Anda di halaman 1dari 15

MATERI INISIASI 4

MATAKULIAH
MODUL
JUDUL

:
:

STATISTIKA EKONOMI /ESPA 4123


MD9 ANGKA INDEKS
ANGKA INDEKS: INDEKS HARGA

TUTOR

RUDI SETIAWAN, SST, MM

KONSEP ANGKA INDEKS


Pada prinsipnya angka indeks bisa diartikan sebagai alat ukur untuk
mengetahui perubahan suatu variabel berdasarkan waktu. Ciri khas
dari angka indeks ini adalah perhitungan rasio (pembagian), di mana
hasil rasio tersebut selalu dikalikan dengan bilangan 100 untuk
menunjukkan

perubahan

tersebut

dalam

persentase.

Dengan

demikian, basis dari angka indeks apapun selalu 100.


Sebagai contoh, jika harga satu kilogram daging ayam adalah Rp.
15.000,- pada tahun 1999, kemudian harga tersebut menjadi Rp.
20.000,- pada tahun 2002, maka secara awam akan dikatakan
perbandingan harga tahun 2002 dengan tahun 1999 adalah:
20.000
x100% 133,33%
15.000
Dengan kata lain, bisa dikatakan harga daging ayam mengalami
kenaikan sebesar 133,33% - 100% = 33,33% dari harga tahun 1999.
Dari sudut pemahaman indeks, maka jika dasar tahun 1999 adalah
100, maka indeks harga daging ayam tahun 2002 adalah 133,33. Jadi
angka indeks tidak ditampilkan dalam bentuk presentase (%), namun
dalam bentuk angka biasa dengan basis 100 (seperti indeks daging
ayam

tahun

2002

adalah

95,6),

maka

dikatakan

telah

terjadi

penurunan variabel tersebut. Dalam contoh harga daging ayam di atas,


jika indeks adalah 95,6 maka daging ayam mengalami penurunan pada
tahun 2002.

Sumber Indeks
Sumber data untuk perhitungan indeks bisa didapatkan dari data-data
internal, seperti data produksi sebuah perusahaan, data penjualan
sebuah toko, data temperatur udara suatu ruangan dan sebagainya.
Selain itu, sumber data untuk perhitungan indeks yang bersifat umum
bisa didapatkan dari Pemerintah, seperti Indeks Harga Konsumen yang
bisa dilihat pada data BPS (Biro Pusat Statistik).
Sebagai contoh, pada data BPS, didapat data Indeks Harga Konsumen
di seluruh propinsi adalah sebesar
TAHUN
IHK

1996
185,92

1997
198,22

1998
168,32

1999
202,63

Data : BPS
Data tahun dasar 1988 dengan indeks 100, terlihat Indeks Harga
Konsumen (IHK) mengalami kenaikan dari tahun ke tahun, karena
semua angka ada diatas angka indeks dasar, yakni 100.
JENIS ANGKA INDEKS
Dalam praktek, digunakan berbagai jenis pengukuran angka indeks.
1. INDEKS HARGA (PRICE INDEX)
Indeks ini bertujuan mengukur perubahan harga antara dua interval
waktu tertentu, misal antar tahun, antar bulan, antar kuartal dan
sebagainya. Dalam praktek indeks harga adalah indeks yang paling
sering digunakan, seperti indeks harga konsumen, indeks harga
saham gabungan (IHSG) dan lainnya.
2. INDEKS KUANTITAS (QUALITY INDEX)
Indeks kuantitas mengukur perubahan sejumlah kuantitas barang
dari masa ke masa. Sebagai contoh, jika diketahui indeks kuantitas
kopi tahun 2002 adalah 107, dengan tahun dasar 2000, maka ada
peningkatan jumlah kopi sebesar 7%.
3. INDEKS NILAI (VALUE INDEX)

Page 2 of 15

Indeks nilai mengukur perubahan nilai barang, yang merupakan


perkalian harga suatu barang dengan jumlah barang tersebut, dari
waktu ke waktu. Sebagai contoh, indeks biaya hidup di beberapa
kota besar, yang mencerminkan perbandingan biaya hidup yang
diukur dari jumlah barang yang dikonsumsi dikalikan dengan harga
barang-barang tersebut, semakin tinggi indeks biaya hidup di
sebuah kota, mencerminkan semakin mahal biaya hidup di kota
tersebut.
Sedang

