KAJIAN PUSTAKA
4.1
100
101
seorang
manajer
untuk
mengusahakan
terjadinya
102
keselarasan,
antara
tugas/pekerjaan
yang
dilakukan
oleh
103
relationships
between
activities
in
an
organization
Koordinasi
adalah
hubungan-hubungan
proses
yang
mengembangkan
baik
diantara
dan
kegiatan-
bahwa
Koordinasi
adalah
penyelerasan secara teratur atau penyusunan kembali kegiatankegiatan yang saling bergantung dari individu-individu untuk mencapai
tujuan bersama.
Handayaningrat dalam Moekijat (1994:43) menyatakan bahwa
koordinasi adalah konsep yang diterapkan di dalam kelompok, bukan
terhadap usaha individu tetapi sejumlah individu yang bekerjasama di
dalam kelompok untuk mencapai tujuan bersama.
104
James
Mooney
dalam
Moekijat
(1994:4)
merumuskan
105
usaha-usaha
secara
maksimal,
agar
diperoleh
hasil
secara
keseluruhan.
Dalam Konsep Kesatuan Tindakan tentu harus diatur dengan
perencanaan, Moekijat (1994:39) menyatakan bahwa
Koordinasi dapat dicapai lebih mudah dalam tingkat-tingkat awal
perencanaan dan pembuatan kebijaksanaan. Misalnya sambal
mempersiapkan rencana itu sendiri harus ada konsultasi bersama.
Dengan cara demikian tugas penyesuaian dan penyatuan dalam
proses pelaksanaan rencana menjadi lebih mudah.
Selain
itu
Hicks
dan
Gullet
dalam
Moekijat
(1994:37)
dalam
Moekijat
(1994:3)
menyatakan
bahwa
106
Purwanto
dalam
Moekijat
(1994:7)
menyatakan
bahwa
Koordinasi adalah aktivitas membawa orang-orang, material, pikiranpikiran, teknik-teknik dan tujuan-tujuan ke dalam hubungan yang
harmonis dan produktif dalam mencapai suatu tujuan, oleh karena itu
untuk memaksimalkan hal tersebut, maka diperlukan ketepatan
penggunaan. Ketepatan Penggunaan merupakan salah satu hal yang
harus diperhatikan dalam melaksanakan tujuan agar hasil yang
didapat berguna dan efektif.
Dalam mewujudkan tujuan bersama maka perlu adanya
sasaran, sebagaimana Stoner dan Wankel dalam Moekijat (1994:4)
menyatakan bahwa Koordinasi adalah penyatupaduan kegiatankegiatan dari bagian-bagian organisasi yang terpisah untuk mencapai
sasaran-sasaran organisasi.
107
Indonesia
dan
kesejahteraan
melaksanakan
seluruh
umum,
tumpah
darah
mencerdaskan
ketertiban
dunia
yang
Indonesia,
kehidupan
memajukan
bangsa
berdasarkan
dan
ikut
kemerdekaan,
organisasi
sosial
kemasyarakatan,
lembaga
swadaya
maupun
lembaga
kesejahteraan
sosial
asing
demi
108
109
mewujudkan
hal
diatas
Penanganan
Fakir
Miskin
110
d. Mendapat
perlindungan
sosial
dalam
membangun,
mengembangkan dan memberdayakan diri dan keluarganya
sesuai dengan karakter budayanya;
e. Mendapat pelayanan sosial dalam membangun, mengembangkan
dan memberdayakan diri dan keluarganya sesuai dengan
karakter budayanya;
f. Memperoleh derajat kehidupan yang layak;
g. Memperoleh lingkungan hidup yang sehat;
h. Meningkatkan kondisi kesejahteraan yang berkesinambungan;
dan
i. Memperoleh pekerjaan dan kesempatan berusaha.
2. Penanganan fakir miskin dilaksanakan secara terarah, terpadu dan
berkelanjutan oleh Pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat.
