A (20 tahun)
G1P0A0 USIA KEHAMILAN 38+3DENGAN KEKURANGAN ENERGI
KRONIS (KEK) DAN KETUBAN PECAH DINI (KPD)
DI RUANG VK RSUD SETJONEGORO WONOSOBO
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Maternitas Tahap Profesi
Pembimbing Klinik
Disusun oleh:
Eva Afriyani H
Rinda Winandita
Mutiara Ayu H
BAB I
LATAR BELAKANG
A. Latar Belakang
Ketuban pecah dini (KPD) merupakan pecahnya ketuban sebelum
waktunya melahirkan (Manuaba, 2008). Ketuban pecah dini yang terjadi pada
kehamilan kurang bulan merupakan masalah besar bagi dunia obstetrik karena,
dapat menimbulkan kontribusi yang besar terhadap morbiditas dan mortalitas
perinatal dan maternal (Prawiroharjo, 2008).
Penanganan ketuban pecah dini memerlukan pertimbangan usia gestasi,
adanya infeksi pada komplikasi ibu dan janin dan adanya tanda-tanda persalinan.
KPD yang terjadi pada kehamilan cukup bulan pengelolaannya harus bersifat
aktif atau harus menunggu sampai terjadinya proses persalinan sehingga masa
tunggu akan memanjang. Sedangkan, sikap konservatif sebaiknya dilakukan
pada KPD dengan kehamilan kurang bulan dengan harapan tercapainya
pematangan paru dan berat badan janin yang cukup (Walsh, 2008).
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan di seluruh dunia
lebih dari 585.000 ibu meninggal tiap tahun saat hamil atau bersalin. Di
Indonesia menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012
kematian ibu melonjak sangat signifikan menjadi 359 per 100.000 kelahiran
hidup.
Kejadian ketuban pecah dini dapat menimbulkan beberapa masalah bagi
ibu
maupun
janin,
misalnya
pada
ibu
dapat
menyebabkan
infeksi
angka morbiditas dan mortalitas ibu maupun bayinya. Kulit ketuban yang pecah
akan menginduksi persalinan dengan sendirinya. Sekitar 70-80% kehamilan
genap bulan akan melahirkan dalam waktu 24 jam setelah kulit ketuban pecah,
bila dalam 24 jam setelah kulit ketuban pecah belum ada tanda-tanda persalinan
maka dilakukan induksi persalinan dan bila gagal dilakukan bedah sesar.
Di
negara-negara
berkembang
seperti
Bangladesh,
India,
B. Tujuan
1. TujuanUmum
MahasiswamampumelakukanasuhankeperawatanpadaNy.
AdengankasusKetuban Pecah Dini di ruang bersalin RSUD KRT
Setjonegoro Wonosobo.
2. TujuanKhusus
a. MahasiswamampumendeskripsikanhasilpengkajianpadaNy. A di ruang
bersalin RSUD KRT Setjonegoro Wonosobo.
b. MahasiswamampumenentukandiagnosakeperawatanpadaNy. A di ruang
bersalin RSUD KRT Setjonegoro Wonosobo.
c. MahasiswamampumenyusunrencanaasuhankeperawatanpadaNy.
ruang bersalin RSUD KRT Setjonegoro Wonosobo.
di
d. MahasiswamampumengimplementasirencanakeperawatanpadaNy. A di
ruang bersalin RSUD KRT Setjonegoro Wonosobo.
e. MahasiswamampumelakukanevaluasipadaNy. A di
RSUD KRT Setjonegoro Wonosobo.
ruang bersalin
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Ultrasonografi : untuk mengukur distansia biparietal
b. Aspirasi air ketuban/amniosintesis : untuk melakukan pemeriksaan
kematangan paru janin (Manuaba, 1998)
c. Batasi pemeriksaan dalam untuk mencegah terjadinya infeksi
7. Pengaruh KPD terhadap Ibu dan Janin
a. Terhadap Ibu
Ketuban pecah dini dapat terjadi infeksi intrapartal, infeksi puerpuralis
(nifas), peritonitis dan septikemia, serta persalinan lama. Ibu akan
mengalami kelemahan dan menyebabkan partus akan menjadi lama,
nadi cepat dan muncul gejala infeksi, hingga menyebabkan kematian
pada ibu.
b. Terhadap Janin
Pada saat ketuban pecah dahulu, meskipun pada ibu belum
menunjukkan gejala infeksi namin pada janin mungkin sudah terkena
infeksi, karena infeksi pada intauterin terjadi lebih dahulu sebelum
gejala infeksi pada ibu. Infeksi intrauterin yang terjadi sperti amnionitis
dan vaskulitis. Infeksi pada janin dapat meningkatkan mortalitas dan
morbiditas perinatal. Janin yang mengalami peningkatan frekuensi nadi
mungkin telah mengalami infeksi intrautein (Prawirohadjo, 2007).
8. Komplikasi
a. Makin panjang fase laten (sejak ketuban pecah sampai terjadi
kontraksi), maka makin tinggi kemungkinan infeksi
b. Makin muda kehamilan, makin sulit upaya pemecahannya tanpa
menimbulkan kematian janin (Manuaba, 2008)
9. Penatalaksanaan
a. Apabila tidak ada tanda infeksi dan kehamilan <37 minggu :
1) Berikan antibiotik untuk mengurangi morbiditas ibu dan janin
2) Berikan kortikosteroid untuk memperbaiki kematangan paru janin
3) Lakukan persalinan pada usia kehamilan 37 minggu
b. Apabila tidak ada tanda infeksi dan kehamilan >37 minggu :
1) Jika ketuban pecah >18 jam berikan antibiotik profilaksis untuk
mengurangi resiko infeksi streptococus, selama 6 jam hingga
persalinan.
2) Jika serviks sudah matang, berikan induksi persalinan dengan
oksitosin
3) Jika belum matang, matangkan serviks dengan prostaglading dan
infuse oksitosin atau lakukan SC (Kurniawati & Mirzani, 2009).
B. KEKURANGAN ENERGI KRONIS (KEK)
1. Definisi
Kekurangan energi kronis adalah suatu kondisi dimana seorang menderita
ketidakseimbangan asupan gizi
10
Makanan yang mengandung protein antara lain: daging, ikan, telur, ayam,
kacang-kacangan, tahu dan tempe.
3. Zat besi
Jumlah kebutuhan zat besi pada bayi baru lahir kira-kira 300 mg dan jumlah
yang diperlukan ibu untuk mencegah anemia akibatmeningkatnya volume
darah adalah 500mg. Selama kehamilan ibu hamil menyimpan zat besi
sekitar 100 mg untuk keperluan janin, plasenta dan hemoglobin ibu.
Makanan yang mengandung zat besi antara lain : daging, hati, sayuran hijau,
bayam, kangkung, daun pepaya dan daun katuk.
4. Asam folat
Pemberian suplemen asam folat dimulai dari 2 bulan sebelum konsepsi dan
berlanjut hingga 3 bulan pertama kehamilan. Makanan yang mengandung
asam folat seperti kacanga-kacangan, sayuran hijau, jamur, kuning telur,
jeruk, pisang dll.
5. Kalsium
Kalsium berfungsi untuk pertumbuhan tulang dan gigi janin, serta
melindungi ibu hamil dari osteoporosis. Jika kebutuhan kalsium ibu hamil
tidak cukup, maka kekurngan kebutuhan kalsium diambil dari tulang ibu.
Makanan yang mengandung banyak kalsium adalah sayuran hijau dan
kacang-kacanngan.
D. PERSALINAN
1. Definisi
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan ari-ari)
yang dapat hidup ke dunia baik melalui jalan lahir atau dengan jalan lain
(Purwaningsih dan Fatmawati, 2010). Persalinan (inpartu) adalah proses
keluarnya bayi, plasenta & selaput ketuban dari rahim ibu. Normalnya
persalinan terjadi pada usia kehamilan 37-40 minggu dan tanpa disertai
penyulit.
Persalinan
dimulai
saat
uterus
mulai
berkontraksi
dan
11
12
13
Faktor Risiko
Terlalu
muda <
20th
Asupan gizi
I.
terbagi
untuk
pertumbuha
n ibu dan
Aktifitas fisik
berlebih
Usia
Terlalu tua
< 35th
Kurang
asupan gizi
Keletihan
Riwayat penyakit :
yang disebabkan
oleh infeksi
BAB III
BB turun
Nyeri Akut
Faktor ekonomi
Kurang pengetahuan
Rendah
Pemilihan makanan
dan sikap terhadap
makanan buruk
Kurang
tercukupinya
asupan gizi selama
kehamilan
Penurunan
PENGKAJIAN INTRANATAL
fungsi
Nama mahasiswa : Eva, Rinda, Mutiara
tubuh
Tempat Praktek : Ruang VK RSUD Setjonegoro Wonosobo
Tanggal
: 17 Mei 2016
A. Data Umum
1. Inisial Klien
: Ny. A
2. Umur
: 20 tahun (16 Desember
Lila < 23,5
IMT >1996)
18,5
3. Alamat
: Leksono, Wonosobo
4. Agama
: Islam
5. Suku Bangsa
: Jawa
6. Status Perkawinan
: Menikah
KEK
Abortus, 7. Pendidikan
Dampak Pada
Terahir
: SMP
Lahir
8. No Janin
RM
: 66-52-08
mati,
9. Nama Suami
: Tn. B
Cacar
10. Umur
: 25 tahun Dampak Pada Persalinan
bawaan,
11. Pekerjaan
: Swasta
Anemia,
KETUBAN PECAH DINI
12. Pendidikan Terahir
: SMA
BBLR
Nyeri
Pengetahuan tentang
gizi
Anemia,
BB tidak
bertambah,
Infeksi
Khawatir dengan
pecahnya ketuban
Ansietas
14
Output
Feses : -
b. Cairan
Intake
Infus:
20x60x24:500=1440
Output
Balance
BAK: 4 x 250 ml = 2040-1554 = +586 ml
1000 ml
IWL: 15 x 37 = 554
ml
Minum: 3x200 = 600 ml
ml
15
Total: 2040+100 ml =
2140ml
9. Menggunakan
: gigi tiruan/kaca mata/lensa kontak
10. Lain-lain, sebutkan
: tidak ada
11. Frekuensi BAK
Klien mengatakan biasanya BAK 3-4 kali berwarna kuning jernih dalam sehari jumlah 400 ml. Klien mengatakan tidak ada
masalah dalam BAK. Klien tidak merasakan sakit saat BAK.
12. Frekuensi BAB
Klien mengatakan BAB 1 kali sehari, warna cokelat, bau khas, konsistensi padat. Klien mengatakan terakhir BAB 16 Mei 2016
pagi.
13. Kebiasaan tidur
Klien mengatakan biasanya tidur pukul 21.00 05.00 WIB 7-8 jam. Klien mengatakan akhir- akhir ini terbangun 1-2 kali
untuk BAK.
C. Data Umum Kebidanan
1. Kehamilan sekarang direncanakan: Ya / Tidak
2. Status obstetrikus
: G1P0A0
3. Usia Kehamilan
: 38 minggu 3 hari
4. HPHT
: 21 Agustus 2015
5. Taksiran Partus
: 28 Mei 2015
6. Jumlah Anak di Rumah : No.
Jenis
-
Cara Lahir
-
BB Lahir
-
Keadaan
-
Umur
-
16
17
2.
3.
Tanggal/
Pukul
Kemajuan
DJJ
HIS
Hasil Pemeriksaan
Persalinan
Kala I jam 23.00 lama kala I 12 jam
16 Mei Ketuban
DJJ
Kontraksi (his) Pemeriksaan leopold
2016 jam merembes,
150
3 kali dalam
Leopold I : TFU 25 cm
23.00
Dirujuk
ke
x/m
10 menit
Leopold II : punggung
RSUD
lamanya 15
kanan
Setjonegoro
detik
Leopold III : presentasi
kepala
Leopold IV : kepala
sudah masukPAP 4/5
Hodge I
Pembukaan 2 cm
TD : 110/70 mmHg
N : 96 x/menit
RR : 22 x/menit
S : 36 0C
Terapi : infus RL 20 tpm
17 Mei
Monitoring
DJJ :
Kontraksi (his) Pemeriksaan leopold
2016
DJJ,
HIS,
146
3 kali dalam
Leopold I : TFU 25 cm
pukul
TTV
x/m
10 menit
Leopold II : punggung
07.00
Pemeriksaan
lamanya 15
kanan
WIB
dalam
detik
Leopold III : presentasi
kepala
Leopold IV : kepala
sudah masuk PAP 4/5
TD : 110/70 mmHg
HR : 93 kali per menit
RR : 25 kali per menit
S : 37C
Pembukaan 6
Klien mengeluh nyeri :
P : kontraksi uterus
Q: nyeri seperti mules
dan diremas remas.
