Anda di halaman 1dari 13

MENGHILANGKAN KEGEMUKAN DENGAN TEH DAUN JATI CINA

Abstrak:
Kegemukan atau obesitas ialah suatu kondisi dimana tubuh kelebihan berat
badan yang ditimbulkan oleh tetimbunnya lemak. Kelebihan lemak tersebut
terjadi akibat asupan energi lebih tinggi daripada energi yang dikeluarkan. Asupan
energi tinggi disebabkan oleh konsumsi makanan sumber energi dan lemak tinggi,
sedangkan pengeluaran energi yang rendah disebabkan karena kurangnya aktivitas
fisik. Jika berat badan seseorang berada di atas 120% dari berat badan relatif
(BBR)atau berada di atas 27 dari indeks masa tubuh (IMT) dapat dikatakan
mengalahi obesitas. Obesitas dapat membayakan kesehatan karena merupakan
faktor risiko terjadinya berbagai penyakit metabolik dan degeneratif seperti
penyakit kardiovaskuler, diabetes mellitus, kanker, osteoartritis, dll. Pada anak,
kegemukan dan obesitas juga dapat mengakibatkan berbagai masalah kesehatan
yang sangat merugikan kualitas hidup anak seperti gangguan pertumbuhan
tungkai kaki, gangguan tidur, sleep apnea (henti napas sesaat) dan gangguan
pernafasan lain. Obesitas juga dapat menimbulkan dampak psikologis bagi
penderitanya seperti kurang percaya diri, minder maupun malas. Faktor-faktor
penyebab obesitas adalah faktor genetik, hormon, makanan, pola makan (gaya
hidup), phisikologis dan pemakaian obat-obatan. Adapun faktor yang paling
berpengaruh adalah pola makan (gaya hidup). Gaya hidup yang salah akan
memperparah tingkat obesitas.
Berbagai upayan dapat dilakukan untuk mengurangi kegemukan seperti
diet, olahraga, obat-obatan maupun pembedahan. Obesitas dengan BMI > 40
dapat diatasi dengan pembedahan sedangkan obesitas yang tidak terlalu parah
dapat diatasi dengan cara hidup yang sehat dan seimbang. Dewasa ini dengan
padatnya jadwal membuat orang-orang susah untuk mencari waktu melakukan
olahraga sehingga banyak penderita obesitas yang lebih memilih menggunkan
obat-obatan untuk mengurangi berat badannya. Padahal obat-obatan tersebut
memiliki banyak efek samping dan harus dikontrol secara ketat. Oleh karena itu
untuk menghindari efek samping yang membahayakan sebaiknya menggunakan
obat herbal yang dapat mengurahi obesitas tersebut.
Kata kunci: Kegemukan, bahaya obesitas, pengobatan
A. Pendahuluan
Dahulu, gemuk merupakan suatu kebanggaan dan merupakan kriteria
untuk mengukur kesuburan dan kemakmuran suatu kehidupan, sehingga pada saat
itu banyak orang berusaha menjadi gemuk dan mempertahankannya sesuai dengan
status sosialnya. Tetapi dalam perkembangan selanjutnya justru sebaliknya;

kegemukan, atau obesitas selalu berhubungan dengan kesakitan dan peningkatan


kematian.
Sekitar tahun 1970an beberapa penelitian epidemiologik melaporkan
bahwa peningkatan berat badan yang berlebihan/obesitas selalu berhubungan
dengan resiko tinggi kesakitan dan kematian, sehingga merupakan masalah besar
bagi kesehatan masyarakat. Obesitas biasanya makin tinggi angka kejadiannya
sesuai dengan peningkatan usia, kekerapan terjadi obesitas akan makin meningkat.
Di Indonsia, dari Hasil RISKESDAS tahun 2010 menunjukkan prevalensi
kegemukan dan obesitas pada anak sekolah (6-12 tahun) sebesar 9,2%. Sebelas
propinsi, seperti D.I. Aceh (11,6%), Sumatera Utara (10,5%), Sumatera Selatan
(11,4%), Riau (10,9%), Lampung (11,6%), Kepulauan Riau (9,7%), DKI Jakarta
(12,8%), Jawa Tengah (10,9%), Jawa Timur (12,4%), Sulawesi Tenggara (14,7%),
Papua Barat (14,4%) berada di atas prevalensi nasional.
Dalam tulisan ini akan dibahas tentang (1) Pengertian kegemukan atau
obesitas, (2) faktor penyebab rendahnya obesitas, (3) penyakit yang ditimbulkan,
(4) upaya pencegahan dan pengobatan, (5) pengenalan daun jati cina, (6)
kandungan manfaat, (7) Cara pemakaian teh daun jati cina
B. Pembahasan
1.

