BAB I
PENDAHULUAN
Kehamilan mola secara histologis ditandai oleh kelainan vili korionik yang terdiri dari
proliferasi trofoblas dengan derajat bervariasi dan edema stroma villus. Mola biasanya terletak
dirongga uterus namun kadang-kadang mola terletak di tuba fallopi dan bahkan ovarium. Ada
tidaknya janin atau unsure embrionik pernah digunakan untuk mengklafisikasikan mola menjadi
mola sempurna dan parsial. Gambaran yang diberikan ialah sebagai segugus buah anggur.
Jaringan trofoblas pada villus kadang-kadang berploriferasi ringan, kadang-kadang keras, dan
mengeluarkan hormone, yakni human chorionic gonadotrophin (HCG). Dalam jumlah yang
lebih besar daripada kehamilan biasa. 1,2,3
Uterus membesar lebih cepat daripada jumlah biasa, penderita mengeluh tentang mual
dan muntah, tidak jarang terjadi perdarahan pervaginam. Kadang-kedang pengeluaran darah
disertai dengan pengeluaran beberapa gelembung villus, yang memastikan diagnosis mola
hidatidosa. Frekuensi mola hidatidosa pada wanita di Asia lebih tinggi ( 1 atas 120 kehamilan )
daripada wanita-wanita dinegara Barat ( 1 atas 2000 kehamilan ). Tentang nasibnya kehamilan
tidakk normal dapat dikatakan, bahwa mola keluar sendiri atau dapat dikeluarkan dengan suatu
tindakan, pengeluaran sendiri biasanya disertai dengan perdarahan yang banyak.
Dari mola yang sifatnya jinak, dapat tumbuh tumor trofoblast yang bersifat ganas. Tumor
ini ada yang kadang-kadang masih mengandung villus disamping trofoblast yang berploriferasi,
dapat mengadakan invasi yang umumnya bersifat local, dan dinamakan mola destruens (invasive
mole, penyakit trofoblast ganas jenis villosum). Selain itu terdapat pula tumor trofoblast yang
hanya terdirir atas sel-sel trofoblast tanpa stroma, yang umumnya tidak hanya berinvasi diotot
uterus tetapi menyebar ke alat-alat lain (koriokarsinoma, penyakit trofoblast ganan non
villosum).
Lusy Indranita-unmal
Kks OBGYN RSUD Djoelham
Page 1
MOLA HIDATIDOSA
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 DEFINISI
Mola hidatidosa adalah penyakit yang berasal dari kelainan pertumbuhan trofoblas
plasenta atau calon plasenta dan disertai dengan degenerasi kistik villi dan perubahan
hidropik.1,2,6Dengan ciri-ciri stroma villi korialis langka vaskularisasi, dan edematous. Mola
hidatidosa merupakan kehamilan abnormal, janin biasanya meninggal, akan tetapi villus-villus
yang membesar dan edematous itu hidup dan tumbuh terus. Gambaran yang diberikan ialah
sebagai segugus buah anggur.,
II.2 ETIOLOGI
Belum di ketahui secara pasti. Ada yang menyatakan akibat infeksi,defisiensi makanan dan
genetik. Yang paling mendukung adalah Teori Acosta Sison yaitu defisiensi protein.
II.3 INSIDEN
Lusy Indranita-unmal
Kks OBGYN RSUD Djoelham
Page 2
MOLA HIDATIDOSA
Mola hidatidosa terjadi pada sekitar 1 dalam 1000 kehamilan di Amerika Serikat dan Eropa.
Walaupun dinegara-negara lain dilaporkan lebih sering, terutama di beberapa Negara Asia,
sebagian besar informasi ini berasal dari penelitian di rumah sakit ( Schorge dkk,2000). 6
USIA. Frekuensi mola hidatidosa pada kehamilan yang terjadi pada awal atau akhir usia subur
relative lebih tinggi. Efek paling berat dijumpai pada wanita berusia lebih dari 45 tahun, dengan
frekuensi lesi relative lebih dari 10 kali lipat dibandingkan pada usia 20-40 tahun. Banyak
dijumpai kasus mola hidatidosa yang terbukti pada wanita berusia 50 tahun atau lebih.1,5
RIWAYAT MOLA. Kekambuhan mola hidatidosa dijumpai pada sekitar 1 sampai 2 persen kasus.
