Anda di halaman 1dari 20

FJGF JH

GK
SSity
FG---H
FGH PELATIHAN KETRAMPILAN COACHING & MENTAL THERAPY TERAPI TERAPI
WAKTU HARI PghkghkRTAMA
HARI KEDUA JAM
09.00
10.00 Pengenalan tentang Coaching
Tehnik Rapport
10.00 10.15 Coffee Break
10.15 11.45 Tehnik Mendengar
Langkah TAQWA
GHJKGHK
11.45 12.45 ISHOMA
HJKU
HJLV DGSDFGHSDFG
DFHDH
12.45 14.30 Meta Model & Tehnik Bingkai
Role Play
GHJGF
14.30- 15.30
Coffee Break & shalat Ashar
GHKGK
15.30 16.30 Perubahan Paradigma
Meta Question & Review ADALAH
REVIWE
DFH--KSNKASBB DFG
GKY
FGG
GFGHH
F
G
12334
45

TENTANG COACHING
Apa Itu Coaching
Kita sering mendengar, bahwa di belakang orang besar selalu ada orang hebat. Dib
alik setiap orang sukses selalu ada Coach di belakangnya.
Coach adalah pelatih. Kata tersebut diadopsi dari bidang olahraga. Bagaimana atl

et atlet nomer satu dunia memiliki coach yang senantiasa menjadi pendampingnya.
Begitupun di dalam kehidupan & bisnis. Coach mendampingi coachee (klien) dan men
jadi teman setia di kala suka dan duka, menjadi guru dan juga buku bagi mereka y
ang memerlukan wacana dan teman untuk meraih apa yang mereka impikan dalam hidup
dan bisnis.
Secara filosofi, Coach berasal dari istilah di eropa yang mempergunakan kata Coa
ch untuk bus, jadi bus di sana disebut Coach, kalau dulu kereta yang ditarik ole
h kuda-kuda juga disebut Coach. Ini bisa diartikan bahwa Coach berfungsi sebagai
pengantar penumpangnya dari satu tujuan ke tujuan yang diinginkan. Seperti haln
ya Bus, Coach selalu berangkat dan melihat kedepan dari pada banyak menoleh kebe
lakang
Indikasi keberhasilan pada seseorang yang mempunyai coach dan yang tidak, sangat
jauh berbeda. Sementara dunia berjalan begitu dinamis. Perubahan hampir terjadi
di semua lini dan diperlukan kecerdasan yang tidak biasa untuk menyikapi dan me
njadi bagian dari perubahan tersebut. Coach, menjadi teman yang sangat penting b
agi siapapun dia, untuk meraih apapun impiannya.
Coaching adalah hubungan khusus antara dua orang dimana Coach membantu Coachee (
klien) memahami dan menyadari keinginan/tujuan terdalam mereka dan kemudian bers
ama-sama, melalui pertemuan secara langsung atau tidak langsung, misalnya melalu
i telepon/bb/email/skype/go to meeting/chat/FB secara mingguan dan teratur. Coac
h membantu Coachee untuk menyusun perencanaan dan memantau mereka, sementara mer
eka melakukan tindakan.
Coaching adalah proses membantu orang lain tampil di puncak kemampuannya. Coach
membantu mereka mengidentifikasi dan mengembangkan kekuatan mereka. Dimulai dari
asumsi bahwa orang memiliki jawaban dari setiap masalah yang dihadapi dan peran
Coach adalah untuk membantu orang tersebut untuk mengatasi resitensi internal d
an gangguan yang ada, memberi umpan balik atas perilaku dan memberikan tips dan
bimbingan.
Berawal dari sinilah, dapat dikatakan semua orang memerlukan coach untuk mencapa
i apapun yang mereka inginkan dalam hidup dan bisnis agar lebih efektif dan efis
ien.
Coaching merupakan ilmu tersendiri yang berbeda dengan ilmu yang pernah ada. Coa
ch menggunakan metode pertanyaan menggali, guna mengetahui dan menyadarkan perma
salahan yang ada dalam pikiran cache atau klient
Coaching bukanlah Training yang fokus pada pengembangan sebuah skill tertentu, y
ang dimana melibatkan mengajar, memberikan instruksi, presentasi, dan yang menja
di inti dari sebuah training adalah latihan, peserta terlibat, dan mampu menguas
ai sebuah skill tertentu.
Coaching juga bukanlah Mentoring yang melibatkan sebuah skill yang ingin dikemb
angkan oleh seorang junior. Dalam mentoring melibatkan memberi nasehat, petunjuk
, dan membagi pengalaman seseorang (sang Mentor). Dan dalam proses mentoring ter
jadi hubungan yang tidak sama rata yang dimana terjadi posisi senior dan junior.
Coaching juga bukanlah Counseling/Theraphy yang dimana berfokus pada masalah, ba
gaimana seseorang tersebut broken dan tidak berfungsi secara baik, dan di diagnose
mengandung disorder tertentu, dan fokus pada proses menyembuhkan luka/sakit. Ya
ng seakan-akan ada yang salah dengan orang tersebut.
Coaching juga bukanlah Consulting yang melibatkan keahlian dari seseorang dalam
suatu bidang tertentu untuk memberitahu apa yang perlu dilakukan oleh klien. Da
lam consulting melibatkan prosedur tertentu dan juga membantu klien dalam melaku
kan sesuatu yang baru.
Coaching adalah tentang memfasilitasi melalui bertanya, memberikan feedback dan
berperan sebagai seorang ahli dalam proses atau struktur tentang bagaimana sese
orang mengelola cara kerja otaknya sehingga mampu menghasilkan performa yang lebi
h efektif, mampu menjadi pemimpin bagi dirinya sendiri, mampu menjadi manusia pem
belajar, mampu menyesuaikan dengan kondisi sekarang untuk terus berkembang dan t
umbuh, mampu mengaktualisasikan ide dan pemikirannya, yang dimana semua ini buka
n karena ketergantungan pada orang lain, namun dengan melalui proses coaching me

njadi mampu mengandalkan diri sendiri untuk menghasilkan keputusan dan tindakan
yang lebih baik lagi.
Coaching seperti bidang people helper lainnya juga adalah tentang komunikasi, n
amun komunikasi di dalam coaching bukanlah percakapan yang baik-baik atau yang m
engayomi saja.
Untuk menjadi seorang professional coach, terlebih dahulu kita harus memahami te
ntang manusia. Dibawah ini presuoposisi atau asumsi Coaching tentang manusia. Ki
ta bisa menghapalnya mengikuti huruf alphabet dari A samai R:
DEFINISI COACHING
Coaching adalah kemitraan (partnering) dengan coachee (pelanggan) dalam proses y
ang memprovokasi pemikiran kreatif yang menggugah atau menginspirasi coachee/s u
ntuk memaksimalkan potensi personal dan potensi profesional.
Presuposisi adalah prinsip utama, filosofi dasar, dan belief dari Coaching.
20 Presuposisi, A-U
1.
Arti sebuah kejadian yang diterima seseorang, sangat ditentukan oleh dat
a yang ada pada pikiranya. Setiap kejadian adalah netral, manusia yang member ar
ti secara subjektif pada kejadian tersebut. Kita tidak pernah tahu pasti apa yan
g disebut dengan realita. Indra, keyakinan, dan pengalaman masa lalu kita memang
memberikan sebuah peta sebagai gambaran bagaimana seharusnya kita bertindak, na
mun yang namanya peta tidak pernah sama persis dengan daerah yang digambarkannya
. Kita tidak pernah tahu daerah aslinya, maka bagi kita peta itu adalah daerah a
slinya (the map is the teritory). Beberapa jenis peta memang cukup baik dalam me
nggambarkan keadaan aslinya, karenanya kita bisa berlayar dalam hidup dengan ama
n. Namun peta yang salah tentu akan mengakibatkan kita tersasar ke daerah yang s
alah pula. Coaching adalah seni untuk mengubah peta ini sehingga kita memiliki k
ebebasan yang lebih besar untuk menentukan arah hidup kita.
2.
Bawah sadar pikiran kita menyeimbangkan pikiran sadar. Pikiran bawah sad
ar adalah semua hal yang tidak muncul di pikiran sadar pada suatu waktu tertentu
. Ia mengandung semua sumber daya yang kita butuhkan untuk hidup dalam keseimban
gan.
3.
Cara kita menerima informasi atau kejadian, melalui 5 indra sensor kita,
(visual, pendengaran, perasaaan, kecapan maupun penciuman) Dan tiap orang memp
unyai keutamaan dalam menggunakan sensornya. Mengembangkan indra yang Anda milik
i agar kesemuanya lebih peka terhadap berbagai informasi yang muncul akan membua
t Anda lebih jelas dalam berpikir. Akan lebih efektif, bila manusia mau Mengemba
ngkan indra yang Anda miliki agar kesemuanya lebih peka terhadap berbagai inform
asi yang muncul akan membuat Anda lebih jelas dalam berpikir.
4.
Dibalik tindakan baik positif atau negative, selalu diiringi niat positi
f. Semua tindakan yang kita ambil setidaknya memiliki 1 tujuan untuk mencapai sesu
atu yang kita inginkan yang menguntungkan bagi kita. Coaching memisahkan intensi
yang ada di balik setiap perilaku dari perilaku itu sendiri. Kita tidak dapat m
enilai seseorang dari perilaku mereka, sebab ketika mereka memiliki pilihan peri
laku yang lebih baik dan tetap bisa memenuhi intensi positif mereka, mereka past
i akan mengambilnya.
5.
Efektivitas komunikasi kita, ditentukan oleh respon mitra komunikasi kit
a. Kualitas komunikasi kita hanya bisa diukur dari bagaimana penerima informasi,
menyerap komunikasi yang dibutuhkan
6.
Firasat atau insting, yang kita dapatkan pada pikiran kita, merupakan ca
ra pikiran bawah sadar memberikan respon dari kejadian berdasarkan data masa lal
u
7.
Gerakan non verbal dalam komunikasi merupakan data bagi coach, untuk mem
ahami apa yang terjadi dalam pikiran seseorang
8.
Harapan adalah alat ungkit kehidupan yang bisa membuat kita bergerak dar
i kondisi saat ini menuju kondisi yang diinginkan. Setiap tindakan manusia didor
ong suatu harapan pencapaian tujuan. Tindakan kita bukanlah sesuatu yang acak, s
ebab kita selalu berusaha berharap untuk mencapai sesuatu dari perilaku yang kit
a munculkan, sekalipun kita tidak selalu sadar akan hal itu.
9.
Internal pikiran manusia adalah kumpulan jawaban dari masalah yang dimil
iki. Terkadang manusia merasa tidak punya kekuatan menghadapi masalah, padahal m

