Anda di halaman 1dari 6

Restorasi Logam Ilmu Konservasi gigi

BAB I
PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG


Ilmu konservasi gigi adalah ilmu yang paling tertua di bidang Kedokteran Gigi yang berkembang
sejak abad ke-18 sebagai sebuah solusi bagi masyarakat yang mengalami kerusakan gigi dan
memeprtahankan gigi mereka selama mungkin di dalam mulut. Ilmu konservasi gigi merupakan
cabang ilmu Kedokteran Gigi yang mempelajari tentang cara menanggulangi kelainan (penyakit)
jaringan keras gigi, pulpa dan periapical untuk mempertahankan gigi di dalam mulut melalui
restorasi dan perawatan endodontic baik secara konvensional maupun bedah. Ilmu ini bertujuan
utuk melakukan perawatan gigi serta mempertahankan gigi selama mungkin di dalam mulut agar
estetik dan fungsi kunyah kembali normal (J.D. Eccles dan R.M. Green, 1994).
Dalam mempelajari ilmu Konservasi Gigi, dikenal dua macam restorasi yaitu direct
restoration dan indirect restoration. Direct restoration adalah restorasi gigi yang dilakukan
langsung di dalam mulut penderita. Sedangkan indirect restoration adalah restorassi yang dibuat
di luar mulut penderita. Untuk melakukan indirect restoration, seorang dokter gigi membutuhkan
seorang teknisi untuk membuat restorasi tersebut. Indirect restoration ini kemudian dilekatkan ke
gigi yang telah dipreparasi atau diasah dengan bantuan semen yang cepat mengeras. Restorasi
harus tepat pada semua dinding internal untuk memberikan retensi dan stabilitas. Preparasi harus
dibuat bebas dari undercut pada satu sumbu agar restorasi dapat dipasang dengan
mudah. Indirect Restoration menggunakan teknik restorasi logam, yakni restorasi yang dibuat
berasal dari logam baik metal atau alloy. Umumnya yang digunakan adalah alloy (JD Eccles, RM
Green, 1994).

I.2 RUMUSAN MASALAH


Dari latar belakang yang diuraikan sebelumya, maka dapat dirumuskan permasalahan
yang akan dibahas di dalam makalah ini yakni jenis restorasi logam dan teknik
pembuatanindirek restorasi logam.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II. 1 PENGERTIAN RESTORASI LOGAM DENGAN INDIRECT RESTORATION


Indirect Restoration adalah restorasi yang dibuat diluar mulut pasien yang akan dilekatkan atau
disemen pada gigi pasien yang telah dipreparasi setelah siap dipasang. Indirect restoration dibagi
menjadi dua yakni intra koronal (restorasi yang terdapat dalam kontur gigi, contoh inlay) dan
ektra koronal (restorasi yang menutupi bagian mahkota gigi asli yang masih ada untuk
mendapatkan montur anatomis, contoh onlay, veneer, dan mahkota pigura). Teknik yang
digunakan untuk membuat restorasi melalui Indirect Restoration adalah teknik restorasi logam.
Teknik restorasi logam adalah suatu restorasi yang dibuat berbahan dasar metal atau alloy (Jones
and Grundy, 1992) .

II. 2 MACAM-MACAM INDIRECT RESTORATION


Macam-macam indirect restoration adalah:
1. Inlay
Inlay adalah restorasi yang digunakan pada gigi yang di preparasi pada bagian Oklusal
Distal (OD), Oklusal Mesial (OM) atau Mesio Oklusal Distal (MOD). Inlay sudah jarang digunakan
untuk kavitas sederhana dan umumnya hanya digunakan untuk gigi-gigi yang berkebutuhan
khusus, seperti gigi yang sudah lemah karena karies dan cenderung fraktur bila tidak dilindungi
atau bila retensi sulit dibuat. Berikut ini merupakan macam klas pada inlay (JD Eccles, RM Green,
1994).
A. Inlay Klas I
Merupakan klas sederhana , yang jarang digunakan
B. Inlay Klas II
Misalnya digunakan pada gigi yang daerah MOD terkena, sehingga perlu adanya perlindungan
edengan cara menghilangkan tonjolan-tonjolan lemah untuk kemudian di preparasi dengan
menggunakan veneer .
C. Inlay Klas III dan IV
Misalnya digunakan pada jembatan atau attachnment untuk jembatan semicekat.
D. Inlay Klas V
Misalnya untuk retensi pada geligi tiruan sebagian ,atau dapat digunakan pasak untuk
perawatan kavitas uang dangkal akibat abrasi atau erosi.
2. Onlay