Dalam suatu kajian terhadap 12 penelitian yang total mencakup hamper 5000 pelahiran,
frekuensi mola rekuren adalah 1,3 persen mendapatkan angka kekambuhan 4,3 persen pada 115
wanita yang ditindak lanjuti di Seoul, Korea.5,6
FAKTOR LAIN. Peran graviditas, paritas, factor reproduksi lain, status estrogen, kontrasepsi
oral, dan factor makanan dalam resiko penyakit trofoblastik gestasional masih belum jelas.
II.4 KLASIFIKASI
Ada tidaknya janin atau unsur embrionik pernah digunakan untuk mengklasifikasikan mola
menjadi :
1. Mola hidatidosa sempurna (complete)
2. Mola hidatidosa parsial
Page 3
MOLA HIDATIDOSA
Lusy Indranita-unmal
Kks OBGYN RSUD Djoelham
Mola Parsial
Page 4
Mola complete
MOLA HIDATIDOSA
Kariotipe
Patologi
Janin
Sering dijumpai
Tidak ada
Sering dijumpai
Tidak ada
Edema vilus
Bervariasi,fokal
Difus
Proliferasi Trofoblas
Bervariasi, fokal,ringan-sedang
Bervariasi ringa-berat
Gambaran Klinis
Diagnosis
Missed abortion
Gestasi mola
Ukuran uterus
KHML
Kista teka-lutein
Jarang
25-30%
Penyulit medis
Jarang
Sering
Penyakit pascamola
20%
Mola hidatidosa,
Korikarsinoma villosum
Lusy Indranita-unmal
Kks OBGYN RSUD Djoelham
Page 5
MOLA HIDATIDOSA
KLASIFIKASI FIGO
Hydatidiform Mole.
Invasive Hole.
Choriocarcinoma.
Other
KLASIFIKASI WHO
Mola Invasif
Koriokarsinoma
Klasifikasi klinis
KLASIFIKASI FIGO 2000:
Stage I
Stage II
Stage III
Lusy Indranita-unmal
Kks OBGYN RSUD Djoelham
Page 6
MOLA HIDATIDOSA
Stage IV
Lusy Indranita-unmal
Kks OBGYN RSUD Djoelham
Page 7
MOLA HIDATIDOSA
II.6 PATOFISIOLOGI
Teori terjadinya penyakit trofoblas ada 2, yaitu teori missed abortion dan teori neoplasma
dari Park.7
Teori missed abortion menyatakan bahwa mudigah mati pada kehamilan 3-5 minggu
(missed abortion) karena itu terjadi gangguan peredarah darah sehingga terjadi
penimbunan cairan dalam jaringan mesenkim dari villi dan akhirnya terbentuklah
gelembung-gelembung.
Teori neoplasma dari Park menyatakan bahwa yang abnormal adalah sel-sel trofoblas dan
juga fungsinya dimana terjadi resorbsi cairan yang berlebihan ke dalam villi sehingga
timbul gelembung. Hal ini menyebabkan gangguan peredaran darah dan kematian
mudigah.
Tidak sempurnanya aliran darah fetus (fetal circulatori inadequacy) yang terjadi pada
sel telur patologik, yaitu pada hasil pembuahan dimana embrionya mati kehamilan 3-5
minggu, pembuluh darah villi tidak berfungsi , penimbunan cairan dijaringan mesenkhim
villi.
Lusy Indranita-unmal
Kks OBGYN RSUD Djoelham
Page 8
MOLA HIDATIDOSA
Fungsi abnormal, absorbsi cairan yang berlebihan kedalam villi, proses penekanan,
kerusakan pembuluh darah, kematian bayi.
Adanya kelainan sitogenetik. Dimana terdapat sel telur patologik yang tidak mempunyai
kromosom maternal (empty egg)
Menurut DR. Dr. Andrijono, SpOG(K) dari Fak Kedokteran UI, perkembangan jaringan mola
salah satunya disebabkan oleh defisiensi vitamin A.
