LAPORAN PENDAHULUAN
CEREBRO VASCULAR ACCIDENT
A. KONSEP DASAR
1. Pengertian
Stroke/Gangguan Pembuluh Darah Otak (GPDO)/Cerebro Vascular
Disease (CVD)/Cerebro Vascular Accident (CVA) merupakan suatu kondisi
kehilangan fungsi otak secara mendadak yang diakibatkan oleh gangguan
suplai darah ke bagian otak (Brunner & Suddarth, 2000: 94) atau merupakan
suatu kelainan otak baik secara fungsional maupun struktural yang
disebabkan oleh keadaan patologis pembuluh darah serebral atau dari seluruh
sistem pembuluh darah otak (Doengoes, 2000: 290).
Penyebab dari stroke adalah 1) trombosis, 2) embolisme serebral (3/4
kasus stroke), dan 3) perdarahan baik intra serebral maupunn subarachnoid
(1/4 kasus stroke) (Hudak & Gallo, 1996: 254).
Cedera serebrovaskular atau stroke meliputi awitan tiba-tiba defisit
neurologis karena insufisiensi suplai darah ke suatu bagian dari otak.
Insufisiensi suplai darah disebabkan oleh trombus, biasanya sekunder
terhadap arterisklerosis, terhadap embolisme berasal dari tempat lain dalam
tubuh, atau terhadap perdarahan akibat ruptur arteri (aneurisma) (Lynda Juall
Carpenito, 1995).
Menurut WHO stroke adalah adanya defisit neurologis yang
berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global) dengan
gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan
kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler. (Hendro
Susilo, 2000)
2. Anatomi Fisiologi
a. Otak
Berat otak manusia sekitar 1400 gram dan tersusun oleh kurang
lebih 100 triliun neuron. Otak terdiri dari empat bagian besar yaitu
2
serebrum (otak besar), serebelum (otak kecil), brainstem (batang otak),
dan diensefalon. (Satyanegara, 1998)
Serebrum terdiri dari dua hemisfer serebri, korpus kolosum dan
korteks serebri. Masing-masing hemisfer serebri terdiri dari lobus
frontalis yang merupakan area motorik primer yang bertanggung jawab
untuk gerakan-gerakan voluntar, lobur parietalis yang berperanan pada
kegiatan memproses dan mengintegrasi informasi sensorik yang lebih
tinggi tingkatnya, lobus temporalis yang merupakan area sensorik untuk
impuls pendengaran dan lobus oksipitalis yang mengandung korteks
penglihatan primer, menerima informasi penglihatan dan menyadari
sensasi warna.
Serebelum terletak di dalam fosa kranii posterior dan ditutupi oleh
duramater
yang
menyerupai
atap
tenda
yaitu
tentorium,
yang
serta
mengubah
tonus
dan
kekuatan
kontraksi
untuk
mata
rantai
penghubung
yang
penting
pada
jaras
3
pada beberapa dorongan emosi dasar seseorang. Hipotalamus berkaitan
dengan pengaturan rangsangan dari sistem susunan saraf otonom perifer
yang menyertai ekspresi tingkah dan emosi. (Sylvia A. Price, 1995)
b. Sirkulasi darah otak
Otak menerima 17% curah jantung dan menggunakan 20%
konsumsi oksigen total tubuh manusia untuk metabolisme aerobiknya.
Otak diperdarahi oleh dua pasang arteri yaitu arteri karotis interna dan
arteri vertebralis. Da dalam rongga kranium, keempat arteri ini saling
berhubungan dan membentuk sistem anastomosis, yaitu sirkulus Willisi.
(Satyanegara, 1998)
Arteri karotis interna dan eksterna bercabang dari arteria karotis
komunis kira-kira setinggi rawan tiroidea. Arteri karotis interna masuk ke
dalam tengkorak dan bercabang kira-kira setinggi kiasma optikum,
menjadi arteri serebri anterior dan media. Arteri serebri anterior memberi
suplai darah pada struktur-struktur seperti nukleus kaudatus dan putamen
basal ganglia, kapsula interna, korpus kolosum dan bagian-bagian
(terutama medial) lobus frontalis dan parietalis serebri, termasuk korteks
somestetik dan korteks motorik. Arteri serebri media mensuplai darah
untuk lobus temporalis, parietalis dan frontalis korteks serebri.
Arteria vertebralis kiri dan kanan berasal dari arteria subklavia sisi
yang sama. Arteri vertebralis memasuki tengkorak melalui foramen
magnum, setinggi perbatasan pons dan medula oblongata. Kedua arteri ini
bersatu membentuk arteri basilaris, arteri basilaris terus berjalan sampai
setinggi otak tengah, dan di sini bercabang menjadi dua membentuk
sepasang arteri serebri posterior. Cabang-cabang sistem vertebrobasilaris.
Ini memperdarahi medula oblongata, pons, serebelum, otak tengah
dan sebagian diensefalon. Arteri serebri posterior dan cabang-cabangnya
memperdarahi sebagian diensefalon, sebagian lobus oksipitalis dan
temporalis, aparatus koklearis dan organ-organ vestibular. (Sylvia A.