dari

cara

mengukur

indeks,

ada

beberapa

cara

yang

digunakan;
1. METODE TAK TERTIMBANG
Pada metode ini dianggap semua variabel yang akan diukur
indeksnya mempunyai nilai yang sama. Metode ini merupakan
metode yang paling sederhana dan praktis dalam mengukur sebuah
indeks (bisa indeks harga, indeks kuantitas atau jenis indeks yang
lain), walaupun cara ini mempunyai kelamahan-kelamahan.
2. METODE TERTIMBANG
Berbeda dengan cara sederhana dari metode tak tertimbang, pada
metode ini ada bobot yang digunakan untuk membedakan variabel
yang satu dengan yang lain. Seperti adanya penimbangan berupa
kuantitas barang yang terjual untuk berbagai jenis barang yang
berlainan harganya. Metode ini dalam praktek masih dibagi dalam
beberapa cara perhitungan indeksnya seperti metode Laspeyers,
Paasche, Fisher dan sebagainya.
3. METODE RELATIF
Jika

pada

metode

tertimbang

atau

tak

tertimbang,

proses

perhitungan dimulai dengan menjumlahkan seluruh komponen yang


ada kemudian dilakukan rata-rata, maka metode relatif memulai
dengan menghitung setiap indeks komponen, kemudian baru
melakukan rata-rata dari semua indeks individu yang didapat.
4. METODE RANTAI

Page 3 of 15

Metode ini menghitung indeks secara berantai, misal dari tahun


1998 dibandingkan dengan yahun 1997, kemudian tahun 1999
dibandingkan dengan tahun 1998, dan seterusnya.

INDEKS HARGA (PRICE INDEX) DAN CARA MENGUKURNYA


Indeks harga termasuk yang paling sering digunakan dalam kehidupan
sehari-hari, karena secara langsung mencerminkan pergerakan harga
berbagai jenis barang. Dalam pengukurannya, indeks harga bisa dicari
dengan metode tat tertimbang, metode tertimbang, metode relatif
ataupun metode rantai.
Cara Mengukur Indeks Harga dengan Menggunakan Metode
Tak Tertimbang dan Metode Tertimbang

Indeks Harga Tak Tertimbang

Dinamakan tak tertimbang atau unweighted karena penghitungan


indeks langsung dilakukan dengan menilai nilai uang dari barang
tertentu, dan bukannya mempertimbangkan satuan barang tersebut,
seperti berat barang (kilogram), panjang kain (meter) dan sebagainya.
Metode Sederhana
Metode ini merupakan pengukuran indeks yang paling sederhana,
karena hanya membandingkan harga satu jenis barang untuk dua
interval waktu tertentu.
Rumus:

Ip =

Pn
.100
P0

Dimana:
Ip = Indeks Harga
Pn = Harga Tahun tertentu (Given Year)
P0 = Harga Tahun dasar (Base Year)

Page 4 of 15

Kasus:
Jika Harga Beras kualitas Medium pada Januari 2001 adalah Rp.
2.379,-/kg dan pada Januari 2002 adalah Rp. 2.978,-/kg, maka:
Jika digunakan tahun 2001 sebagai BASE YEAR
Indeks Harga Beras kualitas Medium tahun 2001 adalah 100.
Sedangkan Indeks Harga kualitas Medium tahun 2002 adalah :
Ip =

2978
.100 125.18
2379

Angka itu berarti harga beras kualitas medium tahun 2001 adalah
25.18 % dar harga beras kualitas medium tahun 2002.
Metode Agregatif Sederhana
Kata agregatif di sini berarti adanya lebih dari satu macam barang
yang dijadikan satu. Hal ini berbeda dengan metode sebelumnya, yang
hanya menghitung satu jenis barang saja. Karena itu, perbedaan pada
rumus terletak pada simbol yang merupakan penjumlahan sejumlah
item barang.
Rumus:

Ip =

P
P

.100

Dimana:
Ip = Indeks Harga
Pn = Harga Tahun tertentu (Given Year)
P0 = Harga Tahun dasar (Base Year)
Tanda = Tanda Penjumlahan
Kasus:
Berikut harga sejumlah barang di Pasar Jakarta tahun 1996 dan 1997
(data dari BPS dan satuan dalam Rupiah).