3. Sasaran penanganan fakir miskin ditujukan kepada :
a. Perseorangan ;
b. Keluarga ;
c. Kelompok; dan/atau
d. Masyarakat.
4. Penanganan Fakir Miskin dilaksanakan dalam bentuk :
a. Pengembangan Potensi diri;
b. Bantuan Pangan dan Sandang;
c. Penyediaan Pelayanan Perumahan;
d. Penyediaan Pelayanan Kesehatan;
e. Penyediaan Pelayanan Pendidikan;
f. Penyediaan akses kesempatan kerja dan berusaha;
g. Bantuan hukum;dan/atau
h. Pelayanan Sosial.
5. Penanganan fakir miskin dapat dilakukan melalui :
a. Pemberdayaan kelembagaan masyarakat;
b. Peningkatan kapasitas fakir miskin untuk mengembangkan
kemampuan dasar dan kemampuan berusaha;
c. Jaminan dan perlindungan sosial untuk memberikan rasa aman
bagi fakir miskin;
d. Kemitraan dan Kerja sama antar pemangku kepentingan;
dan/atau
e. Koordinasi antara kementerian/lembaga dan pemerintah daerah.
6. Pemerintah
dan
Pemerintah
daerah
bertanggung
jawab
mengembangkan potensi diri bagi perseorangan, keluarga, kelompok
dan/atau masyarakat.
111
112
4.2.5
memerlukan
langkah-langkah
penanganan
dan
pendekatan
yang
113
114
upaya
penajaman
yang
meliputi
penetapan
sasaran,
115
Pemerintah
Nomor
39
Tahun
2012
Tentang
mengalami
116
pasal
yang
berhubungan
dengan
Penyelenggaraan
117
4.2.8 Peraturan
Pemerintah
Pelaksanaan
Upaya
Nomor
63
Penanganan
Tahun
Fakir
2013
Tentang
Miskin
melalui
Pendekatan Wilayah
Peraturan Pemerintah ini dibentuk untuk menjalankan UndangUndang Nomor 13 Tahun 2011 Tentang Penanganan Fakir Miskin. Dalam
Peraturan Pemerintah ini mencakup mengenai Penanganan Fakir Miskin
melalui pendekatan wilayah, baik bagi fakir miskin yang tinggal di wilayah
perdesaan, perkotaan, pesisir dan pulau-pulau kecil, tertinggal dan
terpencil, dan perbatasan antar negara sebagaimana terdapat pada Pasal
3 dan 4, bahwa ;
1. Upaya Penanganan Fakir Miskin melalui Pendekatan Wilayah
dimaksudkan untuk :
a. Memberikan arah agar penanganan Fakir Miskin dilakukan
secara terpadu, terarah, dan berkesinambungan sehingga dapat
meningkatkan derajat Kesejahteraan Fakir Miskin; dan
b. Memberikan pedoman bagi pengambilan kebijakan yang
berpihak kepada peningkatan kesejahteraan Fakir Miskin,
berbasiskan wilayah dengan memperhatikan kearifan lokal.
2. Upaya Penanganan Fakir Miskin melalui Pendekatan Wilayah
dimaksudkan untuk :
a. Terpenuhinya Kebutuhan Dasar Fakir Miskin agar memperoleh
kehidupan yang layak dan bermartabat yang dilaksanakan oleh
Menteri, menteri/pimpinan lembaga terkait sesuai dengan tugas
dan fungsinya;
b. Meningkatnya kapasitas dan berkembangnya kemampuan
dasar serta kemampuan berusaha bagi Fakir Miskin; dan
c. Terentaskannya Fakir Miskin dari kemiskinan.
Pembentukan
Tim
Koordinasi
Penanggulangan
118
Keputusan
melaksanakan
Percepatan
Bupati
Peraturan
Tapanuli
Presiden
Penanggulangan
Tengah
ini
Republik
Kemiskinan
untuk
dibentuk
Indonesia
untuk
tentang
membentuk
Tim
Tapanuli Tengah.
pelaksanaan
penanggulangan
kemiskinan
di