R : pinggang, perut
S : Klien memilih skala
6 (rentang 0 10)
T : 3 5 kali dalam 10
menit selama 15-35 detik
17 Mei
Monitoring
DJJ
Kontraksi (his) a. Klien
tampak
2016
fase
aktif 142x/m 4 kali dalam
menahan nyeri.
pukul
(HIS, DJJ)
10 menit
b. Klien
memegangi
07.30
lamanya 15
area nyeri : perut dan
WIB
detik
punggung
18
4.
5.
6.
7.
8.
17 Mei
2016
pukul
08.00
WIB
17 Mei
2016
pukul
08.30
WIB
17 Mei
2016
pukul
09.00
WIB
17 Mei
2016
pukul
09.30
WIB
17 Mei
2016
pukul
10.00
9.
17 Mei
2016
Pukul
10.20
10.
17 Mei
2016
Pukul
10.20
11.
17 Mei
2016
Pukul
10.50
12.
17
Mei
Monitoring
fase
aktif
(HIS, DJJ)
DJJ
Kontraksi (his) a. Klien
tampak
147x/m 4 kali dalam
menahan nyeri.
10 menit
b. Klien
memegangi
lamanya 15
area nyeri : perut dan
detik
punggung
Monitoring
DJJ
Kontraksi (his) a. Klien
tampak
fase
aktif 147x/m 4 kali dalam
menahan nyeri.
(HIS, DJJ)
10 menit
b. Klien
memegangi
lamanya 20
area nyeri : perut dan
detik
punggung
Monitoring
DJJ :
Kontraksi (his) a. Klien
tampak
fase
aktif
142
4 kali dalam
menahan nyeri
(HIS, DJJ)
x/m
10 menit
b. Klien
tampak
lamanya 20
memegang
area
detik
punggung.
Monitoring
DJJ
Kontraksi (his) a. Klien
tampak
fase
aktif 144x/m 4 kali dalam
menahan nyeri
(HIS, DJJ)
10 menit
b. Klien
tampak
lamanya 15
memegang
area
detik
punggung.
Monitoring
DJJ
Kontraksi (his) a. Klien
tampak
fase
aktif
145
4 kali dalam
menahan nyeri
(HIS, DJJ)
x/m
10 menit
b. Klien
tampak
lamanya 20
memegang
area
detik
punggung.
Monitoring
DJJ :
Kontraksi (his) Pemerikaan dalam:
fase
aktif
155
5 kali dalam
a. Portio tipis, lunak
(HIS, DJJ)
x/m
10 menit
b. Pembukaan lengkap
Pemeriksaan
lamanya 30
c. Presentasi kepala
dalam
35 detik
Kala II mulai jam 10.20 lama kala II 40 menit
Klien
Posisi
mengejan,
dipimpin
kontraksi teratur.
persalinan.
Power klien kurang,
klien mengejan terputus
putus
Dilakukan
P
: nyeri muncul
episiotomy
karena
proses
melahirkan, episiotomy
Q : nyeri seperti disayatsayat
R : nyeri di seluruh
bagian perut dan vagina
S: skala nyeri saat
kontraksi 8
T : selama proses
persalinan.
Bayi
lahir
a. Bayi lahir spontan
19
2016
Pukul
11.00
13.
14.
spontan
perempuan
Bayi menangis
Berat 2540 gram
Panjang badan 44 cm
Lingkar kepala 31 cm
Lingkar dada 30 cm
APGAR score : menit
1 = 7 dan menit ke 2
=9
Tindakan:
Injeksi oksitosin 1 ml
Methergin 0,2 mg
TFU 2 jari dibawah pusat
Kontraksi menurun
TD : 110/70 mmHg
N : 90 x/m
RR : 20 x/m
S : 36,5C
Kala III mulai jam 11.00 lama persalinan 5 menit + 15 menit
17 Mei Plasenta lahir
a. Bentuk : cakram
2016
secara
b. Berat 500 gram
Pukul
spontan
c. Infark (-), separasi (-),
11.05
kalsifikasi (-).
d. Tali pusat 50 cm
Pengkajian Nyeri :
P : nyeri terjadi karena
perut berkontraksi,
pelepasan plasenta
Q : nyeri seperti disayat
sayat, mules
R : nyeri di bagian
perutdan vagina
S : skala nyeri saat
kontraksi 6
T : nyeri hilang timbul
17 Mei Hecting area
Pengkajian Nyeri :
2016
episiotomy
Klien berteriak dan
Pukul
menangis kesakitan saat
11.10
proses hecting. Klien
WIB
mengatakan ingin cepat
selesai saat proses
hecting.
P : nyeri terjadi karena
proses hecting
Q : nyeri seperti disayat
sayat, perih
R : nyeri di bagian
vagina
b.
c.
d.
e.
f.
g.
20
S : skala nyeri 8
T : nyeri selama hecting
TTV
TD : 110/70 mmHg
N : 90 x/menit
RR : 20 x/menit
S : 36,5 0C
Tindakan :
IMD
Massage fundus uteri
Perdarahan : 190 cc
Kontraksi uterus : keras
TFU : 3 jari dibawah tali
pusat
15.
16.
17.
18.
19.
17 Mei
2016
Pukul
11.25
17
2016
Pukul
11.40
17 Mei
2016
Pukul
12.05
17 Mei
2016
Pukul
12.20
17 Mei
2016
Pukul
12.50
tali
tali
tali
tali
21
15.
17 Mei
2016
Pukul
13.20
22
2. Pemeriksaan fisik:
a. Kenaikan BB selama hamil : 2 kg
b. Tanda Vital :
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi
: 93 kali per menit
Frekuensi nafas: 25 kali per menit
Suhu
: 37C
c. Kepala
Inspeksi : Rambut lurus, berwarna hitam, sedikit kering.
Palpasi : Massa (-),nyeri tekan (-)
d. Mata
Inspeksi : Pupil isokor, penglihatan jelas +/+. anemis (-), sclera ikterik
(-)
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan pada mata klien.
e. Hidung
Inspeksi : Hidung klien simetris antara lubang kanan dan kiri. sekret (-),
penciuman normal +/+
: Tidak ada nyeri tekan pada hidung.
Palpasi
f. Mulut
Inspeksi : Bibir klien sedikit kering, tidak ada kelainan kongenital
(sumbing), lesi (-), bengkak (-),ulkus (-).
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada lidah dan dinding mulut.
g. Telinga
Inspeksi : Telinga klien simetris, pendengaran klien baik +/+. Tidak
menggunakan alat bantu pendengaran.
: Nyeri tekan (-)
Palpasi
h. Leher
Inspeksi : Pembesaran kelenjar getah bening (-), pembesaran kelenjar
Palpasi
23
Hasil
Satuan
Nilai Rujukan
12,2
11, 3 H
g/dl
103/ul
12 15
3,6 11
1,90 L
0,30
75,90 H
15,50 L
6,00
%
%
%
%
%
2,00 4,00
0 1,00
50,00 70,00
25,00 40,00
2,00 8,00
24
Hematokrit
Eritrosit
Trombosit
MCV
MCH
MCHC
35
3,9
240
90
31
35
URIN
Protein Urin
KIMIA KLINIK
Ureum
Creatinin
SGOT
SGPT
Total Protein
Albumin
Globulin
Bilirubin Total
%
106/ul
103/ul
Fl
Pg
g/dl
Negatif
35 47
4,4 - 5,9
150 400
76 96
27 32
29 36
Negatif
10,2
0,46
22,6
10,3
5,48 L
3,50 L
1,98
0,20
Mg/dL
Mg/dL
u/L
u/L
g/dL
g/dL
Mg/dL
Mg/dL
<50
0.40-0.90
0-35
0-35
6,7-8,3
3,8-5,3
Hasil
GI
APTT (A)
PT
8,7 L
APTT
38,2
INR
0,84
Mei 2016)
Satuan
Nilai Rujukan
detik
detik
9.0-15.0
25.0-40.0
Pemeriksaan
Hematologi
Hemoglobin
Leukosit
Diff Count
Eosinofil
Basofil
Netrofil
Limfosit
Monosit
Hematokrit
Eritrosit
Trombosit
MCV
MCH
MCHC
FOTO THORAX
(18
Hasil
Satuan
Nilai Rujukan
12,8
20,6 H
g/dl
103/ul
12 15
3,6 11
0,10 L
0,10
83,60 H
9,60 L
5,40
36 L
4,0
266
90
32
35
%
%
%
%
%
%
106/ul
103/ul
Fl
Pg
g/dl
2,00 4,00
0 1,00
50,00 70,00
25,00 40,00
2,00 8,00
35 47
4,4 - 5,9
150 400
76 96
27 32
29 36
25
18 Mei 2016
Cor
: Kesan tak membesar
Pulmo
: corakan bronchovaskuler kasar
Difragma dan sinus : dalam batas normal
Kesan
: Cor tak membesar , paru aspect tenang
4. Terapi Farmakologi
Tanggal
16/05/2016
18/05/2016
Nama Obat
Ampicilin
Asam Mefenamat
Amoxilin
Hemafort
Cefixime
Ambroxol syrup
Alpara
MDS 8
Ibuprofen
Dosis
3x1
3x1
2x1
3x1 sdt
3x1
3x1
3x1
Rute
IV
Oral
Oral
Oral
IV
Oral
Oral
Oral
Oral
E. Data Psikososial
1. Penghasilan keluarga setiap bulan
Klien mengatakan penghasilan keluarga setiap bulan tidak menentu, ratarata Rp 700.000 1.500.000
2. Perasaan pasien terhadap kehamilan
Klien mengatakan sangat bahagia dengan kehamilan anak pertamanya dan
tidak sabar untuk menunggu anaknya lahir.
3. Perasaan suami terhadap kehamilan
Suami klien tidak datang saat klien melahirkan. Klien mengatakan mereka
sangat bahagia dan mennatikan kelahiran anak pertama.
26
LAPORAN PERSALINAN
1. Pengkajian Awal
a. Tanggal : 17 Mei 2016
b. Jam
: 07.00 WIB
c. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi
: 93 kali per menit
Frekuensi nafas : 25 kali per menit
Suhu
: 37C
d. Nutrisi
Karakteristik
Antropometri (A)
Biokimia (B)
Sebelum
BB :35 kg
TB : 148 cm
HB: tidak terkaji
Saat Sakit
BB:37 kg
TB: 148 cm
16 Mei 2016 HB: 12,2
mg/dl
18 Mei 2016 HB :12,8
Clinical (C)
Diet (D)
mg/dl
KU: Baik, composmentis
GCS : 15
Makan 3x sehari porsi
ikan, telor
sakit)
f.
g.
h.
i.
j.
puka.
3) Leopold III (Menetukan batas bawah)
Teraba bagian bulat, keras dan melenting (kepala)
4) Leopold IV (persentase PAP)
Kepala sudah masuk PAP
Hasil periksa dalam
: Pembukaan 2 cm
Persiapan perineum
: Episitomy
Dilakukan klisma
: Tidak
Pengeluaran pervaginam : Lendir campur darah
Perdarahan pervaginam : Tidak
27
k. Kontraksi uterus
: 3 x /10/15 kualitas bagus, semakin kencang
l. Denyut jantung janin
: 146 x/menit, kualitas bagus dan kuat
m. Status janin
: Hidup/1 janin/preskep
2. Kala I Persalinan
a. Mulai persalinan :
Tanggal : 16 Mei 2016
Jam
: 23.00 WIB
Lama
: 12 jam
b. Tanda dan gejala
Ketuban pecah dan keluar lendir bercampur darah, kontraksi semakin
sering, lama, dan kuat.