Jenis

Satuan

1996

Page 5 of 15

1997

Barang
Daging Sapi
Ikan
Tongkol
Telur Ayam
Telur Itik
Minyak
Goreng
Sabun
Diterjen

Kilogram
Kilogram

12,077.9
7
5,108.86

12,307.7
9
6,001.07

Kilogram
Butir
Botol

2,667.30
341.96
1,843.28

2,862.31
316.34
1,937.40

Sachet

200.00

200.00

Keterangan data:
Pada baris pertama, rata-rata harga Daging Sapi di Kota Jakarta pada
tahun 1996 adalah Rp. 12.077,97 per kilogram. Sedangkan untuk
tahun 1997, harga Daging Sapi adalah Rp.12.307,79 per kilogram.
Demikian seterusnya untuk data yang lain. Karena janis barang lebih
dari satu, maka penghitungan akan dilakukan secara agregat, yakni
menjumlah secara vertikal ke bawah semua harga di atas.
Proses penghitungan angka indeks:
Jenis
Barang
Daging Sapi
Ikan
Tongkol
Telur Ayam
Telur Itik
Minyak
Goreng
Sabun
Diterjen
TOTAL

1996

1997

12,077.9
7
5,108.86

12,307.7
9
6,001.07

2,667.30
341.96
1,843.28

2,862.31
316.34
1,937.40

200.00

200.00

22,239.
37

23,624.
91

Dimana:
W = timbangan (bobot)
Pada umumnya, w berupa kuantitas (jumlah barang) yang dibeli,
sehingga w sering juga disebut timbangan kuantitas.

Page 6 of 15

Indeks Harga Tertimbang:


1. INDEKS LASPEYRES
Pengukuran dengan indeks ini merupakan salah satu alat pengukuran
yang paling popular.
Rumus:

Ip =

P .q
P .q
n

.100

Kasus:
Terkait dengan contoh sebelumnya, misal di suatu daerah di Jakarta,
JUMLAH konsumsi beberapa jenis barang untuk tahun 1998 dan 1999
adalah sebagai berikut:
Jenis
Barang
Daging Sapi
Ikan
Tongkol
Telur Ayam
Telur Itik
Minyak
Goreng
Sabun
Diterjen

Satuan
Kilogram
Kilogram

1998
(qo)
1,500.00
4,500.00

1999
(qn)
1,750.00
5,000.00

Kilogram
Butir
Botol

2,500.00
1,000.00
300.00

3,000.00
1,250.00
350.00

Sachet

500.00

600.00

Keterangan:
Daging sapi dikonsumsi sebanyak 1.500 kilogram dalam tahun 1998,
sedang tahun 1999 konsumsi meningkat menjadi 1.750 kilogram.
Untuk ikan Tingkol, dikonsumsi sebanyak 4.500 kilogram pada tahun
1998, dan meningkat menjadi 5.000 kilogram pada tahun 1999.
Demikian seterusnya untuk data lainnya.
Data harga untuk tiap jenis barang telah disajikan pada tabel
sebelumnya.
Di sini digunakan tahun dasar adalah tahun 1998, sehingga data
kuantitas barang untuk tahun tersebut diberi simbol q 0.

Page 7 of 15

Perhitungan Indeks Laspeyres:

Jenis
Barang
Daging Sapi
Ikan
Tongkol
Telur Ayam
Telur Itik
Minyak
Goreng
Sabun
Diterjen

Harga
thn 98
(P0)
19,106.7
2
7,747.91
5,799.58
538.56
4,610.02

Harga
th. 99
(Pn)
26,411.1
3
12,602.9
6
8,012.39
799.03
4,038.26

395.83

500.00

1998
(q0)
1,500.00
4,500.00
2,500.00
1,000.00
300.00
500.00

Tabel perhitungan lanjutan:


Jenis
Barang
Daging Sapi
Ikan
Tongkol
Telur Ayam
Telur Itik
Minyak
Goreng
Sabun
Diterjen
TOTAL

Harga thn
98 (P0.q0)
28,660,080.0
0
34,865,595.0
0
14,498,950.0
0
538,560.00
1,383,006.00

Harga th.
99 (Pn.qn)
39,616,695.00

197,915.00

250,000.00

80,144,106.
00

118,621,498
.00

56,713,320.00
20,030,975.00
799,030.00
1,211,478.00

Angka Indeks Laspeyres adalah :


Ip =

118621498
.100 148,07
80144106

Hal ini berarti Harga beberapa jenis barang pada Tahun 1999 di Jakarta
mengalami kenaikan 148,07% - 100% = 48,07% dari harga tahun
1998.

