Anda di halaman 1dari 38

FINAL PROJECTSISTEM FOTONIKA

SISTEM SPEKTOFOTOMETRI ABSORBSI UNTUK


DETEKSI KUALITAS PELUMAS MOBIL
Kelompok 9
SHOGING KHOIRUDIN
SHITA AGUSTIN K
BERLIAN MEGA P
TRIAWAN RAMADHAN
ANNGUN DIYANITA
RAHADIAN AGNIES

2414105002
2414105035
2414105039
2414105051
2414106011
2414106025

Asisten Pembimbing
Benedictus Yohanes Bagus W

2412100116

JURUSAN TEKNIK FISIKA


Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya 2016

FINAL PROJECT TF091381

ABSORBANCE SPECTROPHOTOMETRY SYSTEM


TO DETECT QUALITY MOTOR OIL
Kelompok 9
SHOGING KHOIRUDIN
SHITA AGUSTIN K
BERLIAN MEGA P
TRIAWAN RAMADHAN
ANNGUN DIYANITA
RAHADIAN AGNIES

2414105002
2414105035
2414105039
2414105051
2414106011
2414106025

Assistant
Benedictus Yohanes Bagus W

2412100116

DEPARTMENT OF ENGINEERING PHYSICS


Faculty of Industrial Technology
SepuluhNopember Institute of Technology
Surabaya 2016

ii

SISTEM SPEKTOFOTOMETRI ABSORBSI UNTUK


DETEKSI KUALITAS PELUMAS MOBIL

Kelompok
Jurusan
Asisten

:9
: Teknik Fisika FTI-ITS
: Benedictus Yohanes Bagus W

Abstrak
Pelumasan pada mobil merupakan hal yang sangat penting
dilakukan minimal tiga bulan sekali dan tentunya kualitas pelumas
tersebut perlu diperhatikan guna menjaga mesin-mesin di dalam mobil
tetap dalam kondisi maksimal. Untuk mengetahui kualitas pelumas
mobil dilakukan deteksi menggunakan sistem spektrofotometri absorbsi
dengan mengukur banyaknya berkas cahaya yang diabsorbsi oleh
pelumas. Dari hasil eksperimen didapatkan nilai absorbsi sebesar
1.20774 sebelum dipanaskan dan 1.16380 setelah dipanaskan sebanyak
tiga kali.
Kata kunci:
Spektofotometri, absorbsi, pelumas

iii

halaman ini memang dikosongkan

iv

SPECTROPHOTOMETRY SYSTEM FOR CAR OILS


VISCOSITYDETECTION
Kelompok
Department
Asistant

:9
: Teknik Fisika FTI-ITS
: Benedictus Yohanes Bagus W

Abstract
Changing the oil regularly is essential for car maintenance and the life
of car's engines depend on the quality of oil that used. In this
experiment, the quality of oil is determined using absorbance
spectrophotometry by measuring how much light that absorbed by the
oil. From the experiment, it has known that the absorbance before
heating is 1.20774 and the absorbance after three times of heating is
1.16380.
Keyword:
Spectophotometry, absorbance, oil

halaman ini memang dikosongkan

vi

HALAMAN PENGESAHAN
SISTEM SPEKTOFOTOMETRI UNTUK DETEKSI
VISKOSITAS PELUMAS MOBIL
FINAL PROJECT SISTEM FOTONIKA
(April 2016)
KELOMPOK 9

Telah menyelesaikan Final Project Sistem Fotonika


Surabaya, April 2016
Menyetujui

Asisten

Benedictus Yohanes Bagus W


NRP. 2411 100 116

vii

halaman ini memang dikosongkan

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat


rahmat serta hidayah-Nya penulis mampu menyelesaikan
final project sekaligus penyusunan laporan Sistem
Spektofotometri
untuk Deteksi
Viskositas
Pelumas
Mobil.Oleh karena itu, ucapan terima kasih penulis

sampaikan kepada:
1. Agus Muhammad Hatta, ST., M.Si., Ph.D selaku Ketua
Jurusan Teknik Fisika FTI-ITS.
2. Dr. rer. nat Ir. Aulia M.T. Nasution, M.Sc selaku dosen
mata kuliah Sistem Fotonika kelas ganjil.
3. Ir. Heru Setijono, M.Sc selaku dosen mata kuliah
Sistem Fotonika kelas genap.
4. Seluruh asistenlaboratorium rekayasa fotonika.
5. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu,.
Penulis menyadari jika penulisan laporan ini jauh dari
sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran sangat
diharapkan.