Price, 1995)
4
Darah vena dialirkan dari otak melalui dua sistem: kelompok vena
interna yang mengumpulkan darah ke vena galen dan sinus rektus, dan
kelompok vena eksterna yang terletak di permukaan hemisfer otak yang
mencurahkan darah ke sinus sagitalis superior dan sinus-sinus basalis
lateralis, dan seterusnya ke vena-vena jugularis, dicurahkan menuju ke
jantung. (Harsono, 2000)
Sirkulasi Willisi adalah area dimana percabangan arteri basilar dan
karotis internal bersatu. Sirkulus Willisi terdiri atas dua arteri serebral,
arteri komunikans anterior, kedua arteri serebral posterior dan kedua arteri
komunikans anterior. Jaringan sirkulasi ini memungkinkan darah
bersirkulasi dari satu hemisfer ke hemisfer yang lain dan dari bagain
anterior ke posterior otak. Ini merupakan sistem yang memungkinkan
sirkulasi kolateral jika satu pembuluh mengalami penyumbatan. (Hudak
& Gallo, 1996: 254)
3. Faktor Resiko Stroke
a. Hypertensi, faktor resiko utama
b. Penyakit kardiovaskuler
c. Kadar hematokrit tinggi
d. DM (peningkatan anterogenesis)
e. Pemakaian kontrasepsi oral
f. Penurunan tekanan darah berlebihan dalam jangka panjang
g. Obesitas, perokok, alkoholisme
h. Kadar esterogen yang tinggi
i. Usia > 35 tahun
j. Penyalahgunaan obat
k. Gangguan aliran darah otak sepintas
l. Hyperkolesterolemia
m. Infeksi
n. Kelainan pembuluh darahh otak (karena genetik, infeksi dan ruda paksa)
o. Lansia
p. Penyakit paru menahun (asma bronkhial)
5
q. Asam urat
(Brunner & Suddarth, 2000: 94-95, Harsono, 1996:60-65)
4. Klasifikasi
a. Stroke dapat diklasifikasikan menurut patologi dan gejala kliniknya, yaitu:
a) Stroke Haemorhagi
Merupakan perdarahan serebral dan mungkin perdarahan
subarachnoid. Disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak pada
daerah otak tertentu. Biasanya kejadiannya saat melakukan aktivitas
atau saat aktif, namun bisa juga terjadi saat istirahat. Kesadaran pasien
umumnya menurun.
Stroke hemoragik adalah disfungsi neurologi fokal yang akut
dan disebabkan oleh perdarahan primer substansi otak yang terjadi
secara spontan bukan oleh karena trauma kapitis, disebabkan oleh
karena pecahnya pembuluh arteri, vena dan kapiler. (Djoenaidi Widjaja
et. al, 1994)
Perdarahan otak dibagi dua, yaitu:
(a)
Perdarahan Intraserebral
Pecahnya pembuluh darah (mikroaneurisma) terutama
karena hypertensi mengakibatkan darah masuk ke dalam jaringan
otak, membentuk massa yang menekan jaringan otak dan
menimbulkan edema otak. Peningkatan TIK yang terjadi cepat,
dapat mengakibatkan kematian mendadak karena herniasi otak.
Perdarahan intraserebral yang disebabkan karena hypertensi sering
dijumpai di daerah putamen, talamus, pons dan serebelum.
(Simposium Nasional Keperawatan Perhimpunan Perawat Bedah
Syaraf Indonesia, Siti Rohani, 2000, Juwono, 1993: 19).
(b)
Perdarahan Subarachnoid
Perdarahan ini berasal dari pecahnya aneurisma berry atau
AVM. Aneurisma yang pecah ini berasal dari pembuluh darah
sirkulasi Willisi dan cabang-cabangnya yang terdapat di luar
6
parenkim otak (Juwono, 1993: 19). Pecahnya arteri dan keluarnya
ke ruang sub arachnoid menyebabkan TIK meningkat mendadak,
meregangnya struktur peka nyeri dan vasospasme pembuluh darah
serebral yang berakibat disfungsi otak global (nyeri kepala,
penurunan kesadaran) maupun fokal (hemiparese, gangguan hemi
sensorik,
afasia,
dll).
(Simposium
Nasional
Keperawatan
Perdarahan
subarakhnoid
dapat
mengakibatkan
berasal
dari
darah
dan
dilepaskan
kedalam
cairan
7
disfungsi serebral. Pada saat otak hipoksia, tubuh berusaha
memenuhi O2 melalui proses metabolik anaerob, yang dapat
menyebabkan dilatasi pembuluh darah otak.
Tabel 1. Perbedaan perdarahan Intra Serebral (PIS) dan Perdarahan Sub Arachnoid
(PSA)
Gejala
Timbulnya
Nyeri Kepala
Kesadaran
Kejang
Tanda rangsangan
Meningeal.