asalah selalu setara dengan kemampuan manusia mengatasinya. Sebenarnya bukanlah


kekuatan yang hilang, tapi kondisi pikiran yang sedang tidak produktif yang memb
uat kita merasa lemah. Alat untuk membangun kemabli kekuatan adalah dengan mengg
ali kembali data dalam pikiran manusia, melalui PERTANYAAN
10.
Jika satu cara tidak berhasil, gunakan cara lain.
11.
Kejeniusan manusia ditentukan oleh 3 hal, pengetahuanya, sudut pandangny
a dan dialog internalnya
12.
Manusia itu berusaha melakukan sesuatu dengan sempurna. Tidak ada seoran
g pun yang benar-benar melakukan hal yang salah. Kita semua menjalankan strategi
yang kita punya dengan sempurna. Kalau pun ternyata hasilnya tidak sempurna, ma
ka strategi itulah yang barangkali memang tidak efektif. Cari tahu strategi Anda
dan orang lain, sehingga Anda bisa menyesuaikan strategi yang Anda miliki agar
lebih efektif..
13.
Narasi manusia tentang sebuah kejadian, serin sekali melewati proses pen
ghapusan, penyama rataan dan penyimpangan. Tugas coach menggalinya sampai menemu
kan kejelasan informasi dan menyadarkan coachee akan situasi sebenarnya
14.
Output sebuah kejadian melewati input dan prosesnya, dengan memahami ini
kita bisa memodel kesuksesan seseorang. Jika ada seseorang yang bisa melakukan
sesuatu dengan sempurna, maka ia bisa kita model Input dan prosesnya guna mendap
atkan putput yang sama untuk kemudian kita ajarkan kepada orang lain. Dengan de
mikian, setiap orang bisa mempelajari untuk mendapatkan hasil yang lebih baik de
ngan cara mereka sendiri. Anda tidak akan menjadi kloning dari orang yang Anda m
odel, Anda hanya belajar dari mereka.
15.
Pikiran dan tubuh satu sistem, keduanya adalah ekspresi yang berbeda dar
i seseorang yang sama. Pikiran dan tubuh saling berinteraksi dan mempengarusi sa
tu sama lain. Mustahil kita bisa membuat perubahan pada salah satunya tanpa meng
akibatkan perubahan pada yang lain. Ketika kita berpikir dengan cara yang berbed
a, tubuh kita akan berubah. Ketika kita bertindak dengan cara yang berbeda, piki
ran kita pun akan berubah.
16.
Qualitas pembelajaran manusia, ditentukan oleh tindakan praktek yang dil
akukan secara continue, sehingga mempertebal jalur neuron diotaknya
17.
Rintangan tindakan seseorang dibentuk oleh rintangan pikiranya berdasark
an data yang ada dipiran manusia yang didapatkand ari pengalaman sendiri maupun
orang lain
18.
Setiap orang selalu berusaha untuk membuat pilihan yang terbaik yang mer
eka bisa, sesuai dengan peta yang mereka miliki. Pilihan tersebut bisa jadi buru
k dan merusak, namun bagi diri mereka sendiri, ini adalah langkah terbaik yang b
isa mereka ambil saat itu. Oleh karena itu coach tidak tertari mendiskusikan ter
lalu dalam tentang apa yang salah di masa lalu
19.
Tidak ada kegagalan, karena semua kejadian adalah informasi
20.
Ukuran manusia terhadap masalah, adalah sangat subjektif. Oleh karena it
u coach, WAJIB menghormati terhadap apapun masalah coachee
Kerangka Kemampuan Coaching menurut International Coach Federation (ICF)
Salah satu Komunitas coach terbesar di Amerika yang bernama International Coach
Federation atau disingkat ICF, merupakan 11 kompetensi yang wajib dimiliki coach
Kompetensi tersebut meliputi :
1.
Melakukan coaching yang sesuai etika dan standard profesional,
2.
Menetapkan persetujuan coaching,
3.
Membangun kepercayaan (trust) dan keakraban (intimacy),
4.
Hadir selama proses coaching,
5.
Mendengarkan dengan aktif,
6.
Pertanyaan yang kuat (powerful),
7.
Komunikasi langsung,
8.
Meciptakan kesadaran,
9.
Merancang tindakan.
10. Menetapkan rencana dan goal, dan
11. Mengelola kemajuan dan tanggung jawab.

1.

MELAKUKAN COACHING YANG SESUAI ETIKA DAN STANDARD PROFESIONAL

Coach harus mampu


Memahami dan menampilkan perilaku yang sesuai standard ICF,
Memahami dan mengikuti pedoman etika ICF,
Mengkomunikasikan dengan jelas perbedaan penting antara coaching, konsultasi, p
sikoterapi, dan profesi dukungan yang lain,
Merujuk coache pada pihak profesional lain saat dibutuhkan.
Sebagai seorang coach, ia harus memahami dan menampilkan perilaku yang sesuai de
ngan etika. Seorang coach harus bisa menampilkan percakapan yang fokus, cermat,
dan menggali. Percakapan pada topik yang lebih berbasis pada isue sekarang dan m
asa depan. Dalam percakapan, jika seorang coach hanya menitikberatkan pada menga
jarkan sesuatu (telling) dan terutama bercakap tentang masa lalu
apalagi masalah
emosional masa lalu (therapeutic mode), maka coach tersebut dinyatakan belum la
yak. Demikian pula jika coach secara eksklusif banyak memberikan nasehat dan mis
alnya jawaban seorang coach memberi indikasi apa yang harus dilakukan oleh coach
ee, maka coach tersebut dianggap belum layak. Seorang coach harus pula menjaga k
epercayaan atau confidential dari coachee/s
tidak menceritakan apapun isi menjag
a percakapan dengan orang lain tanpa ijin dari coachhe/s atau dan tidak mempunya
i kepentingan pribadi (conflict interest) atau melibatkan dalam politik organisa
si.
Dari awal, seperti hubungan bisnis atau hubungan sosial lain, dalam coaching sud
ah dituntut dan dibangun adanya kepercayaan (trust). Trust adalah dasar dari ker
jasama dan saling ketergantungan.
2.

MENETAPKAN PERSETUJUAN COACHING

Ada 3 (tiga) pihak dalam mendapatkan dan menetapkan persetujuan. Mereka itu adal
ah Coach, coachee, dan sponsor. Sponsor adalah organisasi yang meminta bantuan p
ada coach dan menyediakan fasilitas yang diperlukan. Tak jarang coachee juga spo
nsor. Coachee adalah orang yang mendapat coaching, dan coach adalah orang yang m
elakukan coaching pada coachee.
Coach harus mampu
? Memahami dan mendiskusikan secara efektif dengan coachee pedoman dan paramete
r spesifik dari hubungan kerja dalam coaching,
? Mencapai persetujuan apa yang dianggap memadai dan apa yang dianggap tak mema
dai, apa yang harus ditawarkan dan tidak ditawarkan tentang tanggung jawab coach
ee/s dan coache/s,
? Tentukan apakah ada kesesuaian antara metoda coaching dan kebutuhan dari coac
hee
3.
MEMBANGUN KEPERCAYAAN (TRUST) DAN KEAKRABAN (INTIMACY)
Mampu menciptakan suasana aman, rasa hormat dan percaya.
Coach harus mampu
? Menunjukkan kepedulian yang ikhlas terhadap kesejahteraan dan masa depan coac
hee,
? Memperlihatkan terus menerus integritas diri, kejujuran dan keiklasan,
? Mengembangkan persetujuan yang jelas dan jaga janji,
? Memperlihatkan rasa hormat atas persepsi coachee, gaya belajar, dan kepribadi
an yang dimiliki (personal being),
? Memberikan dukungan terus menerus untuk dan terhadap perilaku dan tindakan ka
mpiun baru, termasuk mengambil risiko dan kekhawatiran atas kegagalan,
? Meminta ijin melakukan hal-hal yang sensitif dan area-area baru.