Klien mengatakan perut terasa semakin kencang, mules, pinggang terasa
panas dan nyeri. Nyeri dirasakan seperti mules ingin BAB dan perut seperti
diremas, nyeri menjalar dari perut ke pinggang saat perut kencang kencang. Nyeri timbul semakin kuat saat kontraksi. Klien sering berteriakteriak karena kesakitan.
c. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi
: 93 kali per menit
Frekuensi nafas : 25 kali per menit
Suhu
: 37C
Terapi : infus RL 20 tpm
d. Keadaan psikososial
Klien meringis kesakitan menahan nyeri dan memegang area punggung.
Wajah tampak tegang, klien teriak - teriak dan ingin mengejan. Klien sulit
diajarkan teknik nafas dalam. Klien terlihat merintih dan menarik-narik
tangan ibunya dengan menahan sakit.
Pengkajian nyeri:
P : kontraksi uterus
Q: nyeri seperti mules dan diremas remas.
R : pinggang, perut
S : Klien memilih skala 6 (rentang 0 10)
T : 3 5 kali dalam 10 menit selama 15-35 detik
e. Kebutuhan khusus
Mengurangi nyeri kala I
f. Tindakan
Mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam dan masase punggung ringan
untuk mengurangi nyeri
g. Pengobatan : tidak ada
OBSERVASI KEMAJUAN PERSALINAN
Tanggal /jam
DJJ
Kontraksi uterus
Keterangan
28
16 Mei 2016
pukul 23.00
WIB
VT : pembukaan 2
cm
17 Mei 2016
pukul 07.00
WIB
VT : pembukaan 6
cm
17 Mei 2016
pukul 07.30
WIB
DJJ 142x/m
17 Mei 2016
pukul 08.00
WIB
DJJ 147x/m
17 Mei 2016
pukul 08.30
WIB
DJJ 147x/m
17 Mei 2016
pukul 09.00
WIB
17 Mei 2016
pukul 09.30
WIB
DJJ: 144x/m
17 Mei 2016
Pukul 10.00
WIB
Pukul 10.20
WIB
Pembukaan lengkap
3. Kala II Persalinan
a. Kala II mulai
Tanggal : 17 Mei 2016
Jam
: 10.20 WIB
b. Lama Kala II
: 40 menit
c. Tanda dan gejala
1) Muncul dorongan untuk mengejan
2) Perineum tampak menonjol, terdapat tekanan pada anus, dan vulva
membuka
3) Terdapat peningkatan pengeluaran lendir pervaginam
4) Kontraksi semakin kuat
d. Upaya mengejan
29
1)
2)
3)
4)
5)
Menit ke-5
2
2
2
1
2
9
c. Perineum : Episiotomy
d. Bonding ibu dengan janin : dilakukan inisiasi menyusu dini
e. Tanda-tanda vital klien setelah kala II:
TD : 110/70 mmHg
N : 90 x/m
RR : 20 x/m
T : 36,5C
4. Kala III Persalinan
30
C
j. Pengobatan
Oksitosin 1 ml
5. Kala IV Persalinan
a. Mulai pukul: 11.10 WIB
b. Lama kala IV : 2 jam
c. Tanda-tanda vital
TD : 110/70 mmHg
N : 90 x/menit
RR : 20 x/menit
S : 36,5 0C
d. Monitoring Perdarahan
Ja
darah
110/80
88
36,7
3 jari Keras
pusat
Ke15
11.25
Suh
TFU
Kontraks
Kandung
i Uterus
Kemih
Kosong
Perdarahan
20 cc
31
15
15
15
30
30
11.40
11.55
12.10
12.40
13.10
110/70
110/70
110/80
120/70
110/80
92
90
90
94
90
36,7
3 jari Keras
Kosong
10 cc
C
36,7
pusat
3 jari Keras
Kosong
10 cc
C
36,7
pusat
3 jari Keras
Kosong
10 cc
C
36,7
pusat
3 jari Keras
Kosong
10 cc
C
36,7
pusat
3 jari Keras
Kosong
10 cc
pusat
e. Keadaan uterus
TFU 3 jari di bawah pusat, kontraksi kuat, uterus teraba keras
f. Perdarahan kala IV : 70 ml
g. Bonding Ibu dan bayi
Saat dilakukan bonding attachment ibu terlihat masih sedikit kaku saat
menggendong bayi. ASI keluar hanya sedikit.
h. Keadaan psikososial
Klien berteriak dan menangis kesakitan saat proses hecting. Klien
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
32
l. Perawatan mata
33
: Ny.A
: G1P0A0
Tanggal/jam
Keterangan
16/05/2016 Klien mengalami kencang kencang, air ketuban merembes,
12.00 WIB
KEK dan kemudian pergi ke puskesmas terdekat.
16/05/2016 Klien dirujuk ke IGD RS Setjonegoro. Kencang-kencang teratur,
22.00 WIB
VT : pembukaan 1
16/05/2016 Klien dipindah ke ruang VK dengan G1P0A0 usia kehamilan 38
23.00 WIB
minggu 3 hari.
Pemeriksaan leopold : Leopold I TFU 25 cm; Leopold II
punggung kanan; Leopold III presentasi kepala; Leopold IV
kepala sudah masuk
PAP 4/5; Hodge I; Pembukaan 2 cm
TD : 110/70 mmHg; N : 96 x/menit; RR : 22 x/menit; S : 36 0C;
17/5/2016
07.00 WIB
17/5/2016
07.30 WIB
17/5/2016
08.00 WIB
17/5/2016
08.30 WIB
17/5/2016
09.00 WIB
17/5/2016
09.30 WIB
17/5/2016
10.00 WIB
17/5/2016
34
10.20 WIB
17/5/2016
resentasi kepala
Klien dipimpin persalinan. Posisi mengejan, kontraksi teratur.
Power klien kurang, klien mengejan terputus putus
10.20 WIB
17/5/2016
Dilakukan episiotomy
10.50 WIB
17/5/2016
11.00 WIB
17/5/2016
11.05 WIB
500 gram, infark (-), separasi (-), kalsifikasi (-), panjang tali
pusat 50 cm. TD 110/70 mmHg; N 90 x/menit; RR 20 x/menit; S
17/5/2016
11.10 WIB
36,5 0C
Hecting area episiotomy
Klien mengatakan sangat nyeri. Nyeri skala 8 (rentang 0 10).
Klien terlihat menangis dan teriak-teriak menahan nyeri.
Pengkajian Nyeri :
P : episiotomy; Q : klien mengatakan perih; R : area vagina; S :
skala 8; T : selama proses hecting
TD 110/70 mmHg; N 90 x/menit; RR 20 x/menit; S 36,5 0C
Tindakan : IMD; Massage fundus uteri; Perdarahan : 190 cc;
Kontraksi uterus : keras; TFU 3 jari dibawah tali pusat
Menganjurkan klien beristirahat makan dan minum
Monitoring perdarahan Pada 1 jam pertama dilakukan setiap 15
menit dan pada 1 jam kedua dilakukan setiap 30 menit.
35
Nama : Ny. A
Umur : 20 tahun
No. RM
Dx. Medis
: 66-52-08
: G1P0A0 dg KEK, KPD
V.
VII.
VI.
VIII.
No
Hari,
Tang
gal
XI.
IX.
Data Fokus
X.
XIV.
XV. XVI.
1.
Selas
XVII.
a,XVIII.
17/5/
XIX.
2016XX.
XXI.
XXII.
XXIII.
Etiologi
KALA I
XXX.
Kontraksi
XXXI.
uterus XXXII.
Data Subyektif:
Pengkajian nyeri:
P : kontraksi uterus
Q: nyeri seperti mules dan diremas remas.
R : pinggang, perut
S : Klien memilih skala 6 (rentang 0 10)
T : 3 5 kali dalam 10 menit selama 15-35
Masalah
Keperawa
tan
NyeriXXXIII.
akut
XII.
Diagnosa XIII.
TTD
XXXIV.
Nyeri akut b.d.
kontraksi uterus
(00132)
XXXV.
Rind
a,
Evv
a,
Mu
mu,
XXXVI.
detik
XXXVII.
XXXVIII.
2.
XXIV.
XXV.
Data Obyektif:
a. Klien tampak menahan nyeri.
b. Klien memegangi area nyeri : perut dan punggung
c. Tanda vital:
XXVI.
TD : 110/70 mmHg
XXVII.
HR : 93 kali per menit
XXVIII.
RR : 25 kali per menit
XXIX.
S : 37C
XXXIX.
Selas
Data Subyektif:
LVII.
a, XL.
Klien mengatakan ketuban sudah pecah sejak
17/5/ pukul
2016
XLI.
Klien mengatakan merasa nyeri pada perut
KetubanLVIII.
Pecah Dini
Resiko LIX.
Infeksi
Rind
a,
Evv
a,
36
LXIII.LXIV.
3.
dan punggung
XLII.
Pengkajian nyeri:
XLIII.
P : kontraksi uterus
XLIV.
Q: nyeri seperti mules dan diremas remas.
XLV.
R : pinggang, perut
XLVI.
S : Klien memilih skala 6 (rentang 0 10)
XLVII.
T : 3 5 kali dalam 10 menit selama 15-35
detik
XLVIII.
XLIX.
Data Obyektif:
L.
TD : 110/70 mmHg
LI.
N : 96 x/menit
LII.
RR : 22 x/menit
LIII.
S : 36 0C
LIV.
Leukosit: 11,3 (High)
LV.
Lama KPD 10 jam
LVI.
BB : 37 Kg
Selas
LXV. Data Subyektif:
LXVIII.
a,
a. Klien menyatakan cemas terhadap proses
17/5/
persalinan pertamanya
2016 b. Klien menyatakan persalinan pertamanya ini tidak
ditemani suaminya karena bekerja diluar kota
LXVI.
LXVII.
Data Obyektif:
a. G1P0A0
b. Klien terlihat gelisah dan cemas
c. Klien sering menagis, berteriak-teriak
d. Wajah tampak tegang
e. Klien hanya berfokus pada diri sendiri.
f. Klien terus mengejan sebelum pembukaan
LXII.
Kecemasan
LXIX.
menghadap
i proses
persalinan
Ketidakefe
LXX.
ktifan
koping
individu
LXXI.
Ketidakefektifan
koping individu
b.d. Kecemasan
LXXII.
menghadapi
proses persalinan
LXXIII.
(00069)
Mu
mu,
Rind
a,
Evv
a,
Mu
mu,
37
Nyeri akut
XCII.
XCIII.
XCVI.
Risiko CIV.
cedera
pada ibu
dan janin
CV.
Risiko cedera
janin b.d kekuatan
mengejan kurangCVI.
(00035)
CVII.
Rind
a,
Evv
a,
Mu
mu,
Rind
a,
Evv
a,
Mu
mu,
38
Resiko
CXXVI.
Infeksi
CXXVII.
Resiko infeksi
b.d
proises persalinan,
episiotomi CXXVIII.
(00004)
CXXIX.
Rind
a,
Evv
a,
Mu
mu,
Nyeri akut
CXLV.
CXLVI.
Nyeri akut b.d.
pelepasan plasenta
(00132)
CXLVII.
Rind
a,
Evv
a,
39
CXXXVI.
Q : nyeri seperti disayat sayat, mules
CXXXVII.
R : nyeri di bagian perut dan vagina
CXXXVIII.
S : skala nyeri saat kontraksi 6
CXXXIX.
T : nyeri hilang timbul
CXL.
CXLI.
Data Obyektif:
CXLII.
Klien mengatakan sudah lega, nyeri
berkurang. Klien terlihat lebih relaks. Klien terlihat
mengerutkan dahi dan kesakitan saat pelepasan
plasenta
CXLIX. CL.
CLI.
Data Subyektif:
CLXV. Luka CLXVI.
CLII.
Klien mengatakan merasa nyeri pada jalan lahir
episiotomi
CLIII.
Pengkajian nyeri PQRST :
CLIV.
P
: nyeri muncul karena proses
melahirkan, episiotomy
CLV.
Q : nyeri seperti disayat-sayat
CLVI.