Hemiparese
Gangguan saraf otak
b)
PIS
Dalam 1 jam
Hebat
Menurun
Umum
+/-
PSA
1-2 menit
Sangat hebat
Menurun sementara
Sering fokal
+++
++
+
+/+++
Tabel 2. Perbedaan antara CVA infark dan CVA Bleeding sebagai berikut:
Gejala (anamnesa)
Permulaan (awitan)
Waktu (saat serangan)
Peringatan
Nyeri Kepala
Kejang
Muntah
Kesadaran menurun
Infark
Sub akut/kurang mendadak
Bangun pagi/istirahat
+ 50% TIA
+/Kadang sedikit
Perdarahan
Sangat akut/mendadak
Sedang aktifitas
+++
+
+
+++
Koma/kesadaran menurun
Kaku kuduk
Kernig
pupil edema
Perdarahan Retina
Bradikardia
Penyakit lain
+/hari ke-4
Tanda adanya
aterosklerosis di retina,
koroner, perifer. Emboli
+++
++
+
+
+
sejak awal
Hampir selalu
hypertensi,
aterosklerosis, HHD
8
pada ke-lainan katub,
fibrilasi, bising karotis
Pemeriksaan:
Darah pada LP
X foto Skedel
Angiografi
Oklusi, stenosis
CT Scan
Densitas berkurang
(lesi hypodensi)
Opthalmoscope
Crossing phenomena
Silver wire art
Lumbal pungsi
Tekanan
Warna
Eritrosit
Arteriografi
EEG
Normal
Jernih
< 250/mm3
oklusi
di tengah
+
Kemungkinan
pergeseran glandula
pineal
Aneurisma. AVM.
massa intra hemisfer/
vaso-spasme.
Massa intrakranial
densitas bertambah.
(lesi hyperdensi)
Perdarahan retina atau
corpus vitreum
Meningkat
Merah
>1000/mm3
ada shift
shift midline echo
Manifestasi Klinis
Menurut Hudak dan Gallo dalam bukunya Keperawatan Kritis:
Pendekatan Holistik (1996: 258-260), terdapat manifestasi akibat stroke, yaitu:
9
a. Defisit Motorik
Hemiparese, hemiplegia
Distria (kerusakan otot-otot bicara)
Disfagia (kerusakn otot-otot menelan)
b. Defisit Sensori
Defisit visual (umum karena jaras visual terpotong sebagian besar
pada hemisfer serebri)
Hemianopsia homonimosa (kehilangan pandangan pada setengah
bidang pandang pada sisi yang sama)
Diplopia (penglihatan ganda)
Penurunan ketajaman penglihatan
Tidak memberikan atau hilangnya respon terhadap sensasi superfisial
(sentuhan, nyeri, tekanan, panas dan dingin)
Tidak memberikan atau hilangnya respon terhadap proprioresepsi
(pengetahuan tentang posisi bagian tubuh)
c. Defisit Perseptual (Gangguan dalam merasakan dengan tepat dan
menginterpretasi diri dan/atau lingkungan)
Gangguan skem/maksud tubuh (amnesia atau menyangkal terhadap
ekstremitas yang mengalami paralise; kelainan unilateral)
Disorientasi (waktu, tempat, orang)
Apraksia (kehilangan kemampuan untuk menggunakan obyek-obyek
dengan tepat)
Agnosia
(ketidakmampuan
untuk
mengidentifikasi
lingkungan
melalui indera)
Kelainan
dalam
menemukan
letak
obyek
dalam
ruang,
10
d. Defisit Bahasa/Komunikasi
Afasia ekspresif (kesulitan dalam mengubah suara menjadi pola-pola
bicara yang dapat difahami) - dapat berbicara dengan menggunakan
respons satu kata
Afasia reseptif (kerusakan kelengkapan kata yang diucapkan - mampu
untuk berbicara, tetapi menggunakan kata-kata dengan tidak tepat dan
tidak sadar tentang kesalahan ini)
Afasia global (kombinasi afasia ekspresif dan reseptif) tidak mampu
berkomunikasi pada setiap tingkat
Aleksia (ketidakmampuan untuk mengerti kata yang dituliskan)
Agrafasia (ketidakmampuan untuk mengekspresikan ide-ide dalam
tulisan)
e. Defisit Intelektual
Kehilangan memori
Rentang perhatian singkat
Peningkatan distraktibilitas (mudah buyar)
Penilaian buruk
Ketidakmampuan untuk mentransfer pembelajaran dari satu situasi ke
situasi yang lain
Ketidakmampuan untuk menghitung, memberi alasan atau berpikir
secara abstrak
f. Disfungsi Aktivitas Mental dan Psikologis
Labilitas emosional (menunjukkan reaksi dengan mudah atau tidak
tepat)
Kehilangan kontrol diri dan hambatan sosial
Penurunan toleransi terhadap stres
Ketakutan, permusuhan, frustasi, marah
Kekacauan mental dan keputusasaan
Menarik diri, isolasi
11
Depresi
g. Gangguan Eliminasi (Kandung kemih dan usus)
Lesi unilateral karena stroke mengakibatkans sensasi dan kontrol
partial kandung kemin, sehingga klien sering mengalami berkemih,
dorongan dan inkontinensia urine.
