Anda di halaman 1dari 5

JNTETI, Vol. 24, No.

2, Desember 2015

PERCOBAAN LOGAM
KOROSI BASAH DAN KOROSI ATMOSFERIK
Abstract This experiment was conducted to
determine the effect of the environment on the
metal and how to calculate the corrosion rate.
The experiment was conducted using nails by 3
state of the environment, the environment
acidic, alkaline, neutral, and salt. For the acidic
environment is a solution of HCL, to an alkaline
environment using NaOH, to use the budget of
NaCl salt environments, and for neutral
environment
using
distilled
water.
Tests
performed on each solution with a concentration
of 0.5 M, 1 M and 3M. Two experiments were
conducted,
namely
wet
corrosion
and
atmospheric corrosion. From the analysis of
experimental results showed acid environments
tend to be more corrosive environments when
compared to alkaline, salt and neutral. And wet
corrosion has a corrosion rate that is higher
than the atmospheric corrosion.

IntisariPercobaan ini dilakukan untuk mengetahui


pengaruh lingkungan pada logam dan cara menghitung laju
korosi. Percobaan ini dilakukan dengan menggunakan paku
yang diberi 3 keadaan lingkungan, yaitu lingkungan asam, basa,
netral, dan garam. Untuk lingkungan asam adalah berupa
larutan HCL, untuk lingkungan basa menggunakan NaOH,
untuk lingkungan garam menggunakan garam NaCl, dan untuk
lingkungan netral menggunakan aquades. Pengujian dilakukan
pada masing-masing larutan dengan konsentrasi 0,5 M, 1 M, dan
3M. Terdapat dua percobaan yang dilakukan yaitu korosi basah
dan korosi atmosferik. Dari analisa data hasil percobaan
didapatkan hasil lingkungan asam cenderung bersifat lebih
korosif bila dibandingkan dengan lingkungan basa, garam, dan
netral. Dan korosi basah memiliki laju korosi yang lebih tinggi
bila dibandingkan dengan korosi atmosferik.dan sebagai
template di mana Anda dapat mengetik teks Anda sendiri.
Kata Kunci Korosi Basah, Korosi Atmosferik, Laju
KorosiLetakkan 4-8 kata kunci Anda di sini, kata kunci
dipisahkan dengan koma.

I. PENDAHULUAN
Di kehidupan sehari-hari, logam merupakan
salah satu bahan yang paling banyak digunakan.
Mulai dari peralatan rumah tangga, bahan
bangunan, hingga onderdil kendaraan. Logam
yang berinteraksi secara langsung dengan
lingkungan (tanpa perlindungan ) akan lebih
mudah untuk mengalami perkaratan atau korosi,
seperti munculnya warna kuning kemerahmerahan pada permukaan pagar rumah, serta
terjadinya pengikisan seperti munculnya lubang
pada atap seng.

Percobaan Logam Korosi Basah dan Korosi Atmosferik

Pada dunia industri, korosi diartikan sebagai


karat, yaitu sesuatu yang dianggap sebagai
musuh umum pada industri-industri yang ada
saat ini. Hal ini dikarenakan sebagian besar
peralatan atau instrumen yang digunakan di
industri,
berbahan
dasar
logam.
Korosi
merupakan proses perusakan suatu material
karena bereaksi dengan lingkungannya atau
sebuah gejala destruktif yang mempengaruhi
hampir semua logam.
Karena sifatnya yang destruktif, korosi tentu
memiliki
banyak
kerugian
dan
akan
menyebabkan masalah-masalah pada industri
yang ada misalnya dapat menyebabkan kerugian
dalam segi biaya, hingga sumber daya alam.
Oleh karena itu, praktikum ini dilakukan agar
dapat memahami peristwa korosi.
Permasalahan yang diambil untuk praktikum
ini adalah apa saja jenis-jenis korosi, bagaimana
pengaruh lingkungan pada logam hingga dapat
menyebabkan korosi, dan bagaimana cara
mengetahui laju korosi pada logam.
II. LANDASAN TEORI
Korosi adalah teroksidasinya suatu logam. Korosi adalah
kerusakan atau degradasi logam akibat reaksi dengan
lingkungan yang korosif. Korosi dapat juga diartikan sebagai
serangan yang merusak logam karena logam bereaksi secara
kimia atau elektrokimia dengan lingkungan. Dalam kehidupan
sehari - hari, besi yang teroksidasi disebut dengan karat
dengan rumus Fe2O3xH2O. Proses perkaratan termasuk proses
elektrokimia, di mana logam Fe yang teroksidasi bertindak
sebagai anode dan oksigen yang terlarut dalam air yang ada
pada permukaan besi bertindak sebagai katode.
A. Jenis-Jenis Korosi
Pada umumnya ada beberapa jenis korosi, yaitu:
a. Berdasarkan keadaan lingkungan
Korosi Basah
Merupak jenis korosi yang terjadi karena logam
terendam dalam suatu larutan (lingkungan air) dan
pada terperatur yang relativ rendah
Korosi Atmosferik
Merupakan jenis korosi yang terjadi karena interaksi
logam dengan atmosfer di sekitarnya yang
dipengaruhi oleh kelembaban dan oksigen di udara
serta ditambah dengan adanya polutan seperti gas-gas
atau garam-garam yang terkandung di udara
Korosi Kering
Merupakan jenis korosi yang terjadi tanpa adanya
elektrolit atau bisa dikatakan tidak melibatkan air
dengan segala bentuknya. Korosi ini biasanya terjadi