Surabaya, April 2016


Penulis

ix

halaman ini memang dikosongkan

DAFTAR ISI
Abstrak iii
Abstract
v
HALAMAN PENGESAHAN vii
KATA PENGANTAR ix
DAFTAR ISI xi
DAFTAR GAMBAR xiii
DAFTAR TABEL
xv
BAB I PENDAHULUAN
1
1.1 Latar Belakang...................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................1
1.3 Tujuan................................................................................2
BAB IITINJAUAN PUSTAKA 3
2.1 Definisi Spektrofotometer..................................................3
2.2 Bagian Spektrofotometer....................................................3
2.3 Prinsip Kerja.......................................................................5
2.4 Hukum Lambert-Beer........................................................6
2.5 Jenis Spektrofotometer.......................................................6

2.6 Pelumas Mobil............................................................8


BAB III METODOLOGI
9
3.1 Diagram AlirPenelitian.......................................................9
3.2 Peralatan dan Bahan.........................................................10
3.3 Langkah-langkah pengambilan data.................................10
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
11
4.1 Analisis Data.....................................................................11
4.2 Pembahasan......................................................................14
BAB V PENUTUP
15
DAFTAR PUSTAKA 15

xi

halaman ini memang dikosongkan

xii

DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Struktur pada Spektrofotometer................................3
Gambar 2.2 Standart kekentalan pelumas SAE J-300...................9
Gambar 3.3 1Diagram Alir Penelitian........................................10
Gambar 3.2 Rangkaian peralatan................................................12
Gambar 4. 1 Hasil Absorpsi pelumas..........................................15

xiii

halaman ini memang dikosongkan

xiv

DAFTAR TABEL
Tabel 4.1Absorbsi bufet tanpa pelumas......................................13
Tabel 4.2Absorbsi pelumas sebelum dipanaskan........................13
Tabel 4.3Absorbsi pelumas yang dipanaskan satu kali...............14
Tabel 4.4Absorbsi pelumas yang dipanaskan dua kali................14
Tabel 4.5Absorbsi pelumas yang dipanaskan tiga kali................15

xv

halaman ini memang dikosongkan

xvi

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mobil adalah alat transportasi yang banyak digunakan
masyarakat Indonesia saat ini. Untuk menjaga mesin-mesin di
dalamnya tetap dalam kondisi maksimal, diperlukan penggantian
pelumas minimal tiga bulan sekali yang berguna untuk
mengurangi gesekan, menurunkan keausan, membantu menahan
hentakan, mendinginkan elemen-elemen yang bergerak, dan
mencegah terjadinya karat. Karena peran pelumas yang sangat
vital bagi mesin-mesin mobil, maka kualitas pelumas yang
digunakan juga harus diperhatikan.
Oli Top 1 keluaran PT Topindo Atlas Asia merupakan salah
satu oli yang paling banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia
karena harga yang relatif terjangkau dan performa yang
dihasilkan juga cukup memuaskan.[1] Alasan ini yang mendasari
oli tersebut untuk dijadikan sampel pengukuran.
Dalam final project ini viskositas pelumas akan dideteksi
menggunakan
spektofotometri.
Metode
spektofotometri
digunakan karena keakuratan untuk mengukur minyak (oli) dan
hydrofluorocarbon (HFC) dibandingkan dengan metode lain.[2]
Jenis spektofotometeri yang digunakan adalah
Spektoskopi Absorbsi dimana kekuatan sinar cahaya diukur
sebelum dan sesudah interaksi dengan saat dibandingkan.
Spektofotometeri ini dapat digunakan untuk menganalisis sampel
sampai kadar terendah serta analisis sampel dapat berlangsung
lebih cepat.
Dengan adanya percobaan sistem spektrofotometeri ini
diharapkan mendapatkan outputan yang mampu mengetahui nilai
absorpsi pelumas mobil dengan benar dan baik. Sehingga mampu
mengaplikasikannya dalam dunia industry utamanya.