Jika lesi stroke ada pada batang otak, maka akan terjadi kerusakan
lateral yang mengakibatkan neuron motorik bagian atas kandung
kemih dengan kehilangan semua kontrol miksi
Kemungkinan untuk memulihkan fungsi normal kandung kemih
sangat baik
Kerusakan fungsi usus akibat dari penurunan tingkat kesadaran,
dehidrasi dan imobilitas
Konstipasi dann pengerasan feses
h. Gangguan Kesadaran
6. Patofisiologi Infark Otak (Proses yang terjadi sesudah obstruksi vena dan arteri)
Aliran darah
Obstruksi vena
Obstruksi arteri
Dilatasi
Stagnasi darah
Edema
interstitial
Diapedesis
Aliran kolateral
Iskemia
Otak
Endotelium
Infark hemoragik
Edema
interstitial
Gel fibrin
Edema
seluler
Pelepasan
prostasiklin
Edema
neuronal
Edema
astrositik
Jendalan darah
Diapedesis &
penurunan resistensi
sawar darah otak
Mati
12
12
Patofisiologi CVA karena Emboli/trombus dan perdarahan
Pembuluh darah
Trombus/Embolus karena plak ateromatosa, fragmen,
lemak, udara, bekuan darah
Hypertensi/aterosklerosis
PD lunak
Oklusi
Mendesak arteriol
Herniasi/pecahnya tunika intima
Aneurisma
Iskemia
Perdarahan
Hypoxia
Metabolisme
anaerob
Asam laktat
Aktifitas elektrolit
terganggu
Oksipital
Ssefalgia mata
ipsilateral,
hemianopia
Temporalis kiri
Nyeri telinga
homolateral, disfasia,
hemianopia,
kuadranopia
Parietalis
Nyeri homolateral,
defisit sensorik
kontralateral,
hemipares ringan
Frontal
Hemiparese
kontralateral,
sefalgia bifrontal
Infark
Gg.kesadaran,
kejang fokal,
hemiplegia, defek
medan penglihatan,
afasia
ODEMA
SEREBRAL
13
13
Perdarahan
Thalamus
Hemisfer dominan
Afasia
anomia berat dg
pemahaman &
repetisi lumayan
Hemisfer non
dominan
Anosognosia
Kapsula interna
Hemiparese
hemiplegia
kontralateral
substansia alba
hemianopia
gg. komunikasi
verbal, integritas
kulit, mobilitas
fisik, perawatan
diri, intoleransi
aktivitas, konsep
diri, ketergantungan, dll
Pons
Nyeri kepala
Rigiditas deserebri
Hemiplegia
kontralateral
Paralisis
fasia
homolateral
Defiasi mata
Subtalamik
diensefalon
Bola mata melirik
ke bawah-dalam dg
paralisis gerakan
ke atas & posisi
kedua bola mata
melihat ujung
hidung
Koma mendadak
Mati
Subthalamus &
mesensefalon
dorsal
Pupil mengecil
Reaksi terhadap
cahaya lambat
Hemisfer
Gg. sensori
penglihatan
Frontalis
Gg. motorik
Parietalis
Gg. proses &
integrasi informasi
sensorik
Temporalis
Gg. pendengaran
Oksipitalis
Gg. penglihatan &
sensori warna
TIK
Putamen
Hemiplegia
Sefalgia
Muntah
Kedasaran
Defek hemisensorik
Gg.Grk bola mata
Medula oblongata
Gg. Jantung
Gg. Pernafasan
Refleks telan
Muntah
Hypersalivasi
Gg. Sistem syaraf
simpatis
Serebelum
Gg. Okulomotor
Gg. Keseimbangan
Nistagmus
Muntah
terusmenerus
Singultus
TIK
Mesensefalon
Paralisis
okulomorius
ipsilateral
Koma
TIK
14
Pengumpulan data
Pengumpulan data adalah mengumpulkan informasi tentang status
kesehatan klien yang menyeluruh mengenai fisik, psikologis, sosial budaya,
spiritual, kognitif, tingkat perkembangan, status ekonomi, kemampuan fungsi
dan gaya hidup klien. (Marilynn E. Doenges et al, 1998)
(a)
Data demografi
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis
kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan
jam MRS, nomor register, diagnose medis.
(b)
Keluhan utama
Didapatkan keluhan kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara
pelo, dan tidak dapat berkomunikasi. (Jusuf Misbach, 1999)
(c)
(d)
16
obat-obat
anti
koagulan,
aspirin,
vasodilator,
obat-obat
adiktif,
(f)
Riwayat psikososial
Stroke memang suatu penyakit yang sangat mahal. Biaya untuk
pemeriksaan, pengobatan dan perawatan dapat mengacaukan keuangan
keluarga sehingga faktor biaya ini dapat mempengaruhi stabilitas emosi
dan pikiran klien dan keluarga.(Harsono, 1996)
(g)
17
gangguan penglihatan, gangguan tingkat kesadaran (Doengoes, 1998,
2000: 290)
Pola tidur dan istirahat
Biasanya klien mengalami kesukaran untuk istirahat karena kejang
otot/nyeri otot
Pola hubungan dan peran
Adanya perubahan hubungan dan peran karena klien mengalami
kesukaran untuk berkomunikasi akibat gangguan bicara.
Pola persepsi dan konsep diri
Klien merasa tidak berdaya, tidak ada harapan, mudah marah,
tidak kooperatif.
