Anda di halaman 1dari 19

Laporan Praktikum

PENENTUAN MASSA MOLEKUL BERDASARKAN


PENGUKURAN BOBOT JENIS

ANDI NUR IFAH DEWI AM


H311 14 501

LABORATORIUM KIMIA FISIKA


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016

LAPORAN PRAKTIKUM

PENENTUAN MASSA MOLEKUL BERDASARKAN


PENGUKURAN BOBOT JENIS

Disusun dan diajukan oleh

ANDI NUR IFAH DEWI AM


H311 14 501

Laporan praktikum telah diperiksa dan disetujui oleh :

Koordinator Praktikum

Dr. Paulina Taba, M.Phil


NIP: 19571115 198810 2 001

Asisten

Resky Dwiyana P.M


NIM: H311 12 101

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kerapatan didefinisikan sebagai massa per satuan volume material, bertambah secara
teratur dengan meningkatnya nomor atomik pada setiap subkelompok. Kebalikan kerapatan
adalah volume spesifik v, sedangkan hasil kali v dengan massa atomik relatif W disebut
volume atomik . Kerapatan bergantung pada massa atom, ukuran serta cara
penumpukannya (Smallman dan Bishop, 2000).

Senyawa-senyawa kimia dapat dibedakan atas senyawa volatil dan non


volatil. Senyawa volatil adalah senyawa yang mudah menguap, terutama jika terjadi
kenaikan suhu. Senyawa non volatil yang berpengaruh pada mutu antara lain kafein,
asam klorogenat dan senyawa-senyawa nutrisi (Aziz, 2009).
Aseton merupakan senyawa keton paling sederhana. Aseton berwujud cair
pada suhu kamar dengan bau yang harum. Cairan ini sering digunakan sebagai
pelarut untuk varnish, pembersih cat kayu, dan pembersih cat kuku. Dalam indutri,
aseton digunakan sebagai bahan baku untuk membuat kloroform (Hambali, dkk.,
2007).
Metanol adalah alkohol yang dapat dibuat dari batu bara, gas alam, atau kayu.
Metanol lebih dipilih daripada etanol karena mampu memproduksi reaksi biodiesel
yang lebih stabil. Namun, metanol merupakan alkohol yang agresif sehingga bias
berakibat fatal bila terminum, dan memerlukan kewaspadaan yang tinggi dalam
penanganannya. Alkohol yang paling umum digunakan untuk transesterifikasi adalah
methanol, karena harganya lebih murah dan daya reaksinya lebih tinggi dibandingkan
dengan alkohol yang berantai lebih panjang. Metanol tersedia dalam bentuk absolut
yang mudah diperoleh, sehingga hidrolisa dan pembentukan sabun akibat air yang
terdapat dalam alkohol dapat meminimalkan. Berdasarkan uraian di atas, maka

dilakukan percobaan penentuan massa molekul berdasarkan pengukuran bobot jenis,


agar bisa dibandingkan dengan teori (Syah, 2006).
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada percobaan ini yaitu:
1. Berapa nilai kerapatan zat mudah berdasarkan bobot penimbangan sebelum
dan sesudah penguapan?
2. Berapa nilai massa molekul zat mudah menguap berdasarkan penentuan
kerapatannya dan persamaan gas ideal?
1.1 Maksud dan Tujuan Percobaan
1.2.1 Maksud Percobaan
Maksud dari percobaan ini adalah mengetahui dan mempelajari penentuan
massa molekul berdasarkan pengukuran bobot jenis zat mudah menguap.
1.2.2 Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah :
1. Menentukan kerapatan zat mudah menguap dengan menimbang bobot sebelum
dan sesudah penguapan.
2. Menentukan massa molekul zat mudah menguap dengan menggunakan data dari
penentuan kerapatannya dan persamaan gas ideal.
1.3 Manfaat Percobaan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Berat Molekul