Pengertian Kegemukan atau Obesitas


Obesitas adalah suatu keadaan yang melebihi dari berat badan relatif

(ideal) seseorang, sebagai akibat penumpukan zat gizi terutama karbohidrat,


protein dan lemak. Kondisi tersebut disebabkan oleh ketidakseimbangan antara
konsumsi energi dan kebutuhan energi, yaitu konsumsi makanan (yang terlalu
banyak) dibandingkan dengan kebutuhan atau pemakaian energi (yang lebih
sedikit), (Budiyanto, 2002: 7).
Seseorang dikatakan menderita (obesitas) jika keadaan di mana berat
badan seseorang berada di atas 120 % dari berat badan relatif (BBR) atau berada
di atas 27 dari indeks masa tubuh (IMT). Sementara overweight (kelebihan berat
badan) adalah keadaan dimana Berat Badan seseorang melebihi Berat Badan
normal.

2.

Faktor Penyebab Terjadinya Kegemukan


Terdapat beberapa faktor penyebab obesitas. Hal itu dapat dijabarkan

seperti berikut ini.


2.1 Faktor Genetik
Apabila kedua orang tua obesitas, 80 % anaknya akan menjadi obesitas.
Apabila salah satu orang tuanya obesitas, kejadian obesitas menjadi 40 % dan bila
kedua orang tua tidak obesitas, maka prevalensinya menjadi 14 %. Kegemukan
dapat diturunkan dari generasi sebelumnya kepada generasi berikutnya di dalam
sebuah keluarga. Itulah sebabnya seringkali dijumpai orangtua yang gemuk
cenderung memiliki anak-anak yang gemuk pula. Dalam hal ini nampaknya faktor
genetik telah ikut campur dalam menentukan jumlah unsur sel lemak dalam tubuh
seseorang. Hal ini dimungkinkan karena pada saat ibu yang obesitas sedang hamil
maka unsur sel lemak yang berjumlah besar dan melebihi ukuran normal, secara
otomatis akan diturunkan kepada sang bayi selama dalam kandungan. Tidaklah
mengherankan apabila bayi yang dilahirkannya pun memiliki unsur lemak tubuh
yang relatif sama besar.
Menurunya hormon tyroid dalam tubuh akibat menurunya fungsi kelenjar
tyroid akan mempengaruhi metabolisme dimana kemampuan menggunakan energi
akan berkurang.
Selain itu pengaruh keturunan (genetik) juga dapat berdampak pada
komposisi/bentuk tubuh. Menurut pendapat Erminawati (2009: 8),
manusia memiliki tiga bentuk tipe tubuh yaitu:
a.

Mesomorp (atletis), yaitu tipe tubuh yang memiliki ciri-ciri: tubuh tinggi,
bahu yang lebar, pinggang yang relative kecil, bentuk kepala yang persegi,
dan perkembangan otot yang lebih besar.

b. Ektomorp (tubuh kurus dan tinggi), yaitu tipe yang memiliki ciri-ciri:
tubuhnya tinggi, badan kurus, cepat merasa kedinginan, permukaan kulit
yang relatif luas dibandingkan dengan volume tubuhnya.
c. Endomorph (tubuh bulat dan pendek), yaitu tipe yang memiliki ciri-ciri:
bentuk tubuhnya bulat dan gemuk, volume batang tubuhnya relative lebih
besar, mempunyai usus kurang lebih 60 cm, dua kali lebih panjang
daripada umumnya.