ISSN 2301 - 4156

2
20nn

JNTETI, Vol. nn, No. nn, Bulan

pada kondisi temperatur tinggi 500 C atau dalam


keadaan kering yang melibatkan logam dengan
oksigen, nitrogen, sulfida.
a. Berdasarkan Bentuk
Korosi Seragam
Merupakan korosi yang terjadi secara serentak
diseluruh permukaan logam.
0

Gambar 2.4 Korosi Erosi, Kavitasi dan Fretting

B. Mekanisme Korosi

Gambar 2.1 Korosi Seragam


Korosi Galvanik
Merupakan korosi yang terjadi pada dua logam yang
memiliki beda potensial yang dihubungkan dan
berada dilingkungan korosif, sehingga logam yang
memiliki potensial lebih rendah akan mengalami
korosi sedangkan yang lain terlindungi

Korosi terjadi jika terjadi reaksi elektrokimia, yakni jika


ada :
Anoda dan katoda
Elektrolit
Konduktor listrik
Prose elektrokimia yang terjadi pada korosi merupakan
reaksi oksidasi dan reduksi
Reaksi Oksidasi
n

M M + ne
Reaksi Reduksi

2H +2e H 2

(evolusi H)

O 2 +4H +4e H 2 O
larutan asam)

(reduksi O,

O 2 +2 H 2 O+4e 4OH (reduksi


netral/basa)

Gambar 2.2 Korosi Galvanik


Korosi Celah
Merupakan korosi lokal yang terjadi pada celah
diantara 2 logam.

+ ne M

Yang terjadi di bawah air:


Awal :

Fe Fe 2

+2e

Fe

larutan

(reduksi ion logam)

O 2 +2 H 2 O+4e 4OH
Berikutnya :

O,

+2 H 2 OFe(OH)

+2H

C. Penentuan Laju Korosi


Gambar 2.3 Korosi Celah
Dalam menentukan laju korosi yang umum menggunakan
Korosi Erosi
metode
pengukuran perubahan massa. Dimana pada keadaan
Merupakan korosi yang terjadi pada permukaan
awal
spesimen
uji dianggap tidak mengalami korosi sama
logam yang disebabkan aliran fluida yang sangat
sekali.
Sehingga
perumusan laju korosi dapat dilakukan
cepat sehingga merusak permukaan logam dan
dengan
menggunakan
persamaan:
lapisan pelindung.
K .W
Korosi Fretting
Merupakan korosi yang terjadi karena permukaan
Corrosion rate = D. A.t
suatu logam dalam kondisi pembebanan.
Korosi Kavitasi
6
Dengan konstanta (K) sebesar 3,45x10 untuk mils per
Merupakan korosi yang terjadi karena tingginya
4
kecepatan cairan menciptakan daerah-daerah
year
(mpy0
dan
8,76x10
untuk milimeter per year (mmpy)
bertekanan tinggi dan rendah secara berulang-ulang
3
pada permukaan logam dimana cairan tersebut dengan W dalam gram, D (density) dalam g/cm , A dalam cm
mengalir.
2
, t dalam jam. Corrosion rate bersatuan mm/year. Atau bisa
memakai K=1 cm/hari dengan W dalam gram, D dalam g/cm
3

, A dalam cm , dan t dalam jam. Corrosion rate bersatuan


cm/hour.

