Anda di halaman 1dari 7

Kegiatan Membangun Sendiri Yang Dikenakan PPN

Kegiatan membangun sendiri dikenakan PPN apabila :


1.

kegiatan membangun bangunan yang dilakukan tidak dalam kegiatan usaha atau pekerjaan oleh orang
pribadi atau badan yang hasilnya digunakan sendiri atau digunakan pihak lain, termasuk yang dilakukan melalui
kontraktor atau pemborong tetapi atas kegiatan membangun tersebut tidak dipungut Pajak Pertambahan Nilai.
2.
bangunan adalah berupa satu atau lebih konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada
satu kesatuan tanah dan/atau perairan dengan kriteria:
a.
konstruksi utamanya terdiri dari kayu, beton, pasangan batu bata atau bahan sejenis, dan/atau
baja;
b.
diperuntukkan bagi tempat tinggal atau tempat kegiatan usaha;
c.
luas keseluruhan paling sedikit 300 m2 (tiga ratus meter persegi).
Tarif Dan Dasar Pengenaan Pajak
1.
2.

3.

Kegiatan membangun sendiri dikenakan PPN sebesar 10 % (sepuluh persen) dari Dasar Pengenaan Pajak.
Dasar Pengenaan Pajak atas kegiatan membangun sendiri adalah 40% (empat puluh persen) dari jumlah
biaya yang dikeluarkan dan atau dibayarkan untuk membangun bangunan, tidak termasuk harga perolehan
tanah.
Termasuk dalam pengertian jumlah biaya yang dikeluarkan dan atau dibayarkan untuk membangun sendiri
adalah juga jumlah PPN yang dibayar atas perolehan bahan dan jasa untuk kegiatan membangun sendiri
tersebut.

Saat Dan Tempat Pajak Terutang


1.
2.
3.

Saat yang menentukan PPN terutang adalah saat mulai dibangunnya bangunan.
Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan secara bertahap dianggap merupakan satu kesatuan kegiatan
sepanjang tenggang waktu antara tahapan-tahapan tersebut tidak lebih dari 2 (dua) tahun.
Tempat pajak terutang atas kegiatan membangun sendiri adalah di tempat bangunan tersebut didirikan.

Penyetoran Dan Pelaporan


1.

2.

3.

PPN yang terutang sebesar 10% x 40% dari seluruh biaya yang dikeluarkan dan atau dibayarkan pada
setiap bulannya, harus disetorkan seluruhnya dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP) atas nama
orang pribadi atau badan yang melaksanakan kegiatan membangun sendiri ke Kantor Pos atau Bank Persepsi
paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya setelah berakhirnya masa pajak.
Dalam hal kegiatan membangun sendiri dilakukan oleh PKP, PPN yang tercantum dalam SSP tersebut tidak
dapat dikreditkan dengan Pajak Keluaran, karena pembayaran PPN tersebut merupakan pembayaran PPN
untuk kegiatan tidak dalam kegiatan usaha atau pekerjaan PKP yang bersangkutan.
Orang pribadi atau badan yang melakukan kegiatan membangun sendiri wajib melaporkan pada KPP di
tempat bangunan tersebut berada dengan mempergunakan SSP lembar ketiga bukti setoran PPN paling lama
akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya masa pajak.
Pajak Masukan yang dibayar sehubungan dengan kegiatan membangun sendiri tidak dapat dikreditkan.

Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan


1.

Dalam hal bangunan sebagai hasil kegiatan membangun sendiri digunakan oleh pihak lain sebagai tempat
tinggal atau tempat kegiatan usaha, orang pribadi atau badan yang melakukan kegiatan membangun sendiri
wajib menyerahkan bukti Surat Setoran Pajak asli Pajak Pertambahan Nilai atas kegiatan membangun sendiri
kepada pihak lain yang menggunakan bangunan tersebut;

2.

Dalam hal orang pribadi atau badan yang membangun sendiri bangunan untuk digunakan pihak lain tidak
dapat menunjukkan bukti Surat Setoran Pajak asli Pajak Pertambahan Nilai atas kegiatan membangun sendiri,
pihak lain yang menggunakan bangunan tersebut bertanggung jawab secara renteng atas pembayaran Pajak
Pertambahan Nilai yang terutang.

