Masa jabatan
1 Oktober 2014 20 Oktober 2014
Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono
Didahului oleh Zulkifli Hasan
Digantikan
Siti Nurbaya Bakar
oleh
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
Pelaksana Tugas
Masa jabatan
11 September 2014 20 Oktober 2014
Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono
Didahului oleh Jero Wacik
Digantikan
Sudirman Said
oleh
Ketua Umum PBSI ke-4
Masa jabatan
2000 2004
Didahului oleh Subagyo HS
Digantikan
Djoko Santoso
oleh
Informasi pribadi
16 Juni 1962 (umur 54)
Lahir
Jakarta, Indonesia
Suami/istri
Anita Ratnasari Tanjung
Putri Indahsari Tanjung
Anak
Rahmat Dwiputra Tanjung
Jalan Teuku Umar No 50 Menteng
Tempat tinggal
Jakarta Pusat
Universitas Indonesia
Alma mater
Institut Pendidikan dan Pembinaan
Manajemen
Pekerjaan
Pemilik (CEO) utama CT Corp
Agama
Islam
Tanda tangan
Chairul Tanjung (ejaan Soewandi: Chairul Tandjung, lahir di Jakarta, 16 Juni 1962; umur
54 tahun[1]) adalah pengusaha asal Indonesia. Ia menjabat sebagai Menko Perekonomian
menggantikan Hatta Rajasa sejak 19 Mei 2014 hingga 27 Oktober 2014. Namanya dikenal
luas sebagai pengusaha sukses yang memimpin CT Corp.[2]
Chairul memulainya bisnisnya ketika ia kuliah di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Indonesia[2]. Sempat jatuh bangun, akhirnya ia sukses membangun bisnisnya. [3][4] Kini
perusahaan konglomerasi miliknya CT Corp, menjadi sebuah perusahaan yang membawahi
beberapa anak perusahaan seperti Trans Corp, Bank Mega, dan CT Global Resources.[3]
Asal usul
Chairul Tanjung lahir di Jakarta dari pasangan Abdul Ghafar Tanjung dan Halimah. Ayahnya
adalah seorang wartawan pada orde lama yang menerbitkan surat kabar beroplah kecil.[1]
Sedangkan ibunya merupakan seorang ibu rumah tangga. Ayah Chairul berasal dari Sibolga,
Sumatera Utara, sedangkan ibunya dari Cibadak, Jawa Barat.[5] Chairul berada dalam
keluarga bersama enam saudara lainya. Ketika Orde Baru, usaha ayahnya dipaksa tutup
karena berseberangan secara politik dengan penguasa saat itu[1]. Keadaan ini memaksa orang
tuanya menjual rumah dan mereka tinggal di kamar losmen yang sempit.[1]
beberapa sub-holding, yakni Para Global Investindo (bisnis keuangan), Para Inti Investindo
(media dan investasi), dan Para Inti Propertindo (properti).[1]
Di bawah Para Group, Chairul memiliki sejumlah perusahaan di bidang finansial, antara lain
Asuransi Umum Mega, Asuransi Jiwa Mega Life, Para Multi Finance, Bank Mega, Mega
Capital Indonesia, Bank Mega Syariah, dan Mega Finance. Sementara di bidang properti dan
investasi, perusahaan tersebut membawahi Para Bandung Propertindo, Para Bali Propertindo,
Batam Indah Investindo, dan Mega Indah Propertindo.[8] Di bidang penyiaran dan
multimedia, Para Group memiliki Trans TV, Trans7, Mahagagaya Perdana, Trans Fashion,
Trans Lifestyle, dan Trans Studio.[8]
Khusus di bisnis properti, Para Group memiliki Bandung Supermall. [3] Mal seluas 3 hektar ini
menghabiskan dana Rp 99 miliar. Para Group meluncurkan Bandung Supermall sebagai
Central Business District pada 1999.[1] Sementara di bidang investasi, pada awal 2010 Para
Group melalui anak perusahaannya, Trans Corp membeli sebagian besar saham Carefour
Indonesia, yakni sejumlah 40 persen. MoU (memorandum of understanding) pembelian
saham Carrefour ini ditandatangani pada tanggal 12 Maret 2010 di Perancis.[9]
Pada tahun 2010, majalah ternama Forbes menempatkan Chairul sebagai salah satu orang
terkaya di dunia. Ia berada di urutan ke-937 dengan total kekayaan mencapai USD 1 miliar. [10]
Satu tahun kemudian, menurut Forbes, kekayaan Chairul telah meningkat lebih dari dua kali
lipat, yakni dengan total kekayaan USD 2,1 miliar.[11] Tahun 2014, Chairul memiliki kekayaan
sebesar USD 4 miliar dan termasuk orang terkaya nomor 375 dunia.