R : nyeri di seluruh bagian perut dan vagina
CLVII.
S: skala nyeri saat kontraksi 6
CLVIII.
T : selama proses persalinan.
CLIX.
Data Obyektif:
a. Dilakukan tindakan hecting area episiotomi
b. Tanda vital:
CLX.
TD : 110/70 mmHg
CLXI.
N : 90 x/m
CLXII.
RR : 20 x/m
CLXIII.
S : 36,5C
CLXIV. Leukosit 11,3 (High)
CLXXI.
KALA IV
CLXXII.
CLXXIII. CLXXIV.
Selas
Data Subyektif:
CLXXXVI.
Jahitan
CLXXXVII.
CXLVIII.
Resiko
CLXVII.
infeksi
CLXVIII.
Resiko infeksi
b.d
luka episiotomi
(00004)
CLXIX.
CLXX.
Nyeri
CLXXXVIII.
akut
Nyeri akutCLXXXIX.
b.d.
Mu
mu,
Rind
a,
Evv
a,
Mu
mu,
Rind
40
a,
17/5/
2016
episiotomi,
post
partum
Prosedur
CCIII.
invasif
(luka
jahitan)
Risiko CCIV.
Infeksi
jahitan episiotomi,
post partum CXC.
(00132)
CXCI.
a,
Evv
a,
Mu
mu,
CCV.
Risiko infeksi b.d
prosedur invasif
(luka jahitan) CCVI.
(00004)
CCVII.
Rind
a,
Evv
a,
Mu
mu,
41
42
CCXXXVI.
2.
: Ny. A
Umur : 20 tahun
Hari,
CCXX.
tanggal
No. RM
: 66-52-08
Dx. Medis
: G1P0A0 dg KEK, KPD
Diagnosa
CCXXI.
CCXXIV. KALA I
Selasa,
CCXXVI.
Nyeri
CCXXIX.
akut
Setelah dilakukan CCXXX.
17/5/2016
b.d. kontraksi
tindakan keperawatan selama 12
uterus (00132)
jam diharapkan nyeri klien dapat 1.
CCXXVII.
berkurang dengan kriteria hasil:
2.
CCXXVIII.
1. Klien mengetahui cara
menggunakan teknik relaksasi 3.
nafas dalam untuk
mengurangi nyeri
2. Klien dan keluarga
4.
mengetahui cara melakukan
masase punggung untuk
mengurangi nyeri
3. Klien mampu mengenali nyeri
5.
(PQRST)
4. Klien mampu memanajemen
nyeri secara mandiri CCXXXI.
CCXXXII.
Selasa,
CCXXXVII.
CCXXXVIII.
Resiko
Setelah dilakukanCCXXXIX.
asuhan
17/5/2016
infeksi b.d.
keperawatan selama 12 jam,
ketuban pecah
diharapkan klien tidak berisiko 1.
dini
terkena infeksi dengan kriteria
CCXXII.
Intervensi
CCXXIII.
TTD
CCXXXIII.
Rin
da,
Evv
a,
Mu
mu,
Rin
da,
Evv
a,
43
CCXLVII.
3.
Mu
mu,
Rin
da,
Evv
a,
Mu
mu,
44
CCLXIV.
2.
CCLV. KALA II
Selasa,CCLVII.
Nyeri
CCLVIII.
akut
Setelah dilakukan CCLX.
17/5/2016
b.d. proses
tindakan keperawatan selama 40
1.
persalinan
menit diharapkan nyeri klien
(00132)
dapat berkurang dengan kriteria
2.
hasil:
3.
1. Klien mampu mengenali
nyeri (PQRST)
2. Klien mengetahui cara
4.
menggunakan teknik
relaksasi nafas dalam untuk
5.
mengurangi nyeri
3. Klien mampu mengenali
keadaan nyeri yang dihadapi
untuk mengejan kuat
4. Klien dapat berfokus pada
persalinan yang dihadapi
CCLIX.
Selasa,CCLXV.
Risiko
CCLXVI.
Setelah dilakukan
1.
17/5/2016
cedera janin b.d
tindakan keperawatan selama 40
2.
kekuatan
menit, tidak ada cedera pada ibu
mengejan kurang
dan janin dengan kriteria hasil:
(00035)
1. Klien mampu mengejan kuat
2. Klien kooperatif mengikuti
3.
instruksi yang diberikan
3. Bayi dapat lahir dengan
CCLXI.
Rin
da,
Evv
a,
Mu
mu,
Rin
da,
Evv
a,
Mu
mu,
45
keadaan hidup
4. Tidak ada pendarahan pada
ibu
CCLXX.
3.
CCLXXIX.
1.
BAB
4. Beri motivasi dan semangat kepada
klien
5. Anjurkan
klien
beristirahat
mengambil nafas saat tidak ada
kontraksi
Selasa,CCLXXI.
Risiko
CCLXXIII.
Setelah dilakukanCCLXXIV.
asuhan
Infection control
CCLXXV.
17/5/2016
keperawatan selama 40 jam,
infeksi b.d proses
infeksi
diharapkan klien tidak berisiko 1. Inspeksi adanya tanda gejalaCCLXXVI.
(kemerahan,
pembengkakan,
kenaikan
persalinan,
terkena infeksi dengan kriteria
suhu tubuh)
hasil:
CCLXXVII.
episiotomi
1. Klien bebas dari tanda dan 2. Inspeksi kondisi luka (ada/tidaknya
pus, kelembaban, kebersihan)
(00004)
gejala infeksi
klien
untuk
menjaga
CCLXXII.
2. Menunjukkan kemampuan 3. Ajarkan
kebersihan
area
bekas
jahitan
untuk mencegah timbulnya
4. Anjurkan klien untuk menjaga agar
infeksi
luka selalu kering
3. Jumlah leukosit dalam batas
5. Anjurkan klien untuk mengonsumsi
normal
makanan tinggi protein
6. Anjarkan klien dan keluarga mengenai
tanda dan gejala infeksi
7. Intruksikan klien untuk meminum
antibiotik sesuai resep
CCLXXVIII.
KALA III
Selasa,
CCLXXX.
Nyeri
CCLXXXII.
akut
Setelah dilakukan
CCLXXXIII.
asuhan
Pain Management (1400) CCLXXXV.
17/5/2016
b.d. pelepasan
keperawatan selama 20 menit,
dengan
plasenta (00132)
diharapkan
klien
dapat 1. Lakukan pengkajian nyeri
CCLXXXVI.
PQRST
dan
TTV
klien
CCLXXXI.
memanajemen nyeri dengan
2. Observasi respon nonverbal
Rin
da,
Evv
a,
Mu
mu,
Rin
da,
Evv
a,
46
CCLXXXVIII.
2.
CCXCVII.
1.
kriteria hasil:
3. Ajurkan
kepada
klien
CCLXXXVII.
untuk
1. Klien mampu mengenali
mengatasi
nyeri
secara
nyeri (PQRST)
nonfarmakologi : teknik relaksasi
2. Klien mengetahui cara
nafas dalam
menggunakan teknik
4. Anjurkan klien relaks dan tidak
relaksasi nafas dalam untuk
mengejan
mengurangi nyeri CCLXXXIV.
3. Klien relaks, tidak tegang
Selasa,
CCLXXXIX.
RisikoCCXCI.
Setelah dilakukan asuhan
CCXCII.
Infection control
CCXCIII.
17/5/2016
keperawatan selama 20 menit,
infeksi b.d luka
infeksi
diharapkan klien tidak berisiko 1. Inspeksi adanya tanda gejala CCXCIV.
(kemerahan, pembengkakan, kenaikan
episiotomi
terkena infeksi dengan kriteria
suhu tubuh)
hasil:
CCXCV.
(00004)
1. Klien bebas dari tanda dan 2. Inspeksi kondisi luka (ada/tidaknya
CCXC.
pus, kelembaban, kebersihan)
gejala infeksi
klien
untuk
menjaga
2. Menunjukkan kemampuan 3. Ajarkan
kebersihan
area
bekas
jahitan
untuk mencegah timbulnya
4. Anjurkan klien untuk menjaga agar
infeksi
luka selalu kering
3. Jumlah leukosit dalam batas
5. Anjurkan klien untuk mengonsumsi
normal
makanan tinggi protein
6. Anjarkan klien dan keluarga mengenai
tanda dan gejala infeksi
7. Intruksikan klien untuk meminum
antibiotik sesuai resep
CCXCVI.
KALA IV
Selasa,
CCXCVIII.
Nyeri
CCXCIX.
akut
Setelah dilakukan asuhan
CCC.
Pain Management (1400)
CCCIII.
17/5/2016
b.d. jahitan
keperawatan selama
2 jam,
1. Lakukan pengkajian nyeri dengan
Mu
mu,
Rin
da,
Evv
a,
Mu
mu,
Rin
da,
47
episiotomi, post
partum (00132)
CCCVI.
2.
Selasa,CCCVII.
17/5/2016
CCCVIII.
diharapkan
klien
dapat
memanajemen nyeri dengan 2.
kriteria hasil:
3.
1. Klien mampu mengenali
nyeri (PQRST)
2. Klien mengetahui cara
menggunakan teknik
CCCI.
relaksasi nafas dalam untuk
CCCII.
mengurangi nyeri
3. Klien
mengungkapkan
secara verbal akan menjaga
daerah luka
4. Klien mampu melakukan
mobilisasi bertahap
Risiko infeksi
CCCIX.
Setelah dilakukan asuhan
CCCX.
keperawatan selama
2 jam,
b.d prosedur
diharapkan klien tidak berisiko 1.
invasif (luka
terkena infeksi dengan kriteria
hasil:
jahitan)
1. Klien bebas dari tanda dan 2.
(00004)
gejala infeksi
2. Menunjukkan kemampuan 3.
untuk mencegah timbulnya
4.
infeksi
3. Jumlah leukosit dalam batas
5.
normal
Evv
a,
Mu
mu,
CCCXVI.
Rin
da,
Evv
a,
Mu
mu,
Infection control
48
49
CCCXXI.
IMPLEMENTASI
CCCXXII.
CCCXXIII.
CCCXXIV.
Nama : Ny. A
Umur : 20 tahun
No. RM
Dx. Medis
CCCXXV.
CCCXXVI.
CCCXXVII.
Hari,
CCCXXVIII.
No
Tanggal, Jam
No. Dx
: 66-52-08
: G1P0A0 dg KEK, KPD
Implementasi
CCCXXXI.
CCCXXIX.
Respon
CCCXXX.
TTD
KALA I
CCCXXXIV.
Selasa, CCCXXXV.
Monitor leopold, CCCXXXVI.
S : Klien menyatakan perutnya kencangCCCXLIII.
17/5/2016
pemeriksaan dalam
kencang dan ingin mengejan
CCCXXXIII.
07.00
CCCXXXVII.
O : Pemeriksaan leopold
WIB
CCCXXXVIII. Leopold I : TFU 25 cm
CCCXXXIX. Leopold II : punggung kanan
CCCXLIV.
CCCXL. Leopold III : presentasi kepala
CCCXLI. Leopold IV : kepala sudah masuk PAP 4/5
CCCXLII. Pembukaan 6
CCCXXXII.
1.
CCCXLV.
CCCXLVI.
2.
CCCXLVII.
CCCXLVIII.
Ri
n
d
a,
E
v
v
a,
M
u
m
u,
Ri
n
d
a,
E
v
50
CCCLV.
CCCLVI.
3.
CCCLVII.
CCCLVIII.
CCCLXVII.
CCCLXVIII.
4.
CCCLXIX.
CCCLXX.
Menginspeksi adanya
CCCLXXI.
tanda
gejala infeksi
CCCLXXII.
S:CCCLXXIII.
O: suhu 370C. Tidak ada kemerahan pada
perineum, tidak ada pembengkakan
CCCLXXIV.
CCCLXXV.
v
a,
M
u
m
u,
Ri
n
d
a,
E
v
v
a,
M
u
m
u,
Ri
n
d
a,
E
v
v
a,
M
u
51
CCCLXXVI.
5.
CCCLXXVII.
CCCLXXVIII.