2
1.2 RumusanMasalah
Berikut merupakan rumusan masalah untuk final project
dengan "Sistem spektrofotometri absorbsi untuk deteksi kualitas
pelumas mobil"
1. Bagaimana absorpsi pelumas mobil ketika dipanaskan
berulang?
2. Bagaimana viskositas pelumas mobil setelah dilakukan
pemanasan secara berulang?
1.3 Tujuan
Berikut merupakan tujuan untuk final project dengan judul
"Sistem spektrofotometri absorbsi untuk deteksi kualitas pelumas
mobil":
1. Untuk mengetahui nilai absorpsi pelumas mobil ketika
dilakukan pemanasan berulang.
2. Untuk mendeteksi perubahan viskositas pelumas mobil
setelah dilakukan pemanasan secara berulang.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Spektrofotometer

Spektrofotometer adalah alat yang terdiri dari


spektrometer dan fotometer.Spektrometer menghasilkan
sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu,
sedangkan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya
yang di transmisikan atau yang di absorpsi.
Spektrofotometer merupakan suatu metode analisa yang
didasarkan pada pengukuran serapan sinar monokromatis
oleh suatu lajur larutan berwarna pada panjang gelombang
spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau
kisi difraksi dengan detektor fototube.[3]

Gambar 2.1 Struktur Komponen pada Spektrofotometer

2.2 Bagian Spektrofotometer


Secara garis besar spektrofotometer terdiri dari 4 bagian penting
yaitu :
1. Sumber Cahaya
a. Untuk radisi kontinyu :
Untuk daerah UV dan daerah tampak seperti lampu
wolfram (lampu pijar) menghasilkan spektrum kontinyu
pada gelombang 320-2500 nm, lampu hidrogen atau
deutrium (160-375 nm), lampu gas xenon (250-600 nm)
3

4
b. Untuk daerah IR:
Ada tiga macam sumber sinar yang dapat digunakan yaitu
lampu Nerst,dibuat dari campuran zirkonium oxida (38%)
Itrium oxida (38%) dan erbiumoxida (3%), lampu globar
dibuat dari silisium Carbida (SiC), dan lampu Nkrom
terdiri dari pita nikel krom dengan panjang gelombang
0,420 nm
c. Spektrum radiasi garis UV atau tampak menggunakan
lampu uap (lampu Natrium, Lampu Raksa), lampu katoda
cekung/lampu katoda berongga, lampu pembawa muatan
dan elektroda (elektrodeless discharge lamp) dan laser
2

Monokromator
Monokromator adalah alat yang berfungsi untuk
menguraikan cahaya polikromatis menjadi beberapa komponen
panjang gelombang tertentu (monokromatis) yang berbeda
(terdispersi). Ada 2 macam monokromator yaitu prisma dan
grating/kisi difraksi.Keuntungan menggunakan kisi difraksi
dispersi sinar merata, dispersi lebih baik dengan ukuran
pendispersi yang sama, dapat digunakan dalam seluruh jangkauan
spektrum
Cahaya monokromatis ini dapat dipilih panjang gelombang
tertentu yang sesuai untuk kemudian dilewatkan melalui celah
sempit yang disebut slit. Ketelitian dari monokromator
dipengaruhi juga oleh lebar celah (slit width) yang dipakai.
3.

Cuvet
Cuvet spektrofotometer adalah suatu alat yang digunakan
sebagai tempat contoh atau cuplikan yang akan dianalisis. Cuvet
biasanya terbuat dari kwars, plexigalass, kaca, plastic dengan
bentuk tabung empat persegi panjang 1 x 1 cm dan tinggi 5 cm.
Pada pengukuran di daerah UV dipakai cuvet kwarsa atau
plexiglass, sedangkan cuvet dari kaca tidak dapat dipakai sebab
kaca mengabsorbsi sinar UV. Semua macam cuvet dapat dipakai
untuk pengukuran di daerah sinar tampak (visible).