II.7 DIAGNOSIS
Uterus pada mola hidatidosa tumbuh lebih cepat daripada kehamilan biasa. Pada uterus
yang besar ini tidak terdapat tanda-tanda adanya janin didalamnya, seperti balottment pada
palpasi, gerak janin pada auskultasi, adanya kerangka janin pada pemeriksaan rontgen, dan
adanya denyut jantung pada ultrsonografi. Perdarahan merupakan gejala yang paling sering
Lusy Indranita-unmal
Kks OBGYN RSUD Djoelham
Page 9
MOLA HIDATIDOSA
ditemukan. Kdar HCG pada mola jauh lebih tinggi daripada kehamilan biasa. Ultrasonografi (Bscan) memberi gambaran yang khas mola hidatidosa.4.6.
PERDARAHAN. Perdarahan uterus hamper bersifat universal,dan dapat bervariasi dari bercak
sampai perdarahan berat. Perdarahan mungkin terjadi sesaat sebelum abortus atau yang lebih
sering terjadi secara intermitten selama beberapa minggu atau samapi bahkan bulan. Efek dilusi
akibat hipervolemi yang cukup berat dibuktikan terjadi pada sebagian wanita yang molanya lebih
besar. Kadang-kadang terjadi perdarahan berat yang tertutup didalam uterus. Anemia defisiensi
besi sering dijumpai dan kadang-kadang terdapat eritropoiesis megaloblastik, mungkin akibat
kurangnya asupan gizi karena mual dan muntah disertai meningkatnya kebutuhan folat trofoblas
yang cepat berplorifersai.2,3,5,
UKURAN UTERUS. Uterus sering membesar lebih cepat daripada biasanya. Ini adalah kelainan
yang paling sering dijumpai. Dan pada sekitar separuh kasus, ukuran uterus jelas melebihi yang
diharapkan berdasarkan usia gestasi. Uterus mungkin sulit diidentifikasi secara pasti dengan
palpasi, terutama pada wanita nulipara, karena konsistensinya yang lunak dibawah dinding
abdomen yang kencang. Kadang-kadang ovarium sangat membesar akibat kista-kista teka lutein
sehingga sulit dibedakan dari uterus yang membesar.1,3,
AKTIVITAS JANIN. Walaupun uterus cukup membesar sehingga mencapai jauh diatas simfisis,
bunyi jantung janin biasanya tidak terdeteksi. Walaupun jarang mungkin terdapat plasenta
kembara dengan perkembangan kehamilan mola sempurna pada salah satunya, sementara
plasenta lain dan janinnya tampak normal. Demikian juga, walaupun sangat jarang,plasenta
mungkin mengalami perubahan mola yang luas tetapi tidak lengkap disertai janin hidup.1,2,4,
HIPERTENSI AKIBAT KEHAMILAN. Yang sangat penting adalah kemungkinan terjadinya
preeklampsi pada kehamilan mola, yang menetap sampai trimester kedua. Karena hipertensi
akibat kehamilan jarang dijumpai sebelum usia gestasi 24 minggu, preeklampsi yang terjadi
sebelum waktu ini sedikitnya harus mengisyaratkan mola hidatidosa atau adanya mola yng luas.