Onlay adalah restorasi pada gigi yang morfologi oklusalnya mengalami perubahan karena
restorasi sebeltorasi inumnya, karies, atau penggunaan fisik. Restorasi ini meliputi seluruh yang
meliputi seluruh daerah oklusal yang meliputi cusp-cusp gigi (Baum, Phillips Lund, edisi III, 1997)
3. Mahkota/ crown
Restorasi gigi yg menutupi atau mengelilingi seluruh permukaan gigi yg telah dipreparasi.
Restorasi ini dibuat untuk gigi yang mengalami kerusakan sehingga tidak bisa ditambal lagi tetapi
gigi tersebut masih vital. Restorasi ini biasanya digunakan pada gigi premolar dan molar rahang
bawah karena karies yang luas atau tambalan yang rusak (Baum, Phillips Lund, edisi III, 1997).
4. Mahkota Pigura
Mahkota tuang dimana bagian labial atau bukal diberi facing yang sama dengan warna
gigi. Facing tersebut lebih mirip dengan veneers (JD Eccles, RM Green, 1994).
.

II. 3 ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN


Dalam pembuatan restorasi logam dibutuhkan alat dan bahan tertentu. Alat yang digunakan
untuk pembuatan model malam adalah pelumas die, pinset kapas, malam, spatula malam No. 7,
pengukir Hollenback - 3, pengukir cleoid discoid, lampu Bunsen atau lampu alkohol, dan
instrument waxing P.K. Thomas. Untuk pembuatan sprue dan penanaman model malam yang
dibutuhkan adalah pembentuk sprue, pin sprue, cincin logam (bumbung tuang), bahan pelapik
(non asbestos liner), bahan tanam pilihan (thermal), bowl dan spatula pengaduk, pengukur cairan,
wetting agent, dan vibrator. Selanjutnya, pada saat pembuangan malam yang dibutuhkan adalah
oven pembakaran, mesin pengecor, gas dan semprotan udara atau wadah peleburan listrik, larutan
asam dan tempatnya, logam pengisi, sentrifugal, dan blowtorch. Sedangkan pada tahap terakhir
adalah pemolesan yang membutuhkan mini bur, disc, rubber merah dan hijau, serta stone merah
dan hijau (Baum, Phillips Lund, edisi III, 1997)

II. 4 TAHAP-TAHAP PEMBUATAN RESTORASI LOGAM


Untuk membuat restorasi logam, diperlukan tahap-tahap yang saling berurutan dan benar
agar hasil restorasi yang dibuat sesuai yang diinginkan oleh dokter gigi. Tahapan-tahapan tersebut
saling berpengaruh. Apabila satu tahapan terlewatkan atau tidak dilakukan, akan terjadi
kemungkinan restorasi yang kita buat mengalami kegagalan. Tahap-tahap pembuatan restorasi
logam adalah ( Kenneth J. Anusavice, edisi 10, 2004)
:
1.

Mengolesi die dengan die separator dengan tujuan model malam bisa dilepas dari die.

2.
Membentuk restorasi yang akan dibuat dengan menggunakan inlay wax, sesuai dengan
bentuk anatomis gigi aslinya.
3.

Menghaluskan model malam yang telah terbentuk dengan alkohol torch.

4.

Mengkilapkan model malam yang telah terbentuk dengan menggunakan air sabun.

5.
Mempersiapkan penanaman yang meliputi crusible former, sprue, ventilasi dan juga
memasang non-asbestos liner pada bumbung tuang.
6.

Melekatkan sprue pada daerah tertebal model malam dengan sudut tumpul.

7.
Memasang model yang telah terpasang sprue ke crusible former dan menyesuaikan dengan
ketinggian pada bumbung tuang.
8.

Mengolesi model malam beserta sprue dengan menggunakan wetting agent.

9.

Menunggu hingga wetting agent mengering.

10. Menanam model malam


11. Melepas crusible former dari bumbung tuang. Kemudian lakukan buang malamdiatas api
selama 1 jam atau hingga bahan tanam tidak lagi tampak kebiruan yang berarti sisa malam telah
habis. Kemuadian lakukan casting logam dengan menggunakan blowtorch dan centrifugal.
12. Menunggu hingga bumbung tuang agak dingin.
13. Membongkar bumbung tuang dan mengeluarkan hasil tuangan kasar.
14. Fitting dengan cara mencoret-coret die dengan pensil, sehingga bagian yang belum fit dapat
diketahui dengan mudah.
15. Finishing, menggunakan stone merah dan hijau.
16. Polishing, menggunakan rubber merah dan hijau. Lakukan polishing tersebut sampai model
malam mengkilat.