5
Cuvet harus memenuhi syarat- syarat sebagai berikut :
a. Tidak berwarna sehingga dapat mentransmisikan semua
cahaya.
b. Permukaannya secara optis harus benar- benar sejajar.
c. Harus tahan (tidak bereaksi) terhadap bahan- bahan
kimia.
d. Tidak boleh rapuh.
e. Mempunyai bentuk (desain) yang sederhana.
4.

Detektor
Peranan detektor penerima adalah memberikan respon
terhadap cahaya pada berbagai panjang gelombang. Detektor
akan mengubah cahaya menjadi sinyal listrik yang selanjutnya
akan ditampilkan oleh penampil data dalam bentuk jarum
penunjuk atau angka digital.Syarat-syarat ideal sebuah detektor :
a. Kepekaan yang tinggi
b. Perbandingan isyarat atau signal dengan bising tinggi.
c. Respon konstan pada berbagai panjang gelombang.
d. Waktu respon cepat dan signal minimum tanpa radiasi.
e. Signal listrik yang dihasilkan harus sebanding dengan
tenaga radiasi.
2.3 Prinsip Kerja
Prinsip kerja spektrofotometer berdasarkan hukum Lambert
Beer, bila cahaya monokromatik (Io) melalui suatu media
(larutan), maka sebagian cahaya tersebut diserap (Ia), sebagian
dipantulkan (Ir), dan sebagian lagi dipancarkan (It).Transmitan
adalah perbandingan intensitas cahaya yang ditransmisikan ketika
melewati sampel (It) dengan intensitas cahaya mula-mula
sebelum melewati sampel (Io).Persyaratan hukum Lambert Beer,
antara lain:
1. radiasi yang digunakan harus monokromatik,
2. energi radiasi yang diabsorpsi oleh sampel tidak
menimbulkan reaksi kimia,
3. sampel (larutan) yang mengabsorbsi harus homogeny

6
4. tidak terjadi fluoresensi atau phosporesensi, dan indeks
refraksi tidak berpengaruh terhadap konsentrasi, jadi
larutan tidak pekat (harus encer).
2.4 Hukum Lambert-Beer
Lambert merumuskan hubungan antara absorbansi dan
panjang gelombang yang ditempuh sinar dalam larutan. Apabilan
sinar mengenai suatu material, maka sinar tersebut dapat
mengalami tiga hal yaitu scaterred, absorped dan transmitted.
Transmitansi adalah banyaknya cahaya yang menembus materi
atau diartikan rasio antara intensitas cahaya yang ditransmisikan
(It) dan cahaya awal (Io). [4]
........................(1)
Dimana
T : transmitansi
It : Intensitas yang ditransmisikan
Io : Intensitas cahaya awal
Hubungan transmitansi dengan absorpasi:
........................(2)
Dimana:
A
: Absorpsi
T
: Transmitansi
2.5 Jenis Spektrofotometer
1. Spektrofotometer UV-VIS
Spektrofotometer UV-VIS adalah salah satu alat analisis
kimia yang sering digunakan di laboratorium untuk analisis kimia
Bahan Bakar Nuklir.Spektrofotometer ini merupakan gabungan
antara spektrofotometer UV danVisible.Menggunakan dua buah
sumber cahaya berbeda, sumber cahaya UV dan sumber
cahaya visible.Untuk sistem spektrofotometri, UV-Vis paling
banyak tersedia dan paling populer digunakan. Kemudahan

