Anda di halaman 1dari 12

PENELITIAN SASTRA

2. Pembahasan
2.1 Konsep Sastra Bandingan
2.1.1 Hakikat Kajian Sastra Bandingan
Dua istilah yang perlu dijelaskan, untuk membantu peneliti adalah sastra bandingan
dan sastra perbandingan. Dua hal ini mempunyai implikasi yang kurang lebih sama.
Sastra bandingsn sering disingkat sanding dan sastra perbandingan disingkat
sasper. Penyingkatan semacam ini sekadar mempermudah ucapan saja, yang
penting pengertiannya tidak berbeda.
Sastra bandingan adalah studi teks across cultural. Studi ini merupakan upaya
interdispliner, yakni lebih banyak memperhatikan hubungan sastra menurut aspek
waktu dan tempat. Dari aspek waktu, sastra bandingan dapat membandingkan dua
atau lebih periode yang berbeda. Sedaangkan konteks tempat, akan mengikat
sastra bandingan menurut wilayah geografis sastra. Konsep ini merepresentasikan
bahwa sastra bandingan memang cukup luas. Bahkan pada perkembangan
selanjutnya, konteks sastra bandingan tertuju pada bandingan sastra dengan
bidang lain. Bandingan semacam ini guna merunut keterkaitan antar aspek
kehidupan.
Benedecto Crose (Giffod,1995:1), berpendapat bahwa studi sastra bandingan
adalah kajian yang berupa eksplorasi perubahan (vicissitude), alterna-tion
(penggantian), pengembangan (development), dan perbedaan timbal balik diantara
dua karya atau lebih. Sastra bandingan akan terkait dengan ihwal terma dan idea
sastra. Berarti studi ini merupakan penelitian sstra yang tidak gersang dan
membosankan, sebab di dalamnya banyak hal yamg menggelitik.
Sastra perbandingan adalah wilayah keilmuan sastra yang meempelajari
keterkaitan antar sastra dan perbandingan sastra dengan bidang lain. Jalinmenjalin antar karya sastar sangat dimungkinkan, karena setiap pengarang
menstra jadi bagian dari penulis lain. Setiap pengarang sulit lepas dari karya orang
lain, karena mereka harus membaca dan meresepsi karya orang lain. Dalam kajian
sastra bandingan ini, selalu diperhatikan kaidah- kaidah teoritis yang berhubungan
dengan ilmu sastra. Disamping itu, sastra bandingan juga dimungkinkan
membandingkan antara sastra dengan bidang lain yang relevan. Tak sedikit bidang
lain, seperti sejarah, agama, filsafat, arsitektur, dan sebagai yang bersinggungan
dengan sastra. Kedua belah pihak kadang- kadang saling mendukung, ada titik
temu dan sebaliknya juga ada yang bersebrangan. Untuk itu, diperlukan
perbandingan agar ditemukan varian- varian jelas diantara bidang ilmu tersebut.
2.1.2 Ilmu sastra Bandingan

Ilmu sastra menjadi pijakan sastra bandingan. Oleh karena, melalui ilmu sastra
tersebut akan dapat dilihat apakah karya satu dengan yang lain saling
bersinggungan atau tidak. Teori- teori tentang gaya bahasa, naratologi, estetika,
dan sebagainya amat bermanfaat bagi studi sastra perbandingan. Tanpa ilmu atau
teori mendasar, seorang peneliti tak mungkin membandingkan karya sastra dengan
cermat. Apalagi, kalau karya sastra yang dibandingkan itu sangat halus
kemiripannya.
Tujuan sastra bandingan antara lain: Pertama, untuk mencari pengaruh karya sastra
satu dengan yang lain atau pengaruh bidang lain serta sebaliknya dalam dunia
sastra. Kedua, untuk menentukan mana karya sastra yang benar- benar orisinal dan
mana yang bukan dalam lingkup perjalanan sastra. Ketiga, untuk menghilangkan
kesan bahwa karya sstra nasional tertentu lebih hebat dibanding karya sastra
nasional yang lain. Keempat, untuk mencari keragaman budaya yang terpantul
dalam karya sastra satu dengan yang lainnya. Kelima, untuk memperkokoh
keuniversalan konsep- konsep keindahan universal dalam sastra; Keenam, untuk
menilai mutu karya- karya dari negara- negara dan keindahan karya sastra.

