lainnya.

Kerugian pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) :


Proses pembangkitan hanya dapat dilakukan pada siang hari.
Lebih buruk lagi bila proses pembangkitan dilakukan pada musim
penghujan. Langit sering kali ditutupi oleh awan. Sehingga
besarnya cahaya matahari yang akan dikonversi ke energi listrik
tidak optimal.
Bahan pembuatan komponen pembangkit listrik tenaga surya
masih berharga mahal. Terutama untuk tipe sel fotovoltaik.
Meskipun pembangkit l;istrik tenaga surya memiliki beberbagai
keuntungan. Namun PLTS memiliki kelemahan. kelemahan dari
PLTS Memiliki ketergantungan pada cuaca. Saat mendung
kemampuan panel surya menangkap sinar matahari tentu akan
berkurang. Akibatnya, PLTS tidak bisa digunakan secara optimal.
Karena saat mendung kemampuan PLTS menyimpan energi
berkurang sekitar 30 persen.

Rencana pembangunan PLTS dihadang sejumlah masalah.


Masalah utama adalah besarnya biaya membangun pembangkit
ini. Yaitu mencapai Rp. 11 milyar per MW. Jika PLTS nanti
kapasitasnya 30 MW, berarti biaya yang dibutuhkan Rp 330 Milyar.

Teknologi PLTS dikhawatirkan menjadi sumber pencemar udara


baru. Kondisi geografis Samarinda yang membentuk cekungan
membuat sirkulasi udara menjadi lambat. Polutan PLTS nantinya
berputar-putar diatas kota Samarinda.

14 | P L T S T U G A S T T L D A N E L E K T R O N I K A I N D U S T R I

Dampak PLTS Terhadap Lingkungan

>> Gas Rumah Kaca


Siklus hidup emisi gas rumah kaca pembangkit listrik tenaga surya saat ini berada
di kisaran 25-32 g/kWh dan ini bisa turun menjadi 15 g/kWh di masa yang akan
datang. Sebagai perbandingan, PLTGU batubara menghasilkan 400-599 g/kWh,
pembangkit listrik berbahan bakar minyak menghasilkan 893 g/kWh, pembangkit
listrik batu bara menghasilkan 915-994 g/kWh atau dengan penangkapan dan
penyimpanan karbon sekitar 200 g/kWh, dan pembangkit listrik panas bumi
temperatur tinggi menghasilkan 91-122 g/kWh. Hanya pembangkit listrik tenaga
angin dan panas bumi temperatur rendah yang menghasilkan lebih baik, yaitu 11
g/kWh dan 0-1 g/kWh.
Untuk beberapa pembangkit listrik tenaga nuklir, siklus hidup beberapa emisi gas
rumah kaca yang dihasilkan, termasuk energi yang dibutuhkan untuk menambang
uranium dan energi pembangunan pembangkit listrik serta dekomisioning, adalah di
bawah 40 g/kWh, namun beberapa pembangkit nuklir lainnya menghasilkan jauh
lebih tinggi.
>> Kadmium
Salah satu isu yang sering menjadi keprihatinan adalah penggunaan kadmium
dalam sel surya cadmium telurida (CdTe). Kadmium dalam bentuk logam adalah zat
beracun yang memiliki kecenderungan untuk terakumulasi dalam rantai makanan
ekologi. Jumlah kadmium yang digunakan pada film tipis modul Photovoltaic (PV)
relatif kecil, yaitu 5-10 g/m. Dengan teknik kontrol emisi yang tepat, emisi kadmium
dari produksi modul dapat ditekan menjadi nol. Saat ini teknologi PV menyebabkan
emisi kadmium sebesar 0,3-0,9 mikrogram/kWh dalam satu siklus hidup. Sebagian
besar emisi tersebut muncul melalui penggunaan pembangkit listrik tenaga batubara
dalam pembuatan modul. Pembakaran batubara dan lignit menyebabkan emisi
15 | P L T S T U G A S T T L D A N E L E K T R O N I K A I N D U S T R I

kadmium jauh lebih tinggi. Kadmium dari batubara adalah 3,1 mikrogram/kWh, lignit
6,2 mikrogram/ kWh dan gas alam 0,2 mikrogram/kWh.
Jika listrik yang dihasilkan oleh panel fotovoltaik digunakan untuk pembuatan
modul, bukan listrik yang berasal dari pembakaran batubara, emisi kadmium dari
penggunaan batu bara dalam proses produksi dapat dihilangkan seluruhnya.

KESIMPULAN
Dari hasil pembuatan makalah ini, kami menarik kesimpulan bahwa Pembangkit
Listrik Tenaga Surya (PLTS) memiliki berbagai keuntungan. PLTS ini juga sangat
cocok dikembangkan di Indonesia yang sangat berpotensi, karena beriklim
tropis, dan Pembangkit Listrik Tenaga Surya ini bisa digunakan sebagai
pengganti pembangkit listrik berbahan bakar fosil yang tidak terbarukan.
Pemanfaatan energi tenaga surya terbarukan secara efisien, akan menimbulkan
keuntungan secara materi dan kesehatan lingkungan alam.
SARAN
Setelah melihat prospektif dari Pembangkit Listrik Tenaga Surya yang ramah
lingkungan dan juga sumber energinya terbarukan, sebaiknya kita sebagai
warga masyarakat Indonesia mulai peduli dan juga berpartisipasi untuk memakai
serta mengembangkan teknologi PLTS ini. Jika teknologi ini berhasil berjalan dan
berkembang pesat, dapat di bayangkan berapa jumlah polusi yang berkurang.
Serta juga dapat mengurangi Global Warming serta dampak yang di timbulnya.
Dan kemungkinan dari segi perekonomian daerah akan meningkat, sarana dan
prasarana dapat berjalan lancar. Sehingga nantinya akan menghasilkan SDM
yang berkualitas.
16 | P L T S T U G A S T T L D A N E L E K T R O N I K A I N D U S T R I

Daftar pustaka
Sumber :.http://jendeladenngabei.blogspot.com/2012/11/pembangkit-listriktenaga-suryaplts.htmlhttp://jendeladenngabei.blogspot.com/2012/11/pembangkit-listriktenaga-surya-plts.html

17 | P L T S T U G A S T T L D A N E L E K T R O N I K A I N D U S T R I

Anda mungkin juga menyukai