2.2 Faktor Lingkungan


a) Aktivitas Fisik
Penelitian di negara maju menunjukkan bahwa terdapat hubungan
antara aktivitas fisik yang rendah dengan kejadian obesitas. Individu
dengan aktivitas fisik yang rendah mempunyai risiko peningkatan berat
badan lebih besar dari pada orag yang aktif berolahraga secara teratur.
Kurangnya aktivitas fisik kemungkinan merupakan salah satu penyebab
utama dari meningkatnya angka kejadian obesitas di tengah-tengah
masyarakat yang makmur. Orang-orang yang tidak aktif memerlukan lebih
sedikit energi. Seseorang yang cenderung mengkonsumsi makanan kaya
lemak dan tidak melakukan aktivitas fisik yang seimbang, akan mengalami
obesitas.
b) Faktor Nutrisional dan Gizi
Peranan faktor nutrisi dimulai sejak dalam kandungan di mana
jumlah lemak tubuh dan pertumbuhan bayi dipengaruhi oleh berat badan
ibu. Kenaikan berat badan dan lemak anak dipengaruhi oleh: waktu
pertama kali mendapat makanan padat, asupan tinggi kalori dari
karbohidrat dan lemak serta kebiasaan mengkonsumsi makanan yang
mengandung energi tinggi. Mengkonsumsi minuman ringan (soft drink)
terbukti memiliki kandungan gula yang tinggi sehingga berat badan akan
cepat bertambah bila mengkonsumsi minuman ini. Rasa yang nikmat dan
menyegarkan menjadikan sangat digemarinya minuman ini. Selain itu
mengkomsumsi makanan cepat saji, daging dan makanan berlemak akan
meningkatkan risiko terjadinya obesitas menjadi lebih besar. Keadaan ini
disebabkan karena makanan berlemak mempunyai energy density lebih
besar dan lebih tidak mengenyangkan serta mempunyai efek termogenesis
yang lebih kecil dibandingkan makanan yang banyak mengandung protein
dan karbohidrat. Makanan berlemak juga mempunyai rasa yang lezat
sehingga akan meningkatkan selera makan yang akhirnya terjadi konsumsi
yang berlebihan. Apabila cadangan lemak tubuh rendah dan asupan
karbohidrat berlebihan, maka kelebihan energi dari karbohidrat sekitar 60-

80 % disimpan dalam bentuk lemak tubuh. Lemak mempunyai kapasitas


penyimpanan yang tidak terbatas.
2.3 Standardisasi Pendidikan di Indonesia
Jika kita ingin meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, kita juga
berbicara tentang standardisasi pengajaran yang kita ambil. Tentunya setelah
melewati proses untuk menentukan standar yang akan diambil.
Seperti yang kita lihat sekarang ini, standar dan kompetensi dalam
pendidikan formal maupun informal terlihat hanya keranjingan terhadap standar
dan kompetensi. Kualitas pendidikan diukur oleh standard an kompetensi di
dalam berbagai versi, demikian pula sehingga dibentuk badan-badan baru untuk
melaksanakan standardisasi dan kompetensi tersebut seperti Badan Standardisasi
Nasional Pendidikan (BSNP).
Selain itu, akan lebih baik jika kita mempertanyakan kembali apakah
standar pendidikan di Indonesia sudah sesuai atau belum. Dalam kasus UAN yang
hampir selalu menjadi kontrofesi misalnya. Kami menilai adanya sistem evaluasi
seperti UAN sudah cukup baik, namun yang kami sayangkan adalah evaluasi
pendidikan seperti itu yang menentukan lulus tidaknya peserta didik mengikuti
pendidikan, hanya dilaksanakan sekali saja tanpa melihat proses yang dilalu
peserta didik yang telah menenpuh proses pendidikan selama beberapa tahun.
Selain hanya berlanhsug sekali, evaluasi seperti itu hanya mengevaluasi 3 bidang
studi saja tanpa mengevaluasi bidang studi lain yang telah didikuti oleh peserta
didik.
Penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia juga tentu tidah hanya
sebatas yang kami bahas di atas. Banyak hal yang menyebabkan rendahnya mutu
pendidikan kita. Tentunya hal seperti itu dapat kita temukan jika kita menggali
lebih dalam akar permasalahannya. Dan semoga jika kita mengetehui akar
permasalahannya, kita dapat memperbaiki mutu pendidikan di Indonesia sehingga
jadi kebih baik lagi.
Selain beberapa penyebab rendahnya kualitas pendidikan di atas, berikut
ini akan dipaparkan pula secara khusus beberapa masalah yang menyebabkan
rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia.
2.4 Rendahnya Kualitas Sarana Fisik