2.2 Intertekstualitas dan Sastra Bandingan


2.2.1 Orisinalitas Teks
Penelitian interteks sebenarnya bagian dari sastra bandingan. Munculnya studi
interteks, sebenarnya lebih banyak dipengaruhi oleh pembuatan sejarah sastra,
sedangkan munculnya sastra bandingan dengan bidang lain, kemungkinan besar
dipengaruhi oleh penelitian lintas disiplin ilmu.
Studi interteks menurut Frow (1990:45-46) didasarkan beberapa asumsi kritis: (1)
konsep interteks menurut peneliti untuk memahami teks tak hanya sebagai isi,
melainkan juga aspek perbedaan dan sejarah teks., (2) teks tak hanya struktur yang
ada, tetapi satu sama lain juga saling memburu, sehingga terjadi perulangan atau
transformasi teks, (3) ketidakhadiran struktur teks dalam rentang teks yang lain
namun hadir juga pada teks tertentu merupakan proses waktu yang menentukan,
(4) bentuk kehadiran struktur teks merupakan rentangan dari yang eksplisit sampai
implisit, (5) hubungan teks satu dengan yang lain boleh dalam rentang waktu yang
sama, (6) pengaruh mediasi dalam interteks sering mempengaruhi juga pada
penghilangan gaya maupun norma- norma sastra, (7) dalam melakukan identifikasi
interteks diperlukan proses interprestasi, (8) analisis interteks berbeda dengan
melakukan kritik melainkan lebih terfokus pada konsep pengaruh.
2.2.2 Pokok Kajian Interteks
Kajian sastra bandingan, pada akhirnya harus masuk ke dalam wilayah hipogram.
Hipogram adalah modal utama dalam sastra ysng akan melahirkan karya
berikutnya (Riffarterre, 1978:23). Jadi, hipogram adalah karya sastra yang menjadi
latar kelahiran karya berikutnya. Sedangkan karya berikutnya dinamakan karya

transformasi. Hipogram dan transformasi ini akan berjalan terus- menerus sejauh
proses sastra itu hidup. Hipogram merupakan induk yang akan menetaskann
karya- karya baru. Hipogram karya sastra akan meliputi: (1) ekspansi, (2) konvensi,
(3) modifikasi, (4) ekserp.
Dari penelitian interteks demikian, akan terlihat lebih jauh bahwa karya berikutnya
merupakan response pada karya- karya terbit sebelumnya. Prinsip dasar
intertekstualitas (Pradopo, 1997: 228) adalah karya hanya dapat dipahami
maknanya secara utuh dalam kaitannya dengan teks lain yang menjadi hipogram.
Penelitian intertekstual tersebut, sebenarnya merupakan usaha ;pemahaman sastra
sebagai sebuah presupposition. Yakni sebuah perkiraan bahwa suatu teks baru
mengandung teks sebelumnya. Secara garis besar, penelitian interrtekstual memilki
dua fokus: Pertama, meminta perhatian kita tentang pentingnya teks yang
terdahulu (prior text). Kedua, intertekstual akan membimbing peneliti untuk
pertimbangkan teks tedahulu sebagai penyumbang kode yang memungkinkan
lahirnya berbagai efek signifikan.
2.3 Sastra Bandingan, Sastra Nasional, dan Sastra Dunia
Kajian sastra bandingan tidak dapat mengabaikan peranan sastra nasional yang
lama- kelamaan akan menjadi sastra dunia. Sastra nasional adalah sastra yang
secara umum menjadi miik bangsa. Istilah yang sering terkait dengan sastra
bandinagan adalah sastar dunia (world literature). Sastra dunia adalah sastra yang
memuat pandangan- pandangan universal atau mendunia. Sastra tersebut diakui
oleh seluruh dunia. Biasanya, karya- karya semacam ini tergolong masterpiece
(karya sastra agung). Karya demikian banyak diterjemahkan ke dalam berbagai
bahasa ke seluruh dunia. Tentu saja untuk menjadi sastra dunia tidak hanya
memakan waktu pendek. Meskipun ukuran waktu ini sangat lentur, namun
sekurang- kurangnya bila karya tersebut sangat digemari oleh siapa pun di dunia,
boleh dikatakan sebagai sastra dunia.
Sastra dunia memang lebih luas daripada sastra bandingan. Sastra dunia mencakup
sastra dunia ke seluruh negara. Sedangkan sastra bandingan biasanya terbentur
oleh waktu dan berbagai kesempatan, karenya sering terbatas hanya pada sastra
nasional atau bahkan regional
Hutomo (1993:8) menjelaskan bahwa hubungan sastra bandingan dengan sastra
dunia, dapat dijelaskan melalui tabel berikut ini:
Sudut
Pandang
Sastra bandingan
Sastra dunia
Ruang
Hubungan karya (pengarang
Dari dua dunia

