LAPORAN PRAKTIKUM
Koordinator Praktikum
Asisten
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Berat Molekul (BM) merupakan salah satu faktor yang menentukan sifat
polimer. Faktor penting lainnya yang juga menentukan sifat polimer adalah susunan
rantai didalam polimer dan derajat kekristalannya (derajat kekristalan renda maka
akan bersifat kenyal dan berdaya regang besar, begitu sebaliknya) (Wahyuni, dkk.,
2011).
Berat molekul atau biasa disebut molekul relatif (Mr) adalah berat suatu
molekul dalam satuan massa atom (sma). Berat molekul dapat dihitung dengan
menjumlahkan berat seluruh atom yang menyusunnya. Berat molekul merupakan
variabel yang penting karena berhubungan langsung dengan sifat-sifat fisika polimer.
Pada umumnya, polimer dengan berat molekul tinggi bersifat lebih kuat, tetapi berat
molekul yang terlalu tinggi menyebabkan kesukaran dalam prosesnya. Kelarutan
merupakan prasyarat untuk menetapkan berat molekul. Untuk menetapkan berat
molekul senyawa sederhana digunakan teknik spektrometri massa, penurunan titik
beku, kenaikan titik didih, dan ketika hadir gugus fungsi yang cocok (Wahyuni, dkk.,
2011).
2.2 Bobot Jenis
Bobot jeni adalah rasio bobot suatu zat terhadap bobot zat baku yang
volumenya sama pada suhu yang sama dan dinyatakan dalam desimal. Bobot jenis
menggambarkan hubungan antara bobot suatu zat terhadap bobot zat baku, misalnya
air, yang merupakan zat baku untuk sebagian besar perhitungan dalam farmasi dan
dinyatakan memiliki bobot jenis 1,00. Sebagai perbandingan, bobot jenis gliserin
adalah 1,25, artinya bobot gliserin 1,25 kali bobot volume air yang setara, dan bobot
jenis alkohol adalah 0,81, artinya bobot alcohol 0,81 kali bobot volume air yang
setara (Ansel dan Prince, 2006).
(2.1)
dengan P tekanan gas ideal (N), V volume gas ideal (m3), n jumlah mol gas
ideal, R tetapan universal gas ideal yakni sebesar 8.314,3 J Kmol-1K-1, T suhu gas
(K) (Resmiyanto, 2014).
2.4 Senyawa Volatil
Menurut Chen et al. 2004, senyawa volatil adalah senyawa kimia yang
mudah menguap. Senyawa volatile terdapat pada tanaman akan membentuk aroma
dari tanaman tersebut yang seringkali dapat mempengaruhi perilalu hewan. Pada
tanaman padi, misalnya aroma dari senywa volatile digunakan oleh larva penggerek
batang bergaris untuk menemukan tempat tanaman meskipun dari jarak yang sangat
jauh (Mardiah dan Sudarmaji, 2012).
Menurut Alasalvar et al 2005, senyawa aroma volatil berasal dari produkproduk hasil enzimatis, autoksida lemak, hasil aktivitas mikroba, produk reaksireaksi termal dari lingkungannya (Pratama, dkk., 2013).
Menurut Chung et al 2002; Linder & Ackmann 2002, senyawa volatil
golongan hidrokarbon yang terdeteksi pada sampel merupakan sejumlah senyawa
homolog dari hidrokarbon berantai lurus dan siklik. Hidrokarbon gugus alkana yang
memiliki rantai jenuh dapat dihasilkan dari dekarbosilasi dan pemisahan rantai
karbon-karbon dari asam lemak yang lebih tinggi. Golongan alkena dapat berasal
dari dekarbosilasi dan pemisahan rantai karbon asam lemak (Pratama, dkk., 2013).
BAB III
METODE PERCOBAAN
dingin dan membentuk embun, erlenmeyer diangkat dan ditimbang. Dibuka penutup
dan isi dengan air kemudian ditimbang. Hal yang sama dilakukan untuk metanol.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Senyawa volatil adalah senyawa yang mudah menguap menjadi gas bila
terjadi peningkatan suhu, contohnya yaitu aseton dan metanol. Penentuan massa
molekul suatu zat yang mudah menguap dilakukan berdasarkan pengukuran massa
jenis zat tersebut. Adapun penentuan massa jenisnya dilakukan berdasarkan
penimbangan zat tersebut sebelum dan setelah penguapan.
Pada percobaan ini, dilakukan pengukuran massa molekul pada zat cair yang
mudah menguap yaitu aseton dan metanol berdasarkan perhitungan bobot jenis.
Dalam pengukurannya, digunakan erlenmeyer yang ditutup dengan aluminium foil
dan karet gelang. Hal ini bertujuan untuk memberikan ruang pada zat tersebut pada
saat menguap. Namun sebelum itu, volume dari erlenmeyer harus diketahui terlebih
dahulu, yaitu dengan menimbang kosong erlenmeyer tersebut, kemudian erlenmeyer
ditutup dengan aluminium foil dan karet gelang lalu ditimbang kembali.
Penimbangan ini bertujuan untuk mengetahui massa dari erlenmeyer yang
digunakan. Pada saat yang sama air dipanaskan, air yang dipanaskan berfungsi untuk
mempercepat penguapan dari senyawa yang akan digunakan. Kemudian erlenmeyer
diisi dengan aseton di salah satu erlenmeyer dan yang lainya dengan metanol
sebanyak 5 mL, kemudian ditutup kembali dengan aluminium foil dan karet agar
tidak cepat menguap.