Untuk sarana fisik misalnya, banyak sekali sekolah dan perguruan tinggi
kita yang gedungnya rusak, kepemilikan dan penggunaan media belajar rendah,
buku perpustakaan tidak lengkap. Sementara laboratorium tidak standar,
pemakaian teknologi informasi tidak memadai dan sebagainya. Bahkan masih
banyak sekolah yang tidak memiliki gedung sendiri, tidak memiliki perpustakaan,
tidak memiliki laboratorium dan sebagainya.
2.5 Rendahnya Kualitas Guru
Keadaan guru di Indonesia juga amat memprihatinkan. Kebanyakan guru
belum memiliki profesionalisme yang memadai untuk menjalankan tugasnya
sebagaimana disebut dalam pasal 39 UU No 20/2003 yaitu merencanakan
pembelajaran,

melaksanakan

pembelajaran,

menilai

hasil

pembelajaran,

melakukan pembimbingan, melakukan pelatihan, melakukan penelitian dan


melakukan pengabdian masyarakat.
2.6 Rendahnya Prestasi Siswa
Dengan keadaan yang demikian itu (rendahnya sarana fisik dan
kesejahteraan guru) pencapaian prestasi siswa pun menjadi tidak memuaskan.
Apabila dibanding dengan negara-negara tetangga saja, posisi Indonesia berada
jauh di bawahnya. Anak-anak Indonesia ternyata hanya mampu menguasai 30%
dari materi bacaan dan ternyata mereka sulit sekali menjawab soal-soal berbentuk
uraian yang memerlukan penalaran. Hal ini mungkin karena mereka sangat
terbiasa menghafal dan mengerjakan soal pilihan ganda.
2.7 Kurangnya Pemerataan Kesempatan Pendidikan
Kesempatan memperoleh pendidikan masih terbatas pada tingkat Sekolah
Dasar. Sementara itu, layanan pendidikan usia dini masih sangat terbatas.
Kegagalan pembinaan dalam usia dini nantinya tentu akan menghambat
pengembangan sumber daya manusia secara keseluruhan. Oleh karena itu,
diperlukan kebijakan dan strategi pemerataan pendidikan yang tepat untuk
mengatasi masalah ketidakmerataan tersebut.
2.8 Mahalnya Biaya Pendidikan

Pendidikan bermutu itu mahal. Kalimat ini sering muncul untuk


menjustifikasi mahalnya biaya yang harus dikeluarkan masyarakat untuk
mengenyam bangku pendidikan. Mahalnya biaya pendidikan dari Taman KanakKanak (TK) hingga Perguruan Tinggi (PT) membuat masyarakat miskin tidak
memiliki pilihan lain kecuali tidak bersekolah. Orang miskin tidak boleh sekolah.
Makin mahalnya biaya pendidikan sekarang ini tidak lepas dari kebijakan
pemerintah yang menerapkan MBS (Manajemen Berbasis Sekolah). MBS di
Indonesia pada realitanya lebih dimaknai sebagai upaya untuk melakukan
mobilisasi dana.
Asumsinya, pengusaha memiliki akses atas modal yang lebih luas.
Hasilnya, setelah Komite Sekolah terbentuk, segala pungutan uang selalu
berkedok,

sesuai

keputusan

Komite

Sekolah.