Hubungan yang menyentuh seluruh dunia (biasanya dunia barat)


Waktu
Boleh membandingkan sastra
Dari zaman apa saja (sastra
Lama atau pun sastra baru)
Ketokohan karya dikaitkan dengan waktu kelahirannya
Sastra mutakhir tidak termasuk kajian
Kualitas
Karya yang dipilih untuk
Dibandingkan tidak terkait pada kehebatannya ( bermutu)
Hanya terbatas pada karya agung
Intensitas
Karya sastra yang belum
Terkenal dapat terangkat ke sastra sastra dunia
Menunggu hasil dari sastra bandingan

2.4 Ruang Lingkup Sastra Bandingan


Sastra bandingan merupakan kajian sastra di luar batas sebuah negara dan tentang
hubungan di antara sastra dengan bidang ilmu serta kepercayaan lain. Pada
dasarnya, baik studi interteks maupun sastra bandingan akan mencari dua hal,
yaitu: (1) affinity pertalian, kesamaan) dan atau paralelisme serta varian teks satu
dengan yang lain; (2) pengaruh karya sastra satu kepad karya lain atau pengaruh
sastra pada bidang lain dan sebaliknya.
Dua hal tersebut masih bisa dikembangkan lagi menjadi beberapa lingkup studi,
antara lain,: (a) perbandingan antara karya pengarang satu dengan yang lainnya,
pengarang yang sezaman, antar generasi, pengarang yang senada, dan
sebagainya; (b) membandingkan karya sastra dengan bidang lain, seperti
arsitektur, pengobatan tradisional, takhayul, dan seterusnya; (c) kajian bandingan
yang bersifat teoritik, untuk melihat sejarah, teori, dan kritik sastra.
Memang dari ruang lingkup: (a) yaitu kajian sastra bandingan itu, sampai sekarang
masih menimbulkan masalah tersendiri, ruang lingkup bandingan (b) yaitu antara
karya sastra dengan bidang lain, kadang- kadang terjebak pada refleksi saja, dan
ruang lingkup kajian (c) berupa bandingan mengenai perkembangan sejarah, teori,
dan kritik sastra juga tidak begitu jelas aspek bandingannya.