7
metode ini adalah dapat digunakan baik untuk sample berwarna
juga untuk sample tak berwarna.
2. Spektrofotometer Infra merah
Spektrofotometri Infra Red atau Infra Merah merupakan
suatu metode yang mengamati interaksi molekul dengan radiasi
elektromagnetik yang berada pada daerah panjang gelombang
0,75 1.000 m atau pada Bilangan Gelombang 13.000 10 cm 1
. Radiasi elektromagnetik dikemukakan pertama kali oleh James
Clark Maxwell.Berdasarkan pembagian daerah panjang
gelombang sinar infra merah dibagi atas tiga daerah, yaitu:Daerah
Infra Merah dekat, daerah Infra Merah pertengahan dan daerah
infra Merah jauh.
3. Spektrofotometer Serapan Atom (SSA)
Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) adalah suatu alat
yang digunakan pada metode analisis untuk penentuan unsurunsur
logam.SSA
pertama
kali
diperkenalkan
oleh Welsh (Australia) pada tahun 1955.Alat ini relatif sederhana,
selektif, dan sangat sensitif. Teknik analisis SSA berdasarkan
pada penguraian molekul menjadi atom (atomisasi) dengan energi
dari api atau arus listrik. Penentuan kadar logam berat dengan
Spektrofotometrik Serapan Atom (SSA) didasarkan pada hukum
Lambert-Beer, yaitu absorbansi berbanding lurus dengan panjang
nyala yang dilalui sinar dan konsentrasi uap atom dalam nyala
(Anonim, 2003 dalam Azis, 2007).
4. Spektrofotometer Resonansi Magnetik (NMR)
Spektrofotometri NMR sangat penting artinya dalam analisis
kualitatif, khususnya dalam penentuan struktur molekul zat
organik. Hal itu dikarenakan spektrum NMR mampu menjawab
beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan inti atom yang
spesifik.
5. Spektrofotometer Pendar Molecular (pendar fluor/pendar
fosfor)
Metode fluoresensi dan fosforesensi melibatkan penyerapan
radiasi dan pengemisian radiasi yang umumnya lebih panjang
gelombangnya atau lebih rendah energinya.Energi radiasi yang

8
tidak teremisikan dalam bentuk radiasi kemudian diubah menjadi
energi termal.Fluorosensi maupun fosforesensi berkaitan dengan
perubahan energi vibrasi.
6. Spektrofotometer dengan metode hamburan cahaya
Menurut temuan Raman tampak gejala pada molekul dengan
struktur tertentu apabila dikenakan radiasi infra merah dekat atau
radiasi sinar tampak, akan memberikan sebagian kecil hamburan
yang tidak sama dengan radiasi semula. Hamburan yang berbeda
dengan radiasi semula (sumber radiasi) tersebut berbeda dalam
hal panjang gelombang, frekuensi serta intensitasnya dikenal
sebagai
hamburan
Raman.Hamburan
Raman
tersebut
memberikan garis Raman dengan intensitas tidak lebih dari
0,001% dari garis spektra sumber radiasinya.
2.6 Pelumas Mobil
Kontak mekanik yang terjadi antara elemen satu dengan
yang lain tidak dapat dihindari dalam mesin mobil, sehingga
dibutuhkan pelumasan untuk meminimalkan keausan dan
memelihara mesin tersebut.
2.6.1 Bahan Dasar Pelumas
Terdapat dua bahan dasar pelumas mobil, yaitu pelumas
alam (mineral oil) dan pelumas sintetik. Pelumas alam (mineral
oil) diperoleh dari bahan tambang minyak mentah (crude oil)
yang komposisinya terdiri dari alkana (Hidrokarbon Jenuh) atau
sering disebut Parafin, Hidrokarbon tak jenuh (alkena),
Hidrokarbon aromatik dan senyawa lain dengan prosentase yang
kecil. Sedangkan, pelumas sintetik terbuat dari gas ethylene
minyak mentah yang dicampur dengan gas hidrogen. Pelumas
sintetik mempunyai keunggulan dengan umur pakai yang lebih
panjang, akan tetapi harganya lebih mahal jika dibandingkan
dengan mineral oil.
2.6.2 Fungsi Pelumas
Selain untuk meminimalisasi keausan dan menjaga
mesin mobil tetap baik, terdapat beberapa fungsi pelumas lainnya,
antara lain:

9
1. Meredam suara pada alat-alat yang saling bergesekan
2. Mencegah gesekan secara langsung dua buah alat yang saling
berputar ataupun saling berhubungan
3. Sebagai pendingin
4. Memperpanjang umur alat yang saling berhubungan
5. Merapatkan hubungan kontak-kontak alat yang saling
berhubungan
2.6.3 Standart Kekentalan Pelumas
Standart kekentalan pelumas mobil di Indonesia
menggunakan SAE J-300 sesuai dengan Keputusan Menteri
Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor: 2808 K/20/MEN/2006,
dapat dilihat pada gambar 2.2.

10

Gambar 2. 2 Standart kekentalan oli SAE J-300

11

halaman ini memang dikosongkan

BAB III
METODOLOGI
3.1 Diagram AlirPenelitian
Tahap penelitian tentang Sistem Spektofotometri untuk
Deteksi Viskositas Pelumas Mobil seperti gambar 3.1:

Gambar 3.3Diagram Alir Penelitian


11

12
3.2 Peralatan dan Bahan
Peralatan yang dibutuhkan untuk mengetahui viskositas
pelumas mobil dengan sistem spektofotometri adalah:
1. Pelumas Top 1
2. Sumber cahaya berupa laser Argon
3. Detektor
4. Monokromator
5. Bufet
6. OPM
7. Beam Splitter
8. Laptop terinstall software PMD 1000
3.3 Langkah-langkah pengambilan data
Pengambilan data dilakukan sebagai berikut:
1. Peralatan dirangkai seperti gambar 3.2

Gambar 3.4 Rangkaian peralatan


2. Diukur data absorpsi bufet tanpa pelumas
3. Diukur absopsi pelumas sebelum dipanaskan
4. Pelumas dipanaskan 100C kemudian didinginkan hingga
suhu ruang, setelah itu diukur absobsinya
5. Langkah 4 diulangi sebanyak 3 kali

BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisis Data
Hasil dari pengujian viskositas pelumas
menggunakan sistem spektofotometri adalah:

dengan

Tabel 4.1Absorbsi bufet tanpa pelumas

I0
0,0010032
0,0010020
0,0010019
0,0010029
0,0010021
0,0010011
0,0010015
0,0010012
0,0010020
0,0010030

It
0,00077138
0,00077114
0,00077074
0,00077142
0,00077071
0,00077069
0,00077046
0,00077089
0,00077127
0,00077172

Transmitansi
0,769
0,770
0,769
0,769
0,769
0,770
0,769
0,770
0,770
0,769
Rata-rata

Absorbsi
0,114119
0,113734
0,113916
0,113967
0,11402
0,113598
0,113901
0,113528
0,113661
0,113841
0,113829

Tabel 4.2Absorbsi pelumas sebelum dipanaskan

I0
0,0010546
0,0010531
0,0010569
0,0010538
0,0010555
0,0010637
0,0010593
0,0010524

It
0,00006556
0,00006566
0,00006572
0,00006547
0,00006532
0,00006558
0,00006535
0,00006532

Transmitansi
0,062
0,062
0,062
0,062
0,062
0,062
0,062
0,062
13

Absorbsi
1,206442
1,205195
1,20631
1,206696
1,208405
1,210041
1,209793
1,207141

14
0,0010566
0,0010557

0,00006542
0,00006522

0,062
0,062
Rata-rata

1,20818
1,209193
1,20774

Tabel 4.3Absorbsi pelumas yang dipanaskan satu kali

I0
0,0012454
0,0012463
0,0012435
0,0012443
0,0012444
0,0012443
0,0012442
0,0012435
0,0012430
0,0012421

It
0,00007877
0,00007891
0,00007868
0,00007910
0,00007866
0,00007888
0,00007892
0,00007914
0,00007845
0,00007813

Transmitansi
0,063
0,063
0,063
0,064
0,063
0,063
0,063
0,064
0,063
0,063
Rata-rata

Absorbsi
1,198931
1,198496
1,198787
1,196771
1,199217
1,197958
1,197731
1,196261
1,199856
1,201367
1,198537