Berat Molekul (BM) merupakan salah satu faktor yang menentukan sifat
polimer. Faktor penting lainnya yang juga menentukan sifat polimer adalah susunan
rantai didalam polimer dan derajat kekristalannya (derajat kekristalan renda maka
akan bersifat kenyal dan berdaya regang besar, begitu sebaliknya) (Wahyuni, dkk.,
2011).
Berat molekul atau biasa disebut molekul relatif (Mr) adalah berat suatu
molekul dalam satuan massa atom (sma). Berat molekul dapat dihitung dengan
menjumlahkan berat seluruh atom yang menyusunnya. Berat molekul merupakan
variabel yang penting karena berhubungan langsung dengan sifat-sifat fisika polimer.
Pada umumnya, polimer dengan berat molekul tinggi bersifat lebih kuat, tetapi berat
molekul yang terlalu tinggi menyebabkan kesukaran dalam prosesnya. Kelarutan
merupakan prasyarat untuk menetapkan berat molekul. Untuk menetapkan berat
molekul senyawa sederhana digunakan teknik spektrometri massa, penurunan titik
beku, kenaikan titik didih, dan ketika hadir gugus fungsi yang cocok (Wahyuni, dkk.,
2011).
2.2 Bobot Jenis
Bobot jeni adalah rasio bobot suatu zat terhadap bobot zat baku yang
volumenya sama pada suhu yang sama dan dinyatakan dalam desimal. Bobot jenis
menggambarkan hubungan antara bobot suatu zat terhadap bobot zat baku, misalnya
air, yang merupakan zat baku untuk sebagian besar perhitungan dalam farmasi dan
dinyatakan memiliki bobot jenis 1,00. Sebagai perbandingan, bobot jenis gliserin
adalah 1,25, artinya bobot gliserin 1,25 kali bobot volume air yang setara, dan bobot
jenis alkohol adalah 0,81, artinya bobot alcohol 0,81 kali bobot volume air yang
setara (Ansel dan Prince, 2006).

Bobot jenis dinyatakan dalam decimal dengan beberapa angka di belakang


koma sebanyak akurasi yang diperlukan pada penentuannya. Pada umumnya, dua
angka di belakang koma sudah mencukupi. Bobot jenis dapat dihitung, atau untuk
senyawa khusus dapat ditemukan dalam United States Pharmacopeia (USP) atau
buku acuan lain (Ansel dan Prince, 2006).
Bobot jenis suatu zat dapat dihitung dengan mengetahui bobot dan
volumenya, melalui persamaan berikut (Ansel dan Prince, 2006):
Bobot zat (g)
Bobot sejumlah v olume air yang setara (g)
Bobot Jenis (BJ) =
2.3 Gas Ideal
Gas ideal adalah gas hipotetis (gas khayalan) yang model molekulernya
mengikuti asumsi tertentu. Pertama, gas terdiri dari partikel-partikel, yang dinamakan
molekul-molekul. Bergantung pada gas tersebut, maka setiap atom akan terdiri dari
sebuah atom atau sekelompok atom. Jika gas tersebut adalah sebuah elemen atau
suatu persenyawaan dan berada di dalam suatu keadaan stabil, maka semua molekul
akan ditinjau sebagai molekul yang identik (Resmiyanto, 2014).
Kedua, molekul-molekul bergerak secara acak dan menuruti hukum-hukum
gerak Newton. Molekul-molekul bergerak di dalam semua arah dan dengan berbagai
laju. Pada waktu kapanpun, beberapa persen molekul bergerak dengan kelajuan
tinggi, dan beberapa persen lainnya bergerak dengan kelajuan rendah (Resmiyanto,
2014).
Ketiga, jumlah seluruh adalah besar. Arah dan laju gerakan dari setiap
molekul dapat berubah secara tiba-tiba karena tumbukan dengan dinding atau dengan
molekul lain. Jumlah besar tumbukan yang dihasilkan akan mempertahankan

