Hai, Bu, Apa Kabarmu Di Sana?
Hai, Bu, Apa Kabarmu Di Sana?
Aku pun juga ingin menghaturkan maaf, aku sadar hingga detik
ini masih saja merepotkanmu. Belum lagi usiaku yang kian
bertambah saja. Tak pelak hal inilah yang membuat para
tetangga bergunjing ria. Membicarakan kelemahanku di sana
sini. Membuat hatimu terluka sekali lagi.
Maafkan aku Bu, karena cukup sering tak acuh padamu.
Larangan yang kau serukan serta imbauan yang kau harapkan
meledak hebat hanya karena hal kecil. Aku malu jika suatu saat
nanti anakku melihat bagaimana dahsyatnya ledakan
amarahku. Apa yang mereka pikirkan? Aku takut mereka
menganggapku seorang monster. Ibu, tolong ajari aku untuk
bisa tenang sepertimu.
Ibu, bisakah aku menjadi wanita kuat sepertimu? Kau tak
pernah mengeluh sedikitpun, walaupun aku tahu bagaimana
letihnya dirimu mengerjakan semua tugas sebagai ibu.
Aku tau kau adalah bagian dari sajak-sajak yang sering kutulis
atau sering kuceritakan pada langit malam. Malam ini aku
bercerita lagi, bersama bintang dan angin yang datang, mereka
terkadang bertanya, benarkah kalian benar-benar ada?
Benarkah kita pernah melakukan hal-hal gila? Mereka terkadang
menatapku tak percaya. Aku masih sama, seorang gadis
pelamun dan suka berkhayal. Dan malam ini udara sangat
sejuk, kalian tau 'kan jika aku sangat menyukai citylight? Aku
sekarang sedang menatap jutaan cahaya kota itu.
Bagaimana kabar kalian? Aku tau, kita sekarang berbeda
tempat. Ingat ketika kita berada di suatu ruangan yang sering
kita sebut kelas rahasia? Kemarin aku berkunjung ke sekolah
kita. Suasananya memang sudah berbeda, tapi kenangan kita
selalu tetap sama. Aku ingat sekali, kursi-kursi tua berwarna
cokelat itu, dulu kita duduk bersama, saling menatap dan
tersenyum dan akhirnya kita tertawa. Aku ingat sekali, pohon-
itu masih kuat untuk berlari. Aku menatap kalian sejenak, ada
rasa sedih saat melihat kalian.
Aku menatap laut di depan mataku, kupejamkan sejenak,
seandainya Tuhan memberiku kesempatan untuk menghentikan
waktu, aku ingin sekali melihat kalian bahagia sekali lagi.
Berpisah bukan hal yang membahagiakan.
Waktu kita hanya dua hari untuk bisa bersama, tapi kita lupa
untuk mengucapkan kata perpisahan, karena kita tahu, pergi
jauh meninggalkan memori-memori ini tidaklah menyenangkan.
Ada tangis saat kutatap kalian, kalimatku tak bisa menjelaskan
tentang kita.
Senja itu adalah senja istimewa, kita memandang senja itu
bersama, duduk bersama, menceritakan kenangan kita selama
ini, dan membuat air mata mengalir tak tertahan, senja itu
merupakan salah satu di antara banyak kenangan yang kita
buat. Lapangan basket, kantin, soto ayam, nasi uduk, kelas
rahasia, pintu kelas rahasia dan hal-hal menakjubkan
lainnya. Aku ingat semua itu, aku masih merasa jika kita belum
berpisah, aku masih ingat kau membelikan minuman
kesukaanku, aku masih ingat bagaimana raut wajah kesal kalian
saat aku memakan bekal kalian, aku ingat saat kita saling
Adalah senyummu,
Endorfin tanpa jemu
aku juga tak bisa memilih dengan cara seperti apa aku ingin
dijatuhkan. Selalu ada alasan mengapa aku harus mengalir
seperti ini. Meskipun aku tak tahu apa itu, namun tak ada
sesuatu yang terjadi yang tanpa sebab. Terkadang aku ingin
menjadi arus yang kuat yang bisa menghalau benda apapun
yang menghalangi jalanku. Menghempaskannya agar aku bisa
mengalir dengan nyaman. Seberapa besar batu yang
menghadangku, seberapa banyak tumpukan sampah yang
menghalangiku aku ingin melewatinya atau bahkan
menghempaskanya. Tapi kadang aku juga hanyut bersamanya,
berbagi tempat dengannya. Meskipun aku tak
menginginkannya. Siapa juga yang ingin berjalan beriringan
dengan tumpukan sampah yang kotor dan bau? Yang ada
malah aku juga akan dianggap sama. Namun seberapa kuat
tekadku, apapun keinginanku, pada kenyataannya aku tetaplah
hanya buih, dan sampai kapanpun aku akan tetap menjadi buih
air hujan yang turun dan mengalir tak beraturan. Walaupun tak
sampai ke laut, namun akan kuciptakan muaraku sendiri. Akan
kuciptakan sungaiku sendiri, selokanku sendiri dan
persimpanganku sendiri. Dimana aku bisa memilih aliran mana
yang akan ku tuju. Dan sampai dimana waktu itu tiba aku akan
mengalir mengikuti tempat yang lebih rendah yang ada di
depanku. Karena aku tak bisa menanjak ataupun kembali lagi.