ISSN 2301 4156

Percobaan Logam Korosi Basah dan Korosi Atmosferik

JNTETI, Vol. 24, No. 2, Desember 2015

III.METODOLOGI
Pertama, alat dan bahan dipersiapkan terlebih dahulu.
Kemudian, Larutan NaOH, HCl, dan NaCl dibuat dengan
molaritas sebesar 0,5 M, 1 M dan 3 M serta aquades masingmasing di dalam sebuah gelas plastik. Kemudian kesepuluh
gelas tersebut ditandai. Langkah selanjutnya, 20 buah paku
dibersihkan dengan amplas hingga bersih mengkilat.
Kemudian masing-masing paku ditimbang kemudian beratnya
dicatat. Lalu, masing-masing satu buah paku dicelupkan
hingga basah ke dalam masing-masing larutan. Paku-paku
yang telah dicelup tersebut diletakkan di atas wadah plastik
kemudian waktu (jam) dicatat pada saat diletakkan. Kemudian
masing-masing 1 paku dimasukkan ke dalam tiap larutan dan
waktu (jam) dimasukkan pada saat paku dimasukkan. Semua
paku dibiarkan selama 3 hari. Setelah 3 hari, keadaan masingmasing paku dicatat dan paku dibersihkan kembali dengan
amplas, waktu (jam) saat paku dibersihkan juga dicatat.
Masing-masing paku ditimbang lalu beratnya dicatat. Setelah
mendapat data perubahan massa dan diameter awal, maka laju
korosi masing-masing paku dihitung. Langkah terakhir, kurva
dari hasil laju reaksi yang diperoleh dibuat.

perendaman yang diatur, kemudian nilai V merupakan volume


dari paku setelah mengalami korosi, nilai D merupakan
density dari paku setelah korosi, nilai A merupakan luas
selimut paku setelah mengalami korosi yg dalam percobaan
ini dianggap paku berbentuk silinder, dan nilai cr merupakan
nilai corrosion rate yang dapat diperoleh melalui persamaan
2.1.
Tabel 4.2 Hasil Olahan Data Percobaan Korosi Basah
Mol
arit
as
(M)

W
(gr)

0,5

0,0
1

dan korosi atmosferik didapatkan beberapa macam data,


yakni:Pada Praktikum mengenai percobaan logam korosi
basah
Tabel 4.1Hasil Olahan Data Percobaan Korosi Atmosferik
Jeni
s
laru
tan

Mol
arit
as
(M)
0,5

Na
OH

HCl

NaC
l

0,0
1

t (jam)

69,32

(cm )
0.074

D
(gr/c
3

m )
14.27
6
14.09
3
14.26
4

A
(cm
)

1.898

69,33

0.075

69,4

0.076

0,5

0,0
3

69,28

0.074

14.55
7

1.922

0,0
7

69,38

0.073

14.18
8

1.861

0,0
1

69,48

0.077

14.38
2

2.018

0,5

69,23

0.076

69,25

0.072

3
Aqu
ade
s

W
(gr)

13.34
8
14.79
1

cr
(cm/jam)
2,22x10
7

1.91

1.959

1.959
1.874

0,0
1

69,48

0.076

13.87
2

1.959

0,0
4

69,48

0,075

14.44
9

1.947

-6,4x10
7

1,6x10
6

-2,1x10
7

0
0

V
3

D
(gr/cm

A
(cm
)

(cm )

69

0.072
6

14.462

1.886

69.02

0.079
4

14.235

1.997

0,0
2

69.03

0.076
4

13,738

1.935

0,5

0,7

69.07

0.056
2

6,942

1.572

0,8
9

69.08

0.030
6

6,862

1.037

0,8
3

69.18

0.035
8

7,258

1.102

0,5

0,0
1

69.18

0.078
4

13.778

1.984

0,0
1

69.25

0.076
4

14.264

1.959

0,0
1

69.25

0.077
4

13,954

1.972

0,0
6

69.3

0.073
5

14.547

1.898

IV. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Data

t
(jam)

cr
(cm/jam)
2,21x10
7

0
4,54x10
7

3,87x10
5

7,54x10
5

6,25x10
5

2,2x10
7

2,15x10
7

2,19x10
7

-1,3x10
6

Dari tabel 4.2, nilai W merupakan massa paku setelah


proses korosi, nilai t menunjukkan lamanya proses interaksi
paku dengan udara (atmosfer) yang diatur, kemudian nilai V
merupakan volume dari paku setelah mengalami korosi, nilai
D merupakan density dari paku setelah korosi, nilai A
merupakan luas selimut paku setelah mengalami korosi yg
dalam percobaan ini dianggap paku berbentuk silinder, dan
nilai cr merupakan nilai corrosion rate yang dapat diperoleh
melalui persamaan 2.1.
Dari data yang sesuai dengan tabel 4.1 dan tabel 4.2,
diperoleh grafik hubungan antara corrosion rate dengan
perubahan molaritas dari masing-masing larutan untuk setiap
percobaan seperti yang ditunjukkan oleh gambar sebagai
berikut :