4.
HADIR SELAMA PROSES COACHING
Penuh kesadaran dan menciptakan hubungan spontan dengan coachee/s, menghadirkan
gaya yang terbuka, luwes, dan percaya diri.
Coach harus mampu
? Hadir dan luwes selama proses coaching, dan luwes dengan waktu yang tersedia,
? Menilai intuisi sendiri dan mempercayai apa yang terasa dalam hati
goes with t
he gut,
? Terbuka untuk tidak (perlu) tahu dan mengambil risiko,
? Memperlihatkan banyak cara untuk bekerja dengan coachee, dan pilih pada saatn
ya cara yang paling efektif,
? Menggunakan humor dengan baik untuk menciptakan suasana kecerahan dan enerji,
? Mengalihkan pandangan dan melakukan percobaan secara mantap (confidently) den
gan kemungkinan baru untuk tindakan coachee,
? Memperlihatkan percaya diri dalam bekerja (dengan emosi yang kuat), dan dapat
mengelola sendiri, tidak berlebihan, dan tidak lemah dengan emosi coachee.
5.
MENDENGAR AKTIF
Kemampuan mendengar apa yang coachee katakan dan tak dikatakan dengan penuh per
hatian, memahami makna apa yang dikatakan sesuai yang coachee inginkan, dan mend
ukung coachee mengungkapkan ungkapan diri.
Coach harus mampu
? Hadir secara penuh dengan agenda coachee, bukan agendanya coach,
? Mendengar apa yang jadi perhatian, goal, nilai, dan keyakinan tentang apa yan
g mungkin dan tidak mungkin dari coachee,
? Membedakan antara kata-kata, nada suara, dan bahasa badan,
? Menyimpulkan, mengatakan dengan kalimat coach sendiri apa yang dijelaskan ole
h coachee dan mengulang kembali apa yang dikatakan coachee untuk mendapatkan kej
elasan,
? Memberi dorongan, menerima, menggali, dan menguatkan ungkapan perasaan, perse
psi, perhatian, keyakinan, usul-usul, dan lain-lain,
? Memadukan dan membangun gagasan dan usulan-usulan coachee,
? Menggarisbawahi atau memaahami inti dari komunikasi coachee dan membantu coac
hee memahami sendiri daripada memberi uraian cerita yang panjang,
? Membiarkan coachee mendapatkan kejelasan tanpa penilaian atau ketentuan dalam
rangka coachee bergerak lebih lanjut.
6.

BERTANYA YANG MEMPUNYAI KEKUATAN (POWERFUL)

Coach harus mampu :


? Menanyakan pertanyaan yang merefleksikan mendengar yang aktif dan mengenal pa
ndangan coachee,
? Menanyakan pertanyaan untuk mendapatkan penemuan, pemahaman, komitmen, dan ti
ndakan (misalnya tantangan terhadap asumsi dari coachee)
? Menanyakan pertanyaan terbuka
tertutup yang menciptakan kejelasan, kemungkin
an atau pembelajaran baru,
? Menanyakan pertanyaan yang membantu coachee menuju apa yang coachee maksud, b
ukan pertanyaan yang menilai apa yang terjadi di masa lalu.
7.
KOMUNIKASI LANGSUNG
Kemampuan berkomunikasi secara efektif selama sesi coaching, dan menggunakan ba
hasa yang mempunyai dampak positif pada coachee.
Coach harus mampu
? Berkomunikasi dengan jelas, terucap dan langsung dalam berbagi dan memberikan
umpan balik,

? Membuat kembali kerangka, dan ucapkan untuk membantu coachee memahami dari pa
ndangan berbeda apa yang apa yang coachee inginkan dan tidak yakin,
? Menyampaikan dengan jelas tujuan coaching, agenda pertemuan, maksud dari tekn
ik atau kegiatan,
? Menggunakan bahasa yang baik dan menghargai pada coachee (misalnya tidak-sexi
st, tidak racist, tidak teknikal, tidak jargon),
? Menggunakan metaphor dan analog membantu menggambarkan gambaran secara verbal
.
8.
MENCIPTAKAN KESADARAN
Kemampuan untuk memadukan dan mengevaluasi dengan akurat berbagai sumber informa
si, dan memberi penafsiran yang membantu coachee mendapatkan kesadaran dan berga
irah mencapai hasil apa yang disepakati
Coach harus mampu
? Membantu keluar dari apa yang coachee katakan dalam menilai kepedulian coache
e, tidak terjebak dengan uraian coachee,
? Menguatkan penelitian untuk mendapatkan pemahaman, kesadaran, dan kejelasan y
ang memadai,
? Mengenal apa yang menjadi dasar dari kepedulian coachee, persepsi yang tipika
l dan cara yang sama terhadap dirinya (coachee) dan dunia sekitarnya, perbedaan
antara fakta dan penafsiran, kesenjangan antara pemikiran, perasaan, dan tindaka
n,
? Membantu coachee mendapatkan untuk dirinya sendiri pemikiran-pemikiran baru,
keyakinan, persepsi, emosi, suasana emosi, dan lain-lain yang menguatkan kemampu
an coachee melakukan tindakan dan mencapai apa yang penting bagi coachee,
? Mengkomunikasikan pandangan yang lebih luas pada coachee yang menginspirasi (
menggugah) untuk mengubah sudut pandang dan mendapatkan kemungkinan-kemungkian b
aru untuk tindakan,
? Membantu coachee melihat faktor-faktor yang berbeda dan berkaitan, yang mempe
ngaruhi coachee dan perilakunya (misalnya emosi, pemikiran, latar belakang),
? Mengekspresikan pandangan (pemahaman) coach sendiri kepada coachee dengan car
a yang baik dan memberi makna bagi coachee,
? Membantu mengenal kekuatan-kekuatan utama versus area pembelajaran dan pertum
buhan yang luas, dan apa yang paling penting harus ditangani,
? Membantu coachee membedakan hal-hal yang sepele dengan isue yang penting, sit
uasi yang dihadapi versus perilaku sama yang berulang dilakukan, dan
? Membantu mendeteksi kesenjangan antara apa yang dikatakan dengan apa yang dil
akukan.
9.
MERANCANG TINDAKAN
Kemampuan bersama coachee menciptakan peluang untuk belajar terus menerus selama
sesi coaching (situasi pekerjaan
kehidupan), dan untuk mengambil tindakan-tinda
kan baru yang paling efektif menuju hasil yang disepakati.
Coach harus mampu
? Melakukan curah pendapat dan membantu coachee menentukan tindakan-tindakan ya
ng memungkinkan coachee mendemonstrasikan, mempraktekkan, dan memperdalam pembel
ajaran,
? Membantu coachee memfokuskan dan menggali kepedulian (perhatian) dan peluang
yang spesifik yang menuju pada goal yang disepakati,
? Mendorong coachee menggali gagasan dan pilihan solusi, menilai, dan membuat k
eputusan,
? Menggalakkan percobaan aktif dan penemuan sendiri (self discovery), dan akan
melaksanakan apa yang telah didiskusikan dan dipelajari selama sesi-sesi sebelum
nya di tempat kerja,
? Menghargai (merayakan) sukses dan kemampuan untuk berkembang ke depan,
? Memberi tantangan pada asumsi dan pandangan coachee yang memprovokasi ide bar
u untuk mendapatkan kemungkinan tindakan baru,