Pola sensori dan kognitif
Pada pola sensori klien mengalami gangguan penglihatan/
kekaburan pandangan, perabaan/sentuhan menurun pada muka dan
ekstremitas yang sakit. Pada pola kognitif biasanya terjadi penurunan
memori dan proses berpikir.
Pola reproduksi seksual
Biasanya terjadi penurunan gairah seksual akibat dari beberapa
pengobatan stroke, seperti obat anti kejang, anti hipertensi, antagonis
histamin.
Pola penanggulangan stress
Klien biasanya mengalami kesulitan untuk memecahkan masalah
karena gangguan proses berpikir dan kesulitan berkomunikasi.
Integritas ego
Terdapat gejala perasaan tak berdaya, perasaan putus asa dengan
tanda emosi yang labil dan ketidaksiapan untuk marah, sedih dan
gembira, kesulian mengekspresikan diri (Doengoes, 2000: 290)
Pola tata nilai dan kepercayaan
Klien biasanya jarang melakukan ibadah karena tingkah laku
yang tidak stabil, kelemahan/kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh.
(Marilynn E. Doenges, 2000)
18
(h)
Pemeriksaan fisik
Keadaan umum
Kesadaran: umumnya mengelami penurunan kesadaran
Suara bicara: kadang mengalami gangguan yaitu sukar dimengerti,
kadang tidak bisa bicara
Tanda-tanda vital: tekanan darah meningkat, denyut nadi
bervariasi
Pemeriksaan integumen
Kulit: jika klien kekurangan O2 kulit akan tampak pucat dan jika
kekurangan cairan maka turgor kulit kan jelek. Di samping itu
perlu juga dikaji tanda-tanda dekubitus terutama pada daerah
yang menonjol karena klien stroke hemoragik harus bed rest 2-3
minggu
Kuku : perlu dilihat adanya clubbing finger, cyanosis
Rambut : umumnya tidak ada kelainan
Pemeriksaan kepala dan leher
Kepala : bentuk normocephalik
Muka : umumnya tidak simetris yaitu mencong ke salah satu sisi
Leher : kaku kuduk jarang terjadi (Satyanegara, 1998)
Pemeriksaan dada
Pada pernafasan kadang didapatkan suara nafas terdengar ronchi,
wheezing ataupun suara nafas tambahan, pernafasan tidak teratur
akibat penurunan refleks batuk dan menelan, adanya hambatan jalan
nafas. Merokok merupakan faktor resiko.
Pemeriksaan abdomen
Didapatkan penurunan peristaltik usus akibat bed rest yang
lama, dan kadang terdapat kembung.
Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus
Kadang terdapat incontinensia atau retensio urine
Pemeriksaan ekstremitas
Sering didapatkan kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh.
19
Pemeriksaan neurologi
Pemeriksaan nervus cranialis: Umumnya terdapat gangguan
nervus cranialis VII dan XII central. Penglihatan menurun,
diplopia, gangguan rasa pengecapan dan penciuman, paralisis atau
parese wajah.
Pemeriksaan
motorik:
Hampir
selalu
terjadi
kelumpuhan/
sakitkepala,
gangguan
status
mental/tingkat
(2)
(3)
20
seperti perdarahan atau obstruksi arteri, adanya titik oklusi
atau ruptur (Doengoes, 2000: 292)
(4)
b) Pemeriksaan laboratorium
(1)
adanya
perdarahan
subarachnoid
atau
(3)
(4)
b. Prioritas Keperawatan
1. Meningkatkan perfusi dan oksigenasi serebral yang adekuat
2. Mencegah/meminimalkan komplikasi dan ketidakmampuan yang bersifat
permanen
21
3. Membantu pasien untuk menemukan kemandiriannya dalam melakukan
aktivitas sehari-hari
4. Memberikan dukungan terhadap proses koping dan mengintegrasikan
perubaahan dalam konsep diri pasien
5. Memberikan informasi tentang proses penyakit/prognosisnya dan kebutuhan
tindakan/rehabilitasi
c. Tujuan Pemulangan
1. Fungsi serebral membaik/meningkat, penurunan fungsi neurologis dapat
diminimalkan/dapat didtabilkan
2. Komplikasi dapat dicegah dan diminimalkan
3. Kebutuhan pasien sehari-hari dapat dipenuhi oleh pasien sendiri atau dengan
bantuan yang minimal dari orang lain
4. Mampu melakukan koping dengan cara yang positif, perencanaan untuk masa
depan
5. Proses dan prognosis penyakit dan pengobatannya dapat dipahami
d. Diagnosa keperawatan
1)
3)
4)
Gangguan/kerusakan
komunikasi
verbal
berhubungan
dengan
22
6)
7)
8)
otot,
kerusakan
penurunan
neuromuskuler,
kekuatan/ketahanan,
kehilangan
kerusakan
10)
11)
12)
e. Perencanaan
Rencana keperawatan dari diagnosa keperawatan diatas adalah:
Perubahan perfusi jaringan otak (serebral) berhubungan dengan perdarahan
intracerebral, edema serebral, gangguan oklusi dibuktikan oleh perubahan
tingkat kesadaran, kehilangan memori, perubahan respon motorik/sensori,
gelisah, defisit sensori, bahasa, intelektual dan emosi, perubahan VS
Tujuan: Perfusi jaringan otak dapat tercapai secara optimal
Kriteria hasil:
23
Rencana tindakan
a)
Berikan penjelasan kepada keluarga klien tentang sebabsebab gangguan perfusi jaringan otak dan akibatnya
b)
c)
d)
e)
f)
g)
Rasional
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
Kerusakan
hemiparese/hemiplagia
fisik
berhubungan
dengan
kelemahan,
parastesia,
24
Tujuan :
Klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuannya
Kriteria hasil
Rencana tindakan
a)
b)
c)
d)
e)
f)
Rasional
a)
b)
c)
persepsi
25
Rencana tindakan
a)
b)
c)
d)
Lindungi klien dari suhu yang berlebihan, kaji adanya lindungan yang
berbahaya. Anjurkan pada klien dan keluarga untuk melakukan pemeriksaan
terhadap suhu air dengan tangan yang normal
e)
Anjurkan klien untuk mengamati kaki dan tangannya bila perlu dan
menyadari posisi bagian tubuh yang sakit. Buatlah klien sadar akan semua bagian
tubuh yang terabaikan seperti stimulasi sensorik pada daerah yang sakit, latihan
yang membawa area yang sakit melewati garis tengah, ingatkan individu untuk
merawata sisi yang sakit.