2,21x10
7

-8,5x10
7

Dari tabel 4.1, nilai W merupakan massa paku setelah


proses korosi, nilai t menunjukkan lamanya proses

Percobaan Logam Korosi Basah dan Korosi Atmosferik

ISSN 2301 - 4156

4
20nn

JNTETI, Vol. nn, No. nn, Bulan

Korosi Atmosferik
0
0
0
0

Corrosion rate (cm/jam)

Gambar 4.1 Korosi Atmosferik

Korosi Basah
0
0
0

Corrosion rate (cm/jam)

Gambar 4.2 Korosi Basah

korosi basah dan korosi atmosferik


0
Korosi Basah
Corrosion rate (cm/jam)

0
Korosi Atmosferik
0
0

Gambar 4.3 Korosi Basah dan Korosi Atmosfrik

Untuk laju korosi bernilai 0 diperoleh dari


nilai massa paku yang tidak berubah dari
sebelum proses korosi dengan massa setelah
terjadi proses korosi. Untuk hal ini mungkin saja
sebenarnya paku mengalami korosi namun
sangat kecil sehingga timbangan tidak bisa
mendeteksi massa yang hilang. Untuk laju korosi
yang
bernilai
negatif
mungkin
karena
pengamplasan paku setelah proses korosi yang
tidak sempurna sehingga massa produk korosi
masih menempel pada paku
Berdasarkan referensi yang ada, semakin
asam konsentrasi larutan yang digunakan, maka
laju korosi pada besi akan semakin cepat.
Berdasarkan percobaan yang dilakukan pada
percobaan korosi basah nilai laju korosi pada 0,5
M NaOH dan 3 M NaCl lebih besar dari laju korosi
pada 0,5 M dan 3 M HCl, hal tersebut terjadi
mungkin karena paku pada larutan NaOH dan
NaCl telah mengalami korosi sebelumnya
sehingga saat dicelupkan kedalam larutan laju
korosinya akan bertambah. Pada percobaan
korosi atmosferik, dari gra fik yang dipeeroleh
dapat diketahui bahwa paku yang dicelupkan
padaa larutan HCl
memiliki laju korosi lebih
tinggi dibanding
pada larutan NaOH, NaCl,
maupun Aquades.
Untuk perbandingan laju korosi pada kedua
lingkungan percobaan, dari gra fik 4.3 dapat
diketahui laju korosi pada lingkungan basah
cenderung lebih tinggi dibandingkan yang terjadi
secara atmosferik, hal tersebut sesuai dengan
referensi dimana besi yang terendam akan
memiliki laju korosi yang lebih cepat karena besi
secara terus menerus akan mengalami korosi
akibat lingkungan yang korosif (larutan korosif).

B. Pembahasan
Dari analisa data yang diperoleh, dapat diketahui bahwa
pada korosi atmosferik nilai laju korosi tertinggi adalah
1,6x10

cm/ jam yaitu pada larutan HCl 1 M


7

sedangkan terendah adalah -8,5x10


cm/ jam
yaitu pada larutan Aquades. Pada percobaan
korosi basah, dapat diketahui bahwa nilai laju
5

korosi tertinggi adalah 7,54x10 cm/ jam yang


terjadi pada larutan HCl 1 M dan. Sedangkan nilai
laju korosi terendah adalah -1,3x10
yang terjadi pada larutan Aquades.

ISSN 2301 4156

cm/ jam

V. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan
ini adalah sebagai berikut :
a. Jenis-jenis korosi berdasarkan lingkungannya yaitu
korosi basah, korosi atmosferik, dan korosi kering
atau temperatur tinggi.
b. Lingkungan air, asam, larutan garam, dan basa dapat
menyebabkan terjadinya korosi pada logam.
Lingkungan asam merupakan yang paling korosif.
c. Besarnya laju korosi dapat dihitung dengan
mengetahui selisih massa logam sebelum dengan
sesudah korosi, volume dan luas logam setelah
korosi, serta waktu yang dibutuhkan logam hingga
mengalami korosi dan memasukkan parameter-

Percobaan Logam Korosi Basah dan Korosi Atmosferik

JNTETI, Vol. 24, No. 2, Desember 2015

parameter tersebut ke dalam persamaan corrosion


1.
rate
2.
REFERENSI

Percobaan Logam Korosi Basah dan Korosi Atmosferik

Anonim. Modul P1 Korosi Basah dan Korosi Atmosferik.


Surabaya. Laboratorium Rekayasa Bahan JTF-FTI-ITS.
Anonom.
2013.
Korosi.
Wordpress
http://semboy.wordpress.com/korosi/ . Diakses tanggal 25
Dsember 2015 pukul 20.15 WIB.

ISSN 2301 - 4156

Anda mungkin juga menyukai