Namun,

pada

tingkat

implementasinya, ia tidak transparan, karena yang dipilih menjadi pengurus dan


anggota Komite Sekolah adalah orang-orang dekat dengan Kepala Sekolah.
Akibatnya, Komite Sekolah hanya menjadi legitimator kebijakan Kepala Sekolah,
dan MBS pun hanya menjadi legitimasi dari pelepasan tanggung jawab negara
terhadap permasalahan pendidikan rakyatnya (Surakhmad, 2009:62).
3. Solusi Peningkatan Kualitas Pendidikan di Indonesia
Setiap permasalahan tentu ada solusi cara untuk menyelesaikan masalah
tersebut. Begitupun dengan masalah pendidikan yang ada di Indonesia saat ini.
Solusi peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia dapat dilakukan seperti
pemaparan berikut ini.
3.1 Pemerataan Pendidikan di Setiap Daerah
Pemerintah membuat sistem pendidikan yang semua masyarakat Indonesia
mampu mendapatkannya dengan porsi yang sama. Standar sekolahnya tidak ada
yang dibedakan, entah itu SBI, SBN atau yang lain sehingga tidak terjadi
diskriminasi pendidikan. Tidak boleh terjadi rumor bahwa sekolah yang bagus
hanya untuk orang-orang yang menengah ke atas sedangkan sekolah yang biasabiasa saja hanya untuk orang-orang yang menengah ke bawah. Dengan adanya
pemerataan pendidikan di setiap daerah, akan diharapkan seluruh anak di seluruh
di Indonesia mampu mengenyam pendidikan.

3.2 Penyeimbangan Pendidikan Intelektual, Budi Pekerti, dan Karakter


Pendidikan yang mengandalkan intelektual saja, tidak menjamin bisa
membawa Indonesia menjadi negara yang lebih baik jika tidak diimbangi dengan
akhlak, kepribadian dan karakter yang baik. Kita bisa melihat banyak politisi
maupun anggota DPR di negeri ini lulusan perguruan tinggi terbaik baik dalam
negeri maupun luar negeri. Tak bisa dipungkiri secara intelektual, mereka
mempunyai otak yang cerdas. Oleh karena itu, perlunya pendidikan karakter dan
budi pekerti untuk menyeimbangkan pendidikan intelektual supaya jika saatnya
nanti diberi amanah untuk memimpin negeri, para generasi mampu mempunyai
karakter yang baik sehingga mampu menyelesaikan permasalahan di Indonesia
tanpa merugikan rakyatnya.
3.3 Penghargaan terhadap Proses dan Hasil Pendidikan
Indikator sejauh mana pendidikan tersebut berhasil atau tidak, perlu
adanya pengujian terhadap para murid dan kemudian keluar hasil dari pengujian
tersebut. Terkadang hasil pengujian ini menjadi tolok ukur satu-satunya untuk
menilai hasil belajar dari para murid. Sehingga keberjalanan proses pendidikan
tidak menjadi pertimbangan dalam penilaian pendidikan tersebut. Akibatnya para
murid secara tidak langsung tertanam dalam pikirannya bahwa hasil lebih penting
daripada proses mencapai hasil tersebut.
Dampak buruknya, para murid lebih mementingkan mendapat hasil yang
baik walaupun mendapatkan hasil tersebut melalui proses yang baik atau buruk.
Sebagai contoh permasalahan Ujian Nasional beberapa waktu lalu, banyak
kecurangan yang terjadi di berbagai sekolah di tiap daerah. Kecurangan tersebut
terjadi karena adanya kekhawatiran dari beberapa sekolah jika ada muridnya
mendapatkan hasil yang tidak diharapkan seperti tidak lulus karena nilai ujian di
bawah standar. Oleh karena itu, ada oknum guru atau pegawai sekolah yang
membocorkan jawaban ujian atau membagi-bagi jawaban saat ujian berlangsung
(Ali, 2008:55).
4. Perbedaan Kebijakan Pendidikan di Indonesia dengan Negara Lain

