Wahai Manusia
Wahai Manusia
Aku heran pada orang yang yakin akan kematian, tapi hidup bersuka ria.
Aku heran pada orang yang yakin akan pertanggungjawaban segala amal perbuatan di
akhirat, tapi asyik mengumpulkan dan menumpuk harta.
Aku heran pada orang yang yakin akan kubur, tapi ia tertawa terbahak-bahak.
Aku heran pada orang yang yakin akan adanya alam akhirat, tapi ia menjalani hidupnya
dengan bersantai-santai.
Aku heran pada orang yang yakin akan kehancuran dunia, tapi ia menggandrunginya.
Aku heran pada intelektual, yang bodoh dalam soal moral.
Aku heran pada orang yang bersuci dengan air, sementara hatinya masih tetap kotor.
Aku heran pada orang yang sibuk mencari cacat dan aib orang lain, sementara ia tidak sadar
sama sekali terhadap cacat yang ada pada dirinya.
Aku heran pada orang yang yakin bahwa Allah SWT senantiasa mengawasi segala
perilakunya tapi ia berbuat durjana.
Aku heran pada orang yang sadar akan kematiannya, kemudian akan tinggal dalam kubur
seorang diri, lalu diminta pertanggungjawaban seluruh amal perbuatannya, tapi berharap
belas kasih orang lain.
Wahai manusia !
Hari demi hari usiamu kian berkurang, sementara engkau tidak pernah menyadarinya. Setiap
hari Aku datangkan rezeki kepadamu, sementara engkau tidak pernah memujiKu. Dengan
pemberian yang sedikit, engkau tidak pernah mau lapang dada. Dengan pemberian yang
banyak, engkau tidak juga pernah merasa kenyang.
Wahai manusia !
Setiap hari Aku mendatangkan rezeki untukmu. Sementara setiap malam malaikat
datang kepada-Ku dengan membawa catatan perbuatan jelekmu. Engkau makan
dengan lahap rezeki-Ku, namun engkau tidak segan-segan pula berbuat durjana
kepada-Ku. Aku kabulkan jika engkau memohon kepada-Ku. Kebaikan-Ku tak putusputus mengalir untukmu. Namun
sebaliknya, catatan kejelekanmu sampai kepada-Ku tiada henti.
Akulah pelindung terbaik untukmu. Sedangkan engkau hamba terjelek bagi-Ku. Kau raup
segala apa yang Ku-berikan untukmu. Kututupi kejelekan yang kau perbuat secara terangterangan.
Aku sungguh sangat malu kepadamu, sementara engkau sedikitpun tak pernah merasa malu