Kolaborasi pemberian
CCCLXXXII.
injeksi Ampicilin untukCCCLXXXIII.
antibiotik
CCCLXXIX.
Asam mefenamat
CCCLXXXIV.
CCCLXXX.
Amoxilin
CCCLXXXI.
Cefixime
S:O:
Obat masuk lewat IV dan oral
CCCLXXXV.
CCCLXXXVI.
CCCLXXXVII.
CCCLXXXVIII.
6.
7. CD.
CDI. CDII.
S:
CDVI.
Klien mengatakan belum mengetahui cara nafas
CCCLXXXIX.
m
u,
Ri
n
d
a,
E
v
v
a,
M
u
m
u,
Ri
n
d
a,
E
v
v
a,
M
u
m
u,
Ri
n
52
CDIX.
8.
CDXXV.
9.
Menganjurkan kepadaCDXIII.
klien
S:
CDXXII.
dan keluarga untuk mengatasiCDXIV.
nyeri
Klien mengatakan melakukan nafas dalam
secara nonfarmakologi : teknik saat nyeri terasa
relaksasi nafas dalam dan masase
CDXV. Pengkajian Nyeri:
punggung
CDXVI.
P : kontraksi uterus
CDXXIII.
CDXII.
CDXVII.
Q: nyeri seperti mules dan diremas remas.
CDXVIII.
R : pinggang, perut
CDXIX.
S : Klien memilih skala 5 (rentang 0 10)
CDXX.
T : 3 5 kali dalam 10 menit selamaCDXXIV.
15-35
detik
CDXXI.
O:
- Klien tampak melakukan teknik nafas dalam
- Kleuarga klie terlihat melakukan masase
punggung pada klien
- Klien terlihat lebih tenang setelah diberikan
masase pada punggung
CDXXVI.
CDXXVII.
Menganjurkan
CDXXIX.
klien
S:
CDXXXII.
berbaring posisi miring kiri CDXXX.
Klien menyanakan apakah posisi miring yang
CDX. CDXI.
d
a,
E
v
v
a,
M
u
m
u,
Ri
n
d
a,
E
v
v
a,
M
u
m
u,
Ri
n
53
CDXXVIII.
CDXXXI.
Menganjurkan klien
CDXXXIX.
untuk
S:
CDXLIII.
tidak teriak dan menahan untuk
CDXL.
Klien mengatakan perut terasa kencang dan
tidak
mengejansaat
kontraksi mules
sebelum pembukaan lengkap CDXLI.
Klien mengatakan merasa ingin mengejan
CDXXXVIII.
saat perut kencang
CDXLIV.
CDXLII.
O:
- Klien berteriak saat kontraksi
- Klien terlihat mengejan saat kontraksi
CDXLV.
CDXXXV.
10.
CDXXXVI.
CDXXXVII.
CDXLVI.
11.
CDXLVII.
CDXLVIII.
S:
CDLIII.
Klien mengatakan klien sedikit kesulitan
untuk melakukan posisi miring kiri
CDLI.
O:
CDLII.
Klien melakukan posisi kiri sesuai insruksi
CDLIV.
yang diberikan
d
a,
E
v
v
a,
M
u
m
u,
Ri
n
d
a,
E
v
v
a,
M
u
m
u,
Ri
n
d
a,
E
v
54
CDLV.
CDLVI.
12.
07. 30
CDLVII.
CDLVIII.
WIB
CDLXVII.
CDLXVIII.
13.
08.00
CDLXIX.
CDLXX.
WIB
CDLXXV.
v
a,
M
u
m
u,
Ri
n
d
a,
E
v
v
a,
M
u
m
u,
Ri
n
d
a,
E
v
v
a,
M
u
55
m
u,
CDLXXVI.
14.
CDLXXVII.
CDLXXVIII.
Mengukur pembukaan
CDLXXIX.
klien
CDLXXX.
CDLXXXIII.
CDLXXXIV.
15.
CDLXXXV.
Ri
n
d
a,
E
v
v
a,
M
u
m
u,
Ri
n
d
a,
E
v
v
a,
M
u
m
u,
56
CDXCV.
16.
Menganjurkan keluarga
CDXCIX.
S:
DIII.
klien untuk membantu klien
D.
Keluarga mengatakan sudah membantu klien
merubah posisi miring kiri
merubah posisi miring kiri
CDXCVIII.
DI.
O:
DII.
Klien terlihat dalam posisi miring kiri
DIV.
CDXCVI.
CDXCVII.
DV.
17.
DVI.
S:
O: DJJ : 147x/menit
HIS : 4x1020
DXII.
DXIII.
DXIV.
18.
DXV.
WIB
09.00 DXVI.DXVII.
Melakukan pemeriksaan
DXVIII.
DJJ dan HIS
DXIX.
S:
DXX.
O :DJJ : 142 x/m, his 4 kali dalam 10 menit
lamanya 20 detik
Ri
n
d
a,
E
v
v
a,
M
u
m
u,
Ri
n
d
a,
E
v
v
a,
M
u
m
u,
Ri
n
d
a,
57
DXXI.
DXXII.
DXXIII.
19.
DXXIV.DXXV.
TTV
Melakukan pemeriksaan
DXXVI.
DXXVII.
DXXX.
DXXXI.
20.
DXXXII.
DXXXIII.
Mengobservasi klienDXXXIV.
S:
DXXXIX.
melakukan nafas dalam dan tidak
DXXXV.
Klien mengatakan melakukan nafas dalam
mengejan
saat perut terasa kencang
DXXXVI.
Klien mengatakan perut terasa mules dan
merasa ingin mengejan
DXXXVII.
O:
DXXXVIII.
Klien terlihat melakukan nafas dalam saat
E
v
v
a,
M
u
m
u,
Ri
n
d
a,
E
v
v
a,
M
u
m
u,
58
perut kenceng-kenceng
21.
DXL.
22.
DLII.
Menganjurkan keluarga
DXLIII.
S:
DXLIX.
untuk melakukan masase punggung
DXLIV.
Keluarga klien mengatakan selalu melakukan
dan membantu klien miring kiri
masase punggung dan membantu klien merubah
posisi miring kiri
DXLV.
O:
DL.
DXLVI.
Keluarga klien terlihat membantu klien
merubah posisi miring kiri
DXLVII.
Keluarga klien terlihat selalu mendampingi
klien
DLI.
DXLVIII.
Klien terlihat dalam posisi miring kiri
Ri
n
d
a,
E
v
v
a,
M
u
m
u,
Ri
n
d
a,
E
v
v
a,
M
u
m
u,
DXLI.DXLII.
DLXII.
59
DLXIII.
23.
10.00DLXIV.
WIB
-
DLXXIII.
24.
DLXXIV.
DLXXXV.
25.
DLXXXVI.
Memiinta keluargaDLXXXVII.
untuk
S:
memberikan dukungan
DLXXXVIII.
pada
Keluarga klien menyatakan akan selalu
klien
memberikan dukungan pada klien
Mengajarkan klien untuk
DLXXXIX.
O:
DXCI.
Ri
n
d
a,
E
v
v
a,
M
u
m
u,
Ri
n
d
a,
E
v
v
a,
M
u
m
u,
60
DXCIII.
DXC.
DC.
27.
DCI.
10.20 DCII.
Ri
n
d
a,
E
v
v
a,
M
u
m
u
Ri
n
d
a,
E
v
v
a,
M
u
m
u,
61
DCXI.
28.
DCXII.DCXIII.
Membantu klien
DCXIV.
S: klien menyatakan kenceng-kenceng DCXVI.
terasa
memposisikan diri untuk proses
semakin kuat dan sering. Klien mengatakan ingin
persalinan
mengejan
DCXV.
O: klien mampu memposisikan dorsal
recumbant
DCXVII.
DCXVIII.
DCXIX.
DCXX.
29.
10.20DCXXI.
DCXXII.
Memantau DJJ
KALA II
DCXXIII.
DCXXIV.
DCXXV.
DCXXVI.
DCXXVII.
DCXXVIII.
30.
DCXXIX.
DCXXX.
Ri
n
d
a,
E
v
v
a,
M
u
m
u,
S : klien berteriak-teriak
DCXXXIV.
O : klien mengejan tidak sesuai instruksi
Ri
n
d
a,
E
v
v
a,
M
u
m
u,
Ri
n
62
yang diberikan
DCXXXV.
DCXXXI.
DCXXXVI.
DCXXXVII.
31.
DCXXXVIII.
DCXXXIX.
Membantu klien
DCXL.
memposisikan dorsalrecumbant
DCXLI.
DCXLII.
DCXLIII.
DCXLIV.
DCXLV.
32.
DCXLVI.
DCXLVII.
DCXLVIII.
S:DCLI.
O : klien mengejan tidak sesuai instruksi
yang diberikan
DCLII.
d
a,
E
v
v
a,
M
u
m
u,
Ri
n
d
a,
E
v
v
a,
M
u
m
u,
Ri
n
d
a,
E
v
63
DCLIII.
DCLIV.
33.
DCLV.DCLVI.
klien
S:DCLIX.
O : klien terlihat bersemangat mengejan
kembali
DCLX.
DCLXI.
DCLXII.
34.
DCLXIII.
DCLXIV.
Menganjurkan klien untuk
DCLXV.
mengejan sekuat tenaga saatDCLXVI.
kenceng terasa paling kuat
DCLXVII.
DCLXVIII.
DCLXIX.
v
a,
M
u
m
u,
Ri
n
d
a,
E
v
v
a,
M
u
m
u,
Ri
n
d
a,
E
v
v
a,
M
64
DCLXX.
35.
DCLXXXIII.
36.
DCLXXI.
DCLXXII.
Melakukan pengkajian
DCLXXIII.
S:
DCLXXX.
nyeri
DCLXXIV.
P
: nyeri muncul karena proses
melahirkan, episiotomy
DCLXXV.
Q : nyeri seperti disayat-sayat
DCLXXVI.
R : nyeri di seluruh bagian perut dan DCLXXXI.
vagina
DCLXXVII.
S: skala nyeri saat kontraksi 8
DCLXXVIII.
T : selama proses persalinan.
DCLXXIX.
O : klien berteriak-teriak, klien merintih
kesakitan.
DCLXXXII.
DCLXXXIV.
DCLXXXV.
Membenarkan posisi
DCLXXXVI.
klien
saat mengejan
DCLXXXVII.
DCXC.
u
m
u,
Ri
n
d
a,
E
v
v
a,
M
u
m
u,
Ri
n
d
a,
E
v
v
a,
M
u
m
u,
65
DCXCI.
37.
DCXCII.
DCXCIII.
DCXCVIII.
DCXCIX.
38.
Episiotomy
DCCII.
DCCIII.
DCCVI.
DCCVII.
39.
11.00
DCCVIII.DCCIX.
Ri
n
d
a,
E
v
v
a,
M
u
m
u,
Ri
n
d
a,
E
v
v
a,
M
u
m
u,
Ri
n
66
menangis
DCCXII.
DCCXIII.
cm
DCCXIV.
DCCXV.
Nilai APGAR
BB/PB bayi
Lingkar kepala
Lingkar dada
: 7-9
: 2540 gram/
48
DCCXVII.
: 31 cm
: 30 cm
DCCXVIII.
DCCXIX.
40.
DCCXX.
DCCXXI.
Kolaborasi pemberian
DCCXXII.
Injeksi oksitosin 1 ml
DCCXXIII.
DCCXXIV.
DCCXXV.
DCCXXVI.
DCCXXVII.
41.
DCCXXVIII.
DCCXXIX.
Kaji TTV
DCCXXX.
DCCXXXI.
DCCXXXII.
DCCXXXIII.
DCCXXXIV.
d
a,
E
v
v
a,
M
u
m
u,
Ri
n
d
a,
E
v
v
a,
M
u
m
u,
Ri
n
d
a,
E
67
DCCXXXV.
S : 36,5C
DCCXXXVIII.
DCCXXXIX.
42.
DCCXL.
DCCXLI.
S:DCCXLIV.
O: kemerahan pada perineum, tidak ada
kenaikan suhu, tidak ada pus,
DCCXLV.
DCCXLVI.
DCCXLVII.
DCCXLVIII.
43.
11.05
DCCXLIX.DCCL.