Kebijakan-kebijakan pendidikan Indonesia cenderung tentatif, suka


mencoba-coba, dan sering berganti-ganti. Berbeda dengan kebijakan-kebijakan
yang diterapkan negara lain seperti Finlandia.
1) Pendidikan di Indonesia di penuhi dengan tes evaluasi seperti ulangan harian,
ulangan blok, ulangan mid-semester, ulangan umum/kenaikan kelas, dan
ujian nasional. Finlandia menganut kebijakan mengurangi tes jadi sesedikit
mungkin. Tak ada ujian nasional sampai siswa yang menyelesaikan
pendidikan SMA mengikuti matriculation examination untuk masuk PT.
2) KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) menyebabkan siswa yang gagal tes
harus mengikuti tes remidial dan masih ada tinggal kelas. Sebaliknya,
Finlandia menganut kebijakan automatic promotion, naik kelas otomatis.
Guru siap membantu siswa yang tertinggal sehingga semua naik kelas.
3) Pemberian tugas Pekerjaan Rumah (PR) di sekolah Indonesia dianggap
penting untuk mendisiplikan siswa rajin belajar. Sebaliknya, di Finlandia PR
masih bisa ditolerir tapi maksimum hanya menyita waktu setengah jam waktu
anak belajar di rumah.
4) Jarang sekali guru di Indonesia yang menciptakan suasana proses belajarmengajar itu menyenangkan (learning is fun) melalui penerapan belajar aktif.
Bahkan lebih didominasi metode belajar mengajar satu arah seperti ceramah
yang membosankan.Di Finlandia terbanyak guru menciptakan suasana belajar
yang menyenangkan melalui implementasi belajar aktif dan para siswa belajar
dalam kelompok-kelompok kecil. Motivasi intrinsik siswa adalah kata kunci
keberhasilan dalam belajar.
5) Di Indonesia dikembangkan pengkatasan kelas yaitu klasifikasi kualitas kelas
dalam kelas reguler dan kelas anak pintar, kelas anak lamban berbahasa
Indonesia dan kelas bilingual (bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar) dan
membuat pengkastaan sekolah (sekolah berstandar nasional, sekolah nasional
plus, sekolah berstandar internasional, sekolah negeri yang dianakemaskan
dan sekolah swasta yang dianaktirikan). Sebaliknya di Finlandia, tidak ada
pengkotakan siswa dan pengkastaan sekolah. Sekolah swasta mendapatkan
besaran dana yang sama dengan sekolah negeri.

6) Kualifikasi guru SD Indonesia masih mengejar setara dengan S1, di Finlandia


semua guru tamatan S2.
7) Indonesia masih menerima calon guru yang lulus dengan nilai pas-pasan,
sedangkan di Finlandia the best ten lulusan universitas yang diterima menjadi
guru.
8) Indonesia masih sibuk memaksa guru membuat silabus dan RPP mengikuti
model dari Pusat dan memaksa guru memakai buku pelajaran BSE (Buku
Sekolah Elektronik), di Finlandia para guru bebas memilih bentuk atau model
persiapan mengajar dan memilih metode serta buku pelajaran sesuai dengan
pertimbangannya.
9) Jumlah hari Sekolah di Indonesia terlalu lama yaitu 220 hari dalam setahun
(termasuk negara yang menerapkan jumlah hari belajar efektif dalam setahun
yang tertinggi di dunia). Sebaliknya, siswa-siswa Finlandia ke sekolah hanya
sebanyak 190 hari dalam satu tahun. Jumlah hari liburnya 30 hari lebih
banyak daripada di Indonesia. Kita masih menganut pandangan bahwa
semakin sering ke sekolah anak makin pintar, mereka malah berpandangan
semakin banyak hari libur anak makin pintar. Bahkan terkadang para guru
mesih memberikan tugas sekolah selama masa liburan sehingga sekolah
merupakan suatu hal yang tidak menyenangkan.
10) Finlandia pelajaran bahasa Inggris mulai diajarkan dari kelas III SD. Alasan
kebijakan ini adalah memenangkan persaingan ekonomi di Eropa, membuka
kesempatan kerja lebih luas bagi lulusan, mengembangkan wawasan
menghargai keanekaragaman kultural.
5. Arah Pendidikan di Indonesia
Anak-anak bangsa terpaksa mengubur mimpi karena tidak dapat
ditampung oleh perguruan-perguruan tinggi di negeri ini. Mereka tentu saja sudah
tidak mendapatkan keadilan dari negara ini. Lalu di manakah peran negara yang
tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 yang berbunyi: Mencerdaskan
kehidupan Bangsa.
Dunia pendidikan Indonesia dinilai telah kehilangan arah. Saat ini
pendidikan hanya dimaknai sebagai teknik manajerial persekolahan yang hanya
menitikberatkan pada kemampuan kognitif dan meminggirkan pendidikan