BAB III
PEMBAHASAN
Restorasi logam dilakukan secara indirek yakni dilakukan diluar mulut penderita. Jenisjenis restorasi ini adalah inlay, onlay, mahkota/ crown, dan mahkota pigura. Keempat jenis
tersebut mempunyai tahapan yang sama. Dalam pembuatan model malam, yang harus
diperhatikan adalah daerah kontak proksimal dan kontur anatomisnya karena akan
mempengaruhi kelangsungan gigi tersebut didalam mulut penderita. Apabila daerah kontak
proksimal terdapat celah, maka akan terjadi sekunder karies pada pasien penggunanya. Begitu

pula dengan kontur anatomis. Kontur anatomis yang sesuai dengan gigi asli akan memudahkan
gigi tiruan untuk self cleansing.
Dalam pembuatan restorasi logam, terdapat tahapan-tahapan yang saling berurutan dan
berpengaruh antar satu tahap dengan tahap lainnya. Apabila salah satu tahapan tersebut tidak
dilakukan atau tidak sesuai prosedur akan berpengaruh pada restorasi yang kita buat. Oleh
karena tahap-tahap tersebut harus diperhatikan. Tahap-tahap tersebut adalah:
1.
Pada tahap awal yakni pengulasan die dengan die separator agar model malam dapat
dilepas dari die. Pengulasan die separator tidak boleh terlalu banyak atau sedikit. Jika terlalu
sedikit, malam tidak akan bisa dilepas dari die. Namun, jika terlalu banyak, akan berpengaruh
pada malam tersebut. Malam yang digunakan untuk model malam akan menjadi getas dan mudah
fraktur.
2.
Untuk menghaluskan dan mengkilapkan model malam.saat menghaluskan model malam
gunakan alkohol torch yang anginnya telah kita control terlebih dahulu agar inlay wax tidak
berubah. Selain itu, gunakan kapas dan air sabun untuk mengkilapkannya. Model malam harus
mengkilap karena akan mempermudah kita pada tahap finishing dan polishing.
3.
Mempersiapkan penanaman yang meliputi crusible former, sprue, ventilasi dan juga
memasang non-asbestos liner pada bumbung tuang. Tujuan pembuatan sprue adalah sebagai
jalannya logam yang mencair menuju mould. Diameter sprue harus disesuaikan dengan model
malam yang tertebal. Jika diameter sprue terlalu kecil, maka terjadi pemadatan sprue sebelum
tuangan memadat dan terjadi porositas penyusutan setempat. Panjang sprue harus cukup panjang
agar posisi model malam tepat pada bumbung tuang kira-kira 6 milimeter dari tepi ujung
bumbung tuang ( Kenneth J. Anusavice, edisi 10, 2004). Sprue dan crucible harus rata
permukaannya, agar aliran logam dapat berjalan lancar. Selain itu pemasangan non asbestos liner
juga berpengaruh untuk memberi ruang saat bahan tanam menaglami ekspansi. Pemasangan
ventilasi dibutuhkan sebagai jalan keluarnya udara.
4.
Melekatkan sprue pada daerah tertebal model malam dengan sudut tumpul. Agar sprue
tidak menyebabkan aliran langsung dari logam cair menuju ke daerah tepi yang tajam atau bagian
yang tipis karena logam cair dapat mengabrasi atau mematahkan bahan tanam di daerah tersebut
dan mengakibatkan kegagalan pengecoran. Tidak boleh ditempatkan tegak lurus pada permukaan
yang datar dan lebar karena mengakibatkan terjadinya turbulensi atau arus putar dari logam cair
di dalam kavitas mould dan porositas yang parah (Kenneth J. Anusavice, edisi 10, 2004).
5.
Memasang model yang telah terpasang sprue ke crusible former dan menyesuaikan
dengan ketinggian pada bumbung tuang. Letaknya kira-kira 6 milimeter dari ujung terbuka
bumbung tuang agar gas-gas dapat dialirkan dan meminimalisir terjadinya porusitas.
6.
Mengolesi model malam beserta sprue dengan menggunakan wetting agent untuk
menurunkan tegangan permukaan model malam sehingga bahan tanam dapat melekat erat pada
model malam tersebut. Alternative lai yang digunakan untuk menurunkan tegangan permukaan
model malam adalah dengan air sabun namun, model malam harus bebas dari buih-buihnya.

7.
Penanaman model malam dengan bahan tanam. Perbandingan antara air dan bubuk
bahan tanam harus sesuai. Bahan tanam yang terlalu encer mudah pecah, sedangkan bahan tanam
yang terlalu pekat berakibat udara tidak dapat keluar. Gunakan vibrator saat mengaduk, agar
tidak ada udara yang terjebak.
8.
Pembuangan malam dan pemanasan. Bahan tanam dinyatakan telah bersih dari malam
apabila tidak nampak kebiru-biruan pada permukaannya.
9.
Fitting, finishing, dan polishing. Fitting dilakukan dengan tujuan agar gigi tiruan
tersebut cocok dengan pasien. Sehingga nyaman untuk dipakai. Finishing dilakukan untuk
menghilangkan buble. Dan selanjutnya adalah polishing yakni mengkilapkan gigi tiruan dengan
rubber merah dan hijau agar permukaan gigi tiruan tidak kasar. Dimana permukaan yang kasar
tersebut mampu mengabrasi gigi lawannya.

Anda mungkin juga menyukai