Anda di halaman 1dari 9

Cerita Rakyat Tentang Legenda

Batu Menangis
November 29, 2014 oleh endah

Legenda Batu Menangis


Dahulu kala di daerah Kalimantan tepatnya di sebuah bukit yang jauh sekali dari desa ada
seorang janda miskin dan seorang anak perempuannya. Anaknya itu sangat cantik sekali, namun
sayang ia memiliki sifat yang buruk. Setiap hari kerjaannya hanya bersolek tidak pernah
membantu ibunya melakukan pekerjaan rumah dan pemalas. Selain itu juga ia sangat mnaja
seklai, sekalinya ia meminta sesuatu keinginanya itu harus tercapai tanpa ia melihat keadaan
ibunya yanh miskin. Sang ibupun harus banting tulang demi mencari sesuap nasi.
Sutau ketika, sang ibu mengajak anaknya untuk berbelanja ke desa. Karena letaknya yang yang
amat jauh dari bukit ke desa, merekapun berjalan dengan kaki dan lumayan melelahkan. Sang
anak berjalan d depan ibunya dengan memakai baju yang begitu bagus dan bersolek supaya
banyak orang yang mengaguminya, sedangkan ibunya berjalan di belakang anaknya dan
memakai baju yang sangat dekil sambil membawa keranjang. Kehidupan mereka taka da orang
yang tahu, jadi masyarakat yang melihat belum tahu kalau mereka itu anak dan ibu. Ketika
mereka sudah memasuki desa semua mata terpana melihat pesona kecantikan sang anak itu,
namun terlihat sangat kontras sekali ketika mereka memandang orang yang di belakangnya itu.
Banyak pemuda yang memandang wajahnya dengan heni-hentinya, sehingga ada seorang
pemuda yang bertanya kepada anak itu.
Hai gadis cantik, apa yang berjalan di belakangmu itu ibumu?. Ucap sang pemuda.

Namun sang anak itu menjawab.


Bukan!, ia adalah pembantuku!. Ucap sang anak.
Mereka berdua terus berjalan meneruskan perjalanannya. Tak lama kemudian ada lagi pemuda
yan bertanya kepada sang anak.
Hai manis, apa yang di belakangmu itu ibumu?. Ucap pemuda.
Sang anakpun menjawab.
Bukan, ia hanyalah budak!. Ucap sang anak.
Setiap kali orang bertanya perihal ibunya, ia selalu memperlakukannya sebagai budak atau
pembantu.
Awalnya sang ibudapat menahan diri dari hinaan itu, namun setelah ia mendengar berulang kali
dan jawabannya itu sangat menyakkitkan hatinya, hingga akhirnya sang ibu berdoa.
Ya Tuhan, hamba tak kuasa menahan hinaan ini. anak kandung hamba begitu teganya
memperlakukanku seperti ini. ta Tuhan, hukumlah anak yang durhaka ini! hukumlah dia!. ucap
sang ibu.
Atas kehendak Tuhan, sang anakpun menjadi batu secara perlahan. Tubuhnya berubah perlahan
dari mulai kakinya, ketika perubahan itu sudah mencapai setengah badannya ia memohon ampun
sambil menangis kepada ibunya.
Ibu ibu.. ampunilah aku, ampuni anakmu yang durhaka ini. Ibu ampunilah aku ibu!.
Ucap sang anak.
Dia terus menangis dan meratap memohon kepada ibunya, namun semua itu sudah terlambat
sehingga tubuh sang anakpun berubah menjadi batu. Meskipun sudah menjadi batu, namun tetap
semua orang dapat melihat kalau kedua matanya itu menitikkan air mata seperti sedang
menangis. Oleh karena itu batu yang berasal dari seorang gadis yang dikutuk oleh ibunya itu
disebut dengan Batu Menangis.