DCCLI.
v
v
a,
M
u
m
u,
Ri
n
d
a,
E
v
v
a,
M
u
m
u,
KALA III
Ri
n
d
a,
E
v
v
68
DCCLVIII.
DCCLIX.
DCCLX.
DCCLXIV.
44.
DCCLXV.
DCCLXVI.
Kolaborasi pemberian
DCCLXVII.
Injeksi oksitosin 1 ml dan
DCCLXVIII.
Methergin 0,2 mg
DCCLXXI.
DCCLXXII.
45.
DCCLXXIII.
DCCLXXIV.
DCCLXXV.
Menganjurkan kepada
DCCLXXVI.
klien
untuk mengatasi nyeri
DCCLXXVII.
secara
nonfarmakologi
:
teknik
relaksasi nafas dalam
S: DCCLXXVIII.
O: klien mampu melakukan nafas dalam
DCCLXXIX.
DCCLXXX.
a,
M
u
m
u,
Ri
n
d
a,
E
v
v
a,
M
u
m
u,
Ri
n
d
a,
E
v
v
a,
M
u
69
DCCLXXXI.
46.
DCCLXXXII.
DCCLXXXIII.
Menganjurkan klienDCCLXXXIV.
relaks dan
tidak mengejan
DCCLXXXV.
S:DCCLXXXVI.
O : klien tampak tenang dan tidak mengejan
DCCLXXXVII.
DCCLXXXVIII.
DCCLXXXIX.
47.
DCCXC.
DCCXCI.
Menginspeksi
infeksi
tanda DCCXCII.
gejala
DCCXCIII.
DCCXCIV.
DCCXCV.
DCCXCVI.
DCCXCVII.
S:O:
Tidak ada kenaikan suhu
Ada kemerahan pada perineum
Tidak ada pus
DCCXCVIII.
DCCXCIX.
DCCC.
DCCCI.
KALA IV
m
u,
Ri
n
d
a,
E
v
v
a,
M
u
m
u,
Ri
n
d
a,
E
v
v
a,
M
u
m
u,
70
DCCCII.
48.
11.10
DCCCIII.
DCCCIV.
DCCCV.
DCCCXXI.
49.
DCCCXXII.
DCCCXXIII.
DCCCXXVIII.
Ri
n
d
a,
E
v
v
a,
M
u
m
u,
Ri
n
d
a,
E
v
v
a,
M
u
m
u,
71
DCCCXXIX.
50.
11.25
DCCCXXX.
DCCCXXXI.
Monitor
pertama
perdarahan
DCCCXXXII.
15
DCCCXXXIII.
S:O : Perdarahan : 10 cc
DCCCXXXIV.
DCCCXXXV.
DCCCXXXVI.
DCCCXXXVII.
51.
DCCCXXXVIII.
DCCCXXXIX.
Monitoring
TFU
DCCCXLI.
dan
Massage fundus uteri DCCCXLII.
DCCCXL.
DCCCXLIII.
DCCCXLIV.
S:O:
Kontraksi uterus : keras
TFU : 3 jari dibawah tali pusat
DCCCXLV.
DCCCXLVI.
DCCCXLVII.
DCCCXLVIII.
52.
DCCCXLIX.
11.40
DCCCL.
kedua
Monitor perdarahan 15
DCCCLI.
DCCCLII.
S:O : Perdarahan : 20 cc
DCCCLIII.
Ri
n
d
a,
E
v
v
a,
M
u
m
u,
Ri
n
d
a,
E
v
v
a,
M
u
m
u,
Ri
n
d
a,
72
DCCCLIV.
DCCCLV.
DCCCLVI.
53.
12.05
DCCCLVII.
DCCCLVIII.
Monitor perdarahanDCCCLIX.
15
ketiga
DCCCLXII.
DCCCLXIII.
DCCCLXIV.
54.
12.20
DCCCLXV.
DCCCLXVI.
Monitor perdarahan
DCCCLXVII.
15
S : klien menyatakan darahnya
DCCCLXIX.
masih
keempat
merembes seperti sedang menstruasi
DCCCLXVIII.
O : Perdarahan : 20 cc
DCCCLXX.
E
v
v
a,
M
u
m
u,
Ri
n
d
a,
E
v
v
a,
M
u
m
u,
Ri
n
d
a,
E
v
v
73
DCCCLXXI.
DCCCLXXII.
55.
DCCCLXXIII.
DCCCLXXIV.
Menganjurkan klien
DCCCLXXV.
untuk
S : klien menyatakan akan selalu
DCCCLXXVII.
menjaga
menjaga kebersihan area bekas kebersihan area bekas jahitan
jahitan
DCCCLXXVI.
O : klien mengangguk bersedia
DCCCLXXVIII.
DCCCLXXIX.
DCCCLXXX.
56.
DCCCLXXXI.
DCCCLXXXII.
Menganjurkan DCCCLXXXIII.
klien untuk
S : klien menyatakan akan selalu
DCCCLXXXV.
menjaga
menjaga agar luka selalu kering area bekas jahitan selalu kering
DCCCLXXXIV.
O : klien mengangguk bersedia
DCCCLXXXVI.
DCCCLXXXVII.
a,
M
u
m
u,
Ri
n
d
a,
E
v
v
a,
M
u
m
u,
Ri
n
d
a,
E
v
v
a,
M
u
74
DCCCLXXXVIII.
57.
DCCCLXXXIX.
DCCCXC.
Menganjurkan klienDCCCXCI.
untuk
S : klien menyatakan akan makan
DCCCXCIII.
tinggi
mengonsumsi makanan tinggi protein
protein
DCCCXCII.
O : klien mengangguk bersedia
DCCCXCIV.
DCCCXCV.
DCCCXCVI.
58.
DCCCXCVII.
12.50DCCCXCVIII.
Monitor perdarahan
DCCCXCIX.
30
ketiga
CMII.
CMIII.
m
u,
Ri
n
d
a,
E
v
v
a,
M
u
m
u,
Ri
n
d
a,
E
v
v
a,
M
u
m
u,
75
CMIV.
59.
13.20 CMV.CMVI.
CMX.
CMXI.
CMXII.
60.
CMXIII.CMXIV.
CMXIX.
CMXX.
61.
CMXXI.
CMXXII.
Menginspeksi kondisiCMXXIII.
luka
(ada/tidaknya pus, kelembaban,
CMXXIV.
kebersihan
CMXXV.
Ri
n
d
a,
E
v
v
a,
M
u
m
u,
Ri
n
d
a,
E
v
v
a,
M
u
m
u,
Ri
n
d
a,
76
CMXXVI.
CMXXVII.
CMXXVIII.
62.
CMXXIX.
CMXXX.
CMXXXV.
CMXXXVI.
63.
CMXXXVII.
CMXXXVIII.
Mengintruksikan klien
CMXXXIX.
untuk
S : klien menyatakan akan meminumCMXLI.
obat
meminum antibiotik sesuai sesuai jadwal
resep
CMXL.
O : klien mengangguk
CMXLII.
E
v
v
a,
M
u
m
u,
Ri
n
d
a,
E
v
v
a,
M
u
m
u,
Ri
n
d
a,
E
v
v
77
CMXLIII.
CMXLIV.
64.
CMXLV.
CMXLVI.
Menganjurkan klien
CMXLVII.
untuk
S : Klien mengatakan akan banyak
CML.
mengkonsumsi TKTPTS:
mengkonsumsi makanan tinggi protein
- Putih telor 6-7 butir
CMXLVIII.
sehari
O:
- Buah-buahan
CMXLIX.
Klien mengangguk tanda menyetujui anjuran
- Nasi dan susu
CMLI.
CMLII.
CMLIII.
a,
M
u
m
u,
Ri
n
d
a,
E
v
v
a,
M
u
m
u,
78
CMLIV.
EVALUASI
CMLV.
CMLVI.
Nama : Ny. A
No. RM
: 66-52-08
Umur : 20 tahun
Dx. Medis
CMLVII.CMLVIII.
NO
TANGG CMLIX.
DIAGNOSA
CMLXI.
T
CMLX.
EVALUASI
AL/ JAM
KEPERAWATAN
TD
CMLXII.
KALA I
CMLXIII.CMLXIV.
17/5/2016
CMLXVI.
Nyeri akut b.d. kontraksi
CMLXIX.
S:
CMLXXXII.
Rind
1 CMLXV.
10.20
uterus (00132)
CMLXX.
Klien mengatakan melakukan nafas dalam saat
a,
CMLXVII.
WIB
nyeri terasa
CMLXXXIII.
Evva
CMLXVIII.
CMLXXI.
Pengkajian Nyeri:
,
CMLXXII.
P : kontraksi uterus
CMLXXXIV.
M
CMLXXIII.
Q: nyeri seperti mules dan diremas remas.
umu,
CMLXXIV.
R : pinggang, perut
CMLXXV.
S : Skala nyeri menurun dari 6 ke5 (rentang 0
10)
CMLXXVI.
T : 3 5 kali dalam 10 menit selama 15-35 detik
CMLXXVII.
O:
- Klien tampak melakukan teknik nafas dalam
- Keluarga klien terlihat melakukan masase
punggung pada klien
- Klien terlihat lebih tenang setelah diberikan
masase pada punggung
CMLXXVIII.
A:
CMLXXIX.
Masalah belum teratasi , klien masih merasakan
nyeri tetapi klien sudah dapat memanajemen nyeri
secara mandiri.
79
CMLXXX.
CMLXXXI.
CMLXXXV.
CMLXXXVI.
CMLXXXVII.
2
CMLXXXVIII.
17/5/2016
KetidakefektifanCMLXXXIX.
koping
10.20
individu b.d. Kecemasan
WIB
menghadapi proses
persalinan(00069)
CMXC.
CMXCI.
CMXCII.
-
CMXCVII.
CMXCVIII.
3 CMXCIX.
WIB
P :Lanjutkan intervensi
Kaji nyeri pasien, instruksikan untuk melakukan
teknik nafas dalam untuk meredakan nyeri,
Anjurkan keluarga klien memberikan masase
ringan pada pinggang dan punggung
Mendampingi ibu selama persalinan
CMXCIV.
Rind
S:
Klien mengatakan melakukan nafas dalam saat
a,
perut terasa kencang
CMXCV.
Evva
Klien mengatakan perut terasa mules dan merasa
,
ingin mengejan
CMXCVI.
M
O:
umu,
Keluarga klien terlihat membantu klien merubah
posisi miring kiri
Keluarga klien terlihat selalu mendampingi klien
Klien terlihat dalam posisi miring kiri
A : Masalah teratasi
P: Pertahankan intervensi
Anjurkan klien tidak mengejan
Anjurkan keluarga untuk selalu mendampingi klien
selama proses persalinan
Anjurkan klien melakukan posisi miring kiri
CMXCIII.
17/5/2016M.
Risiko infeksi b.d ketuban
MII.
S:
10.20
- Klien menyatakan tidak terdapat tanda infeksi
pecah dini
(peningkatan suhu tubuh)
MI.
MIII.
O:
MVI.
80
81
MXLI. MXLII.
3 MXLIII.
WIB
MXLIV.
MLV. MLVI.
1 MLVII.
WIB
MLVIII.
episiotomy
- TTV
MXXXII. TD : 110/70 mmHg
MXXXIII. N : 90 x/m
MXXXIV. RR : 20 x/m
MXXXV. S : 36,5C
MXXXVI. A : Masalah teratasi
MXXXVII.
P : Lanjutkan intervensi
- Monitor TTV
- Perawatan BBL
- Hecting luka episiotomy
MLII.
17/5/2016
MXLV.
Risiko infeksi b.d MXLVII.
proses
S:
11.00
- Klien menyatakan tidak terdapat tanda infeksi
persalinan, episitomy
(peningkatan suhu tubuh)
MXLVI.
MXLVIII.
O:
- Suhu tubuh klien normal
MXLIX.
A : Masalah teratasi
ML.
P: Pertahankan intervensi
MLI.
Anjurkan klien untuk memantau tanda infeksi
MLIII.
MLIV.
KALA III
MLXXII.
Rind
17/5/2016
MLIX.
Nyeri akut b.d. pelepasan
MLXI.