Dari ruang lingkup demikian, sastra bandingan dapat digolongkan ke dalam empat
bidang utama, yaitu:
(1)

Kajian yang bersifat komparatif

(2) Kajian bandingan historis


(3)

Kajian bandingan teoritik

(4) Kajian antardisiplin ilmu


2.5 Konsep Pengaruh dalam Sastra Bandingan
Kajian konsep pengaruh, merupakan titik terpenting bagi studi sastra bandingan.
Karya yang terpengaruh dengan karya sebelumnya, tentu akan memilki identitas
tersendiri. Dari proses pengaruh- mempengaruhi itu akan terdapat berbagai aspek
bandingan yang disebut varian. Keterpengaruhan ini jelas akan dipengaruhi oleh
berbagai hal, antara lain: (a) perkembangan karir pengarang, (b) proses penciptaan
pengarang, (c) tradisi atau budaya pengarang.
Pengarang yang secara langsung dan tampak sekali terpengaryh sumber asli,
biasanya disebut transmitter, berbeda dengan pengaruh tak langsung dan tidak
disengaja, sering disebut internediary. Kajian pengaruh, perlu sampai bagaimana
pengaruh- pengaruh itu diterapkan. Dewasa ini, perbandingan yang berbau
positivisme telah mulai dikesampingkan. Perbandingan mulai diarahkan pada
kenungkinan- kemungkinan keberterimaan pengaruh.

2.6 Metode Sastra Bandingan


Metode sastra bandingan tidak jauh berbeda dengan metode kritik sastra yang
obyeknya lebih dari satu karya. Penekanan sastra bandingan adalah pada aspek
kesejarahan teks.
Pada dasarnya, metode sastra bandingan dapat dikelompokkan menjadi dua
golongan yaitu:
(1) Metode perbandingan diakronik, yaitu membandingkan dua karya atau lebih
yang berbeda periode penciptaan.
(2) Metode perbandingan sinkronik, yaitu perbandingan karya sastra yang sezaman.
Dalam kajian sastra bandingan, ada beberapa istilah yang patut direnungkan.
Istilah- istilah itu merupakan bentuk tradisi sastra yang menyebabkan karya
melebar. Istilah tersebut antara lain: (a) transformasi, (b) terjemahan, (c) peniruan,
dan (d) kecendrungan.

Dari pembahasan di atas, dapat diketengahkan bahwa baik sastra bandingan


maupun studi interteks sebenarnya saling menunjang. Kedua bidang ini memilki
tujuan yang kurang lebih sama. Keduanya memilki prinsip antara lain: (a) sebuah
teks mengandung berbagai teks lain, (b) menganalisis unsur instrinsik dan
ekstrinsik, (c) karya pengarang sebenarnya lahir tidak dalam kekosongan, sehingga
pengaruh karya lain sangat dimungkinkan.

3. Penutup
3.1 Kesimpulan
Sastra bandingan adalah studi teks across cultural. Studi ini merupakan upaya
interdispliner, yakni lebih banyak memperhatikan hubungan sastra menurut aspek
waktu dan tempat. Dari aspek waktu, sastra bandingan dapat membandingkan dua
atau lebih periode yang berbeda. Sedaangkan konteks tempat, akan mengikat
sastra bandingan menurut wilayah geografis sastra.
Sastra perbandingan adalah wilayah keilmuan sastra yang meempelajari
keterkaitan antar sastra dan perbandingan sastra dengan bidang lain. Jalinmenjalin antar karya sastar sangat dimungkinkan, karena setiap pengarang
menstra jadi bagian dari penulis lain. Setiap pengarang sulit lepas dari karya orang
lain, karena mereka harus membaca dan meresepsi karya orang lain. Dalam kajian
sastra bandingan ini, selalu diperhatikan kaidah- kaidah teoritis yang berhubungan
dengan ilmu sastra.
Disamping itu, sastra bandingan juga dimungkinkan membandingkan antara sastra
dengan bidang lain yang relevan. Tak sedikit bidang lain, seperti sejarah, agama,
filsafat, arsitektur, dan sebagai yang bersinggungan dengan sastra. Kedua belah
pihak kadang- kadang saling mendukung, ada titik temu dan sebaliknya juga ada
yang bersebrangan. Untuk itu, diperlukan perbandingan agar ditemukan varianvarian jelas diantara bidang ilmu tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Endraswara, Suwardi. 2008. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Medpress