f)
g)
Rasional
a)
b)
c)
d)
e)
26
f)
g)
Rencana tindakan
a)
b)
Beri motivasi kepada klien untuk tetap melakukan aktivitas dan beri
bantuan dengan sikap sungguh
c)
d)
Berikan umpan balik yang positif untuk setiap usaha yang dilakukannya
atau keberhasilannya
e)
Rasional
a)
b)
c)
d)
27
e)
Rencana tindakan
a)
b)
Letakkan posisi kepala lebih tinggi pada waktu, selama dan sesudah
makan
c)
Stimulasi bibir untuk menutup dan membuka mulut secara manual dengan
menekan ringan diatas bibir/dibawah dagu jika dibutuhkan
d)
e)
f)
g)
h)
i)
Rasional
a)
b)
c)
d)
28
e)
f)
g)
Menguatkan otot fasial dan dan otot menelan dan menurunkan resiko
terjadinya tersedak
h)
i)
Rencana tindakan
a)
b)
c)
d)
e)
f)
Rasional
a)
29
b)
c)
d)
e)
f)
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Wendra, 1999, Petunjuk Praktis Rehabilitasi Penderita Stroke, Bagian Neurologi
FKUI /RSCM, UCB Pharma Indonesia, Jakarta.
Carpenito, Lynda Juall, 2000, Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8, EGC,
Jakarta.
Doenges, M.E., Moorhouse M.F.,Geissler
Keperawatan, Edisi 3, EGC, Jakarta.
A.C.,
2000,
Rencana
Asuhan
30
Ignatavicius D.D., Workman M.L., Mishler M.A., 1995, Medical Surgical Nursing, A
Nursing Process Approach, 2nd edition, W.B. Saunders Company, Philadelphia.
Islam, Mohammad Saiful, 1998, Stroke: Diagnosis Dan Penatalaksanaannya,
Lab/SMF Ilmu Penyakit Saraf, FK Unair/RSUD Dr. Soetomo, Surabaya.
Juwono, T., 1993, Pemeriksaan Klinik Neurologik Dalam Praktek, EGC, Jakarta.
Mardjono M., Sidharta P., 1981, Neurologi Klinis Dasar, PT Dian Rakyat, Jakarta.
Price S.A., Wilson L.M., 1995, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit,
Edisi 4, Buku II, EGC, Jakarta.
Satyanegara, 1998, Ilmu Bedah Saraf, Edisi Ketiga, Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
Widjaja, Linardi, 1993, Patofisiologi dan Penatalaksanaan Stroke, Lab/UPF Ilmu
Penyakit Saraf, FK Unair/RSUD Dr. Soetomo, Surabaya.
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN CVA INFARK
A. DATA DASAR
a. Informasi Umum
Tanggal Pengkajian
Jam Pengkajian
Ruang Perawatan
Tanggal MRS
Jam MRS
Kedatangan
Sumber Data
8 Maret 2005
Pukul 14.10 WIB
Ruang VK Medik IRD Lt. I
8 Maret 2005
14.00 WIB
Diantar istri dan keluarga
Subyektif: Istri klien
Obyektif: status klien dan hasil pemeriksaan
Diagnosa Medis
CVA Infark
Nomor Rekam Medik 10459098
b. Identitas Klien
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Pendidikan
Pekerjaan
Suku/Bangsa
Bahasa
Alamat
Istri
Penanggung Biaya
Tn. S
60 tahun
Laki-laki
SD
Petani
Madura/Indonesia
Madura dan Indonesia
Dosuk, Sumenep, Madura
Ny. M
Sendiri
c. Keluhan Utama
Data Subyektif
Kaki kiri dan tangan kiri suami saya lumpuh sejak 1 minggu yang lalu
Saya bingung
d. Alasan Masuk
Data
Subyektif
Data
Obyektif
Ketika duduk dan saat ingin berdiri untuk jalan tiba-tiba tidak
bisa jalan, sejak 1 minggu yang lalu.