Pada tanggal 1 Desember 2011, Chairul Tanjung meresmikan perubahan Para Grup menjadi
CT Corp. CT Corp terdiri dari tiga perusahaan sub holding: Mega Corp, Trans Corp, dan CT
Global Resources yang meliputi layanan finansial, media, ritel, gaya hidup, hiburan, dan
sumber daya alam.[12]
Pemikiran
Chairul menyatakan bahwa dalam membangun bisnis, mengembangkan jaringan adalah
penting. Selain itu memiliki rekanan yang baik sangat diperlukan. [13] Membangun relasi pun
bukan hanya kepada perusahaan yang sudah ternama, tetapi juga pada yang belum terkenal
sekalipun. Bagi Chairul, pertemanan yang baik akan membantu proses berkembangnya bisnis
yang dikerjakan. Ketika bisnis pada kondisi tidak bagus (baca: sepi pelanggan) maka jejaring
bisa diandalkan. Bagi Chairul, bahkan berteman dengan petugas pengantar surat pun adalah
penting[13]
Dalam hal investasi, Chairul memiliki idealisme bahwa perusahaan lokalpun bisa menjadi
perusahaan yang bisa bersinergi dengan perusahaan-perusahaan multinasional.[9]. Ia tidak
menutup diri untuk bekerja sama dengan perusahaan multinasional dari luar negeri. Baginya
ini bukan upaya menjual negara. Akan tetapi ini merupakan upaya perusahaan nasional agar
bisa berdiri sendiri dan jadi tuan rumah di negeri sendiri[9]
Menurutnya modal memang penting dalam membangun dan mengembangkan bisnis. Namun
kemauan dan kerja keras, merupakan hal paling pokok yang harus dimiliki seseorang yang
ingin sukses.[6] Baginya mendapatkan mitra kerja yang handal adalah segalanya. Di mana
Menko Perekonomian
Pada 16 Mei 2014, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menunjuk Ketua Komite Ekonomi
Nasional (KEN) Chairul Tanjung sebagai Menko Perekonomian. Ia menggantikan Hatta
Rajasa yang telah resmi mengundurkan diri. "Saya telah mengambil kesimpulan untuk
mengangkat saudara Chairul Tanjung sebagai Menko Perekonomian yang baru" kata SBY di
Kompleks Istana Kepresidenan di Jakarta.[14][15] Pelantikan Chairul Tanjung dilakukan
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Istana Negara, Senin, 19 Mei 2014 berdasarkan
Keputusan Presiden Nomor 41 Tahun 2014. Hatta Rajasa mengundurkan diri karena maju
menjadi calon wapres Prabowo Subianto dalam pilpres 2014 dengan dukungan dari Partai
Gerindra, PAN, PKS, Golkar dan PPP.[16].
Guru Besar
Pada 18 April 2015, Chairul Tanjung dikukuhkan sebagai guru besar bidang ilmu
kewirausahaan Universitas Airlangga (Unair) Surabaya[17]. Pengukuhan tersebut dilakukan di
ruang Garuda Mukti, Gedung Rektorat, kampus C Unair. Ia menjadi guru besar ke-438
Unair[18].