PENELITIAN SASTRA
2. Pembahasan
2.1 Konsep Sastra Bandingan
2.1.1 Hakikat Kajian Sastra Bandingan
Dua istilah yang perlu dijelaskan, untuk membantu peneliti adalah
sastra bandingan dan sastra perbandingan. Dua hal ini mempunyai implikasi
yang kurang lebih sama. Sastra bandingsn sering disingkat sanding dan
sastra perbandingan disingkat sasper. Penyingkatan semacam ini sekadar
mempermudah ucapan saja, yang penting pengertiannya tidak berbeda.
Sastra bandingan adalah studi teks across cultural. Studi ini merupakan
upaya interdispliner, yakni lebih banyak memperhatikan hubungan sastra
menurut aspek waktu dan tempat. Dari aspek waktu, sastra bandingan dapat
membandingkan dua atau lebih periode yang berbeda. Sedaangkan konteks
tempat, akan mengikat sastra bandingan menurut wilayah geografis sastra.
Konsep ini merepresentasikan bahwa sastra bandingan memang cukup luas.
Bahkan pada perkembangan selanjutnya, konteks sastra bandingan tertuju
pada bandingan sastra dengan bidang lain. Bandingan semacam ini guna
merunut keterkaitan antar aspek kehidupan.
Benedecto Crose (Giffod,1995:1), berpendapat bahwa studi sastra
bandingan
adalah
kajian
yang
berupa
eksplorasi
perubahan (vicissitude), alterna-tion (penggantian),
pengembangan (development), dan perbedaan timbal balik diantara dua
karya atau lebih. Sastra bandingan akan terkait dengan ihwal terma dan idea
sastra. Berarti studi ini merupakan penelitian sstra yang tidak gersang dan
membosankan, sebab di dalamnya banyak hal yamg menggelitik.
Sastra perbandingan adalah wilayah keilmuan sastra yang meempelajari
keterkaitan antar sastra dan perbandingan sastra dengan bidang lain. Jalinmenjalin antar karya sastar sangat dimungkinkan, karena setiap pengarang
menstra jadi bagian dari penulis lain. Setiap pengarang sulit lepas dari karya
orang lain, karena mereka harus membaca dan meresepsi karya orang lain.
Dalam kajian sastra bandingan ini, selalu diperhatikan kaidah- kaidah teoritis
yang berhubungan dengan ilmu sastra. Disamping itu, sastra bandingan juga
dimungkinkan membandingkan antara sastra dengan bidang lain yang
relevan. Tak sedikit bidang lain, seperti sejarah, agama, filsafat, arsitektur,
dan sebagai yang bersinggungan dengan sastra. Kedua belah pihak kadang-

kadang saling mendukung, ada titik temu dan sebaliknya juga ada yang
bersebrangan. Untuk itu, diperlukan perbandingan agar ditemukan varianvarian jelas diantara bidang ilmu tersebut.
2.1.2 Ilmu sastra Bandingan
Ilmu sastra menjadi pijakan sastra bandingan. Oleh karena, melalui ilmu
sastra tersebut akan dapat dilihat apakah karya satu dengan yang lain saling
bersinggungan atau tidak. Teori- teori tentang gaya bahasa, naratologi,
estetika, dan sebagainya amat bermanfaat bagi studi sastra perbandingan.
Tanpa ilmu atau teori mendasar, seorang peneliti tak mungkin
membandingkan karya sastra dengan cermat. Apalagi, kalau karya sastra
yang dibandingkan itu sangat halus kemiripannya.
Tujuan sastra bandingan antara lain: Pertama, untuk mencari pengaruh
karya sastra satu dengan yang lain atau pengaruh bidang lain serta
sebaliknya dalam dunia sastra. Kedua,untuk menentukan mana karya sastra
yang benar- benar orisinal dan mana yang bukan dalam lingkup perjalanan
sastra. Ketiga, untuk menghilangkan kesan bahwa karya sstra nasional
tertentu lebih hebat dibanding karya sastra nasional yang lain. Keempat,
untuk mencari keragaman budaya yang terpantul dalam karya sastra satu
dengan yang lainnya. Kelima,untuk memperkokoh keuniversalan konsepkonsep keindahan universal dalam sastra; Keenam, untuk menilai mutu
karya- karya dari negara- negara dan keindahan karya sastra.