Lusy Indranita-unmal
Kks OBGYN RSUD Djoelham
Page 10
MOLA HIDATIDOSA
HIPEREMESIS. Pasien dapat mual dan muntah yang cukup berat. Yang menarik, tidak ada
satupun dari 24 mola sempurna yng dilaporkan mengalami preeclampsia, hiperemesis, atau
hipertirodisme klinis.1,5,
TIROROKSIKOSIS. Kadar tiroksinplasma pada wanita dengan kehamilan mola sering
meningkat, tetapi jarang menyebabkan gejala klinis hipertiroid.peningkatan tiroksin plasma
mungkin disebabkan oleh estrogen, seperti pada kehamilan normal,yang kadar tiroksin bebasnya
tidak meningkat.1,3,6,7
EMBOLISASI. Saat evakuasi, trofobast dengan atau tampa stroma vilus, lolos dari uterus
melalui aliran vena dalam jumlah bervariasi. Volumenya dapat mencapai sedemikian sehungga
menimbulkan gejala dan tanda embolisme paru akut dan bahkan hasil yang fatal,namun jarang
dijumpai. 3,5,6
Disimpulkan bahwa penegakan mola hidatidosa dapat berdasarkan gejala klinis dan
pemeriksaan penunjang sebagai berikut :1,2,5,
a. Gejala Klinis
Gejala klinik pasien mola hidatidosa :
- Amenore dan adanya tanda-tanda kehamilan disertai perdarahan. Perdarahan ini bisa
intermitten, sedikit-sedikit atau sekaligus banyak sehingga menyebabkan syok
atau kematian. Karena perdarahan ini maka umumnya penderita mola hidatidosa
masuk rumah sakit dalam keadaan anemia
- Hiperemesis gravidarum lebih sering terjadi umumnya lebih kuat dan lebih lama
- Tanda-tanda pre eklampsia atau eklampsia pada trimester I
- Tanda-tanda tirotoksikosis
- Kista lutein unilateral / bilateral
- Umumnya uterus lebih besar dari usia kehamilan
- Tidak ada tanda-tanda adanya janin, tidak ada balltement kecuali pada Mola parsial, tidak ada
bunyi jantung anak dan tidak nampak rangka janin pada rontgen foto
Lusy Indranita-unmal
Kks OBGYN RSUD Djoelham
Page 11
MOLA HIDATIDOSA
b. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang molahidatidosa :
- Foto toraks ada gambaran emboli udara
_Tes Acosta Sison. Dengan tang abortus, gelembung Mola dapat di keluarkan
- Penngkatan kadar beta HCG urin atau serum
- USG menunjukan gambaran badai salju (snow flake pattern)
- Uji sonde menurut Hanifa. Tandanya yaittu sonde yang dimasukkan tanpa tahanan
dan dapat diputar 360 derajat dengan deviasi sonde kurang dari 10 derajat
- Pemeriksaan T3 & T4 bila ada gejala tirotoksikosis
II.8 PENATALAKSANAAN
Berhubung dengan kemungkinan, bahwa mola hidatidosa dapat menjadi ganas, maka
terapi yang terbaik pada wanita dengan usia yang sudah lanjut dan sudah mempunyai jumlah
anak yang diingini, ialah histerektomi. Akan tetapi pada wanita yng masih menginginkan anak
maka setelah diagnosis mola dipastikan, dilakukan pengeluaran mola dengan kerokan isapan
(suction curettage) disertai dengan pemberian infuse oksitosin intravena. Sesudah itu dilakukan
kerokan dengan kuret tumpul untuk mengeluarkan sisa-sisa konseptus, kerokan perlu dilakukan
hati-hati berhubung dengan bahaya perforasi. Tujuh sampai sepuluh hari sesudahnya itu
dilakukan kerokan ulangan dengan kuret tajam, agar ada kepastian bahwa uterus betul-betul
kosong, dan untuk memeriksa tingkat proliferasi sisa-sisa trofoblast yang dapat ditemukan.
Makin tinggi tingkat itu, makin perlu untuk waspada terhadap kemungkinan keganasan. Sebelum
mola dikeluarkan dilakukan pemeriksaan rontgen paru-paru untuk menetukan ada tidaknya
metastasis ditempat itu. Setelah mola dilahirkan, dapat ditemukan bahwa kedua ovarium
membesar menjadi kista teka-lutein. Kista-kista ini yang tumbuh karena pengaruh hormonal,
kemudian mengecil sendiri.
5,
Lusy Indranita-unmal
Kks OBGYN RSUD Djoelham
Page 12
MOLA HIDATIDOSA
Page 13
MOLA HIDATIDOSA
Lusy Indranita-unmal
Kks OBGYN RSUD Djoelham
Page 14
MOLA HIDATIDOSA
II.
III.
IV.
Apabila pada pemeriksaan laboratorium di dapat PP Test (+) sampai dengan 6 minggu post kuret
di duga Chorio Carcinoma berikan Kuur MTX 1X/bulan sampai PP Test (-).