ASAL MULA
NAMA WAKATOBI

Pada zaman dahulu pulau wakatobi di datangi oleh para bangsawan dan jawa. Mereka
pertama kali datang yaitu dipulau wangi-wangi, konon kabarnya mereka pertama kali
menginjakkan kaki di pulau tersebut tercium bau wangi-wangian dan akhirnyapun pulau tersebut
dinamakan pulau wangi-wangi.
Setelah beberapa hari dipulau wangi-wangi, merekapun melanjutkan perjalanan ke pulau
sebrang yaitu pulau kaledupa. Setelah sampai di pulau tersebut tercium bau yangmenyengat lagi
yaitu bau dupa dan pulau tersebutpun diberi nama pulau kaledupa.
Kemudian mereka menyebrang lagi kepulau sebrang yaitu pulau Tomia. Sesampainya
disana tiba-tiba ada seseorang yang muncul dari bukit gunung. Orang itu disebut oleh para
pendatang dengan nama mia atau (manusia). Pulau tersebut pun diberi nama pulau tomia.
Beberapa hari kemudian mereka melanjutkan perjalanan ke pulau sebrang yaitu pulau
Binongko. Di sana mereka menemukan gunung yang dalam, disebut pula binongko. Dan
akhirnya mereka mnyimpylkan dan member nama ke4 pulau tersebut ndengan julukan pulau
Wakatobi.

ASAL USUL
PENEMAAN TOMIA

Konon Tanawolio sebagai tempat berpijaknya san putri kayangan Waliulah. Di bawah
tanah wali khayangan terdapat permandian sang putri Waliulah yang menyenangkan. Dalam
pengertian bahasa daerah kataTomia berarti orang
Tamsil kepala Sang Putri Kayangan dipulau Binongko telah berlalu dan seterusnya Sang
Raja Wali La Ptuah Sakti mendayungkan perahu kora-koranya menuju arah Barat Laut ke
utama. Menjelang fajar tibalah beliau. Ketika itu Sang Raja melihat orang (dalam bahasa ciacianya disebut orang atau mia) serta mendengar suara gaib Tomia (bahasa mbedhambedha). Jadi paduan kedua bahasa (Hambu Epahasia) omia dan Temia itu, maka lahirlah
nama Tomia yang berarti ada orang .
Konon Tomia berarti di Tanah Wali khayangan yang rata dengan diri dengan menanpakkan
buah dadanya yang mulus indah sehingga sang raja Wali La Patuah Sakti segera memalingkan
wajahnya karena silau.
Menurut kajian penulis dengan berdasarkan kenyataan dizaman modern ini bahwa Tomia yang
berarti ada Orang telah menjadi kunjungan para wisata manca Negara. Karena Haebu yang
terkandung di dalamnya. Itulah mungkin Haebu (rahasia) buah dada Temia yang asalnya
menghidupkan. Merasakan dan menyenangkan hati semua orang.
Sebagai bukti sejarah di pulau Tomia ada 2 tempat kenagan di masa lampau yaitu :

Tanah Wali (Desa Tano Wali) dan

Khayangan ( Desa Kahianga) sekarang ini.

Bisa disimpulkan bahwa pulau Tomia merupakan tamsila jadmaan (buah dada putrid khayangan
Waliulah yang penuh rahasia.

TOMIA
DALAM HIKAYAT

Tomia yang berada dalam gugusan pulau-pulau karang wakatobi dikenal sebagai pulau
yang memiliki penduduk yang heterogen dan aktivitasnya. Dalam sebuah kisah lisan para tetua
sebelum Tomia dikuasaai oleh kesultanan Buthon jauh pada tahun 1311 SM. Tomia masih
dipimpin oleh seorang kuasa sakti mendraguna bernama LA KANAMUA yang memiliki
kemampuan merobek-robek manusia. La Kanamua yang digambarkan seperti raksasa besarnya
memiliki kesaktian pada bagian telunjuk.
La Kanamua bersekutu dengan penguma parang Binongko bernama Kapiten Woloinali
dalam menjaga wilayah Tomia- Binongko. Namun mereka akhirnya di taklukan oleh penguasa
perang dari kesultanan Buthon yang dipimpin oleh Sapati La Baluali .
Dalam hikayat lisan wali-Binongko dapat di telusuri sejarah peperangan antara Sapati La
Baluali dengan kapiten Woloinali yang menggambarkan bahwa sesungguhnya penguasaan Tomia
dan Binongko melalui peprangan yang sengit. Pda akhirnya dalam rangkaian kepulauan
wakatobi, Binongko yang terakhir ditemukan.