2.2 Intertekstualitas dan Sastra Bandingan


2.2.1 Orisinalitas Teks
Penelitian interteks sebenarnya bagian dari sastra bandingan.
Munculnya studi interteks, sebenarnya lebih banyak dipengaruhi oleh
pembuatan sejarah sastra, sedangkan munculnya sastra bandingan dengan
bidang lain, kemungkinan besar dipengaruhi oleh penelitian lintas disiplin
ilmu.
Studi interteks menurut Frow (1990:45-46) didasarkan beberapa asumsi
kritis: (1) konsep interteks menurut peneliti untuk memahami teks tak hanya
sebagai isi, melainkan juga aspek perbedaan dan sejarah teks., (2) teks tak
hanya struktur yang ada, tetapi satu sama lain juga saling memburu,
sehingga terjadi perulangan atau transformasi teks, (3) ketidakhadiran
struktur teks dalam rentang teks yang lain namun hadir juga pada teks
tertentu merupakan proses waktu yang menentukan, (4) bentuk kehadiran
struktur teks merupakan rentangan dari yang eksplisit sampai implisit, (5)
hubungan teks satu dengan yang lain boleh dalam rentang waktu yang
sama, (6) pengaruh mediasi dalam interteks sering mempengaruhi juga pada
penghilangan gaya maupun norma- norma sastra, (7) dalam melakukan
identifikasi interteks diperlukan proses interprestasi, (8) analisis interteks

berbeda dengan melakukan kritik melainkan lebih terfokus pada konsep


pengaruh.
2.2.2 Pokok Kajian Interteks
Kajian sastra bandingan, pada akhirnya harus masuk ke dalam wilayah
hipogram. Hipogram adalah modal utama dalam sastra ysng akan
melahirkan karya berikutnya (Riffarterre, 1978:23). Jadi, hipogram adalah
karya sastra yang menjadi latar kelahiran karya berikutnya. Sedangkan karya
berikutnya dinamakan karya transformasi. Hipogram dan transformasi ini
akan berjalan terus- menerus sejauh proses sastra itu hidup. Hipogram
merupakan induk yang akan menetaskann karya- karya baru. Hipogram
karya sastra akan meliputi: (1) ekspansi, (2) konvensi, (3) modifikasi, (4)
ekserp.
Dari penelitian interteks demikian, akan terlihat lebih jauh bahwa karya
berikutnya merupakan response pada karya- karya terbit sebelumnya.
Prinsip dasar intertekstualitas (Pradopo, 1997: 228) adalah karya hanya
dapat dipahami maknanya secara utuh dalam kaitannya dengan teks lain
yang menjadi hipogram. Penelitian intertekstual tersebut, sebenarnya
merupakan
usaha
;pemahaman
sastra
sebagai
sebuah presupposition. Yakni sebuah perkiraan bahwa suatu teks baru
mengandung teks sebelumnya. Secara garis besar, penelitian interrtekstual
memilki dua fokus: Pertama, meminta perhatian kita tentang pentingnya
teks yang terdahulu (prior text). Kedua, intertekstual akan membimbing
peneliti untuk pertimbangkan teks tedahulu sebagai penyumbang kode yang
memungkinkan lahirnya berbagai efek signifikan.
2.3 Sastra Bandingan, Sastra Nasional, dan Sastra Dunia
Kajian sastra bandingan tidak dapat mengabaikan peranan sastra
nasional yang lama- kelamaan akan menjadi sastra dunia. Sastra nasional
adalah sastra yang secara umum menjadi miik bangsa. Istilah yang sering
terkait dengan sastra bandinagan adalah sastar dunia (world literature).
Sastra dunia adalah sastra yang memuat pandangan- pandangan universal
atau mendunia. Sastra tersebut diakui oleh seluruh dunia. Biasanya, karyakarya semacam ini tergolong masterpiece (karya sastra agung). Karya
demikian banyak diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa ke seluruh dunia.
Tentu saja untuk menjadi sastra dunia tidak hanya memakan waktu pendek.
Meskipun ukuran waktu ini sangat lentur, namun sekurang- kurangnya bila
karya tersebut sangat digemari oleh siapa pun di dunia, boleh dikatakan
sebagai sastra dunia.
Sastra dunia memang lebih luas daripada sastra bandingan. Sastra
dunia mencakup sastra dunia ke seluruh negara. Sedangkan sastra
bandingan biasanya terbentur oleh waktu dan berbagai kesempatan,
karenya sering terbatas hanya pada sastra nasional atau bahkan regional

