dr. Nurimayanti
5.
6.
7.
8.
Hasil Pembelajaran :
1. Obstructive Jaundice
2. Penegakan diagnosa Obstructive Jaundice
3. Tatalaksana Obstructive Jaundice
Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio
1. Subjektif :
OS datang ke IGD dengan rujukan dari praktek swasta dr.Saiful Huda Sp.PD. OS
mengeluh nyeri terutama di perut kanan atas sejak 20 hari SMRS, hilang timbul,
tidak menjalar dan terasa seperti di tusuk-tusuk. Tubuh tampang kuning sejak 20
hari yang lalu. Os juga mengeluh BAB bewarna putih dempul, sedikit berminyak,
dan BAK bewarna seperti teh. Os juga mengeluhkan lemas dan nafsumakan
berkurang. Os mengatakan tidak demam, mual, dan muntah. Riwayat HT (-), DM (-)
dan riwayat penyakit kuning sebelumnya disagkal oleh pasien. Os mengatakan
sering mengkonsumsi makanan berlemak dan gorengan. Berat badan dirasakan
menurun.
2. Objektif :
Kesan umum :
Compos Mentis, tampak sakit sedang dan lemah, sianosis (-), anemis (-), ikterik (+)
Tanda vital
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Laju jantung
: 88x/menit, reguler
Pernapasan
: 20x/menit
Suhu
: 36,8C (Axilla)
Sp02
:Status Generalis
Kepala
Mesocephali, rambut hitam terdistribusi merata, tidak mudah dicabut, kulit
Thorax
Paru
Inspeksi
: simetris dalam keadaan statis maupun dinamis, retraksi (-),
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Jantung
Inspeksi
: pulsasi ictus cordis tidak tampak
Palpasi
: ictus cordis tidak teraba
Perkusi
: pemeriksaan tidak dilakukan
Auskultasi
: bunyi jantung I-II regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Tidak tampak membuncit, kulit tampak ikterik, spider nevy (-)
Palpasi
Perkusi
Tulang Belakang
Genitalia
Anggota gerak
Ekstremitas
Superior
Inferior
Deformitas
- /-
- /-
Akral dingin
- /-
-/-
Akral sianosis
- /-
- /-
Ikterik
+/+
-+/+
CRT
< 2 detik
< 2 detik
Tonus
Normotoni
Normotoni
Status Antopometri
Berat Badan : 60 kg
Tinggi badan :165 cm
BMI: BB (kg) / TB2 (m) = 22 kg/bb2
Hasil
Rujukan
Hemoglobin
9,5 g/dL
13-18 g/dl
Leukosit
12.110/uL
5000-11000/uL
Trombosit
404.000/uL
150-400rb/uL
Hematokrit
25%
42-52%
SGOT
241 U/L
5-40 U/L
SGPT
186 U/L
5-41 U/L
Ureum
24 mg/dL
15-39 mg/dL
Kreatinin
0,6
0,9-1,2
107 mg/dL
70-110 mg/dL
HBsAg
Negatif
Rawat inap
ANALISA KASUS
Pada pasien ini didapatkan diagnosa yang ditegakkan berdasarkan anamesa dan
pemeriksaan fisik, yaitu Obstructive Jaundice.
Definisi
Ikterus adalah perubahan warna kulit, sklera mata atau jaringan lainnya
(membran mukosa) yang menjadi kuning karena pewarnaan oleh bilirubin yang
meningkat dalam darah1. Nama lain ikterus adalah jaundice yang berasal dari
bahasa Perancis jaune yang juga berarti kuning. Sedangkan kolestasis adalah
penyumbatan aliran empedu yang bisa disebabkan oleh kelainan intrahepatik atau
ekstrahepatik.
Ada 3 tipe ikterus yaitu ikterus pre hepatika (hemolitik), ikterus hepatika
(parenkimatosa) dan ikterus post hepatika (obstruksi). Ikterus obstruksi (post
hepatika) adalah ikterus yang disebabkan oleh gangguan aliran empedu antara hati
dan duodenum yang terjadi akibat adanya sumbatan (obstruksi) pada saluran empedu
ekstra hepatika. Ikterus obstruksi disebut juga ikterus kolestasis dimana terjadi stasis
sebagian atau seluruh cairan empedu dan bilirubin ke dalam duodenum.
Ada 2 bentuk ikterus obstruksi yaitu obstruksi intra hepatal dan ekstra hepatal.