distribusi kecepatan molekuler secara keseluruhan dan keacakan gerakan


(Resmiyanto, 2014).
Keempat, volume molekul-molekul adalah pecahan kecil yang dapat
diabaikan dari volume yang ditempati oleh gas tersebut. Kelima, tidak ada gaya-gaya
yang cukup besar yang beraksi pada molekul-molekul kecuali selama tumbukan.
Sampai taraf dimana anggapan ini benar maka sebuah molekul akan bergerak dengan
kecepatan seragam diantara tumbukantumbukan. Karena molekul mempunyai ukuran
kecil, maka jarak rata-rata di antara molekul-molekul adalah besar dibandingkan
terhadap ukuran sebuah molekul. Maka, jangkauan pengaruh gaya-gaya molekuler
tersebut dapat disamakan dengan ukuran molekuler (Resmiyanto, 2014).
Keenam, tumbukan-tumbukan adalah elastik dan tumbukan-tumbukan terjadi
dalam waktu yang sangat singkat. Konsep gas ideal sangat bermanfaat sebab gas-gas
nyata pada tekanan yang sangat rendah (di bawah tekanan kritis) dan pada suhu
tinggi (di atas suhu kritis) memiliki sifat seperti gas ideal (Resmiyanto, 2014).
Persaman keadaan gas ideal dinyatakan sebagai (Resmiyanto, 2014) :
Pv = nRT

(2.1)

dengan P tekanan gas ideal (N), V volume gas ideal (m3), n jumlah mol gas
ideal, R tetapan universal gas ideal yakni sebesar 8.314,3 J Kmol-1K-1, T suhu gas
(K) (Resmiyanto, 2014).
2.4 Senyawa Volatil
Menurut Chen et al. 2004, senyawa volatil adalah senyawa kimia yang
mudah menguap. Senyawa volatile terdapat pada tanaman akan membentuk aroma
dari tanaman tersebut yang seringkali dapat mempengaruhi perilalu hewan. Pada
tanaman padi, misalnya aroma dari senywa volatile digunakan oleh larva penggerek

batang bergaris untuk menemukan tempat tanaman meskipun dari jarak yang sangat
jauh (Mardiah dan Sudarmaji, 2012).
Menurut Alasalvar et al 2005, senyawa aroma volatil berasal dari produkproduk hasil enzimatis, autoksida lemak, hasil aktivitas mikroba, produk reaksireaksi termal dari lingkungannya (Pratama, dkk., 2013).
Menurut Chung et al 2002; Linder & Ackmann 2002, senyawa volatil
golongan hidrokarbon yang terdeteksi pada sampel merupakan sejumlah senyawa
homolog dari hidrokarbon berantai lurus dan siklik. Hidrokarbon gugus alkana yang
memiliki rantai jenuh dapat dihasilkan dari dekarbosilasi dan pemisahan rantai
karbon-karbon dari asam lemak yang lebih tinggi. Golongan alkena dapat berasal
dari dekarbosilasi dan pemisahan rantai karbon asam lemak (Pratama, dkk., 2013).

BAB III
METODE PERCOBAAN

3.1 Bahan Percobaan


Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah akuades, aseton dan
metanol, aluminium foil, tissue roll, dan kertas label.
3.2 Alat Percobaan
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah erlenmeyer 100 mL, gelas
piala 400 mL, karet gelang, jarum, neraca digital, desikator, penjepit tabung, hot
plate, pipet volume, pipet tetes, termometer skala 1 - 100 oC, dan karet penghisap.
3.3 Waktu dan Tempat Percobaan
Percobaan ini dilakukan pada hari selasa, tanggal 06 September 2016, di
Laboratorium Kimia Fisika, Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin,

3.4 Prosedur Percobaan


Ditimbang erlenmeyer 50 mL yang bersih dan kering. Ditutup Erlenmeyer
dengan aluminium foil, lalu dikencangkan dengan karet gelang. Ditimbang
erlenmeyer beserta aluminium foil dan karet gelang. Dalam waktu yang sama,
dipanaskan air dalam gelas kimia di atas penangas. Dibuka tutup Erlenmeyer
kemudian dipipet 5 mL Aseton ke dalam Erlenmeyer. Erlenmeyer ditutup kembali
dengan aluminium foil dan karet gelang. Erlenmeyer yang berisi Aseton ditimbang
kembali. Dilubangi penutup erlenmeyer dengan jarum. Erlenmeyer direndam dalam
air yang dipanaskan di atas penangas hingga semua cairan dalam erlenmeyer
menguap. Erlenmeyer diangkat, dan dicatat suhu air di atas penangas. Dibersihkan
air yang menempel di bagian luar erlenmeyer, lalu dimasukkan ke desikator. Setelah