(dari Rekam Medik saat pemeriksaan di IRD Lt. I RSUD Dr.
Soetomo tanggal 8 Maret 2005 pukul 14.10 WIB)
Tidak mau berbicara, pelo, tidak ada sakit kepala, ada lemah
anggota gerak, tidak muntah dan tidak pusing.
30
Data
Subyektif
Sejak 1 minggu yang lalu, ketika duduk dan saat ingin berdiri
untuk jalan tiba-tiba tidak bisa jalan, sudah 3 kali serangan, kaki
dan tangan bagian kiri tidak bisa digerakkan .
Saat kejadian, tidak saya lakukan apa-apa, wong bingung dan
takut terjadi apa-apa
(dari Rekam Medik saat pemeriksaan di IRD Lt. I RSUD Dr.
Soetomo tanggal 8 Maret 2005 pukul 14.10 WIB)
Data
Obyektif
Data
Subyektif
Data
Obyektif
Saya tidak tahu apakah ada keturunan darah tinggi dari mertua,
sedangkan saya dan anak-anak tidak mempunyai sakit seperti
Bapak dan penyakit lain, paling cuma flu biasa
(dari Rekam Medik saat pemeriksaan di UGD RSUD Dr. Soetomo
tanggal 7 Novenber 2002 pukul 13.25 WIB)
keluarga dalam batas normal
h. Genogram
X
Laki-laki
meninggal
Serumah
Perempuan
klien
i. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
Data obyektif (melalui observasi):
Klien gemuk, BB 65 Kg, berbaring diatas tempat tidur, kesadaran baik,
mulut terbuka, keringat di tubuh, tangan dan kaki kiri plegi (hemiplegi),
tangan kanan sering digerakkan untuk mengusap kepalanya, tangan kiri
terpasang infus RL 20 tts/menit.
Pemeriksaan per Sistem
a) B1 (Breathing)
Data
Subyektif
Data
Obyektif
b) B2 (Blood)
Data
Subyektif
Data
Obyektif
Riwayat
Bapak mempunyai tekanan darah tinggi dan berobat terus
Satu bulan yang lalu saya tidak memperhatikan tekanan darah
tingginya, tidak kontrol
sebelum sakit tidak ada nyeri dada
Copula
Saat masuk tidak ada pusing
Saat di RS: Bapak tekanan darahnya masih tinggi
Kulit/sirkulasi pucat
Tekanan darah
160/90 mmHg lengan kiri berbaring
Nadi palpasi
80 x/menit arteri radialis tangan kiri, kualitas kuat, irama
teratur
Inspeksi
Tidak terlihat undulasi apeks jantung pada ICS V
Palpasi
Tidak teraba undulasi apeks jantung pada ICS V
Auskultasi jantung
Pada apeks jantung ICS V terdengar 100 x/menit, irama teratur,
kualitas kuat, S1 dan S2 tunggal, tidak ada suara tambahan;
murmur sistolik; murmur diastolik; gallop; S3; S4.
Ekstrimitas
Suhu akral hangat, pengisian kapiler cepat pada jari tangan dan
kaki (<2 detik)
Warna umum
Wajah dan lengan kuning pucat, mukosa bibir merah muda,
konjungtiva merah muda, sklera putih, tidak ada
kemerahan/petekia pada kulit
Turgor kulit: baik, < 2 detik (pada kulit perut)
Intake cairan:
RL 20 tts/menit
Output cairan
Keringat dan nafas (IWL) tidak terukur
Lain-lain
Tekanan intra kranial tak terukur
Tidak ada perdarahan kulit
Program dokter:
- lab cito
- lab lengkap
- elektrolit
- Piracetam 12 gr IV dalam 20 dilanjutkan 3 X 4 gr
(IV)
Hasil laboratorium
8-03-2005 (darah)
- Hb = 7,3 g/dl (N=13,4-17,7)
- Leuko = 4,2 x 109/L (N=4,3-10,3)
- Trombo = 30 x 109/L (N=150-350)
- PCV = 0,25 (N=0,40-0,47)
- GDA = 115 mg/dl (N=<200)
- SGOT = 56 U/l (N=<42)
- BUN 14 mg/dl
- Elektrolit (Kalium) = 4,36 meq/L (N=3,8-5,0)
- Elektrolit (Natrium) = 137 meq/L (N=136-144)
c) B3 (Brain)
Data
Subyektif
Riwayat
Tidak mau bicara, pelo, tidak ada pusing dan nyeri, tidak ada
mual, tidak ada kesemutan
saat masuk sadar.