SI KERA
DAN
SI KURA-KURA
Pada zaman dahulu kala ada seekor kera dan kura-kura. Suatu ketika mereka pergi
kehutan, didalam perjalanan mereka menemukan sebatang pohon pisang. Merekapun
memutuskan untuk mengambil pohon pisang tersebut, lalu pohon tersebut di bagi dua. Piker kera
akan aku ambil ujungnya karena tentu akan lekas berbuah dan pangkalnya akan kuberikan pada
kura-kura lalu batang tersebut ditanam.
Suatu ketika mereka bertemu.
Tanya kura-kura bagaimana keadaan pisangmu ?
Kura-kura menjawab sudah tumbuh satu daun, bagaimana denganmu monyet?
Samg Monyet menjawab matembole-ole idombaole-ole
Suatu ketika mereka bertemu lagi.
Monyet bertanya bagaimana pisangmu kura-kura ?
Kura-kura menjawab Sudah dua daun yang tumbuh, kalau pisangmu?
Moyet menjawab matembole-ole idombaole-ole
Setelah pertemuan itu, sebulan kemudian mereka bertemu lagi. Dan masih menanyakan
keadaan pisang mereka berdua.
bagaimana pisangmu monyet ?
Sudah mati, batangnya saja sudah tidak kelihatan!. ( dengan ekspresi menyesal!)
kalau aku, sudah matang!

Wah kalau begitu ayo kita lihat


Mereka pun pergi ketempat ppisang tersebut. Sesampainya disana kura-kura mencoba
untuk memanjat namun ia tidak bisa. bagaimana caranya kau memanjatnya?, Tanya si monyet.
Kura-kura menjawab saya tidak bisa memnjat. Kemudian monyet menawarkan diri untuk
memanjatnya, nanti kau berikan saya upah. Kura-kura pun mengijinkan hal itu. Akhirnya si
monyet cepat-cepat memanjat pisang itu. Sesampainya di atas, ia memakan buah pisang tersebut,
dan pada saat kura-kura meminta monyet malah member kulitnya. Kata kura-kura Monyet
berikan saya satu. Jawab monyet tunggu saya rasa dulu. Setiap si kura-kura meminta monyet
menjawab hal yang sama, malah hanya dilemparkan kuli pisang untuknya.

Karena kura-kura sudah mulai jengkel dan marah dengan perbuatan si monyet, kura-kura
segera mencari akal untuk membalas perbuatan si monyet, ia mencari bambu, kemudian
diruncing dan ditanam namaun ditutupi dedaunan. Kata kura-kura monyet kau mau turun
ditanah yang keras atau yang empuk?. saya mau turun di tempat yang empuk jawab monyet.
disini, lompatlah. Saya sudah siapkan. Kemudian si monyet melompat dan tubuhnya tertusuk
oleh bamboo-bambu itu.
Tubuhnya dipotong-potong oleh kura-kura dan dijual ke sesame monyet Siapa yang mau
beli dagingnya ikan komparu ditukar dengan gendang? kata kura-kura saat menjual daging
tersebut. Setelah di beli ia berkata makan daging sesame monyet, kata monyet-monyet kau
bicara apa ?, mau dibunuh ya!. Iapun di kejar, namun ia bersembunyi di balik batu(lubang).
Karena tempat persembunyianya di ketahuai maka monyet menjatuhkan batu ke dalam lubang
itu, kura-kurapun mati.

Anda mungkin juga menyukai