dingin dan membentuk embun, erlenmeyer diangkat dan ditimbang. Dibuka penutup
dan isi dengan air kemudian ditimbang. Hal yang sama dilakukan untuk metanol.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Senyawa volatil adalah senyawa yang mudah menguap menjadi gas bila
terjadi peningkatan suhu, contohnya yaitu aseton dan metanol. Penentuan massa
molekul suatu zat yang mudah menguap dilakukan berdasarkan pengukuran massa
jenis zat tersebut. Adapun penentuan massa jenisnya dilakukan berdasarkan
penimbangan zat tersebut sebelum dan setelah penguapan.
Pada percobaan ini, dilakukan pengukuran massa molekul pada zat cair yang
mudah menguap yaitu aseton dan metanol berdasarkan perhitungan bobot jenis.
Dalam pengukurannya, digunakan erlenmeyer yang ditutup dengan aluminium foil
dan karet gelang. Hal ini bertujuan untuk memberikan ruang pada zat tersebut pada
saat menguap. Namun sebelum itu, volume dari erlenmeyer harus diketahui terlebih
dahulu, yaitu dengan menimbang kosong erlenmeyer tersebut, kemudian erlenmeyer
ditutup dengan aluminium foil dan karet gelang lalu ditimbang kembali.
Penimbangan ini bertujuan untuk mengetahui massa dari erlenmeyer yang
digunakan. Pada saat yang sama air dipanaskan, air yang dipanaskan berfungsi untuk
mempercepat penguapan dari senyawa yang akan digunakan. Kemudian erlenmeyer
diisi dengan aseton di salah satu erlenmeyer dan yang lainya dengan metanol
sebanyak 5 mL, kemudian ditutup kembali dengan aluminium foil dan karet agar
tidak cepat menguap.
Kemudian, erlenmeyer yang berisi aseton dan metanol diberi lubang dengan
menggunakan jarum, hal ini bertujuan agar pada saat erlenmeyer yang berisi dengan
aseton dan metanol dimasukkan kedalam air yang dipanaskan aseton dan metanol
yang menguap mempunyai jalan untuk keluar. Setelah itu erlenmeyer dimasukkan ke
dalam air yang dipanaskan. Hal ini betujuan untuk menguapkan aseton dan metanol.
Setelah semua larutan itu habis, erlenmeyer diangkat dan dibersihkan bagian luarnya.

Kemudian, erlenmeyer dimasukkan ke dalam desikator untuk membentuk embun


pada erlenmeyer, setelah itu erlenmeyer diangkat dan di timbang. Setelah selesai
ditimbang erlenmeyer diisi dengan air kemudian ditimbang kembali. Hal ini
bertujuan untuk mengetahui massa dari erlenmeyer pada keadaan sebelum dan
sesudah perlakuan. Pada percobaan ini didapatkan hasil sebagai berikut :

No.

1
2

Bobot
erlenmeyer+
Jenis Zat Cair
Aluminium
foil+ Karet
+cairan (g)
Aseton
28,84 g
32,79 g
Metanol
28,71 g
32,65 g
Tabel. 1. Hasil Pengukuran
Bobot
erlenmeyer+
Aluminium
foil+ Karet (g)

Bobot
erlenmeyer+
Aluminium
foil+ Karet
+ uap (g)
29,11 g
28,9 g

Pada percobaan ini, ada dua erlemeyer yang digunakan, erlenmeyer pertama
yaitu untuk aseton mempunyai massa 28,20 g dan erlenmeyer kedua yaitu untuk
metanol mempunyai massa 28,14 g. Suhu air yang berada di atas penangas saat
erlenmeyer yang berisi aseton dimasukkan ke dalamnya adalah 100 oC pada tekanan
1 atm sedangkan pada saat erlenmeyer yang berisi metanol dimasukkan suhunya
adalah 100 oC pada tekanan 1 atm.
Dari pengukuran dan perhitungan, diperoleh massa jenis aseton 118,24 g/L,
dan massa jenis metanol 123,78 g/L. Dengan menggunakan persamaan gas ideal,
diperoleh massa molekul aseton 3616,48 g/mol, dan massa molekul metanol 3785,93
g/mol. Dalam teori, massa molekul aseton yang sebenarnya adalah 58 g/mol, dan
massa molekul metanol adalah 32 g/mol.
Perbedaan antara hasil yang diperoleh dengan massa jenis zat yang
sebenarnya dapat dipengaruhi oleh beberapa hal seperti penimbangan, pengukuran
suhu dengan termometer, pemipetan zat yang kurang cermat sehingga cairan yang

ada sempat menguap pada suhu ruangan dan juga kurangnya ketelitian saat
mengamati penguapan dari zat yang digunakan.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil percobaan diperoleh bahwa:

1. Nilai kerapatan Aseton adalah sebesar 118,24 g/L dan nilai kerapatan etanol
adalah sebesar 123,78 g/L.
2. Nilai massa molekul aseton adalah sebesar 3616,48 g/mol dan nilai massa molekul
etanol adalah sebesar 3785,93 g/mol.
5.2 Saran
Sebaiknya sebelum praktikum, prosedur percobaan harus dipahami dengan
baik dan praktikum dilakukan dengan teliti terutama dalam menggunakan peralatan
dan pengamatan terhadap proses pengukuran yang sedang dilakukan. Agar hasil yang
diperoleh dari hasil pengukuran dan perhitungan secara praktikum dapat mendekati
nilai perhitungan secara teoritis.
Erlenmeyer

g.
uminium foil dan karet gelang, Ditimbang dan dipanaskan air diatas penangas.
dipipet 5 mL Aseton, ditutup dan ditimbang.
cil pada aluminium, Kemudian dimasukkan kedalam air yang dipanaskan, hingga semua cairan mengu
ersihkan bagian luarnya.
lam desikator, sampai berembun, diangkat dan ditimbang.
dan diisi air dan ditimbang.
g sama dengan etanol

Lampiran 1. Bagan Kerja


BAGAN KERJA

Hasil

Lampiran 2. Perhitungan
1. Untuk Aseton
Bobot Erlenmeyer kosong

= 28,20 g

Bobot erlenmeyer + aluminium foil + karet gelang + cairan

= 32,79 g

Bobot erlenmeyer + aluminium foil + karet gelang

= 28,84 g

Bobot Aseton

= 3,85 g

Erlenmeyer setelah dikeluarkan dari desikator

= 29,11 g

Bobot erlenmeyer + air

= 60,76 g

Bobot air

= 32,56 g

Massa jenis air ()

= 1 g/mL

Volume air

bobot air
air

32,56 g
1 g/mL

= 32,56 mL
= 3,256 . 10-2 L
Volume gas

= Volume air
= 3,256 . 10-2 L

Massa jenis Aseton

bobot Aseton
volume gas

3,85 g
3,256 . 102 L

= 118,24 g/L
Suhu penangas air

= 100 oC
= (100 + 273) K

= 373 K
Tekanan gas

= 760 mmHg
= 1 atm

Mpraktikum

.R.T
P

118,24 g/L . 0,082 L.atm/mol.K . 373 K


1 atm

= 3616,48 g/mol
M teoritis CH3COCH3

= (3 . Ar C) + (6 . Ar H) + Ar O
= (3 . 12) + (6 . 1) + (1 . 16)
= 58 g/mol

2. Untuk Etanol
Bobot Erlenmeyer kosong

= 28,14 g

Bobot erlenmeyer + aluminium foil + karet gelang + cairan

= 32,65 g

Bobot erlenmeyer + aluminium foil + karet gelang

= 28,71 g

Bobot Etanol

= 3,94 g

Bobot Erlenmeyer setelah dikeluarkan dari desikator

= 28,90 g

Bobot erlenmeyer + air

= 59,97 g

Bobot air

= 31,83 g

Massa jenis air ()

= 1 g/mL

Volume air

bobot air
air

31,83 g
1 g/mL

= 31,83 mL
= 3,183 . 10-2 L
Volume gas

= Volume air
= 3,183 . 10-2 L

Massa jenis etanol

bobot etanol
volume gas

3,94 g
3,183 . 102 L

= 123,78 g/L
Suhu penangas air

= 100 oC
= (100 + 273) K
= 373 K

Tekanan gas

= 760 mmHg
= 1 atm

Mpraktikum

.R.T
= P

123,78 g/L . 0,082 L.atm/mol.K . 373 K


1 atm

= 3785,93 g/mol
M teoritis CH3OH

= (1 . Ar C) + (4 . Ar H) + Ar O
= (1 .12) + (4 .1) + (1 . 16)
= 32 g/mol

Anda mungkin juga menyukai