Ikterus obstruksi intra hepatal dimana terjadi kelainan di dalam parenkim hati,
kanalikuli atau kolangiola yang menyebabkan tanda-tanda stasis empedu sedangkan
sedangkan ikterus obstruksi ekstra hepatal terjadi kelainan diluar parenkim hati
(saluran empedu di luar hati) yang menyebabkan tanda-tanda stasis empedu .
Pembahasan
Pada pasien ini tidak pernah memiliki riwayat sakit kuning sebelumnya yang
menyingkirkan kemungkinan riwayat hepatitis pada pasien, os sering mengkonsumsi
makanan berlemak dan gorengan merupakan predisposisi pada batu billier. Dan
Pasien merasa berat badannya menurun akhir-akhir ini merupakan predisposisi pada
penyakit-penyakit kronis dan keganasan.
Pada kolestatik intrahepatik penyebab tersering adalah hepatitis, efek samping
obat, penyakit hati karena alkohol dan hepatitis autoimun. Penyebab yang kurang
sering adalah sirosis hati bilier primer, kolestasis pada kehamilan, karsinoma
metastatik. Pada kolestatik ekstrahepatik penyebab tersering adalah batu duktus
koledokus dan kanker pankreas. Penyebab lainnya yang lebih jarang adalah striktur
Obstruksi ini memberikan gambaran ikterus. Biasanya terjadi karena tumor kaput
pancreas, ligasi duktus biliaris komunis, kolangiokarsinoma, tumor parenkim hati
primer atau sekunder.
Obstruksi ini memberikan gejala-gejala dan perubahan biokimia yang khas serta dapat
disertai
atau
tidak
dengan
serangan
ikterus
secara
klinik.
Obstruksi dapat disebabkan oleh karena koledokolitiasis, tumor periampularis,
divertikel duodeni, papiloma duktus biliaris, kista koledokus, penyakit hati polikistik,
parasit intra bilier, hemobilia.
Dapat disertai atau tidak dengan gejala-gejala klasik atau perubahan biokimia yang
pada akhirnya menyebabkan terjadinya perobahan patologi pada duktus bilier atau
hepar. Obstruksi ini dapat disebabkan oleh karena striktur duktus biliaris komunis
( kongenital, traumatik, kolangitis sklerosing atau post radiotherapy ), stenosis
Obstruksi ini terjadi bila satu atau lebih segmen anatomis cabang biliaris mengalami
obstruksi. Obstruksi segmentalini dapat berbentuk obstruksi komplit, obstruksi
intermiten atau obstruksi inkomplit kronis. Dapat disebabkan oleh trauma (termasuk
iatrogenik), hepatodokolitiasis, kolangitis sklerosing, kolangiokarsinoma.
Pemeriksaan Fisik
Ikterus pada sklera atau kulit, , terdapat bekas garukan di badan, febris /
afebril. Bila obstruksi karena batu, penderita tampak gelisah, nyeri tekan perut kanan
atas, kadang-kadang disertai defans muscular dan Murphy Sign positif,
hepatomegali disertai / tanpa disertai terabanya kandung empedu.
Bila ikterus obstruksi karena tumor maka tidak ada rasa nyeri tekan.
Ditemukan Courvoisier sign positif , splenomegali, occult blood (biasanya
ditemukan pada karsinoma ampula dan karsinoma pankreas).
Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis ditegakkan dari gejala klinis dan dari pemeriksaan penunjang.
Diagnosis enzimatik pada penyakit hati dapat dibagi menjadi beberapa bagian 1).
Enzim yang berhubungan dengan kerusakan sel yaitu SGOT, SGPT, GLDH, dan
LDH. 2). Enzim yang berhubungan dengan penanda kolestasis seperti gamma GT dan
fosfatase alkali. 3). Enzim yang berhubungan dengan kapasitas sintesis hati misalnya
kolinesterase. Untuk pemeriksaan penyaring yang paling diperlukan adalah enzim
SGPT, gamma GT dan CHE. SGPT bisa dipakai untuk melihat adanya kerusakan sel,
gamma GT untuk melihat adanya kolestasis dan CHE untuk melihat gangguan fungsi
sintesis hati. Pada hepatitis kronik aktif kerusakan hepatoseluler nya
lebih berat. SGOT dan SGPT dapat meningkat 5 kali atau 10 kali diatas angka normal.
Gamma GT biasanya didapatkan lebih rendah dari SGOT. Pada penyakit saluran
empedu dan sirosis bilier yang mencolok adalah peninggian fosfatase alkali dan
gamma GT3
1. PEMERIKSAAN USG
Pemeriksaan USG perlu dilakukan untuk menentukan penyebab obstruksi.