karakter bangsa. Saat ini, penerapan kurukulum berbasis karakter memang sedang
dilaksanakan, tetapi sebatas tulisan di RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran).
Seharusnya, praktik di lapangan yang dibutuhkan. Akibatnya, pendidikan
semacam itu dinilai hanya akan menghasilkan manusia yang individual, serakah,
dan tidak memiliki rasa percaya diri.
Negara

yang

besar

adalah

negara

yang

mengutamakan

sektor

pendidikannya. Jepang, pascahancurnya dua kota besar Hiroshima dan Nagasaki


membangun negaranya dengan pendidikan sebagai titik utama. China, Amerika
dan masih banyak negara maju lainnya pun mengutamakan pendidikan negaranya.
Bahkan, pendidikan di negara-negara maju tersebut dapat dinikmati oleh setiap
warga negara secara gratis.
C. Penutup
1.

Kesimpulan
Kualitas pendidikan di Indonesia memang masih sangat rendah

dibandingkan dengan kualitas pendidikan di negara-negara lain. Hal-hal yang


menjadi penyebab utamanya yaitu efektivitas, efisiensi, dan standardisasi
pendidikan yang masih kurang dioptimalkan. Adapun solusi yang dapat diberikan
dari permasalahan di atas antara lain dengan mengubah sistem-sistem sosial yang
berkaitan dengan sistem pendidikan, dan meningkatkan kualitas guru serta
prestasi siswa.
2. Saran
Terdapat beberapa saran dalam tulisan ini seperti pemaparan berikut ini.
Pertama, pemerintah meningkatkan kualitas pendidikannya terlebih dahulu
mengikuti perkembangan dunia di era globalisasi saat ini, karena dengan seperti
itu kita bisa memang bersaing secara sehat dalam segala bidang. Kedua, sejalan
dengan meningkatnya kualitas pendidikan di Indonesia berarti sumber daya
manusia yang terlahir akan semakin baik mutunya dan akan mampu membawa
bangsa ini bersaing di dunia internasional.
D. Daftar Pustaka
Ali, Muhammad. 2008. Pendidikan untuk Pembngunan Nasional: Menuju Bangsa
Indonesia yang Mandiri dan Berdaya Saing Tinggi. Jakarta: Grasindo.

Surakhmad, Winarno. 2009. Pendidikan Nasional: Strategi dan Tragedi. Jakarta:


Kompas.
Tilaar, H.A.R. 1998. Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional dalam
Perspektif Abad 21. Magelang: Tera Indonesia.

BIODATA PENULIS
Nama
NIM
Fakultas/Program Studi
Perguruan Tinggi
Alamat
Tempat dan Tanggal lahir

: Mochamad Hasan Bahtiar


: 201310330311079
: FK/Pendidikan Kedokteran
: Universitas Muhammadiyah Malang
: Jalan Sigura-gura barat gang 1 no 7
: Jombang, 9 Januari 1995

Jenis Kelamin
Riwayat Pendidikan

E-mail

: Laki Laki
:
SD
: SDN JOMABATAN 5
SMP
: SMPN 1 JOMBANG
SMA
: SMAN 2 JOMBANG
: hasan_bahtiar@yahoo.co.id

Anda mungkin juga menyukai