Tabel 4.4Absorbsi pelumas yang dipanaskan dua kali

I0
0,0012399
0,0012381
0,0012415
0,0012421
0,0012388
0,0012368
0,0012366
0,0012391
0,0012390
0,0012390

It
0,00008508
0,00008516
0,00008504
0,00008456
0,00008480
0,00008472
0,00008511
0,00008526
0,00008486
0,00008392

Transmitansi
0,069
0,069
0,069
0,068
0,068
0,068
0,069
0,069
0,068
0,068

Absorbsi
1,163559
1,16254
1,164308
1,166976
1,1646
1,164319
1,162233
1,162381
1,164358
1,169195

15
Rata-rata

1,164447

Tabel 4.5Absorbsi pelumas yang dipanaskan tiga kali

I0
0,0014548
0,0014558
0,0014559
0,0014575
0,0014555
0,0014536
0,0014533
0,0014574
0,0014581
0,0014578

It
0,00009971
0,00009978
0,00010007
0,00009989
0,00010002
0,00009975
0,00009955
0,00009979
0,00009991
0,00010004

Transmitansi
0,069
0,069
0,069
0,069
0,069
0,069
0,068
0,068
0,069
0,069
Rata-rata

Absorbsi
1,164065
1,164058
1,162828
1,164069
1,162925
1,163515
1,164314
1,164474
1,164187
1,163524
1,163796

Berikut merupakan hasil absopsi pelumas ketika sebelum


dipanaskan, dipanaskan satu kali, dipanaskan dua kali dan
dipanaskan tiga kali

Gambar 4. 1 Hasil Absorpsi pelumas

16
Setelah didapatkan nilai absobansi maka dicari konsentrasi
dan viskositas. Sampel dianggap memiliki konstanta absorb
seperti Arabian medium, dan untuk mencari viskositas
digunakan formula einstein
Tabel 4. 6 Nilai konsentrasi dan viskositas

Absobans
i
1,20774
1,19854
1,16445
1,16380

tetapan
absorb
(1/mikro
m)

b
(mikro
m)

0,238

10000

k
konsentrasi
0,00050745
0,00050359
0,00048926
0,00048899

2,5

viskositas
1,00126863
1,00125897
1,00122316
1,00122247

4.2 Pembahasan

Percobaan ini mengetahui karakteristik viskositas oli


mesin kendaraan bermotor dengan menggunakan laser
Argon sebagai sumber cahayanya.
Percobaan ini dilakukan dengan empat keadaan yaitu
yang pertama dilakukan tanpa menggunakan pemanasan.
Keadaan kedua yaitu dilakukan satu kali pemanasan hingga
mencapai suhu 100 C selanjutnya didiamkan sampai suhu
ruang yaitu 30 C. Keadaan ketiga dipanaskan sebanyak dua
kali, dimana saat mencapai suhu 100 C akan didiamkan
hingga mencapai suhu ruang 30 C lalu dipanaskan lagi
hingga mencapai 100 C. Begitu seterusnya hingga keadaan
keempat dengan tiga kali pemanasan.
Sampel dimasukkan dalam tabung reaksi yang dapat
ditembus oleh laser. Jenis oli yang digunakan adalah oli Top
One. Laser Argon yang ditembakkan akan melewati
monokromator yang akan menuju ke sampel dan akan
ditangkap oleh beam splitter. Hasil dari beam splitter