Kemudian, erlenmeyer yang berisi aseton dan metanol diberi lubang dengan
menggunakan jarum, hal ini bertujuan agar pada saat erlenmeyer yang berisi dengan
aseton dan metanol dimasukkan kedalam air yang dipanaskan aseton dan metanol
yang menguap mempunyai jalan untuk keluar. Setelah itu erlenmeyer dimasukkan ke
dalam air yang dipanaskan. Hal ini betujuan untuk menguapkan aseton dan metanol.
Setelah semua larutan itu habis, erlenmeyer diangkat dan dibersihkan bagian luarnya.
No.
1
2
Bobot
erlenmeyer+
Jenis Zat Cair
Aluminium
foil+ Karet
+cairan (g)
Aseton
28,84 g
32,79 g
Metanol
28,71 g
32,65 g
Tabel. 1. Hasil Pengukuran
Bobot
erlenmeyer+
Aluminium
foil+ Karet (g)
Bobot
erlenmeyer+
Aluminium
foil+ Karet
+ uap (g)
29,11 g
28,9 g
Pada percobaan ini, ada dua erlemeyer yang digunakan, erlenmeyer pertama
yaitu untuk aseton mempunyai massa 28,20 g dan erlenmeyer kedua yaitu untuk
metanol mempunyai massa 28,14 g. Suhu air yang berada di atas penangas saat
erlenmeyer yang berisi aseton dimasukkan ke dalamnya adalah 100 oC pada tekanan
1 atm sedangkan pada saat erlenmeyer yang berisi metanol dimasukkan suhunya
adalah 100 oC pada tekanan 1 atm.
Dari pengukuran dan perhitungan, diperoleh massa jenis aseton 118,24 g/L,
dan massa jenis metanol 123,78 g/L. Dengan menggunakan persamaan gas ideal,
diperoleh massa molekul aseton 3616,48 g/mol, dan massa molekul metanol 3785,93
g/mol. Dalam teori, massa molekul aseton yang sebenarnya adalah 58 g/mol, dan
massa molekul metanol adalah 32 g/mol.
Perbedaan antara hasil yang diperoleh dengan massa jenis zat yang
sebenarnya dapat dipengaruhi oleh beberapa hal seperti penimbangan, pengukuran
suhu dengan termometer, pemipetan zat yang kurang cermat sehingga cairan yang
ada sempat menguap pada suhu ruangan dan juga kurangnya ketelitian saat
mengamati penguapan dari zat yang digunakan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil percobaan diperoleh bahwa:
1. Nilai kerapatan Aseton adalah sebesar 118,24 g/L dan nilai kerapatan etanol
adalah sebesar 123,78 g/L.
2. Nilai massa molekul aseton adalah sebesar 3616,48 g/mol dan nilai massa molekul
etanol adalah sebesar 3785,93 g/mol.
5.2 Saran
Sebaiknya sebelum praktikum, prosedur percobaan harus dipahami dengan
baik dan praktikum dilakukan dengan teliti terutama dalam menggunakan peralatan
dan pengamatan terhadap proses pengukuran yang sedang dilakukan. Agar hasil yang
diperoleh dari hasil pengukuran dan perhitungan secara praktikum dapat mendekati
nilai perhitungan secara teoritis.
Erlenmeyer
g.
uminium foil dan karet gelang, Ditimbang dan dipanaskan air diatas penangas.
dipipet 5 mL Aseton, ditutup dan ditimbang.
cil pada aluminium, Kemudian dimasukkan kedalam air yang dipanaskan, hingga semua cairan mengu
ersihkan bagian luarnya.
lam desikator, sampai berembun, diangkat dan ditimbang.
dan diisi air dan ditimbang.
g sama dengan etanol
Hasil
Lampiran 2. Perhitungan
1. Untuk Aseton
Bobot Erlenmeyer kosong
= 28,20 g
= 32,79 g
= 28,84 g
Bobot Aseton
= 3,85 g
= 29,11 g
= 60,76 g
Bobot air
= 32,56 g
= 1 g/mL
Volume air
bobot air
air
32,56 g
1 g/mL
= 32,56 mL
= 3,256 . 10-2 L
Volume gas
= Volume air
= 3,256 . 10-2 L
bobot Aseton
volume gas
3,85 g
3,256 . 102 L
= 118,24 g/L
Suhu penangas air
= 100 oC
= (100 + 273) K
= 373 K
Tekanan gas
= 760 mmHg
= 1 atm
Mpraktikum
.R.T
P
= 3616,48 g/mol
M teoritis CH3COCH3
= (3 . Ar C) + (6 . Ar H) + Ar O
= (3 . 12) + (6 . 1) + (1 . 16)
= 58 g/mol
2. Untuk Etanol
Bobot Erlenmeyer kosong
= 28,14 g
= 32,65 g
= 28,71 g
Bobot Etanol
= 3,94 g
= 28,90 g
= 59,97 g
Bobot air
= 31,83 g
= 1 g/mL
Volume air
bobot air
air
31,83 g
1 g/mL
= 31,83 mL
= 3,183 . 10-2 L
Volume gas
= Volume air
= 3,183 . 10-2 L
bobot etanol
volume gas
3,94 g
3,183 . 102 L
= 123,78 g/L
Suhu penangas air
= 100 oC
= (100 + 273) K
= 373 K
Tekanan gas
= 760 mmHg
= 1 atm
Mpraktikum
.R.T
= P
= 3785,93 g/mol
M teoritis CH3OH
= (1 . Ar C) + (4 . Ar H) + Ar O
= (1 .12) + (4 .1) + (1 . 16)
= 32 g/mol