II.9 KOMPLIKASI
Komplikasi mola hidatidosa meliputi :
- Perdarahan hebat
- Anemis
- Syok
- Infeksi
- Perforasi uterus
- Keganasan (PTG)
-Tirotoksikosis
- Eklampsia
II.10 PROGNOSA
Lusy Indranita-unmal
Kks OBGYN RSUD Djoelham
Page 15
MOLA HIDATIDOSA
Hampir 20% mola hidatidosa komplet berlanjut menjadi keganasan. Sedangkan Mola hidatidosa
parsial jarang. Mola yang terjadi berulang di sertai tirotoksikosis atau kista lutein memiliki
kemungkinan menjadi ganas lebih tinggi. Kematian Mola hidatidosa diperkirakan 2% sampai
5%.2-3% kasus mola bisa berkembang menjadi keganasan (koriokarsinoma) Proses degenerasi
ganas dapat berlangsung antara tujuh hari sampai tiga tahun dengan terbenyak dalam waktu
enam bulan.
BAB III
KESIMPULAN
Lusy Indranita-unmal
Kks OBGYN RSUD Djoelham
Page 16
MOLA HIDATIDOSA
Mola hidatidosa adalah penyakit yang berasal dari kelainan pertumbuhan trofoblas
plasenta atau calon plasenta dan disertai dengan degenerasi kistik villi dan perubahan hidropik.
Dengan ciri-ciri stroma villus korialis langka vaskularisasi, dan edematous.
Uterus pada mola hidatidosa tumbuh lebih cepat daripada kehamilan biasa. Pada uterus yang
besar ini tidak terdapat tanda-tanda adanya janin didalamnya, seperti balottment pada palpasi,
gerak janin pada auskultasi, adanya kerangka janin pada pemeriksaan rontgen, dan adanya
denyut jantung pada ultrsonografi. Perdarahan merupakan gejala yang paling sering ditemukan.
Kdar HCG pada mola jauh lebih tinggi daripada kehamilan biasa. Ultrasonografi (B-scan)
memberi gambaran yang khas mola hidatidosa.1,3
Berhubung dengan kemungkinan, bahwa mola hidatidosa dapat menjadi ganas, maka terapi yang
terbaik pada wanita dengan usia yang sudah lanjut dan sudah mempunyai jumlah anak yang
diingini, ialah histerektomi. Akan tetapi pada wanita yng masih menginginkan anak maka setelah
diagnosis mola dipastikan, dilakukan pengeluaran mola dengan kerokan isapan (suction
curettage) disertai dengan pemberian infuse oksitosin intravena.
Hampir 20% mola hidatidosa komplet berlanjut menjadi keganasan. Sedangkan Mola hidatidosa
parsial jarang. Mola yang terjadi berulang di sertai tirotoksikosis atau kista lutein memiliki
kemungkinan menjadi ganas lebih tinggi. Kematian Mola hidatidosa diperkirakan 2% sampai
5%.
DAFTAR PUSTAKA
Page 17
MOLA HIDATIDOSA
2. Pengurus Besar POGI. Standar Pelayanan Medik Obstetri & Ginekologi. Bag. 1.
Jakarta : Balai Penerbit FKUI 1995. 41-45.
3. Cunningham F, Mac. Donald PC, Gant NF. Disease and Abnormalities of the
Placenta and Fetal Membranes. in : Williams Obstetrics 18th ed. Connecticut :
Appleton&Lange.1989.540-553.
4. Budi A., Muin A., Lukas E., Djuanna A. Penatalaksanaan Penyakit Trofoblas
Kehamilan. Makassar : Bagian Obstetri & Ginekologi FKUH UP. 1995.
5. Sastrawinata, Sulaiman.1981.Mola hidatidosa, Obstetri Patologi. Bagian Obstetri dan
ginekologi. FK UNPAD. Hal 38-42
6. http://medicastore.com/med/detail pyk.php?iddtl=3207&key word =Mola hidatidosa
Lusy Indranita-unmal
Kks OBGYN RSUD Djoelham
Page 18