? Mengajukan sudut pandang yang berhubungan dengan goal coachee, dan tanpa meng
ikat, mendorong coachee untuk mempertimbangkan.
10. MENETAPKAN RENCANA DAN GOAL
Kemampuan mengembangkan dan memelihara rencana coaching yang efektif sehinhha ti
ndakan dan langkah yang telah ditetapkan harus dituangkan dalam rencana dan goal
yang benar-benar dihayati oleh coachee.
Coach harus mampu
? Membantu mengkonsolidasikan informasi yang terkumpul menjadi rencana dan goal
yang benar-benar menjadi perhatian dan area utama pembelajaran dan pengembangan
,
? Mendorong terciptanya sebuah rencana dengan hasil yang bisa dicapai, terukur,
spesifik, dan jelas waktu yang diperlukan,
? Melakukan penyesuaian atas rencana sesuai dengan kebutuhan selama sesi-sesi c
oaching dan perubahan situasi yang dihadapi,
? Membantu coachee mengenal dan akses pada sumberdaya yang tersedia dan berbeda
,
? Membantu mengenal dan mententukan target untuk sukses awal yang penting bagi
coachee.
11. MENGELOLA KEMAJUAN DAN TANGGUNG JAWAB
Kemampuan menjaga perhatian atas apa yang penting bagi coachee, dan biarkan tang
gung jawab tetap bersama coachee untuk mengambil tindakan.
Setelah memiliki rencana tindakan dan goal, saatnya coachee bertanggung jawab se
penuh hati atas rencana dan goal. Tidak jarang coachhe mengalami halangan selama
perjalanan.
Coach harus mampu
? Mengajukan permintaan pada coachee tindakan-tindakan yang mengarah pada goal
yang ditetapkan,
? Memperlihatkan tindak lanjut pada coachee dengan menanyakan tindakan-tindakan
mana yang coachee benar-benar punya komitmen selama sesi-sesi sebelumnya,
? Mengakui apa yang telah coachee lakukan dan tidak dilakukan, belajar (menyada
ri) apa yang telah terjadi pada sesi-sesi sebelumnya,
? Membantu menyiapkan, mengorganisir, dan melakukan tinjauan secara efektif dar
i informasi yang diperoleh selama sesi-sesi sebelumnya,
? Menjaga coachee tetap dalam arah yang sesuai diantara sesi-sesi dengan cara m
emberi perhatian pada rencana dan goal/outcome, rangkaian tindakan yang disepaka
ti, dan topik berikutnya,
? Membantu fokus pada rencana coaching tetapi juga terbuka untuk penyesuaian pe
rilaku dan tindakan berdasar proses coaching dan perubahan selama sesi-sesi sebe
lumnya,
? Membantu mampu bergerak luwes diantara gambaran rencana besar (makro), tetapk
an konteks apa yang sedang didiskusikan dan kemana ingin menuju,
? Mendorong coachee disiplin dan bertanggung jawab atas apa yang coachee kataka
n dan akan lakukan atas hasil yang ingin dicapai atau atas rencana spesifik ses
uai jadwal,
? Membantu mengembangkan kemampuan coachee dalam mengambil keputusan, mengutama
kan yang penting, menerima umpan balik, dan menetapkan kecepatan pembelajaran, d
an membantu merefleksikan,
? Konfrontasikan dengan positif atas fakta yang coachee tidak setuju untuk mela
kukan tindakan.
TEHNIK MENDENGAR
Seorang coach wajib menjadi pendengar yang baik, tanpa terburu-buru membuat asum
si atau kesimpulan. Coach yang efektif bukan saja mendengar bahasa verbal tapi j
uga mendengarkan bahasa non verbal, yang bisa di ekspresikan dari helaan nafas,
nada bicara, perubahan gaya dll

Latihlah kemampuan :
1.
Mendengarkan intuisi anda, guna menajamkan sensor indrawi anda
2.
Melatih Mendengarkan dan melakukan repetisi
3.
Melatih mendengarkan perubahan narasi
4.
Melatih melakukan eksplorasi
META MODEL
Hai! Gimana kemarin dari Jogja?
Wah, Jogja sekarang udah kayak Jakarta, lho.
Hah, kok bisa gitu ya? Emang anak jaman sekarang ya. Gampang banget ikut-ikutan.
Kebanyakan liat TV sih, sinetron isinya anak Jakarta melulu.
Iya ya. Aku juga bingung tuh. Yang namanya kota pelajar kok sekarang jadi kayak
gitu.
Nah, itulah. Sekarang tuh semua udah pada berubah. Nggak seperti jaman kita dulu
. Kita dulu mah nurut-nurut sama orang tua. Tapi sekarang, walah, susah diatur t
uh anak-anak.
Dan obrolan pun berlanjut menjadi gosip. Satu jam. Dua jam. Tiga jam. Dari Jogja
sampai sinetron. Dari sinetron sampai anak-anak. Dari anak-anak sampai artis. D
ari artis sampai politik. Dari senang sampai pada sakit hati, karena salah penge
rtian. Dan seterusnya.
Inilah model komunikasi yang secara alamiah kita lakukan setiap hari. Komunikasi
yang miskin detil dan membiarkan lawan bicara menggunakan map -nya masing-masing u
ntuk membuat penafsiran sendiri. Alhasil: Forum Diskusi Utara Selatan, alias ngo
brol ngalor ngidul, yang tak jarang berujung pada debat kusir.
So, apa yang bisa kita lakukan dengan ini? Mari kita bahas perlahan-lahan ya.
Meta Model dikembangkan pertama kali berdasarkan pada Transformational Grammar (
TG) yang dikembangkan oleh Noam Chomsky. Meskipun demikian, Meta Model sama seka
li tidak menginduk pada teori linguistik yang sekarang tidak lagi populer ini, m
elainkan hanya menggunakan beberapa istilahnya saja.
Menurut TG, komunikasi yang kita keluarkan melalui kata-kata hakikatnya hanyalah
sebuah surface structure alias permukaannya saja dari deep structure alias maks
ud asli yang kita sampaikan. Ibarat bakpau, kita seringkali tidak tahu apakah ia
berisi daging atau kacang hijau hanya jika melihat dari bentuk bulatnya dari lu
ar saja. Jika kita tidak pandai-pandai mencermati tanda-tanda perbedaan isi atau
bertanya langsung pada penjualnya, tentu kita akan kecewa karena mendapatkan is
i yang tidak sesuai dengan keinginan kita.
Loh, kok bisa ada perbedaan antara maksud dan kata-kata begini?
Inilah keajaiban otak kita. Demi menjadikan hidup kita mudah, otak kita seringka
li memangkas (deletion) kata-kata yang kita anggap kurang perlu, menyamaratakan
(generalization) beberapa hal agar lebih mudah dikaitkan dan dipahami, dan menga
burkan hubungan (distortion) antara satu hal dengan hal lain agar kita dapat mel
ihat-mendengar-merasa dengan lebih efektif.
Itu sisi positifnya. Sisi negatifnya, deletion, generalization, dan distortion d
apat mengaburkan pemahaman kita akan apa yang disampaikan oleh orang lain. Alhas
il, secara otomatis, kita menggunakan map kita sendiri untuk memahaminya.
Nah, melakukan Meta Model hakikatnya adalah usaha kita untuk memahami deep struc
ture seseorang dengan membedah hal-hal yang ia delete, generalize, dan distort.
Ini pulalah yang menjadikan Meta Model sebuah teknik yang amat penting ketika ki
ta melakukan modeling, sebab sang model seringkali tidak memahami bagaimana pers
isnya ia melakukan sesuatu (deep structure) dan karenanya hanya mengatakan hal-h
al yang sangat superfisial (surface structure).
Lalu, bagaimana persisnya kita melakukan Meta Model?
Paling mudah, kita mulai dari memahami model-model kalimat yang melanggarnya.
Deletion
Nominalization. Sesuai dengan namanya, nominalisasi adalah kecenderungan kita un
tuk membuat sebuah proses menjadi seolah-olah benda mati (nomina).
Contoh:

Hubungan kami semakin lama semakin memburuk.


Secara linguistik, kata hubungan dalam kalimat di atas memiliki fungsi sebagai kat
a benda (noun). Namun benarkah demikian? Jika ia adalah benda, bisakah kita liha
t atau pegang? Tentu tidak, sebab hubungan sebenarnya adalah sebuah proses dan buk
an benda mati. Di dalamnya terdapat proses komunikasi yang timbal balik yang kom
pleks dan dinamis. Menjadikan proses sebagai benda akan membuat kita merasa mentok
dan berpikir seolah-olah ia sulit bahkan tidak mungkin diubah.
Untuk mengatasi nominalisasi, kita bisa melakukan Meta Model dengan bertanya men
ggunakan formula:
Apa persisnya yang kamu maksud dengan hubungan itu? Bagaimana persisnya kamu men
jalani hubungan itu?
Bertanya demikian akan membuat kita keluar dari unconscious untuk kemudian secar
a sadar mengevaluasi kembali proses yang sebenarnya terjadi.
Mind Reading. Dalam mind reading, kita berkata seolah-olah kita bisa membaca apa
yang orang lain pikirkan atau rasakan.
Contoh: Saya tahu kalau dia tidak suka sama saya.
Tanpa Meta Model, pernyataan di atas sama sekali tidak mencerminkan apa yang seb
enarnya ada dalam pikiran dan perasaan orang lain, melainkan hanya mencerminkan
apa yang ada dalam pikiran dan perasaan kita sendiri.
Untuk mengatasinya, kita Meta Model dengan bertanya:
Bagaimana persisnya kamu tahu kalau dia tidak suka sama kamu?
Ditanya seperti ini, kita akan secara refleks menjadi sadar sepenuhnya dan menga
mbil jarak dari bauran pikiran dan perasaan kita.
Cause-Effect, adalah keadaan ketika kita menciptakan hubungan sebab akibat yang
tidak logis antara suatu kejadian dengan kondisi di dalam diri kita.
Contoh:
Kamu membuat saya marah!
Kalimat seperti ini akan membuat kita merasa bahwa pikiran dan emosi kita dikuas
ai oleh orang lain dan karenanya menjadikan kita pasrah terhadap keadaan.
Untuk mengatasi cause-effect, kita bisa bertanya:
Bagaimana persisnya aku membuatmu marah? Apa persisnya yang kulakukan sehingga m
enimbulkan perasaan marah dalam dirimu?
Respon seperti akan mengajak lawan bicara kita untuk memperluas kerangka berpiki
r mereka sekaligus memberdayakannya guna bertanggung jawab terhadap pikiran, per
asaan, dan respon mereka sendiri. Meminjam istilah Stephen R. Covey, kita mengaj
ak lawan bicara kita untuk menjadi lebih proaktif alih-alih reaktif.
Complex Equivalence. Secara harfiah, pelanggaran Meta Model ini bisa diterjemahk
an sebagai penyamaan yang rumit . Hmm, saya tidak terlalu puas dengan terjemahan in
i, namun saya yakin Anda bisa memahami maksudnya. Dalam complx equivalence, kita
memberi makna suatu hal dengan hal lain yang tidak secara logis berhubungan
Contoh:
Wajahnya tampak memerah. Dia pasti sedang marah.
Kamu datang terlambat. Kamu tidak peduli dengan saya.
Secara lebih terstruktur, kalimat di atas bisa dituliskan dengan rumus sebagai b
erikut:
Wajah memerah = marah
Datang terlambat = tidak peduli
Benarkah demikian? Apakah pasti seseorang yang wajahnya memerah pasti sedang mar
ah? Apakah pasti pula datang terlambat berarti ketidakpedulian? Tentu tidak, buk
an?
Menghadapi model seperti ini, kita bisa melakukan Meta Model dengan bertanya:
Bagaimana persisnya datang terlambat bisa berarti tidak peduli?
Adakah orang yang wajahnya memerah tapi tidak sedang marah?
Pertanyaan seperti ini akan menggiring kita untuk memperluas khasanah pemikiran
kita akan makna dari suatu kejadian.
Presuppositions. Masih ingat presuposisi NLP? Nah, tanpa disadari, kita pun seri