17
tersebut selanjutnya akan dideteksi oleh detektor berupa
detektor refrensi (reflektensi) dan detektor pengujian
(absorbsi).
Nilai absorpsi awal didapatkan sebelum oli terisi ke
dalam tabung. Ketika tabung reaksi dilewati laser, tidak
menutup kemungkinan terjadinya pembiasan, pemantulan,
ataupun penyebaran berkas cahaya. Sehingga set up diatur
sehingga meminimalkan kejadian tersebut di atas. Yang
dikatakan nilai absorpsi akhir adalah nilai absorpsi laser
setelah melewati tabung reaksi dimana di dalam tabung
reaksi tersebut ketika terisi oleh oli dan disertai penambahan
suhu.
Nilai absorpsi akhir menunjukkan banyaknya berkas
cahaya laser yang diabsorp oli. Gambar 4.1.memperlihatkan
besar nilai absorpsi oli dengan variasi berapa kali
pemanasan. Nilai absorpsi tanpa pemanasan dan satu kali
pemasan lebih tinggi dibanding dengan tiga kali pemanasan.
Hal ini berarti pada pemanasan tiga kali lebih banyak berkas
laser yang berhasil lolos dibanding satu kali pemanasan.
Dimana teori viskositas menjelaskan bahwa semakin besar
suhu atau semakin lama dipanaskan pada suatu cairan,
ikatan molekul-molekul penyusunnya akan
saling
melemahkan, dan mengakibatkan suatu cairan menjadi
lebih encer dari sebelumnya, menjadi encernya cairan
tersebut (oli) maka nilai intensitas semakin bertambahpula.
Absorbsi buffet tanpa pelumas didapatkan hasil ratarata sebesar 0,113829, absorbsi pelumas sebelum dipanaskan
didapatkan hasil rata-rata 1,20774, absorbsi pelumas dipanaskan
satu kali didapatkan hasil rata-rata 1,198537, absorbsi pelumas
dipanaskan dua kali didapatkan hasil rata-rata 1,164447, dan
absorbsi pelumas dipanaskan tiga kali didapatkan hasil rata-rata
1,163796. Dari data rata-rata tersebut di atas didapatkan hasil

18
yaitu menunjukkan semakin besar nilai rata-rata absorpsi pada oli
maka semakin kecil nilai viskositasnya.

BAB V
PENUTUP

Dari analisa yang telah dilakukan untuk mengetahui


karakteristik viskositas oli mesin kendaraan bermotor maka
didapatkan hasil kesimpulan sebagai berikut :
1. Semakin tinggi suhu atau semakin banyak jumlah
pemanasann yang dilakukan maka semakin rendah
nilai absorbsinya.
2. Semakin besar suhu atau semakin sering dipanaskan
suatu cairan (oli) maka akan mengakibatkan nilai
intensitas semakin bertambah.

19

20

halaman ini memang dikosongkan

DAFTAR PUSTAKA
[1]

Anonim. Top 1 nomor satu, Mesran terus


menempel.www.marketing.co.id. 6 Maret 2016 diakses pada
pukul 08.10.
[2] Luz, M. Roman. 2004. Design of an Ultraviolet Absorption
Spectroscopy Oil Concentration for Online HVAC
Measurements. Mechanical Engineering.Massachusetts
Institute of Technology.
[3] Azhari,
Azmi. Spektrofotometri.http://www.scribd.com/doc/3175669
4/SPEKTROFOTOMETER. diakses pada 6 Maret 2016.
[4] Nugroho, Stefan Raharjo dan Sunarno, Hasto. 2012.
Identifikasi Fisis Viskositas Oli Mesin Kendaraan Bermotor
terhadap Fungsi Suhu dengan Menggunakan Laser Helium
Neon. Jurnal Sains dan Seni: Surabaya
[5] Mullins, Oliver C.; Daigle, Tim; Crowell, Chris; Groenzin,
Henning; Joshi, Nikhil B. 2001.Gas-Oil Ratio of Live Crude
Oils Determined by Near-Infrared Spectroscopy.Society for
Applied Spectroscopy: Connecticut
[6] Betancourt, Soraya S.; Bracey, Jep; Gustavson, Gale;
Mathews, Syriac G.; Mullins, Oliver C. 2006.Chain of
Custody for Sample of Live Crude Oil Using Visible-NearInfrared Spectroscopy. Society for Applied Spectroscopy:
Connecticut
[7] Hardesty, Jon H. dan Attili, Bassam. 2010. Spectrophotometry
and the Beer-Lambert Law: An Important Analytical
Technique in Chemistry. Department of Chemistry, Collin
College: Texas

Anda mungkin juga menyukai