Hutomo (1993:8) menjelaskan bahwa hubungan sastra bandingan


dengan sastra dunia, dapat dijelaskan melalui tabel berikut ini:
Sudut Sastra bandingan
Sastra dunia
Panda
ng
Ruang
Hubungan
karya Hubungan
yang
menyentuh
(pengarang
seluruh dunia (biasanya dunia
Dari dua dunia
barat)
Waktu
Boleh
membandingkan Ketokohan
karya
dikaitkan
sastra
dengan waktu kelahirannya
Dari zaman apa saja (sastra Sastra mutakhir tidak termasuk
Lama atau pun sastra baru) kajian
Kualita Karya yang dipilih untuk
Hanya terbatas pada karya
s
Dibandingkan tidak terkait agung
pada
kehebatannya
( bermutu)
Intensit Karya sastra yang belum
Menunggu hasil dari sastra
as
Terkenal dapat terangkat ke bandingan
sastra sastra dunia
2.4 Ruang Lingkup Sastra Bandingan
Sastra bandingan merupakan kajian sastra di luar batas sebuah negara
dan tentang hubungan di antara sastra dengan bidang ilmu serta
kepercayaan lain. Pada dasarnya, baik studi interteks maupun sastra
bandingan akan mencari dua hal, yaitu: (1) affinity pertalian, kesamaan) dan
atau paralelisme serta varian teks satu dengan yang lain; (2) pengaruh karya
sastra satu kepad karya lain atau pengaruh sastra pada bidang lain dan
sebaliknya.
Dua hal tersebut masih bisa dikembangkan lagi menjadi beberapa
lingkup studi, antara lain,: (a) perbandingan antara karya pengarang satu
dengan yang lainnya, pengarang yang sezaman, antar generasi, pengarang
yang senada, dan sebagainya; (b) membandingkan karya sastra dengan
bidang lain, seperti arsitektur, pengobatan tradisional, takhayul, dan
seterusnya; (c) kajian bandingan yang bersifat teoritik, untuk melihat
sejarah, teori, dan kritik sastra.
Memang dari ruang lingkup: (a) yaitu kajian sastra bandingan itu,
sampai sekarang masih menimbulkan masalah tersendiri, ruang lingkup
bandingan (b) yaitu antara karya sastra dengan bidang lain, kadang- kadang
terjebak pada refleksi saja, dan ruang lingkup kajian (c) berupa bandingan
mengenai perkembangan sejarah, teori, dan kritik sastra juga tidak begitu
jelas aspek bandingannya.