ngkali menyimpan dan menggunakan presuposisi dalam berkomunikasi. Presuposisi, k


arena sifatnya yang tersirat, tidak pernah tampak secara eksplisit dalam kalimat
yang kita ucapkan. Bahkan, kita baru bisa menyadarinya hanya ketika kita mengam
bil jarak dengan kalimat-kalimat yang kita lontarkan.
Contoh:
Bisa nggak sih kamu melakukan pekerjaan ini dengan lebih teliti?
Seandainya kamu berada di posisiku, pasti kamu bisa merasakan sakitnya.
Apa pesan yang tersirat dari kalimat di atas? Yak, tepat! Meskipun tidak terucap
, sang pengucap seolah ingin mengatakan bahwa lawan bicaranya tidak melakukan pe
kerjaan tersebut dengan teliti. Bagaimana dengan kalimat kedua? Aha, betul! Sang
pengucap seakan mengatakan bahwa lawan bicaranya tentu tidak bisa merasakan sak
it yang ia rasakan.
Sekilas, presuposisi memiliki kemiripan dengan Mind Reading. Bedanya, tidak ada
kata-kata yang secara eksplisit keluar dari si pengucap bahwa Aku tahu . .
Mengatasi presuposisi, kita bisa bertanya:
Apa yang membuat Anda berpikir bahwa saya tidak mengerjakannya dengan teliti? Ap
a persisnya standar teliti yang Anda harapkan?
Apa yang membuatmu berpikir bahwa aku tidak bisa merasakan sakit yang kamu rasak
an?
Generalization
Universal Quantifiers. Ketika kita secara refleks menggunakan pelanggaran Meta Mod
el ini, kita melakukan penyamarataan atas suatu hal secara berlebihan. Dengan ka
ta lain, satu, dua, atau beberapa pengalaman kita jadikan label untuk mengenali
satu kelompok pengalaman tertentu.
Orang tua saya tidak pernah mau tahu apa yang saya inginkan.
Apa yang muncul dalam benak Anda jika mendengar kalimat model begini? Orang tua
sang pengucap adalah orang tua yang amat tidak pengertian terhadap anaknya, buka
n? Pertanyannya, apakah benar selama seumur sang anak hidup dari kecil hingga de
wasa orang tuanya tidak pernah pengertian sama sekali? Saya jamin tidak. Karena
jika demikian adanya, mana mungkin sang anak bisa hidup sampai sekarang? Bukanka
h ketika ia masih bayi dan menangis karena lapar, orang tuanya pasti memberinya
makan? Ah, bukankah ini suatu bentuk pengertian?
Universal Quantifiers menjadi berbahaya karena ia membatasi mindset kita dan men
dorong kita untuk melakukan simplifikasi dalam menghadapi perilaku manusia yang
unik. Ah, orang Jawa kan memang begitu, suka plin plan. Nah lo. Anda bisa merasa
kan bahayanya, kan?
Tidak ada hal yang mutlak di dunia ini (ups saya baru saja melanggar Meta Model ni
h), karenanya kita bisa melakukan Meta Model dengan menanyakan:
Tidak pernah? Sekalipun?
Dengan nada yang tepat, kalimat seperti ini akan membuka cakrawala berpikir kita
dan mempertanyakan kembali keyakinan yang kita buat.
Modal Operators. Pernah dengar modus operandi? Nah, model kalimat yang satu ini
strukturnya mirip dengan arti dari modus operandi itu. Secara singkat, modal ope
rator adalah cara kita beroperasi (operate), apakah dikarenakan keharusan (neces
sity) atau karena kemungkinan (possibility). Agak membingungkan? Ini contohnya.
Saya harus belajar dengan giat agar lulus ujian.
Coba katakan kalimat di atas dalam hati, dan rasakan efeknya terhadap state Anda
. Tidak menyenangkan, bukan? Keterpaksaan barangkali bisa mewakili satu dari sek
ian banyak efek yang bisa ditimbulkan oleh kalimat model ini. Selain kita merasa
memiliki beban berat secara emosi akibat rasa ketidakberdayaan (hopelesness) ya
ng muncul, kita tentu tidak akan menjalani hidup dengan penuh kebahagiaan.
Untuk mengatasinya, kita bisa bertanya:
Apa yang akan terjadi jika kamu tidak belajar dengan giat?
Pertanyaan seperti ini akan mengajak pendengarnya untuk menggali deep structure
yang menjadi alasan mereka melakukan sesuatu. Ditanyakan beberapa kali, secara p
erlahan-lahan seseorang biasanya akan menemukan bahwa mereka bisa memilih untuk
tidak harus melakukan sesuatu , melainkan ingin melakukan sesuatu . Ya, alih-alih mau k
arena harus , mau karena ingin akan memunculkan kemanusiaan kita yang sebenarnya.
Itu baru yang keharusan. Modal operator yang lain adalah possibility.

Aku tuh paling nggak bisa deh bicara bahasa Inggris.


Mungkinkah sang pengucap akan bisa berbicara bahasa Inggris? Agak sulit saya kir
a, jika kalimat ini benar-benar ia yakini. Mengatasi model ini, kita bisa bertan
ya:
Apa persisnya yang menyebabkan kamu belum bisa berbicara bahasa Inggris sampai s
aat ini? Bagaimana persisnya kamu belajar berbicara bahasa Inggris selama ini? A
pa yang akan terjadi jika kamu tiba-tiba bisa berbicara bahasa Inggris dengan fa
sih?
Pertanyaan-pertanyaan seperti ini lagi-lagi akan menggali alasan utama yang meng
hambat sang pengucap sekaligus mengajaknya untuk melihat peluang yang mungkin un
tuk ia lakukan.
Lost Performer. Dalam model kalimat ini, kita menghilangkan subyek yang memiliki
otoritas terhadap kalimat tersebut sehingga seolah-olah menjadi kalimat yang ta
k terbantahkan.
Eh, anak laki-laki nggak boleh menangis.
Ah, nggak penting punya harta banyak, yang penting bahagia.
Apakah anak laki-laki memang tidak boleh menangis, padahal menangis adalah ekspr
esi alamiah? Apakah benar memiliki harta yang banyak tidak penting dan tidak bis
a memunculkan kebahagiaan? Jelas jawabannya adalah tidak.
Guna mengembalikan kesadaran sang pengucap, kita bisa bertanya:
Siapa persisnya yang mengatakan anak laki-laki tidak boleh menangis?
Menurut siapa saja persisnya memiliki harta yang banyak itu tidak penting?
Deletion
Simple Deletion. Menggunakan simple deletion, kita mengucapkan suatu kalimat den
gan mengabaikan informasi mengenai seseorang, suatu benda/hal, atau keterkaitan
antara keduanya.
Contoh:
Saya merasa tidak nyaman.
Aku takut.
Aku tidak tahu.
Dengan mengatakan hal yang tidak lengkap seperti ini, sang pengucap jelas akan m
erasakan kebingungan tanpa tahu persis apa penyebabnya dan berakhir pada menggen
eralisasi state tersebut kepada hal-hal lain yang tidak secara langsung berkaita
n.
Menggunakan Meta Model, kita bisa bertanya dan meminta si pengucap untuk melengk
api bagian yang dihilangkan.
Merasa tidak nyaman terhadap apa/siapa?
Takut kepada apa/siapa?
Apa persisnya yang kamu tidak tahu?
Dengan mengatakan secara lebih lengkap, kita bisa semakin mudah mengenali penyeb
ab munculnya suatu state untuk kemudian mencari solusi yang tepat guna mengatasi
nya.
Comparative Deletion. Di sini, kita membandingkan suatu hal dengan hal lain, tan
pa menyebutkan secara jelas pembandingnya.
Contoh:
Wah, kamu hebat sekali.
Dia memang lebih pintar.
Mirip dengan simple deletion, tanpa menjelaskan secara detil pembandingnya, comp
arative deletion akan membuat kita menggeneralisasi state kepada hal-hal lain da
n menjadikan pernyataan tersebut seolah tak terbantahkan.
Untuk mengatasinya, cukup kita tanyakan:
Hebat dibandingkan dengan?
Lebih pintar dibandingkan dengan?
Unspecified Noun or Verbs. Pada pelanggaran model ini, kita mengucapkan sebuah kal
imat yang tidak secara spesifik menunjuk suatu obyek atau kata kerja tertentu.
Contoh:
Eh, teman-teman nggak suka lho dengan caramu.
Dia telah membuat saya marah.
Mereka tidak yang mau mendengarkan saya.
Anda bisa menangkap poinnya? Apa yang Anda rasakan jika mendengar kalimat pertam

a diucapkan kepada Anda? Seolah-olah semua teman yang Anda kenal tidak suka deng
an semua cara Anda, bukan?
Menggunakan Meta Model, kita bisa membantu sang pengucap untuk mengurangi intens
itas emosinya yang terlalu tinggi dengan bertanya:
Teman-teman yang mana persisnya yang tidak suka dengan cara saya? Cara saya yang
mana persisnya yang tidak disukai?
Siapa persisnya yang telah membuatmu marah? Bagaimana persisnya dia membuatmu ma
rah? Apa persisnya yang dia lakukan sehingga membuatmu marah?
Siapa persisnya yang tidak mau mendengarkanmu? Bagaiamana persisnya kamu menging
inkan orang-orang untuk mendengarkanmu?