Penghargaan
CT Corp
PT Chairul Tanjung Corpora
Jenis
Didirikan
Pendiri
Kantor pusat
Tokoh
penting
Produk
Situs web
Kelompok Usaha
1987
Chairul Tanjung
Jakarta, Indonesia
Chairul Tanjung
Finansial, media, sumber daya alam,
yayasan
www.ctcorpora.com
Unit usaha
CT Corp mempunyai beberapa unit usaha, yaitu:
Mega Corpora
o PT Bank Mega Tbk
o PT Bank Syariah Mega Indonesia (Bank Mega Syariah)
o PT Asuransi Jiwa Mega Life (Mega Life)
o PT Asuransi Umum Mega (Mega Insurance)
o PT Mega Capital Indonesia
o PT Mega Asset Management
o PT Mega Capital Investama
o PT Para Multifinance
o PT Mega Auto Finance
o PT Mega Central Finance
o PT Trans Lifestyle
PT Trans Fashion
PT Trans Mahagaya
PT Trans F&B
PT Trans Ice
PT Trans Entertainment
o PT Trans Property
PT Ibis Hotel
PT Trans Studio
Park Hotel
PT CT Global Resources
o PT Para Inti Energy
o PT Para Energy Investindo
o PT CT Agro
o PT Kaltim CT Agro
o PT Kalbar CT Agro
o PT Kalteng CT Agro
o PT Arah Tumata
o PT Wahana Kutai Kencana
CT Foundation
PT Trans Airways
o PT Garuda Indonesia Tbk[2]
o PT Amanah Bersama Ummat (Abu Tours)
Sejarah
Awalnya kelompok ini mendirikan usaha ekspor sepatu anak-anak dengan bermodalkan
sebesar Rp 150 juta, yang diperolehnya dari Bank Exim. Tahun 1996, CT Corp mengakusisi
Mega Bank dan mengubah namanya menjadi Bank Mega. Kemudian kelompok ini
mengembangkan bisnisnya lewat kompleks pertokoan Bandung Supermall. Dalam kondisi
yang tidak terlalu menguntungkan, CT Corp mengambil alih Bank Tugu dan mengganti
namanya menjadi Bank Mega Syariah Indonesia.
Setelah beberapa tahun kemudian, Bank Mega pelan-pelan mengalami perbaikan. Pada 28
Maret 2001, bank ini berhasil mencatatkan saham perdana di Bursa Efek Jakarta seharga Rp
1.125 per lembar. Dua tahun kemudian, Bank Mega menjadi sumber dana terbesar bagi CT
Corp dengan kontribusinya sekitar 40 persen.
Media
Kontribusi Trans TV juga tidak kecil. Sekurang-kurangnya Trans TV sudah mengalami break
event point by operation pada tahun kedua, yakni sekitar Mei 2003. Titik balik keberhasilan
Trans TV berlangsung sejak kuartal satu 2002. Menurut survei Nielsen Media Research, saat
itu Trans TV berada di peringkat kelima sebagai peraih iklan terbanyak dari 10 stasiun
televisi, yakni sebesar Rp 149,2 miliar.
Berbekal kesuksesan kinerja, dan menyodok ke urutan nomor dua pada akhir 2005, Trans TV
lewat induk perusahaannya Trans Corp pada Juni 2006 membuat MoU untuk membeli
sebagian saham TV7 yang dipegang Kelompok Kompas Gramedia, dan mengubah nama dan
identitas perusahaan TV7 menjadi Trans7.
Relasi
Para Group juga punya hubungan baik dengan Anthony Salim. Salim Group pernah berutang
budi ketika Para Group ikut menyelamatkan Bank Central Asia, yang waktu itu didera krisis
keuangan. Dengan Salim Group, Para Group bermitra dalam menggarap proyek di Batam dan
Singapura. Dengan Sinar Mas Group, Para Group juga bermitra dalam perusahaan asuransi
jiwa Mega Life.
Di Singapura, Para Group mengakuisisi satu perusahaan publik bernama Asia Medic, yang
bergerak di bidang health care. Disamping itu Para Group membuat perusahaan patungan
bernama Gladifora. Sedangkan di Batam, (dengan bekerja sama dengan Arsikon) Para Group
membuat perusahaan patungan di bidang properti, dan sudah mendapatkan konsesi lahan
sekitar 300 hektare di lokasi strategis. Rencananya pada lahan ini akan dibangun pusat
hiburan dan pemukiman. Perumahan tersebut adalah Coastarina.