S:
11.05
plasenta (00132)
- Klien mengatakan nyeri saat dimasase pada bagian
a,
MLX.
perut.
MLXXIII.
Evva
MLXII.
P : nyeri terjadi karena perut berkontraksi,
,
pelepasan plasenta
MLXXIV.
M
MLXIII.
Q : nyeri seperti disayat sayat, mules
umu,
MLXIV.
R : nyeri di bagian perut dan vagina
82
MLXXV.
MLXXVI.
MLXXVII.
2
WIB
MLXXVIII.
MLXXXVIII.
1.
MLXXXIX.
WIB
MXC.
MLXV.
S : skala nyeri saat kontraksi 6
MLXVI.
T : nyeri hilang timbul
MLXVII.
MLXVIII.
O:
MLXIX.
Klien terlihat meringis kesakitan ketika
dilakukan masase pada perut.
MLXX.
A : Masalah belum teratasi
MLXXI.
P : Lanjutkan intervensi
- Kaji nyeri pasien PQRST
- Anjurkan teknik nafas dalam ketika nyeri.
- Pantau TTV
MLXXXVI.
17/5/2016
MLXXIX.
Risiko infeksi b.d MLXXXI.
proses
S:
11.05
- Klien menyatakan tidak terdapat tanda infeksi
persalinan, luka episitomy
(peningkatan suhu tubuh)
MLXXX.
MLXXXII.
O:
- Suhu tubuh klien normal
MLXXXIII.
A : Masalah teratasi
MLXXXIV.
P: Pertahankan intervensi
MLXXXV.
Anjurkan klien untuk memantau tanda infeksi
MLXXXVII.
KALA IV
17/5/2016
MXCI.
Nyeri akut b.d. jahitan MXCII.
S:
MCVI.
Rind
13.10
episiotomi, post partum (00132)
- Klien berteriak dan menangis kesakitan saat proses
a,
hecting. Klien mengatakan ingin cepat selesai MCVII.
saat
Evva
proses hecting.
,
MXCIII.
P : nyeri terjadi karena proses hecting
MCVIII.
M
MXCIV.
Q : nyeri seperti disayat sayat, perih
umu,
MXCV.
R : nyeri di bagian vagina
MXCVI.
S : skala nyeri 8
83
MCIX.
2.
MCX.
MXCVII.
T : nyeri selama hecting
MXCVIII.
O:
MXCIX.
Klien tampak menahan nyeri
MC.
TD : 110/70 mmHg
MCI.
N : 90 x/menit
MCII.
RR : 20 x/menit
MCIII.
A: Masalah belum teratasi
MCIV. P:
- Anjurkan klien untuk melakukan nafas dalam saat
nyeri
MCV.
MCXVII.
17/5/2016
MCXI.
Risiko infeksi b.d prosedur
MCXII.
S:
invasif (luka jahitan) (00004)
- klien menyatakan darahnya masih merembes
seperti sedang menstruasi
MCXVIII.
- klien menyatakan akan selalu menjaga
kebersihan area bekas jahitan
MCXIX.
- klien menyatakan akan makan tinggi protein
MCXIII.
O:
- perdarahan 15 pertama = 10 cc
- perdarahan 15 kedua = 20 cc
- perdarahan 15 ketiga = 20 cc
- perdarahan 15 keempat = 20 cc
- perdarahan 30 pertama = 50 cc
- perdarahan 30 kedua = 70 cc
MCXIV. A: masalah belum teratasi
MCXV. P :
MCXVI.
Lanjutkan intervensi
- Ajarkan klien dan keluarga mengenai tanda dan
Rind
a,
Evva
,
Mum
u,
84
gejala infeksi
Intruksikan klien untuk meminum antibiotik
sesuai resep
Anjurkan klien untuk menjaga kebersihan area
bekas jahitan
Anjurkan klien untuk mengonsumsi makanan
tinggi protein
MCXX.
MCXXI.
DISCARGE PLANING
MCXXII.
1. Memberikan pendidikan kesehatan tentang ASI esklusif
MCXXIII.
2. Memberikan pendidikan kesehatan tentang nutrisi setelah persalinan dan hubungannya dengan menyusui
MCXXIV.
3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang tumbuh kembang bayi
MCXXV. BAB IV
MCXXVI.
PEMBAHASAN
MCXXVII.
A. PENGKAJIAN
MCXXVIII. Pengkajian keperawatan pada Ny. A dilaksanakan pada tanggal 17 Mei 2016 jam 07.00 WIB di ruang bersalin RSUD KRT
Setjonegoro pengkajian dilakukan dengan melakukan wawancara dengan klien, keluarga dan melihat rekam medic pasien.
B. ANALISA DATA
85
MCXXIX.
Pengkajian yang telah dilakukan dapat dianalisa data dan mendapatkan beberapa masalah yaitu masalah Kala I : Nyeri
akut b.d. kontraksi uterus, risiko infeksi b.d ketuban pecah dini, dan ketidakefektifan koping individu b.d. kecemasan
menghadapi proses persalinan. Kala II : Nyeri akut b.d. proses persalinan, risiko cedera janin b.d kekuatan mengejan kurang,
risiko infeksi b.d proses persalinan, episiotomy. Kala III : Nyeri akut b.d. pelepasan plasenta, risiko infeksi b.d luka episiotomy.
Kala IV : Nyeri akut b.d. jahitan episiotomi, post partum dan risiko infeksi b.d prosedur invasif (luka jahitan).
1. Masalah pada kala I yaitu
a. Nyeri akut b.d. kontraksi uterus. Data subjektif yang mendukung yaitu P : nyeri muncul karena adanya kontraksi uterus.
Q : nyeri seperti mules dan diremas remas. R : bagian tubuh yang terasa nyeri yaitu di pinggang, perut. S : Klien
memilih skala 6 (rentang 0 10). T : durasi munculnya nyeri 3 5 kali dalam 10 menit selama 15-35 detik. Data objektif
yang didapat yaitu klien tampak menahan nyeri dan klien memegangi area nyeri : perut dan punggung.
b. Risiko infeksi b.d ketuban pecah dini. Data subjektif yang mendukung yaitu klien mengatakan ketuban sudah pecah, klien
mengatakan merasa nyeri pada perut dan punggung. Data Objektif : Leukosit: 11,3 (High), dengan lama KPD 10 jam .
c. Ketidakefektifan koping individu b.d. kecemasan menghadapi proses persalinan data subjektif yang mendukung yaitu
klien menyatakan cemas terhadap proses persalinan pertamanya, klien menyatakan persalinan pertamanya ini tidak
ditemani suaminya karena bekerja diluar kota. Data objektif yang mendukung G1P0A0, klien terlihat gelisah dan cemas,
klien sering menagis, berteriak-teriak,w ajah tampak tegang, klien hanya berfokus pada diri sendiri.
2. Masalah pada kala II yaitu
a. Nyeri akut b.d. proses persalinan, data subjektif yang mendukung yaitu P
: nyeri muncul karena proses melahirkan,
episiotomy, Q : nyeri seperti disayat-sayat, R : nyeri di seluruh bagian perut dan vagina, S: skala nyeri saat kontraksi 8,
T : selama proses persalinan. Data objektif yaitu dilakukan episiotomy.
86
b. Risiko cedera janin b.d kekuatan mengejan kurang, data subjektif yang mendukung yaitu klien mengatakan dia lelah
karena persalinannya tak kunjung usai, klien menyatakan dia lelah mengejan. Data Obyektif yaitu power atau kekuatan
mengejan klien rendah dan tertahan di leher, klien mengejan pendek, terputus, saat mengejan klien teriak-teriak
c. Risiko infeksi b.d proses persalinan, episitomy, data subjektif yang mendukung yaitu data subjektif yang mendukung
yaitu klien merasa nyeri dijalan lahir setelah dilakukan episiotomy. Data objektif yaitu adanya luka episiotomy.
3. Masalah pada kala III yaitu
a. Nyeri akut b.d. pelepasan plasenta, data subjektif yang mendukung yaitu P : nyeri terjadi karena perut berkontraksi,
pelepasan plasenta, Q : nyeri seperti disayat sayat, mules, R : nyeri di bagian perut dan vagina, S : skala nyeri saat
kontraksi 6, T : nyeri hilang timbul. Data Obyektif yaitu klien terlihat mengerutkan dahi dan kesakitan saat pelepasan
plasenta.
b. Risiko infeksi b.d proses persalinan, luka episitomy, data subjektif yang mendukung adalah klien mengeluh nyeri dan
data objektif yang mendukung adalah adanya luka episiotomy.
4. Masalah pada kala IV yaitu
a. Nyeri akut b.d. jahitan episiotomi, post partum, data subjektif yaitu klien mengeluhkan nyeri dibagian vaginanya yang
sedang dijahit dan data objektif klien tampak menangis.
b. Risiko infeksi b.d prosedur invasif (luka jahitan), data subjektif yaitu klien mengeluh nyeri pada luka jahitan episiotomy.
Data objektif yaitu adanya luka jahitan
MCXXX.
C. RENCANA KEPERAWATAN
MCXXXI. Setelah dilakukan analisa data, maka akan dilakukan rencana keperawatan pada klien.
1. Masalah pada kala I yaitu
87
a. Nyeri akut b.d. kontraksi uterus, maka akan dilakukan rencana keperawatan pada klien : Lakukan pengkajian nyeri
dengan PQRST dan TTV klien, ajurkan kepada klien dan keluarga untuk mengatasi nyeri secara nonfarmakologi : teknik
relaksasi nafas dalam dan masase punggung. Serta kolaborasi terapi farmakologi: Asam mefenamat 500mg
b. Risiko infeksi b.d ketuban pecah dini, maka akan dilakukan rencana keperawatan pada klien :Inspeksi adanya tanda
gejala infeksi (kemerahan, pembengkakan, kenaikan suhu tubuh), ajarkan klien dan keluarga mengenai tanda dan gejala
infeksi, intruksikan klien untuk meminum antibiotik sesuai resep. Serta kolaborasi terapi farmakologi: Ampicilin,
Amoxilin, Cefixime.
c. Ketidakefektifan koping individu b.d. kecemasan menghadapi proses persalinan, maka akan dilakukan rencana
keperawatan pada klien : Anjurkan klien tidak teriak dan tidak mengejan saat kontraksi karena dapat menutup jalan lahir,
bantu klien memposisikan diri untuk membantu proses persalinan
2. Masalah pada kala II yaitu
a. Nyeri akut b.d. proses persalinan, maka akan dilakukan rencana keperawatan pada klien :Lakukan pengkajian nyeri
dengan PQRST dan TTV klien, ajurkan kepada klien dan keluarga untuk mengatasi nyeri secara nonfarmakologi : teknik
relaksasi nafas dalam dan masase punggung.
b. Risiko cedera janin b.d kekuatan mengejan kurang, maka akan dilakukan rencana keperawatan pada klien :Pantau DJJ
dan TTV klien, antu klien memposisikan mengejan yang benar (posisi dorsal recumban kaki ditarik kebelakang,
pandangan kearah perut), anjurkan klien mengambil nafas dalam dan panjang kemudian mengeluarkan dari perut seperti
saat BAB, beri motivasi dan semangat kepada klien.
c. Risiko infeksi b.d proses persalinan, episitomy, maka akan dilakukan rencana keperawatan pada klien : Inspeksi adanya
tanda gejala infeksi (kemerahan, pembengkakan, kenaikan suhu tubuh), ajarkan klien dan keluarga mengenai tanda dan
88
gejala infeksi, intruksikan klien untuk meminum antibiotik sesuai resep. Serta kolaborasi terapi farmakologi: Ampicilin,
Amoxilin, Cefixime.
3. Masalah pada kala III yaitu
a. Nyeri akut b.d. pelepasan plasenta, maka akan dilakukan rencana keperawatan pada klien : Lakukan pengkajian nyeri
dengan PQRST dan TTV klien, ajurkan kepada klien dan keluarga untuk mengatasi nyeri secara nonfarmakologi : teknik
relaksasi nafas dalam dan masase punggung. Serta kolaborasi terapi farmakologi: Asam mefenamat 500mg
b. Risiko infeksi b.d proses persalinan, luka episitomy, maka akan dilakukan rencana keperawatan pada klien : Inspeksi
adanya tanda gejala infeksi (kemerahan, pembengkakan, kenaikan suhu tubuh), ajarkan klien dan keluarga mengenai
tanda dan gejala infeksi, intruksikan klien untuk meminum antibiotik sesuai resep. Serta kolaborasi terapi farmakologi:
Ampicilin, Amoxilin, Cefixime.