BINGKAI
13 tehnik sleigh of mouth untuk REFRAMING
SLEIGHT OF MOUTH
Merubah Keyakinan Seseorang Melalui Percakapan yang Elegan. Sleight of Mouth per
tama kali diajarkan oleh Robert Dilts,Developer NLP Third Generation. Sleight of
Mouthdikembangkan oleh Robert Dilts dengan memodel pola komunikasi Richard Band
ler sendiri, sehingga Sleight of Mouth adalah tools pola bahasa persuasi yang sa
ngat ampuh. Sleight of Mouth juga sering disebut conversational belief change, a
tau metode merubah keyakinan seseorang melalui percakapan
Sleight of Mouth bukanlah bicara panjang lebar menjelaskan ulang mengenai ide dan
pendapat yang Anda miliki, yang malah membuat anda membuang-buang energi. Sleigh
t of Mouth hanyalah serangkaian komentar singkat, pertanyaan-pertanyaan reflekti
f yang jika anda gunakan secara jeli, maka dengan sangat signifikan mendatangkan
manfaat perubahan yang besar.
Mengapa SoM untuk merubah keyakinan?
BELIEFS = IDE + PERSETUJUAN
Jadi Sleight of Mouth menjadi sangat penting untuk merubah keyakinan seseorang k
arena ia merupakan teknik yang akan menghilangkan penolakan dan mendatangkan per
setujuan terhadap ide yang anda sampaikan.
Sebelum Anda Menggunakan Tools Ini Ada catatan penting yang perlu diingat ialah
efektifitas anda dalam mempergunakan Sleight of Mouth juga sangat dipengaruhi ol
eh bagaimana kualitas rapport (Building Trust) anda sebelumnya. Jika kualitas ra
pport tidak bagus, bisa jadi SoM menjadi senjata makan tuan. Maka, bangun rappor
t yang kuat sehingga SoM akan menjadi sangat efektif.
Dibawah ini adalah contoh penggunaan reframing oleh seorang pakar NLP bernama Do
ug O Brien. Dia memberi contoh Reraming dengan SoM, pada sebuah keberatan calon p
asien terapi yang menyatakan bahwa, Sesuatu yang terlalu cepat tidak akan bertaha
n lama . Karena tidak bertahan lama, ya tidak usah dilakukan. .
Berikut pola dan contoh reframingnya:
1. Alternative: Menggantikan satu kata (yang diucapkan berdasarkan perspektif la
wan bicara) dengan kata lainnya yang memilki kemiripan arti namun implikasinya b
erbeda, sehingga menghasilkan persperktif berbeda.
Cause: melakukan pendefinisian ulang penyebab, contoh:
Bukan terlalu cepat yang menjadikannya tidak bisa bertahan lama, terlalu cepat be
rarti hal itu akan berkurang rasa sakitnya sehingga lebih banyak orang akan menc
obanya.
Effect: Melakukan pendefinisian ulang terhadap akibat (effect), misalkan,
Bukannya terlalu cepat, namun terapi ini sangat efektif. Hal ini terlihat cepat h
anya jika dibandingkan dengan metode lama
2. Because : Menggiring perhatian dan fokus pada sebuah akibat (positif atau neg
atif) dari kekayaan atau hubungan yang diciptakan dari keyakinan tersebut. Pola
ini ditandai dengan menekankan pada kata karena sebagai pemberian alasan atas fram
e baru disampaikan.
Memiliki keyakinan seperti ini akan menjamin permasalahanmu yang bertahan lama ka

rena kamu menolak mencoba kemungkinan dan kesempatan


3. Chunking, mengubah keyakinan dengan membagi elemen-elemen keyakinan dalam pot
ongan kecil
Chunk Down: Membagi elemen-elemen dari sebuah keyakinan dalam bagian kecil yang
kemudia bisa merubah keterhubungannya dengan keyakinan yang dipegang seseorang.
Seberapa cepatkah terlalu cepat itu? Seberapa lambat harusnya ia jadinya? Seberap
a lama interval waktu treatment yang anda butuhkan agar anda menganggapnya efekt
if? Seberapa lama harusnya perubahan yang bertahan lama itu?
Chunk Up: Mengeneralisasi elemen dari sebuah keyakinan menuju pada klasifikasi y
ang lebih besar (umum) sehingga merubah arti dan pemaknaan.
Jadi maksud anda, terkecuali kalau sebuah terapi dilakukan selama bertahin-tahun
maka hanya akan menjadi aktifitas yang membuang-buang waktu semata dan harus dih
indari?
4. Drag back: Telusuri kembali asal mula keyakinan terbentuk
Bagaimana sih tepatnya anda menanamkan keyakinan tersebut ke dalam diri anda? Apa
kah anda membayangkan gambaran tertentu? Apakah mendengar suara-suara tertentu a
tau mungkin sensasi tertentu? Bagaimana anda membuat keyakinan anda itu menjadi
benar untuk anda?
5. Evaluation: Mengevaluasi ulang sebuah keyakinan dari model dunia yang berbeda
yang dimiliki orang lain.
Memang banyak psikolog skeptis yang masih berpegang pada keyakinan bahwa durasi y
ang lama merupakan hal yang penting, namun banyak ilmuan moderen yang sudah mula
i meyakini bahwa bukan durasinya yang penting. namun ketelitian dan ketepatanlah
yang memegang peranan.
6. Frame: Mengevaluasi sebuah keyakinan dari frame yang secara terus-menerus ber
orientasi pada konteks pribadi, atau memiliki keyakinan terhadap keyakinan yang
dimiliki.
Tidakkah anda mengatakan demikian karena tidak tahu mekanisme yang bekerja dalam
teknik tersebut, dan anda terlalu banyak mengacu pada teknik lama yang dipakai p
endahulu kita?
7. Game of Frame: Mengevaluasi ulang implikasi sebuah keyakinan dalam konteks ya
ng berbeda (waktu yang lebih panjang atau lebih pendek), jumlah orang yang lebih
banyak (dari sudut pandang lawan bicara) atau perspektif yang lebih luas atau m
alah lebih sempit.
Ya, sejarah juga mencatat banyak sikap skeptis seperti itu ditunjukkan terhadap b
erbagai hasil penelitian mengenai teknik terapi yang baru, namun seiring berjala
nnya waktu, teknik tersebut menjadi valid dan terpercaya.
8. Hierarchy of Criteria: Mengevaluasi ulang sebuah keyakinan berdasarkan dari u
rutan kriteria dengan mempergunakan kriteria penilaian yang lebih penting diband
ing dengan keyakinan yang dimaksudkan.
Bukankah kedalaman dan efektifitas sebuah hasil terapi lebih penting dibandingkan
dengan durasi terapi tersebut dilakukan?
9. Intention: Mengarahkan perhatian pada tujuan atau niatan sebuah keyakinan yan
g dimiliki lawan bicara (baik positif atau negatif).
Saya tahu anda mengatakannya karena menginginkan perubahan yang permanen. Kita bi
sa saja menghabiskan waktu sebanyak yang anda inginkan untuk menjadi yakin, kare
na perubahan adalah hal yang bisa anda simpan sekarang juga.
10. Jumper: Mempergunakan contoh yang berseberangan untuk melompati keyakinan ya
ng dipegang oleh lawan bicara sehingga memancing perenungan ulang atas keyakinan
yang dimiliki tersebut.
Benarkah? Apakah anda tidak pernah mendengar tentang terapi yang dilakukan dengan
singkat namun memiliki efek jangka panjang? Banyak konsep dalam sejarah medis y
ang tadinya nampak terlalu ajaib sampai kita mengerti alasan ilmiah yang melatar
belakanginya.

