Kekurangan Vitamin
Kekurangan Vitamin
gizi buruk,
anak yang tidak mendapat ASI eksklusif dan tidak diberi ASI sampai usia 2 tahun
Anak yang menderita penyakit kronis seperti ; campak, diare, pneumonia, TBC dan
cacingan
Pola epidemiologi dipengaruhi oleh :
1. Usia
Pada bayi dan ibu hamil kekurangan vitamin A
VI. PENYEBAB
a. Diet << kekurangan vitamin A jangka lma
b. Gangguan resorbsi vitamin A ( diare kronis, kecacingan , kelainan pankreas )
c. Defisiensi protein , lemak dan vitamin E
VII. GEJALA KEKURANGAN VITAMIN A
Adapun gejala kekurangan vitamin A meliputi gejala xeropthalmia (mata kering) suatu kelainan
pada selaput lendir (konjungtiva) dan selaput bening (kornea) mata. Keadaan kekurangan
vitamin A yang mengenai mata ini bila dibiarkan tanpa penanganan yang serius dapat berakibat
kebutaan yang permanen. Tahapan gejala xeropthalmia hingga terjadi kebutaaan melalui
beberapa proses .
Gejala awal dari proses xeropthalmia adalah berupa buta senja. Kebutaan ini biasanya
terjadi pada senja hari dan tidak disadari oleh orang lain karena keadaan mata seakan masih
normal atau tak nampak satu kelainan apapun pada mata. Hanya dapat diketahui ketika seseorang
menderita kekurangan Vitamin A ini sering menabrak benda benda yang berada disekitar ketika
berjalan dalam suatu ruangan. Sedangkan bagi yang belum bisa berjalan sering terlihat
memojok dan tidak melihat barang atau makanan yang ada didepannya.
1.
Selanjutnya timbul gejala kekeringan pada selaput lendir pada bagian putih mata yang
disebut xerosis kunjungtiva. Pada bagian konjungtiva akan terlihat kering, keriput dan kusam.
Orang tua sering mengeluhkan bahwa mata anaknya tampak kering dan berubah warna seperti
kecoklatan.
2.
Konjungtiva bertambah kering dan ditambah ada benda asing seperti busa sabun atau
keju (disebut bercak Bitot) terutama pada celah mata sisi luar. Orang tua sering mengeluhkan
mata anak ada sisiknya atau timbul busa. Dalam keadaan yang lebih berat lagi terjadi kekeringan
pada seluruh bagian putih mata.
3.
Tanpa penanganan yang maksimal kekeringan bisa berlanjut hingga ke bagian hitam mata
(kornea mata) yang tampak buram dan kering dan permukaan kornea tampak kasar.
4.
Keratomalasia atau perlunakan permukan kornea seakan-akan seperti bubur dan dapat
terjadi ulkus/ luka pada permukaan mata, pada tahap ini juga bisa terjadi perforasi bola mata
(kornea pecah).
5.
Tahap terakhir dari xeropthalmia bisa terjadi jaringan parut pada kornea mata yang
disebut dalam istilah medis sebagai xeroftamia scar sikatrik kornea. Bola tampak menjadi
putih atau bola mata tampak mengempis.
6.
Secara ringkas oleh WHO, 1996 Tahapan xeroftmia dijabarkan dalam satu penggolongan
berikut :
Melihat dampak yang dapat diakibatkan oleh kekurangan vitamin A seperti yang dijelaskan di
atas, maka masalah defisiensi vitamin A ini tidak boleh diremehkan karena dapat mengakibatkan
kematian atau kita akan kehilangan sumber daya manusia yang unggul. Untuk mengatsi ini ada
beberapa langkah yang harus terus dilaksanakan, antara lain yaitu :
a) Memperbaiki pola makanan masyarakat melalui penyuluhan-penyuluhan sehingga
masyarakat kita semakin gemar mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan.
b) Melakukan fortifikasi vitamin A terhadap beberapa bahan makanan yang banyak dikonsumsi
masyarakat dengan memperhatikan syarat-syarat fortifikasi misalnya tidak menyebabkan
perubahan rasa pada bahan makanan tersebut atau tidak menyebabkan kenaikan harga yang
terlalu tinggi. Contoh bahan makanan yang dapat dilakukan fortifikasi adalah pada MSG atau
pada Mie instan.
c) Meningkatkan program pemberian suplemen vitamin A yang sudah berjalan pada kelompok
sasaran, yaitu :
Bayi umur 6 12 bulan : diberikan kapsul vitamin A warna biru, dosis 100.000 UI setiap bulan
pebruari dan Agustus
Anak umur 1 5 Tahun : diberikan kapsul vitamin A warna merah, dosis 200.000 UI setiap bulan
pebruari dan Agustus
Ibu nifas : diberikan kapsul vitamin A dosis 200.000 UI sehari setelah melahirkan dan diberikan
lagi 24 jam kemudian ( masing-masing satu kapsul