4. Masalah pada kala IV yaitu
a. Nyeri akut b.d. jahitan episiotomi, post partum, maka akan dilakukan rencana tindakan keperawatan pada klien : Lakukan
pengkajian nyeri dengan PQRST dan TTV klien, ajurkan kepada klien dan keluarga untuk mengatasi nyeri secara
nonfarmakologi : teknik relaksasi nafas dalam dan masase punggung. Serta kolaborasi terapi farmakologi: Asam
mefenamat 500mg
b. Risiko infeksi b.d prosedur invasif (luka jahitan), , maka akan dilakukan rencana keperawatan pada klien : Inspeksi
adanya tanda gejala infeksi (kemerahan, pembengkakan, kenaikan suhu tubuh), ajarkan klien dan keluarga mengenai
tanda dan gejala infeksi, intruksikan klien untuk meminum antibiotik sesuai resep. Serta kolaborasi terapi farmakologi:
Ampicilin, Amoxilin, Cefixime.
MCXXXII.
D. IMPLEMENTASI
MCXXXIII. Implementasi dilakukan selama masa persalinan klien.
89
90
a. Nyeri akut b.d. proses persalinan, dilakukan tindakan keperawatan pada klien : Lakukan pengkajian nyeri dengan PQRST
dan TTV klien, ajurkan kepada klien dan keluarga untuk mengatasi nyeri secara nonfarmakologi : teknik relaksasi nafas
dalam dan masase punggung.
b. Risiko cedera janin b.d kekuatan mengejan kurang, dilakukan tindakan keperawatan pada klien :Pantau DJJ dan TTV
klien, antu klien memposisikan mengejan yang benar (posisi dorsal recumban kaki ditarik kebelakang, pandangan kearah
perut), anjurkan klien mengambil nafas dalam dan panjang kemudian mengeluarkan dari perut seperti saat BAB, beri
motivasi dan semangat kepada klien. Berdasarkan buku dari Ambarwati, dkk (2015) adapun hal-hal yang perlu
diperhatikan saat mengejan, yaitu yang pertama ibu baru boleh mengejan saat pembukaan lengkap (10 cm). Hal ini
karena mengejan saat pembukaan belum lengkap akan membuat jalan lahir menjadi bengkak, ibu kehabisan tenaga,
benjolnya kepala bayi karena terhimpit jalan lahir. Kedua, gunakan posisi yang nyaman. Terdapat banyak posisi nyaman
saat persalinan seperti duduk dan jongkok. Ketiga, saat ingin mengejan hendaknya masukkan dagu ibu de dada. Akan
lebih efektif lagi untuk mengejan saat ada kontraksi dan beristirahat saat tidak ada kontraksi. Keempat, mengejan seperti
sedang BAB maka akan memudahkan keluarnya bayi serta usahakan agar tidak mengganggak pantat atau panggul dari
tempat tidur karena akan menahan bayi sulit keluar.
c. Risiko infeksi b.d proses persalinan, episitomy, dilakukan tindakan keperawatan pada klien : Inspeksi adanya tanda gejala
infeksi (kemerahan, pembengkakan, kenaikan suhu tubuh), ajarkan klien dan keluarga mengenai tanda dan gejala infeksi,
intruksikan klien untuk meminum antibiotik sesuai resep. Serta kolaborasi terapi farmakologi: Ampicilin, Amoxilin,
Cefixime.
3. Masalah pada kala III yaitu
91
a. Nyeri akut b.d. pelepasan plasenta, dilakukan tindakan keperawatan pada klien : Lakukan pengkajian nyeri dengan
PQRST dan TTV klien, ajurkan kepada klien dan keluarga untuk mengatasi nyeri secara nonfarmakologi : teknik
relaksasi nafas dalam dan masase punggung. Serta kolaborasi terapi farmakologi: Asam mefenamat 500mg.
b. Risiko infeksi b.d proses persalinan, luka episitomy, dilakukan tindakan keperawatan pada klien: Inspeksi adanya tanda
gejala infeksi (kemerahan, pembengkakan, kenaikan suhu tubuh), ajarkan klien dan keluarga mengenai tanda dan gejala
infeksi, intruksikan klien untuk meminum antibiotik sesuai resep. Serta kolaborasi terapi farmakologi: Ampicilin,
Amoxilin, Cefixime.
4. Masalah pada kala IV yaitu
a. Nyeri akut b.d. jahitan episiotomi, post partum, dilakukan tindakan keperawatan pada klien: Lakukan pengkajian nyeri
dengan PQRST dan TTV klien, ajurkan kepada klien dan keluarga untuk mengatasi nyeri secara nonfarmakologi : teknik
relaksasi nafas dalam dan masase punggung. Serta kolaborasi terapi farmakologi: Asam mefenamat 500mg
b. Risiko infeksi b.d prosedur invasif (luka jahitan), dilakukan tindakan keperawatan pada klien: Inspeksi adanya tanda
gejala infeksi (kemerahan, pembengkakan, kenaikan suhu tubuh), ajarkan klien dan keluarga mengenai tanda dan gejala
infeksi, intruksikan klien untuk meminum antibiotik sesuai resep. Serta kolaborasi terapi farmakologi: Ampicilin,
Amoxilin, Cefixime.
MCXXXIV.
E. EVALUASI
MCXXXV. Setelah dilakukan implementasi selam 3 hari dilakukan evaluasi pada masalah yang dialami klien. Masalah pada kala I : nyeri
akut b.d. kontraksi uterus belum teratasi, risiko infeksi b.d ketuban pecah dini belum teratasi, dan ketidakefektifan koping
individu b.d. kecemasan menghadapi proses persalinan teratasi. Kala II : nyeri akut b.d. proses persalinan belum teratasi, risiko
cedera janin b.d kekuatan mengejan kurang sudah teratasi, risiko infeksi b.d proses persalinan belum teratasi, episiotomy. Kala
92
III : Nyeri akut b.d. pelepasan plasenta belum teratasi, risiko infeksi b.d luka episiotomy belum teratasi. Kala IV : Nyeri akut
b.d. jahitan episiotomi belum teratasi, post partum dan risiko infeksi b.d prosedur invasif (luka jahitan) belum teratasi.
MCXXXVI.
93
MCXXXVII.
MCXXXVIII.
BAB V
PENUTUP
MCXXXIX.
A. Kesimpulan
1. Ketuban pecah dini merupakan suatu kondisi dimana ketuban pecah sebelum proses persalinan berlangsung atau setelah
ditunggu selama satu jam belum juga ada tanda persalinan. Sebagian besar terjadi pada kehamilan aterm diatas 37 minggu.
2. Pengkajian dilakukan pada klien Ny. A tanggal 17 Mei 2016 diruang bersalin RSUD KRT Setjonegoro Wonosobo. Masalah
yang ditemukan adalah Kala I : Nyeri akut b.d. kontraksi uterus, risiko infeksi b.d ketuban pecah dini, dan ketidakefektifan
koping individu b.d. kecemasan menghadapi proses persalinan. Kala II : Nyeri akut b.d. proses persalinan, risiko cedera
janin b.d kekuatan mengejan kurang, risiko infeksi b.d proses persalinan, episiotomy. Kala III : Nyeri akut b.d. pelepasan
plasenta, risiko infeksi b.d luka episiotomy. Kala IV : Nyeri akut b.d. jahitan episiotomi, post partum dan risiko infeksi b.d
prosedur invasif (luka jahitan).
3. Rencana keperawatan dilakukan sesuai dengan NANDA dan dilakukan tindakan keperawatan selama klien berada pada kala
I hingga 2 jam berakhirnya kala II. Hasil evaluasi pada kala I : nyeri akut b.d. kontraksi uterus belum teratasi, risiko infeksi
b.d ketuban pecah dini belum teratasi, dan ketidakefektifan koping individu b.d. kecemasan menghadapi proses persalinan
teratasi. Kala II : nyeri akut b.d. proses persalinan belum teratasi, risiko cedera janin b.d kekuatan mengejan kurang sudah
teratasi, risiko infeksi b.d proses persalinan belum teratasi, episiotomy. Kala III : Nyeri akut b.d. pelepasan plasenta belum
teratasi, risiko infeksi b.d luka episiotomy belum teratasi. Kala IV : Nyeri akut b.d. jahitan episiotomi belum teratasi, post
partum dan risiko infeksi b.d prosedur invasif (luka)
MCXL.
MCXLI.
B. Saran
94
1. Rumah sakit
MCXLII.
Penerapan strategi pelayanan keperawatan pada klien dengan ketuban pecah dini diharapkan pelayanan medis dan
pelayanan psikologis diberikan secara bersamaan.
2. Pasien
MCXLIII.
Perlu mengetahui risiko yang dapat menyebabkan ketuban pecah dini sehingga dapat menghindari hal yangberisiko
menimbulkan terjadinya ketuban pecah dini.
3. Mahasiswa
MCXLIV.
Praktik maternitas yang dilakukan diharapkan mahasiswa dapat mengaplikasikan tindakan keperawatan yang sesuai
pada klien dengan ketuban pecah dini.
MCXLV.
MCXLVI.
MCXLVII.
MCXLVIII.
MCXLIX.
MCL.
MCLI.
MCLII.
MCLIII.
MCLIV.
MCLV.
MCLVI.
MCLVII.
MCLVIII.
MCLIX.
MCLX.
MCLXI.
MCLXII.
95
MCLXIII.
MCLXV.
MCLXVI.
MCLXVII.
MCLXVIII.
DAFTAR PUSTAKA
MCLXIV.
Aisyah, Siti & Oktarina, Aini. 2012. Perbedaan Kejadian Ketuban Pecah Dini antara Primipara dan Multipara. Jurnal Midpro
Ambarwati, Dhian dkk. 2015. Superbook for Supermom. Jakarta : FMedia.
Cunningham, F. Gary [et al.]. 2006. William Obstetrics Vol. I. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Depkes RI. 2002. Pedoman Penanggulangan Ibu Hamil Kekurangan Energi Kronis. Direktorat Pembinaan Kesehatan
Masyarakat. Depkes RI : Jakarta.
MCLXIX.
MCLXX.
MCLXXI.
MCLXXII.
Fitriani, Rini. 2014. Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Respon Adaptasi Nyeri Pada Pasien Inpartu Kala I Fase
Laten di RSKDIA Siti Fatimah Makassar Tahun 2013. Jurnal Kesehatan. Vol VII No 2
Jannah, Ana Wardatul. 2012. Enjoy Your Pregnancy, Mom. Jakarta : Agro Media
Kurniawati & Mirzani. 2009. Obcynacea. Yogyakarta : Tosca Entreprise.
MCLXXIII.
MCLXXIV.
Mahmudah, Dedeh. 2010. Hubungan Dukungan Keluarga dan Religiusitas dengan Kecemasan Melahirkan pada Ibu Hamil
Anak Pertama (Primigravida). Skripsi Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Manuaba, Ida Ayu Chandranita. 2008. Buku Ajar Patologi Obstetri untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta : EGC.
Manuaba, Ida Bagus Gede. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan.
MCLXXV.
MCLXXVI.
MCLXXVII.
MCLXXVIII.
Jakarta : EGC.
Manuaba, Ida Bagus Gede. 2003. Penuntun Kepaniteraan Klinik Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : EGC.
Manuaba. 2008. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC
Mochtar R. 2005 . Kasus-kasus Risiko Tinggi Dalam Obstetri . Sinopsis Edisi 2 . Jakarta: EGC
Muliawati, Siti & Lestari, Tri. 2013. Faktor Penyebab Ibu Hamil Kurang Energi Kronis di Puskesmas Sambi Kecamatan Sambi
MCLXXIX.
MCLXXX.
MCLXXXI.
96
MCLXXXII.