Data
Obyektif
Tingkat kesadaran
d) B4 (Bladder)
Data
Subyektif
35
tidak pernah
Data
Obyektif
a) B5 (Bowel)
Data
Subyektif
Data
Obyektif
e) B6 (Bone)
Data
Subyektif
Data
Obyektif
Riwayat
Tidak mau bicara, pelo, tidak ada pusing dan nyeri, tidak ada
mual, tidak ada kesemutan
Saat di RS
Ekstrimitas
Tangan dan kaki kiri suami saya tidak bisa digerakkan
Tangan kanan masih bisa digerakkan
Kulit
dalam batas normal
Pekerjaan/Aktivitas
Bapak sebagai petani
Keterbatasan karena kondisi
Berbaring saja dengan bantal satu
Aktivitas
Kesadaran baik
Ekstrimitas
Sawo matang
Keringat
Teraba panas
j. Status Psikologi: pada pasien tak terkaji, pada keluarga (istri) terkaji istri
sudah menerima apa adanya yang terjadi pada klien, mampu berinteraksi
dengan klien dan keluarga lain, kooperatif terhadap tindakan dan instruksi dari
dokter dan perawat.
k. Pemeriksaan vital sign:
8-03-2005: Tensi 160/90 mmHg, Nadi 80 x/menit, Suhu 37oC, RR 20x/menit
Masalah
Kemungkinan
Penyebab
Nama
Perawat
Data Subyektif
Tidak mau bicara, pelo, tidak ada pusing
dan nyeri, tidak ada mual, tidak ada
kesemutan
Bicara sedikit dan pelo
Resiko
tinggi
peningkatan
tekanan
intra
cranial
CVA Infark
oklusi
iskemia
hypoksia
infark
odema serebral
resiko TIK
M. Aryadi A.
37
Kelompok Data
Mobilitas fisik
Data Subyektif
belum dimobilisasi
CVA Infark
oklusi
iskemia
hypoksia
infark
hemiplegia, paraplegia,
kelemahan
Kerusakan
mobilitas
fisik
sehubungan dengan hemiplegia
yang ditandai dengan tangan dan
kaki kiri suami saya tidak bisa
digerakkan,
hemiplegia
(lateralisasi sinistra), kaki kiri
tidak bergerak, tahanan terhadap
rangsang gerak tidak ada
38
C. PRIORITAS MASALAH
No. Urut
Tanggal ditemukan
Nama Mahasiswa
Resiko tinggi peningkatan tekanan intra kranial sehubungan dengan oklusi dan infark yang
ditandai dengan bicara sedikit dan pelo, TD 160/90 x/menit
8 Maret 2005
M. Aryadi A.
Kerusakan mobilitas fisik sehubungan dengan hemiplegia yang ditandai dengan tangan dan
kaki kiri suami saya tidak bisa digerakkan, hemiplegia (lateralisasi sinistra), kaki kiri tidak
bergerak, tahanan terhadap rangsang gerak tidak ada
8 Maret 2005
M. Aryadi A.
Tidak
terjadi
peningkatan
tekanan intra ranial selama 2x24 jam
Segera
diketahui
apabila
terdapat tanda TIK meningkat mendadak
Kriteria hasil :
Rencana Tindakan
Berikan
penjelasan
kepada keluarga tentang sebab dan
akibat TIK meningkat dengan bahasa
yang sederhana
Kaji tingkat kesadaran,
tanda TIK meningkat dan tandatanda vital
Rasional
Meningkatkan
keikutsertaan keluarga dalam upaya
menghindari TIK meningkat
Adanya
penurunan kesadaran ketingkat yang
lebih buruk dan perubahan VS
menunjukkan TIK meningkat
Aktivitas dan
stimulasi
yang
kontinyu
meningkatkan TIK
Mengurangi
tekanan arteri dan meningkatkan
drainage vena serta memperbaiki
sirkulasi serebral
Stimulasi yang
kontinyu meningkatkan TIK
Berikan
lingkungan
yang nyaman dengan mengurangi
stimulus,
yaitu
membatasi
pengunjung, hawa panas
Bantu ADL klien
Kolaborasi
untuk
program pengobatan selanjutnya.
Minimalisasi
stimulus
M. Aryadi
Menetapkan
39
Nama
Mahasiswa
Mempertahankan.meningkatkan
kekuatan dan fungsi bagian tubuh yang
terkena atau kompensasi
tiap 2 jam
M. Aryadi
Mulailah
melakukan
latihan rentang gerak pasif pada
semua ekstrimitas. Libatkan keluarga
Sokong dan posisikan
ekstrimitas
dalam
posisi
fungsionalnya
Kolaborasi dengan ahli
fisioterapi secara aktif
terjadi
resiko
jaringan daerah
kerusakan sirkulasi
Menurunkan
trauma/iskemia
yang terkena
Meminimalka
n atrofi otot, meningkatkan sirkulasi,
membantu mencegah kontraktur
Mencegah
kontraktur atau footdrop
Program yang
khusus dapat dikembangkan untuk
menemukan kebutuhan yang berarti
E. TINDAKAN KEPERAWATAN
Tanggal
Jam
8 - 3 - 2005
14. 10
Tindakan Keperawatan
Melakukan pengkajian tingkat kesadaran, tanda-tanda TIK meningkat
Memeriksa Vital Sign
Memberikan penjelasan kepada keluarga tentang penyakitnya dengan bahasa yang
sederhana
Nama Mahasiswa
M. Aryadi A.
40
F. EVALUASI
Tgl & No.
8 Maret 2005
1
Diagnosa
Evaluasi
Nama Mahasiswa
41