Dari ruang lingkup demikian, sastra bandingan dapat digolongkan ke


dalam empat bidang utama, yaitu:
(1) Kajian yang bersifat komparatif
(2) Kajian bandingan historis
(3) Kajian bandingan teoritik
(4) Kajian antardisiplin ilmu
2.5 Konsep Pengaruh dalam Sastra Bandingan
Kajian konsep pengaruh, merupakan titik terpenting bagi studi sastra
bandingan. Karya yang terpengaruh dengan karya sebelumnya, tentu akan
memilki identitas tersendiri. Dari proses pengaruh- mempengaruhi itu akan
terdapat berbagai aspek bandingan yang disebut varian. Keterpengaruhan
ini jelas akan dipengaruhi oleh berbagai hal, antara lain: (a) perkembangan
karir pengarang, (b) proses penciptaan pengarang, (c) tradisi atau budaya
pengarang.
Pengarang yang secara langsung dan tampak sekali terpengaryh
sumber asli, biasanya disebut transmitter, berbeda dengan pengaruh tak
langsung dan tidak disengaja, sering disebut internediary. Kajian pengaruh,
perlu sampai bagaimana pengaruh- pengaruh itu diterapkan. Dewasa ini,
perbandingan yang berbau positivisme telah mulai dikesampingkan.
Perbandingan
mulai
diarahkan
pada
kenungkinankemungkinan
keberterimaan pengaruh.

2.6 Metode Sastra Bandingan


Metode sastra bandingan tidak jauh berbeda dengan metode kritik
sastra yang obyeknya lebih dari satu karya. Penekanan sastra bandingan
adalah pada aspek kesejarahan teks.
Pada dasarnya, metode sastra bandingan dapat dikelompokkan menjadi
dua golongan yaitu:
(1) Metode perbandingan diakronik, yaitu membandingkan dua karya atau lebih
yang berbeda periode penciptaan.
(2) Metode perbandingan sinkronik, yaitu perbandingan karya sastra yang sezaman.
Dalam kajian sastra bandingan, ada beberapa istilah yang patut
direnungkan. Istilah- istilah itu merupakan bentuk tradisi sastra yang
menyebabkan karya melebar. Istilah tersebut antara lain: (a) transformasi,
(b) terjemahan, (c) peniruan, dan (d) kecendrungan.
Dari pembahasan di atas, dapat diketengahkan bahwa baik sastra
bandingan maupun studi interteks sebenarnya saling menunjang. Kedua
bidang ini memilki tujuan yang kurang lebih sama. Keduanya memilki prinsip

antara lain: (a) sebuah teks mengandung berbagai teks lain, (b)
menganalisis unsur instrinsik dan ekstrinsik, (c) karya pengarang sebenarnya
lahir tidak dalam kekosongan, sehingga pengaruh karya lain sangat
dimungkinkan.

3. Penutup
3.1 Kesimpulan
Sastra bandingan adalah studi teks across cultural. Studi ini merupakan
upaya interdispliner, yakni lebih banyak memperhatikan hubungan sastra
menurut aspek waktu dan tempat. Dari aspek waktu, sastra bandingan dapat
membandingkan dua atau lebih periode yang berbeda. Sedaangkan konteks
tempat, akan mengikat sastra bandingan menurut wilayah geografis sastra.
Sastra perbandingan adalah wilayah keilmuan sastra yang meempelajari
keterkaitan antar sastra dan perbandingan sastra dengan bidang lain. Jalinmenjalin antar karya sastar sangat dimungkinkan, karena setiap pengarang
menstra jadi bagian dari penulis lain. Setiap pengarang sulit lepas dari karya
orang lain, karena mereka harus membaca dan meresepsi karya orang lain.
Dalam kajian sastra bandingan ini, selalu diperhatikan kaidah- kaidah teoritis
yang berhubungan dengan ilmu sastra.
Disamping itu, sastra bandingan juga dimungkinkan membandingkan
antara sastra dengan bidang lain yang relevan. Tak sedikit bidang lain,
seperti sejarah, agama, filsafat, arsitektur, dan sebagai yang bersinggungan
dengan sastra. Kedua belah pihak kadang- kadang saling mendukung, ada
titik temu dan sebaliknya juga ada yang bersebrangan. Untuk itu, diperlukan
perbandingan agar ditemukan varian- varian jelas diantara bidang ilmu
tersebut.

Endraswara,
Medpress

Suwardi.

DAFTAR PUSTAKA
2008. Metodologi Penelitian

Sastra. Yogyakarta:

Anda mungkin juga menyukai