BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Onlay adalah restorasi pada gigi yang morfologi oklusalnya mengalami perubahan karena
restorasi sebeltorasi inumnya, karies, atau penggunaan fisik. Restorasi ini meliputi seluruh yang
meliputi seluruh daerah oklusal yang meliputi cusp-cusp gigi (Baum, Phillips Lund, edisi III, 1997)
3. Mahkota/ crown
Restorasi gigi yg menutupi atau mengelilingi seluruh permukaan gigi yg telah dipreparasi.
Restorasi ini dibuat untuk gigi yang mengalami kerusakan sehingga tidak bisa ditambal lagi tetapi
gigi tersebut masih vital. Restorasi ini biasanya digunakan pada gigi premolar dan molar rahang
bawah karena karies yang luas atau tambalan yang rusak (Baum, Phillips Lund, edisi III, 1997).
4. Mahkota Pigura
Mahkota tuang dimana bagian labial atau bukal diberi facing yang sama dengan warna
gigi. Facing tersebut lebih mirip dengan veneers (JD Eccles, RM Green, 1994).
.
Mengolesi die dengan die separator dengan tujuan model malam bisa dilepas dari die.
2.
Membentuk restorasi yang akan dibuat dengan menggunakan inlay wax, sesuai dengan
bentuk anatomis gigi aslinya.
3.
4.
Mengkilapkan model malam yang telah terbentuk dengan menggunakan air sabun.
5.
Mempersiapkan penanaman yang meliputi crusible former, sprue, ventilasi dan juga
memasang non-asbestos liner pada bumbung tuang.
6.
Melekatkan sprue pada daerah tertebal model malam dengan sudut tumpul.
7.
Memasang model yang telah terpasang sprue ke crusible former dan menyesuaikan dengan
ketinggian pada bumbung tuang.
8.
9.
BAB III
PEMBAHASAN
Restorasi logam dilakukan secara indirek yakni dilakukan diluar mulut penderita. Jenisjenis restorasi ini adalah inlay, onlay, mahkota/ crown, dan mahkota pigura. Keempat jenis
tersebut mempunyai tahapan yang sama. Dalam pembuatan model malam, yang harus
diperhatikan adalah daerah kontak proksimal dan kontur anatomisnya karena akan
mempengaruhi kelangsungan gigi tersebut didalam mulut penderita. Apabila daerah kontak
proksimal terdapat celah, maka akan terjadi sekunder karies pada pasien penggunanya. Begitu
pula dengan kontur anatomis. Kontur anatomis yang sesuai dengan gigi asli akan memudahkan
gigi tiruan untuk self cleansing.
Dalam pembuatan restorasi logam, terdapat tahapan-tahapan yang saling berurutan dan
berpengaruh antar satu tahap dengan tahap lainnya. Apabila salah satu tahapan tersebut tidak
dilakukan atau tidak sesuai prosedur akan berpengaruh pada restorasi yang kita buat. Oleh
karena tahap-tahap tersebut harus diperhatikan. Tahap-tahap tersebut adalah:
1.
Pada tahap awal yakni pengulasan die dengan die separator agar model malam dapat
dilepas dari die. Pengulasan die separator tidak boleh terlalu banyak atau sedikit. Jika terlalu
sedikit, malam tidak akan bisa dilepas dari die. Namun, jika terlalu banyak, akan berpengaruh
pada malam tersebut. Malam yang digunakan untuk model malam akan menjadi getas dan mudah
fraktur.
2.
Untuk menghaluskan dan mengkilapkan model malam.saat menghaluskan model malam
gunakan alkohol torch yang anginnya telah kita control terlebih dahulu agar inlay wax tidak
berubah. Selain itu, gunakan kapas dan air sabun untuk mengkilapkannya. Model malam harus
mengkilap karena akan mempermudah kita pada tahap finishing dan polishing.
3.
Mempersiapkan penanaman yang meliputi crusible former, sprue, ventilasi dan juga
memasang non-asbestos liner pada bumbung tuang. Tujuan pembuatan sprue adalah sebagai
jalannya logam yang mencair menuju mould. Diameter sprue harus disesuaikan dengan model
malam yang tertebal. Jika diameter sprue terlalu kecil, maka terjadi pemadatan sprue sebelum
tuangan memadat dan terjadi porositas penyusutan setempat. Panjang sprue harus cukup panjang
agar posisi model malam tepat pada bumbung tuang kira-kira 6 milimeter dari tepi ujung
bumbung tuang ( Kenneth J. Anusavice, edisi 10, 2004). Sprue dan crucible harus rata
permukaannya, agar aliran logam dapat berjalan lancar. Selain itu pemasangan non asbestos liner
juga berpengaruh untuk memberi ruang saat bahan tanam menaglami ekspansi. Pemasangan
ventilasi dibutuhkan sebagai jalan keluarnya udara.
4.
Melekatkan sprue pada daerah tertebal model malam dengan sudut tumpul. Agar sprue
tidak menyebabkan aliran langsung dari logam cair menuju ke daerah tepi yang tajam atau bagian
yang tipis karena logam cair dapat mengabrasi atau mematahkan bahan tanam di daerah tersebut
dan mengakibatkan kegagalan pengecoran. Tidak boleh ditempatkan tegak lurus pada permukaan
yang datar dan lebar karena mengakibatkan terjadinya turbulensi atau arus putar dari logam cair
di dalam kavitas mould dan porositas yang parah (Kenneth J. Anusavice, edisi 10, 2004).
5.
Memasang model yang telah terpasang sprue ke crusible former dan menyesuaikan
dengan ketinggian pada bumbung tuang. Letaknya kira-kira 6 milimeter dari ujung terbuka
bumbung tuang agar gas-gas dapat dialirkan dan meminimalisir terjadinya porusitas.
6.
Mengolesi model malam beserta sprue dengan menggunakan wetting agent untuk
menurunkan tegangan permukaan model malam sehingga bahan tanam dapat melekat erat pada
model malam tersebut. Alternative lai yang digunakan untuk menurunkan tegangan permukaan
model malam adalah dengan air sabun namun, model malam harus bebas dari buih-buihnya.
7.
Penanaman model malam dengan bahan tanam. Perbandingan antara air dan bubuk
bahan tanam harus sesuai. Bahan tanam yang terlalu encer mudah pecah, sedangkan bahan tanam
yang terlalu pekat berakibat udara tidak dapat keluar. Gunakan vibrator saat mengaduk, agar
tidak ada udara yang terjebak.
8.
Pembuangan malam dan pemanasan. Bahan tanam dinyatakan telah bersih dari malam
apabila tidak nampak kebiru-biruan pada permukaannya.
9.
Fitting, finishing, dan polishing. Fitting dilakukan dengan tujuan agar gigi tiruan
tersebut cocok dengan pasien. Sehingga nyaman untuk dipakai. Finishing dilakukan untuk
menghilangkan buble. Dan selanjutnya adalah polishing yakni mengkilapkan gigi tiruan dengan
rubber merah dan hijau agar permukaan gigi tiruan tidak kasar. Dimana permukaan yang kasar
tersebut mampu mengabrasi gigi lawannya.