Yang perlu diperhatikan adalah :
A. Besar, bentuk dan ketebalan dinding kandung empedu. Bentuk kandung
empedu yang normal adalah lonjong dengan ukuran 2 3 X 6 cm, dengan
ketebalan sekitar 3 mm.
B. Saluran empedu yang normal mempunyai diameter 3 mm. Bila diameter
saluran empedu lebih dari 5 mm berarti ada dilatasi. Bila ditemukan dilatasi
duktus koledokus dan saluran empedu intra hepatal disertai pembesaran
kandung empedu menunjukan ikterus obstrusi ekstra hepatal bagian distal.
Sedangkan bila hanya ditemukan pelebaran saluran empedu intra hepatal saja
tanpa disertai pembesaran kandung empedu menunjukan ikterus obstruksi
6. ERCP
(ENDOSCOPIC
PANCREATOGRAPHY )
RETROGRADE
CHOLANGIO
Pemeriksaan ERCP dilakukan untuk menentukan penyebab dan letak sumbatan antara
lain :
a. Koledokolitiasis, akan terlihat defek pengisian (filling defect) dengan batas
tegas pada duktus koledokus disertai dilatasi saluran empedu.
b. Striktur atau stenosis dapat disebabkan oleh kelainan di luar saluran empedu
(ekstra duktal) yang menekan misalnya oleh kelainan jinak atau ganas. Striktur
atau stenosis umumnya disebabkan oleh fibrosis akibat peradangan lama ,
infeksi kronis, iritasi oleh parasit, iritasi oleh batu maupun trauma operasi.
Contoh yang ekstrim pada kolangitis oriental atau kolangitis piogenik rekuren
dimana pada saluran-saluran empedu intra hepatic dan ekstra hepatic ada
bagian-bagian yang striktur dan ada bagian-bagian yang dilatasi atau ekstasia
akibat obstruksi kronis disertai timbulnya batu, batu empedu akibat kolestasis
dan infeksi bakteri. Striktur akibat keganasan saluran empedu seperti
adenokarsinoma dan kolangio-karsinoma bersifat progresif sampai
menimbulkan obstruksi total. Kelainan jinak ekstra duktal akan terlihat
gambaran kompresi duktus koledokus yang berbentuk simetris.
Tumor ganas akan mengadakan kompresi pada duktus koledokus yang
berbentuk ireguler.
c. Tumor ganas intra duktal akan terlihat penyumbatan lengkap berbentuk ireguler
dan dan menyebabkan pelebaran saluran empedu bagian proksimal. Gambaran
semacam ini akan tampak lebih jelas pada PTC, sedangkan pada ERCP akan
tampak penyempitan saluran empedu sebelah distal tumor.
d. Tumor kaput pankreas akan terlihat pelebaran saluran pankreas . Pada daerah
obstruksi tampak dinding yang ireguler.
Pada ikterus obstruksi ekstra hepatal dimana dari hasil ERCP sudah dapat memastikan
penyebab obstruksi dimana bila :
o Penyebabnya adalah batu (koledokolitiasis) sebaiknya dilakukan papilotomi
untuk mengeluarkan batunya.
o Penyebabya adalah tumor, perlu dilakukan tindakan pembedahan.
Bila pada pemeriksaan USG tidak ditemukan dilatasi saluran empedu dan hasil
pemeriksaan ERCP tidak menunjang kelainan ekstra hepatal maka ini
merupakan ikterus obstruksi intra hepatal.
tekanan tinggi seperti kolangitis piogenik akut atau kolangitis supuratifa. Kematian
terjadi akibat syok septic dan kegagalan berbagai organ. Selain itu sebagai akibat
obstruksi kronis dan atau kolangitis kronis yang berlarut-larut pada akhirnya akan
terjadi kegagalan faal hati akibat sirosis biliaris. Ikterus obstruksi yang tidak dapat
dikoreksi baik secara medis kuratif maupun tindakan pembedahan mempumnyai
prognosis yang jelek diantaranya akan timbul sirosis biliaris.
Bila penyebabnya adalah tumor ganas mempunyai prognosis jelek.
Penyebab morbiditas dan mortalitas adalah :
a. Sepsis khususnya kolangitis yang menghancurkan parenkim hati.
b. Hepatic failure akibat obstruksi kronis saluran empedu.
c. Renal failure.
d. Perdarahan gastro intestinal.
Pada pasien ini:
Quo Ad Vitam: DubiaAd Bonam
Quo Ad Sanationam: Dubia Ad Bonam
Quo Ad Functionam: Dubia Ad Bonam