Page 8 of 15

Jika

ini

dibandingkan

dengan

pengukuran

Indeks

Harga

tidak

tertimbang antara tahun 1998 dan 1999. (Lihat Tabel Harga 1998 dan
1999)

Ip =

52362,77
.100 137
38198,62

Perhatikan Indeks tidak tertimbang yang lebih kecil dibanding Indeks


tertimbang.
2. INDEKS LASPEYRES YANG DIMODIFIKASI
Pada

penghitungan

Indeks

Harga

Konsumen

(IHG)

digunakan

perhitungan menurut cara Laspeyres dengan modifikasi :

Ip =
Pn

P P
P .q
Dimana:

n 1

.q 0

n 1

.100
0

Pn-1 = Harga pada bulan sebelumnya


Sebagai contoh, jika tahun dasar adalah 1990, dan akan diukur Indeks
Harga Konsumen tahun 2002, maka:
Pn adalah Harga tahun 2002
Pn-1 adalah harga tahun 2001 (2002-1)
P0 adalah harga tahun 1990
Sedangkan cara penghitungan sama dengan contoh-contoh yang telah
dibahas sebelumnya.
3. INDEKS PAASCHE
Perbedaan Indeks Paasche dengan Indeks Laspeyres adalah pada
penggunaan qn sebagai pengganti q0.
Rumus:

Ip=

P .q
P .q
n

.100

Kasus:

Page 9 of 15

Terkait dengan contoh sebelumnya, misal di suatu daerah di Jakarta,


JUMLAH konsumsi beberapa jenis barang untuk tahun 1998 dan 1999
adalah sebagai berikut :
Jenis
Barang
Daging Sapi
Ikan
Tongkol
Telur Ayam
Telur Itik
Minyak
Goreng
Sabun
Diterjen

Satuan
Kilogram
Kilogram

1998
(q0)
1,500.00
4,500.00

1999
(qn)
1,750.00
5,000.00

Kilogram
Butir
Botol

2,500.00
1,000.00
300.00

3,000.00
1,250.00
350.00

Sachet

500.00

600.00

Keterangan:
Di sini digunakan tahun dasar tetap tahun 1998, sehingga data
kuantitas barang untuk tahun tersebut diberi simbol q 0. Dengan
demikian qn adalah tahun 1999.
Perhituangan Indeks Paasche:
Jenis
Barang
Daging Sapi
Ikan
Tongkol
Telur Ayam
Telur Itik
Minyak
Goreng
Sabun
Diterjen

Harga
thn 98
(P0)
19,106.7
2
7,747.91
5,799.58
538.56
4,610.02

Harga
th. 99
(Pn)
26,411.1
3
12,602.9
6
8,012.39
799.03
4,038.26

395.83

500.00

1998
(qn)
1,750.00
5,000.00
3,000.00
1,250.00
350.00
600.00

Tabel perhitungan lanjutan:


Jenis
Barang
Daging Sapi
Ikan
Tongkol
Telur Ayam

Harga thn
98 (P0.qn)
33,436,760.0
0
38,739,550.0
0
17,398,740.0

Page 10 of 15

Harga th.
99 (Pn.qn)
46,219,477.50
63,014,800.00
24,037,170.00

Telur Itik
Minyak
Goreng
Sabun
Diterjen
TOTAL

0
673,200.00
1,613,507.00

998,787.50
1,413,391.00

237,498.00

300,000.00

92,099,255.
00

135,983,626
.00

Angka Indeks Paasche adalah :


Ip =

135983626
.100 147,71
92099255

Perhatikan perhitungan Indeks Paasche dan Indeks Laspeyres yang


berselisih sedikit, yakni hanya sebesar 1,4807 1,4771 = 0,0036. Pada
umumnya, perhitungan kedua indeks tersebut memang menghasilkan
angka yang berselisih sedikit.
4. INDEKS DROBISCH
Indeks

Drobisch

pada

intinya

bertujuan

untuk

menjembatani

perbedaan (selisih) antara pengukuran Indeks Paasche dengan Indeks


Laspeyres. Untuk itu, Indeks Drobisch melakukan proses rata-rata
antara hasil Indeks Paasche dengan Indeks Lespeyres.
Rumus:

Ip =

P .q
P .q
n

P .q
P .q

.100

Kasus:
Terkait dengan contoh sebelumnya, maka Indeks Drobisch adalah:
Ip =

1,4807 1,4771
.100 147,89
2

5. INDEKS FISHER

Page 11 of 15

Jika Indeks Drobisch mencoba merata-rata antara Indeks Paasche


dengan

Indeks

Laspeyres,

maka

Indeks

Fisher

berusaha

untuk

melakukan rata-rata ukur antara Indeks Paasche dengan Indeks


Lespeyres. Hal ini disebabkan jika selisih antara kedua indeks cukup
besar, maka Indeks Drobisch kurang representatif.
Rumus:

P .q
P .q

Ip =

P .q
P .q
n

.100

Kasus:
Terkait dengan contoh sebelumnya, maka Indeks Drobisch adalah :
Ip =

1,4807 x1,4771.100 147,89

NB: Jika perhitungan sampai ketepatan tujuh angka di belakang koma,


maka Indeks Fisher menghasilkan angka 1,478932862. Sedangkan
Indeks Drobisch menghasilkan angka 1,478933947. Perhitungan
Indeks Fisher, karena natur operasi pangkat, akan menghasilkan
angka indeks yang lebih kecil dibandingkan dengan Indeks
Drobisch.
6. INDEKS MARSHALL-EDGEWORTH
Indeks ini mengubah timbangan yang digunakan oleh Indeks Paasche
maupun Laspeyres, yakni dengan melakukan rata-rata dari q 0 dan qn.
Rumus:
Ip =

P . q
P . q
n

.q n

.q n

.100

Kasus:
Sesuatu dengan data terdahulu, dengan tahun dasar (q 0) adalah 1998,
sehingga tahun tertentu adalah 1999 (q n), maka perhitungan Indeks
menjadi:

Page 12 of 15

Jenis
Barang
Daging Sapi
Ikan
Tongkol
Telur Ayam
Telur Itik
Minyak
Goreng
Sabun
Diterjen

1998
(q0)
1,500.00
4,500.00

1999
(qn)
1,750.00
5,000.00

(q0+qn)
3,250.00
9,500.00

2,500.00
1,000.00
300.00

3,000.00
1,250.00
350.00

5,500.00
2,250.00
650.00

500.00

600.00

1,100.00

Perhitungan lanjutan:

Jenis
Barang

(q0+qn
)

Daging
Sapi
Ikan
Tongkol
Telur
Ayam
Telur
Itik
Minyak
Goreng
Sabun
Diterjen
TOTAL

3,250.
00
9,500.
00
5,500.
00
2,250.
00
650.00
1,100.
00

Harga
thn 98
(P0)
19,106.
72
7,747.9
1
5,799.5
8
538.56

Harga
th. 99
(Pn)
26,411.
13
12,602.
96
8,012.3
9
799.03

4,610.0
2
395.83

4,038.2
6
500.00

P0(q0+qn)

Pn(q0+qn)

62,096,840.0
0
73,605,145.0
0
31,897,690.0
0
1,211,760.00

85,836,172.50

2,996,513.00

2,624,869.00

435,413.00

660,000.00

172,243,361
.00

254,715,124
.00

119,728,120.0
0
44,068,145.00
1,797,817.50

Angka Indeks :
Ip =

254,715,124.00
.100 147,88
172,243,361.00

Perhatikan Angka Indeks yang tidak jauh berbeda dengan Angka Indeks
sebelumnya.

Page 13 of 15

Page 14 of 15

Sumber Bahan Bacaaan:


Kachigan,

Sam

Kash

(1986),

Interdisiplinary

Statistical

Introduction

to

Analyisis:

An

Univariate

&

Multivariate Methods, Radius Press, New York.


Kuncoro.

Mudrajat

(2003),

Metode

Riset

Untuk

Bisnis

dan

Ekonomi: Bagaimana Meneliti dan Menulis Tesis ?,


Erlangga, Jakarta
Mutiara, Kurwadi Erna (2004), Statistik Berbasis Komputer untuk
Orang-Orang Non Statistik, Elek Media Komputindo, Jakarta
Santoso, Purbayu Budi dan Ashari (2005), Analisis Statistik dengan
Microsoft Excel dan SPSS, Andi, Yogyakarta.
Santoso, Singgih (2003), Statistik Deskriptif Konsep dan Aplikasi
Dengan Microsoft Excel dan SPSS, Andi, Yogyakarta.
Santoso, Singgih dan Fandy Tjiptono (2001), Riset Pemasaran:
Konsep

dan

Aplikasi

dengan

SPSS,

Elek

Media

Komputindo, Jakarta
Santoso, Singgih, Mengatasi Berbagai Masalah Statistik dengan
SPSS ver. 11.5, Elek Media Komputindo, Jakarta
Trihendradi, Cornelius (2004), Memecahkan Statistik: Deskriptif,
Parametrik dan Non Parametrik dengan SPSS 12, Andi,
Yogyakarta

Page 15 of 15

Anda mungkin juga menyukai