PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kakao merupakan tanaman tahuna yang diambil bijinya untuk
dimanfaatkan menjadi bahan olahan makanan seperti cokelat. Meski bukan
tanaman asli Indonesia, tanaman kakao sudah berkembang di Indonesia.
Perkebunan kakao yang ada di Indonesia sebagian besar di kelola oleh perkebunan
rakyat.
Meskipun sebagian besar perkebunan kakao di kelola oleh rakyat,
produktifitas dan kualitas kakao masih kurang baik. Hal tersbut dapat disebabkan
karena pemeliharaan yang kurang terjadwal, dan pengolahan pasca panen yang
belum baik. Meskipun begitu, tidak semua perkebunan rakyat menghasilkan
kakao yang kurang baik dan tidak berkualitas.
faktor yang menjadi tolak ukur keberhasilan panen kakao adalah benih
atau bibit yang ditanam, proses pemeliharaan yang dilaksanakan. Sedangkan
faktor yang mempengaruhi kualitas kakao olahan adaah pengolahan pasca penen,
misalnya proses fermentasi dan pengeringannya.
Theobroma cacao ialah nama biologi yang diberikan pada pohon kakao
oleh Linnaeus pada tahun 1753. Kakao merupakan satu-satunya diantara 22 jenis
Theobroma, suku sterculiaceae yang diusahakan secara komersil. Sedangkan biji
kakao dapat diolah menjadi cokelat. Menurut Tjitrosoepomo (1998) dalam PPKKI
(2010), sistematika tanaman kakao adalah sebagai berikut:
Divisi
: Spermatophita
Sub Divisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledoneae
Sub Kelas
: Dialypetalae
Bangsa
: Malvales
Suku
: Steruliaceae
Marga
: Theobroma
Jenis
: Theobroma cacao L.
Beberapa jenis tanaman kakao yang bijinya paling banyak diolah menjadi coklat
tiga macam yaitu:
1. Jenis Criollo, yang terdiri atas Criollo Amerika Tengan dan Criollo
Amerika Selatan. Jenis ini menghasilkan biji yang mutunya baik dan
dikenal sebagai cokelat mulia, fine flavor cocoa, choied cocoa, edel
cocoa. Buahnya berwarna merah atau hijau, kulit buahnya tipis berbintilbintil kasar dan lunak. Biji buahnya berbentuk bulat telur dan berukuran
akan memperhitungkan koreksi harga jika kadar kulit lebih tinggi dari
ketentuan karena seperti halnya ukuran biji, kadar kulit berpengaruh pada
randemen hasil lemak.
Jenis uji
satuan
persyaratan
Serangga hidup
Serangga mati
Kadar air (b/b)
%
-
Tidak ada
Tidak ada
Maks 7,5
Tidak ada
Maks 2
Tidak ada
Neraca Analitik
Botol timbang
Pisau
Talenan
Baskom
Eksikator
Oven
Penjepit
3.1.2 Bahan
1. Biji kakao fermentasi
3.2 Skema Kerja dan Fungsi Perlakuan
3.2.1 Penentuan ada tidaknya serangga hidup atau benda asing
Kakao dalam kemasan
Pembukaan kemasan
Pengamatan adanya serangga dan benda asing
serangga hidup yang terdapat dalam biji kakao. Setelah itu dilakukan pengamatan
pada biji kakao secara visual ada tidaknya serangga hidup atau benda asing pada
saat kemasan dibuka atau di dalamnya.
3.2.2 Penentuan kadar air
5 gram biji kakao
Pengecilan ukuran
Pemasukan pada botol timbang
Pengovenan 103 2oC, 16 jam
Eksikator 15 menit
Penimbangan
Gambar 2. Diagram alir penentuan kadar air
Langkah pertama yang perlu dilakukan untuk penentuan kadar air yaitu
menimbang biji kakao 5 gram. Setelah itu biji kakao dilakukan pengecilan
ukuran yang bertujuan untuk memperluas permukaan biji kakao sehingga saat
dilakukan pengovenan mudah terjadi penguapan (biji kakao tidak boleh
terlaluhalus karena akan menyebabkan minyak dalam biji kakao keluar).
Kemudian biji kakao yang telah di lakukan pengecilan ukuran dimasukkan dalam
botol timbang yang sebelumnya telah dioven dan dieksikator selama 15 menit
(berat botol timbang diketahui). Kemudian botol timbang + biji kakao dilakukan
pengovenan selama 16 jam yang bertujuan supaya kandungan air yang terdapat
pada biji kakao dapat menguap dan dapat diketahui berat air yang hilang selama
pengovenan. Setelah itu dieksikator selama 15 menit yang bertujuan untuk
menyeimbangkan RH dengan lingkungan. Setelah itu dilakukan penimbangan
untuk mengetahui berat yang hilang selama pengovenan dan berat yang hilang
tersebut dianggap berat air pada biji kakao. Kemudian dilakukan perhitungan
kadar air pada biji kakao tersebut.