Kegiatan Membangun Sendiri adalah kegiatan


membangun bangunan yang dilakukan tidak dalam
kegiatan usaha atau pekerjaan oleh orang pribadi atau
badan yang hasilnya digunakan sendiri atau digunakan
pihak lain tertentu, termasuk di dalamnya kegiatan
membangun bangunan yang dilakukan melalui kontraktor
atau pemborong tetapi atas kegiatan membangun
tersebut tidak dipungut Pajak Pertambahan Nilai (PPN),
dan kontraktor atau pemborong tersebut bukan
merupakan Pengusaha Kena Pajak (PKP).
Apa yang dimaksud dengan
Kegiatan Membangun Sendiri?
Terhadap apakah PPN atas Kegiatan Membangun
Sendiri dikenakan?
Apa saja kewajiban perpajakan yang terkait dengan
PPN atas Kegiatan Membangun Sendiri?
Kapan dan dimanakah saat terutang PPN?
PPN atas Kegiatan Membangun Sendiri dikenakan
terhadap bangunan sebagai satu atau lebih konstruksi
teknik yang ditanam atau melekat secara permanen pada
satu kesatuan tanah dan/atau perairan dengan syarat:
a. konstruksi utamanya terdiri dari kayu, beton, pasangan
batu bata atau bahan sejenisnya, dan/atau baja;
b. diperuntukkan bagi tempat tinggal atau tempat
kegiatan usaha;
c. luas keseluruhan paling sedikit 200m2

(dua ratus meter


persegi).
Saat terutangnya PPN atas Kegiatan Membangun Sendiri
dimulai saat dibangunnya bangunan sampai dengan
bangunan selesai.
Kegiatan dilakukan secara bertahap dianggap merupakan
satu kesatuan kegiatan sepanjang tenggang waktu antar
tahapan tersebut tidak lebih dari 2 (dua) tahun.
Tempat PPN terutang adalah di tempat bangunan tersebut
didirikan.
PPN : 10% x 20% x Jumlah biaya yang dikeluarkan *)
Berapakah tarif PPN yang dikenakan?
Tarif PPN atas Kegiatan Membangun Sendiri adalah:
*) Jumlah biaya yang dikeluarkan adalah:
Jumlah biaya yang dikeluarkan dan/atau dibayarkan untuk
membangun bangunan, tidak termasuk harga perolehan
tanah.
Apa sajakah hal-hal lain yang perlu menjadi perhatian terkait Kegiatan Membangun
Sendiri khususnya
mengenai penyetoran?
Pembayaran pajak dilakukan menggunakan SSP.
Kode MAP (Mata Anggaran Penerimaan) dan Kode Jenis
Setoran pada SSP:
a. MAP : 411211
b. KJS : 103
Pengisian NPWP pada SSP, dilakukan sebagai berikut:
1. apabila tempat bangunan didirikan berada di wilayah

kerja KPP Pratama yang sama dengan KPP tempat orang


pribadi atau badan yang melakukan kegiatan
membangun sendiri terdaftar, maka SSP diisi sesuai
dengan NPWP yang bersangkutan
2. apabila tempat bangunan didirikan berada di wilayah
kerja KPP Pratama yang berbeda dengan KPP tempat
orang pribadi atau badan yang melakukan kegiatan
membangun sendiri terdaftar, maka SSP diisi dengan
ketentuan sebagai berikut:
Kotak Wajib Pajak/Penyetor diisi nama dan NPWP orang
pribadi atau badan yang melakukan kegiatan
membangun sendiri

Kewajiban Pihak yang melakukan kegiatan


Orang Pribadi Badan
Penyetoran Pajak
Disetorkan oleh dan atas nama pihak yang melakukan kegiatan.
.
Paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya setelah berakhirnya
masa pajak.
Pembayaran PPN dilakukan setiap bulan sebesar tarif dikalikan dengan 20% jumlah
biaya
yang dikeluarkan dan/atau yang dibayarkan pada setiap bulannya.
Pelaporan Pajak
Berstatus Bukan PKP
Wajib melaporkan dengan mempergunakan lembar ketiga Surat
Setoran Pajak (SSP) pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama tempat
bangunan yang dibangun tersebut berada, paling lama akhir bulan
berikutnya setelah berakhirnya masa pajak.
Berstatus PKP
Dalam hal tempat bangunan sama dengan tempat dimana PKP
terdaftar
maka PKP wajib melaporkan dengan mempergunakan Surat
Pemberitahuan Masa PPN dengan melampirkan lembar ketiga
SSP paling lama akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya masa
pajak.
Dalam hal PKP mendirikan bangunan di wilayah kerja yang
berbeda dengan KPP Pratama tempat PKP tersebut terdaftar
atau PKP yang terdaftar di KPP Madya, KPP Wajib Pajak Besar,
atau KPP Jakarta Khusus

maka PKP selain melaporkan SSP Lembar ketiga pada KPP tempat
bangunan berada, juga wajib melaporkan dengan
mempergunakan Surat Pemberitahuan Masa PPN dengan
melampirkan fotokopi lembar ketiga SSP paling lama akhir bulan
berikutnya setelah berakhirnya masa pajak.
Pajak Masukan yang dibayar sehubungan dengan kegiatan membangun sendiri
tidak dapat
dikreditkan.

Anda mungkin juga menyukai