11. Kidnap: Mencuri keyakinanya untuk dikaitkan pada kasus yang berbeda secara b
ersamaan atau memberikan contoh hasil yang berbeda terhadap sebuah proses.
Bukan apakah terapinya terlalu cepat atau hasilnya tidak akan bertahan lama yang
penting, namun fokusnya adalah bagaimana memfasilitasi klien dengan pola penanga
nan baru yang akan memberi mereka kesempatan untuk keluar dari penderitaan. Sema
kin mereka melakukannya, maka semakin kuat keinginan untuk keluar dari penderita
an akan terbentuk.
12. Link to Self: Mengevaluasi sebuah keyakinan yang dinyatakn berdasarkan krite
ria yang dijabarkan.
Penyebab: Sebaiknya jangan menyimpulkan terlalu cepat.
Efek : Keyakinan seperti itu tidak akan bertahan lama setelah anda melihat sebera
pa lama hasilnya bisa bertahan.
13. Metaphor/Analogy: Menemukan analogi (perumpamaan) yang berkaitan dengan keya
kinan yang dimiliki, namun yang memiliki implikasi yang berbeda.
Jadi maksud anda bahkan seorang dokter gigi harus mencabut gigi selama bertahun-t
ahun?
Tidak ada aturan yang menyatakan bahwa satu pola lebih efektif dibanding pola la
innya, dan bahwa satu pola sangat sesuai untuk satu hal sementara pola lain untu
k hal lainnya. Dalam mempergunakan pola-pola Sleight of Mouth ini, anda hanya ha
rus memiliki fleksibilitas dan memerhatikan konteksnya. Selebihnya anda bahkan b
isa hanya menggunakan satu pola saja, atau bisa mencampurkan keseluruhnya sekali
gus. Anda yang menentukan sesuai konteks pembicaraan anda, dan sesuai selera and
a.

RAPPORT
Apa Itu Rapport?
Rapport berasal dari bahasa Perancis yang dapat diartikan sebagai sebuah hubunga
n/relasi yang harmonis, nyaman, serasi atau afinitas (ketertarikan atau simpati
yang ditandai oleh persamaan kepentingan). Banyak metode dan teknik NLP yang pen
ggunaannya akan menjadi lancar bila sudah terbentuk rapport. Oleh sebab itu, dal
am banyak literatur rapport merupakan salah satu dari empat pilar NLP.
Saya tidak tahu apa yang Anda rasakan ketika membeli barang atau jasa dari seseo
rang. Bagi saya rasa percaya (trust) akibat dari rasa akrab terhadap tenaga penj
ual lah yang acap kali mendorong saya untuk membeli barang atau jasa. Nah, dalam
NLP, inilah yang hendak kita tuju; dengan membangun rapport
membangun keakraban
guna memperoleh kepercayaan.
Jamie Smart (seorang NLP Trainer dari Inggris) mengatakan bahwa dalam membangun
rapport, lakukanlah dengan cara apapun yang alami bagi Anda. Dalam buku Persuasi
on Skills Black Book, Rintu Basu (seorang NLP Trainer dari India) menjelaskan ba
hwa ide dasar dari match dan mirror adalah konsep orang menyukai orang yang seru
pa dengan dirinya sendiri. Hal ini terjadi pada tingkat unconscious dan dengan m
elakukan match dan mirror terhadap mitra berkomunikasi, Anda dapat membentuk rap
port.
Rintu Basu lebih lanjut menjelaskan bahwa pada tingkat dasar, hal tersebut diata
s dapat bekerja. Namun ada beberapa hal yang perlu diperhatikan mengenai hal ter
sebut :
Match dan Mirror lebih merupakan sebagai indikator rapport, bukan sebagai pemben
tuk rapport.
Hal ini seharusnya terjadi pada tingkat unconscious.
Anda tidak sedang mengarahkan (leading) subjek Anda; malahan sebenarnya Anda men
ghabiskan seluruh perhatian Anda mengikuti (pacing) subjek Anda.
Sementara Anda terus melakukan hal ini, Anda tetap perlu melakukan percakapan
Cara Membangun Rapport
Hal yang perlu diperhatikan, menutur Trainer NLP terkenal Tom Best, ia menjelask

an bahwa perlunya menyamakan komunikasi dalam dua tingkat, yaitu : conscious dan
sub-conscious (Tom menyebutnya unconscious). Tingkat conscious adalah isi dari
percakapan. Sedangkan sub-conscious adalah komunikasi non-verbal (matching-miror
ing, postur tubuh dll). Bila komunikasi pada kedua tingkat ini tidak saling mend
ukung, mitra bicara Anda akan merasakan ada sesuatu yang tidak cocok. Sehingga d
apat disimpulkan bahwa untuk mencapai rapport diperlukan persetujuan dari consciou
s dan sub-conscious mind pada saat yang sama.
Untuk itulah, sebagai sales mulai sekarang perhatikan :

PENAMPILANKira-kira, manakah diantara kedua orang berikut ini yang lebih mempeso
na Anda : Seseorang yang rambutnya disisir rapih, mudah tersenyum, memakai kemej
a, dasi, jas dan sepatu yang bersih; Atau seseorang yang rambutnya apa adanya, p
akaiannya tidak serasi, sepatu kusam?
Saya tidak tahu mana yang diantara kedua orang tersebut yang secara jujur Anda l
ebih percaya. Bagi saya pribadi, saya lebih terpesona kepada orang pertama, sehi
ngga saya lebih terbuka bila ia menawarkan sesuatu alih-alih orang kedua yang me
nimbulkan suatu prasangka dalam diri saya terhadap dirinya.
MATCH DAN MIRRORApa Anda pernah perhatikan kesamaan teman-teman Anda dengan diri
Anda? Apakah itu kebiasaan, topik pembicaraan, atau apapun itu. Burung dengan b
ulu yang sama terbang bersama-sama, demikian kata pepatah. Itulah konsep dasar d
ari match dan mirror, bukan hanya meniru-niru gerakan tubuh saja. Saat Anda be
rtemu dengan calon client, pastikan Anda mencari kesesuaian antara mereka dengan
diri Anda. Entah dari belief atau value mereka, kesukaan mereka, daerah asal, s
ekolah, apa pun itu. Hal ini akan lebih punya ikatan yang tulus dan langgeng. An
da dapat saja berpura-pura mengikuti belief, value, kesukaan atau apa pun dari c
lient Anda, tapi bila itu bertentangan dengan apa yang ada dalam diri Anda, siap
-siap saja terima konsekuensinya.
Saya tidak tahu, apakah Anda pernah bertemu dengan orang yang berbicara dengan c
ukup cepat? Tiap orang memiliki kecepatannya sendiri-sendiri dalam memproses inf
ormasi. Oleh sebab itu, Anda perlu memperhatikan kecepatan Anda berkomunikasi de
ngan orang lain. Bila calon client Anda tidak memiliki kecepatan memproses infor
masi secepat Anda bicara, rappot akan sulit terbentuk. Oleh karena itu, sering-s
eringlah perhatikan ekspresi wajah calon client Anda saat berkomunikasi.
Sekarang, coba perhatikan gaya bahasa Anda dengan teman-teman dekat Anda. Apa ad
a gaya bahasa khusus, seperti : OK choy! , Bro , Sis , OK man , OK boss , Agan dan lai
a. Bila Anda sedang berkomunikasi dengan client, ikutilah gaya bahasa mereka ses
ekali. Akan lebih dahsyat lagi bila Anda sesekali berbicara dengan bahasa ibu me
reka. Prinsipnya tetap sama.
THE MAGIC OF REPEATING AND NODDINGSaya tidak tahu apakah Anda lebih suka berkomu
nikasi dengan orang yang tidak setuju dengan Anda? Menurut beberapa literatur, d
ikatakan bahwa orang berkali-kali lipat jauh lebih tertarik kepada dirinya sendi
ri daripada kepada orang lain. Dari prinsip ini, maka dapat dimanfaatkan untuk m
embentuk rapport, yaitu memberikan persetujuan atas persepsi calon client Anda (
lihat lagi Bagian 1 dari seri artikel ini yang membahas asumsi/presuposisi NLP,
The Map is not The Territory).
Ada berbagai cara untuk memberikan persetujuan, namun saya akan bahas dua saja,
yaitu : pengulangan dan anggukan. Saat client Anda sedang berbicara, sering-seri
nglah mengangguk sebagai tanda secara non-verbal Anda mengatakan : Iya , Benar , Saya m
engerti , Setuju . Namun bila Anda melakukannya berlebihan, client Anda akan sadar ba
hwa Anda seorang penjilat.
Dengan mengulangi ide-ide kunci pada kalimat yang diucapkan client, Anda akan me
mbuat si client merasa Anda mengikuti percakapan. Oh, supaya si client merasa kit
a mengikuti alur pembicaraan ya . Kalimat tersebut contoh dari penggunaan pengulan
gan dari kalimat awal paragraf ini.
THE MAGIC OF PAUSED dari pengalaman saya, saat bertemu dengan prospek mereka aka
n sering berbicara ini dan itu. Terkadang, seolah-olah mereka sudah selesai bica
ra. Dan saya hendak menanggapi pernyataan yang baru saja dilontarkan, tiba-tiba
saja saat mulut ini baru mau terbuka, si prospek kembali meneruskan pembicaraann
ya.
Oleh karena itu, sangat penting untuk diam sejenak setelah client Anda berbicara

. Bila Anda segera menanggapi pembicaraan yang baru saja dilontarkan client Anda
, padahal si client belum seluruhnya selesai menuangkan apa yang ada dalam benak
nya, maka si client akan mempersepsikan Anda tidak menggapnya penting dengan ter
gesa-gesanya Anda menanggapi sesuatu yang belum selesai diungkapkan.
Lalu seberapa lama kita perlu diam sejenak? Saya tidak tahu. Anda akan tahu deng
an sendirinya bila Anda cukup banyak bertatap muka dengan client.