3.2.3 Penentuan biji berbau asap abnormal atau berbau asing
150 keping biji kakao
Pembelahan
Pengamatan aroma
Gambar 3. Diagram alir penentuan biji berbau asap abnormal
atau berbau asing
Langkah pertama yaitu siapkan bahan yang akan digunakan yaitu biji
kakao yang akan diamati. Setelah itu biji kakao dilakukan pembelahan dengan
pisau atau secara manual dan dibelah memanjang supaya lebih mudah dalam
menentukan aroma biji kakao. Kemudian dilakukan pengamatan aroma pada biji
kakao untuk menentukan adanya bau asap abnormal atau berbau asing pada biji
kakao tersebut. Pengamatan ini bertujuan untuk mengetahui kualitas dari biji
kakao yang ada berdasarkan SNI 2323-2008 yaitu biji kakao tidak boleh berbau
asap abnormal atau berbau asing.
3.2.4 Penentuan kadar kotoran
1000 gram biji kakao
Pengamatan kotoran
Penimbangan
Penghitungan kadar kotoran
Gambar 4. Diagram alir penentuan kadar kotoran
Penggolongan (AA, A, B, C, S)
Gambar 5. Diagram Alir Penentuan jumlah biji kakao per 100 gram
Langkah pertama yang dilakukan yaitu menimbang biji kakap fermentasi
sebanyak 100 gram. Setelah itu biji, kakao utuh dalam 100 gram biji kakao
tersebut dipisahkan untuk mengetahui berapa biji kakao utuh yang terdapat pada
100 gram biji kakao tersebut. Hal ini bertujuan untuk mengetahui mutu atau kelas
biji kakao tersebut berdasarkan ukuran biji kakao pada SNI 2323-2008.
Pemotongan memanjang
3.2.6 Penentuan kadar biji cacat pada kakao (biji berjamur, biji slaty, biji
berserangga, dan biji berkecambah)
Pengamatan (biji berjamur, biji slaty, biji berserangga, dan biji berkecambah)
Perhitungan
Pengamatan
Serangga hidup
Benda asing
Biji berbau asap abnormal/berbau asing
Plasenta
Biji dempet
Pecahan biji
Pecahan kulit
Biji pipih
Ranting
Jumlah biji per seratus gram
Biji berjamur
Biji slaty
Biji berserangga
Biji berkecambah
Hasil
Ada
Tidak ada
Ada, 6 biji
1: 15,44 g - 0,67 g =14,77 g
2: 1: 58,67 g - 0,67 g = 58 g
2: 52,78 g
1: 8,59 g - 0,66 g = 7,93 g
2: 26,32 g
1: 32,28 g - 0,68 g = 31,6 g
2: 1,92 g
1: 38,25 g - 0,68 g = 37,57 g
2: 7,5 g
1: 7,27 g - 0,67 g = 6,69 g
2: 82/ 100 g (AA)
1: 12,08 g - 0,68g = 11,4 g
2: 2 biji
1: 8 biji
2: 16,71 g
1: 36,68 g - 0,68 g = 36 g
2: 1 biji
1: 3,21 g - 0,67 g = 2,54 g
2: 3 biji
Berat
Botol + sample
Botol + sample
Air yang
sample
sebelum
sesudah
menguap
1
2
3
5,2
5
5
pengovenan
15,2
15,34
15,19
pengovenan
14,88
15,05
14,88
0,32
0,29
0,31
Berat
Botol + sample
Botol + sample
Air yang
sample
sebelum
sesudah
menguap
1
2
3
5
5
5
pengovenan
15,10
17,38
17,47
pengovenan
14,83
17,09
17,17
Kadar air
0,27
0,29
0,3
Kadar air
Berat
Botol + sample
Botol + sample
Air yang
sample
sebelum
sesudah
menguap
1
2
3
5,2
5
5
pengovenan
15,2
15,34
15,19
pengovenan
14,88
15,05
14,88
0,32
0,29
0,31
Berat
Botol + sample
Botol + sample
Air yang
sample
sebelum
sesudah
menguap
1
2
3
5
5
5
pengovenan
15,10
17,38
17,47
pengovenan
14,83
17,09
17,17
BAB.5. PEMBAHASAN
0,27
0,29
0,3
Kadar air
6,37
5,8
6,2
Kadar air
5,4
5,8
6,0