Cintaku pada orang yang aku cintai dan sayangi, aku titipkan
pada Allah Ta'alaa. Sebab hanyalah Allah Ta'alaa yang Maha
Menjaga, di kala kita saling berjauhan, di kala aku memendam
rindu ingin bertemu, Allah menjaga dengan menenangkan
hatiku, melalui doa aku meminta Allah menjagamu.
Cintaku kepada orang yang sungguh-sungguh aku sayangi
adalah milik-Nya, jangan sampai cintaku kepadamu melebihi
cintaku kepada pencipta-Mu. Aku rela jika kau tak mengenalku,
tapi aku mau kau mengenal hatiku. Sebab bisa mengenalmu,
bagiku sudah syukur. Dan memilikimu adalah harta yang paling
berharga dalam hidupku.
Tetapi, untuk saat ini aku belum pantas kau cintai. Aku masih
menjadi prajurit yang tak bernama, tidak sekuat kesatria, tidak
semenawan pangeran. Ya, aku masih seorang prajurit, prajurit
yang sedang berjuang di medan perang.
Saat ini, cinta diam sama dengan cinta dalam hati. Cinta dalam
hati sama dengan cinta tak harus memiliki. Aku tidak bisa
memiliki fisik, aku cuma bisa menjaga jasadmu melalui doa.
Aku selalu berdoa, semoga Allah selalu menjaga cinta ini.
Walaupun aku tak bisa beri apa-apa yang kau doakan, yang aku
bisa lakukan hanya mengaminkan apa yang doakan itu.
Kau harus tau, "kau adalah kumpulan doa-doa yang paling aku
cintai. Sebab dengan mendoakanmu artinya aku memelukmu
dan menjagamu dari jauh. Tidak seperti dia, yang senantiasa
memegang erat tanganmu, yang senantiasa selalu berada di
sisimu.
Aku hanya bisa diam dari kejauhan, karena dalam diamku
tersimpan kekuatan, Kekuatan harapan, Hingga mungkin saja
Allah akan membuat harapan itu menjadi nyata hingga cintamu
yang diam itu dapat berbicara dalam kehidupan nyata.
dan masa depanmu. Walaupun saat ini aku dan kau belum
dipertemukan, aku hanya bisa mengatakan "kau adalah
kumpulan doa-doa yang paling aku cintai.
Selalu ada cerita tentang hujan. Hujan adalah sahabat baik bagi
para perindu. Hujan telah menjadi penghantar kerinduan yang
mengagumkan. Lewat rinainya sajak-sajak rindu meninggalkan
jejak. Suara hembusan angin menyenandungkan kidung-kidung
kerinduan yang syahdu dan hujan yang turun setelahnya
mengejawantahkan segenap duka dan rasa frustasiku akan
rindu yang kian menggerogoti dan membuat dadaku sesak.
Hujan adalah sebuah retorika alam, jawaban akan sebuah
harapan di kala kering, ketika getar peristaltik melemah karena
haus. Menanti hujan kini menjadi aktivitas favoritku. Seperti
makhluk hidup lainnya aku juga ingin merasakan karunia yang
dibawa oleh air dari langit itu. Melihat awan gelap
bergelantungan di udara, tak sabar rasanya ingin menikmati
butiran-butiran hujan. Aku menengadahkan wajah ke langit dan
memohon dengan penuh harap. Jika hujan benar-benar turun
aku akan segera berlari dan menari dibawah rinainya. Biar
hujan menghanyutkan sisi-sisa muhasabah diri masa-masa
kelam, agar tercipta ladang subur yang indah dan menjadi