10 META QUESTION
Tehnik bertanya untuk perdalam pertanyaan di tahap problem/implikasi
1. Meanings: Ide yang dipertahankan dalam pikiran kita.
Apa artinya ini untuk Anda?
Apa lagi arti ini untuk Anda?
Tahukah Anda bagaimana meng-atribusi arti ini?
Seberapa manfaatnya arti ini untuk Anda?
2. Belief: Ide yang di-afirmasi, validasi dan konfirmasi (Keyakinan)
Apa yang Anda yakini mengenai hal tersebut?
Berapa nilai Anda atas keyakinan tersebut?
Apakah Anda memiliki keyakinan lain atas keyakinan tersebut?
Bagaimana Anda mengkonfirmasi keyakinan tersebut?
Seberapa kuat konfirmasi tersebut?
Keyakinan apa lagi yang anda punya mengenai hal ini?
3. Frame: Ide yang digunakan untuk mengatur bingkai makna
Apa latar belakang pemikiran Anda untuk hal ini?
Bagaimana Anda memahaminya?
Apa ide yang paling memberdayakan yang pernah Anda dengar dari orang lain mengen
ai hal ini?
4. Generalizations: Ide yang merupakan kesimpulan mengenai suatu hal.
Apa yang Anda pikirkan mengenai hal tersebut?
Bagaimana perasaan Anda mengenai hal itu?
Apa yang muncul di pikiran ketika Anda berpikir mengenai hal itu?
Kesimpulan apa yang Anda peroleh mengenai hal ini?
Bagaimana Anda meng-generalisir- nya dari pengalaman ini?

5. Realizations: Ide yang berkembang menjadi pemahaman baru,


Bagaimana rasanya menyadari hal ini?
Ketika Anda menyadari hal ini, apa yang Anda pikirkan?
Setelah mengetahui hal itu, apa yang ingin Anda lakukan?
Setelah Anda menyadari hal ini, apa yang muncul di pikiran Anda?
6. Decision/Choice/ Will: Ide yang dipisahkan dan dipilih.
Keputusan apa yang mendasari hal ini?

Jadi apa yang akan Anda lakukan?


Apa yang ingin Anda lakukan?
Apa yang Anda katakan pada diri Anda ketika memilih atau memutuskan hal tersebut
?
7. Intention/ Want/ Desire/ Strategy: ide mengenai motif, minat, & keinginan
Apa tujuan Anda dalam hal ini?
Apa minat Anda dalam hal ini? Dan apa lagi minat Anda yang lebih menarik diband
ingkan hal terebut?
Ketika hal tersebut tercapai, apa yang Anda peroleh dari hal itu?
Mengapa ini bernilai untuk Anda?
Apa strategi yang Anda punya untuk mewujudkannya?
8. Outcome/Goal: Ide mengenai tujuan atau hasil
Bagaimana Anda ingin melihat hal ini berakhir?
Hasil seperti apa yang Anda inginkan?
Konsekuensi apa yang Anda harapkan dari hal ini?
Apa yang Anda peroleh dari hasil ini?
9. Expectation/ Anticipation: Ide mengenai hal-hal yang diantisipasi yang akan t
erjadi.
Apa yang Anda harapkan?
Di mana Anda belajar untuk menduga hal itu?
Seberapa logis harapan tersebut?
Apa kualitas dan dasar dari dugaan tersebut? Apakah itu kaku atau fleksibel?
Apakah harapan tersebut tetap membuat Anda terbuka dan ingin tahu atau menuntut
dan membatasi?
10. Causation: Ide mengenai sebab, pengaruh, faktor yang mempengaruhi, atau apa
yang membuat suatu hal terjadi?
Apa yang membuat Anda merasa demikian? Berpikir demikian? Merasakan ini?
Apakah itu membuat Anda memiliki pemikiran dan perasaan ini?
Siapa yang mengatakannya? Aturan apa yang membuatnya demikian?
Apakah hal itu akan selalu berjalan demikian?

LANGLAH BERTANYA
T = Tujuan
A = Arah
Q = Qalbu
W = Wacana
A = Aksi
Tujuan
Contoh
-

TAQWA

:
pertanyaan:
Apa yang ingin anda capai di akhir sesi kita?
Apa materi persoalan yang ingin anda bahas?
Perasaan apa yang anda harapkan berbeda setelah sesi kita ini selesai?
Apa sasaran anda berkaitan dengan masalah ini dalam jangka panjang?

Apa yang anda harapkan terjadi pada diri anda dari kondisi saat ini?

Arah:
Coach membantu coachee untuk melihat realita yang ada, membandingkan dengan tuju
an dan memberikan bantuan pada coachee untuk menganlisa Gap yang ada. Coachee ju
ga diharapkan bisa mendapatkan efek yang bisa terjadi pada tujuan akhir.
Contoh pertanyaan:
Bolehkah anda menceritakan kondisi saat ini?
Menurut anda apa sumber masalah terbesar?
Apa perasaan anda terhadap situasi yang terjadi ?
Apa efek dari kejadian ini ?
Seberapa sering masalah ini selalu timbul ?
Adakah faktor lain yang relevan ?
Apa saja yang sudah anda lakukan ?
Apakah masalah ini kemungkinan akan timbul lagi di masa akan datang ?
Opsi apa yang diberikan oleh masalah ini pada anda ?
Qalbu:
Coach membantu coachee menelusuri tujuan yang ingin dicapaid an memastikan apaka
h telah terjadi keselarasan dalam pencapaian tujuan dengan bagian-bagian lain
Contoh pertanyaan:
Apa perasaan anda dengan tujuan yang ingin dicapai?
Antara skala 0 tidak yakin tercapai dan 10 sangat yakin, berapa skala go
al tercapai?
Apa yang diperlukan supaya naik skala satu tingkat?
Siapa yang bahagia bila tujuan tercapai?
Siapa yang sedih saat tujuan tidak tercapa?
Apa yang anda katakana pada diri anda saat ini tentang tujuan ini?
Wacana
Coach amembantu klient untuk menemukan 2 hal :
Mendapatkan alternatif tindakan untuk mencapai tujuan
Hambatan apa yang dan kemungkinan terjadi dari opsi yang ada dan antisip
asi tindakannya
Contoh pertanyaan:
Apa yang akan anda lakukan bila anda pimpinan perusahaan ?
Apa yang anda lakukan bila anda mempunyai sumber daya yang cukup untuk m
engatasi masalah ini di masa yang akan datang?
Siapa saja yang bisa membantu anda ?
Apa yang menghambat anda untuk meminta bantuan ?
Alternatif tindakan apa saja yang bisa menyelesaikan masalah
Apa hambatannya untuk menjalankan semua opsi diatas ? (bila dimungkinkan
di kupas satu persatu setiap alternatif)
Sumber daya apa saja yang anda butuhkan untuk mengatasi masalah ini ?
Apa perasaaan anda terhadap pilihan-pilihan yang ada ?
Yang mana dari pilihan tindakan, yang memberikan hasil terbaik?
Yang mana dari semua pilihan memberikan kepuasan pada anda lebih besar?
AKSI NYATA
Dalam langkah ini Coach membantu coachee untuk membuat action plan, termasuk jug
a alat ukur dari keberhasilan, setiap tindakan. Dalam langkah ini perlu juga di
fokuskan kepada, seberapa besar coachee bersemangat mengerjakan rencana yang tel
ah dibuatnya. Dalam langkah ini Coach bersama coachee menentukan kapan akan di
adakan pertemuan kembali.
Contoh
-

pertanyaan:
Apa langkah selanjutnya?
Pilihan mana yang akan anda kerjakan?
Kapan anda akan mulai melakukan itu?

Apaakah ada faktor lain lagi yang akan menghambat anda melakukan rencana
?
Apakah anda perlu mencatat, semua rencana yang akan anda lakukan?
Bantuan apa yang anda butuhkan?
Kapan dan bagaimana bantuan itu harus anda dapatkan?
Bagaimana kita akan mengukur kmitment anda dalam melakukan aktivitas ya
ng sudah dilakukan?
Berapakah moivasi anda untuk melakukan semua itu, bila diukur dari skala
0 sampai 10?
Apa yang anda lakukan agar motivasi anda bisa mencapai angka 10?
Adakah motivasi internal yang menghambat anda mencapai angka 10?
Apa rasanya menurut anda, bila semua berjalan sesuai rencana anda ?
Apa yang anda lakukan guna memberi selamat pada diri anda, bila tujuan j
angka panjang anda tercapai?
Menurut anda apa yang sudah dicapai dari sesi caoching kita ?
Apakah sesuai harapan anda ?
Menurut anda, kapan watu terbaik, untuk melakukan sesi coaching berikutn
ya ?

Anda mungkin juga menyukai