Anda di halaman 1dari 12

Dasar mekanika batuan dalam pertambangan

Dasar Mekanika Batuan dalam Pertambangan adalah menafsirkan tentang asal-usul dan
mekanisme pembentukan suatu struktur geologi akan menjadi lebih mudah apabila kita
memahami prinsip-prinsip dasar mekanika batuan, yaitu tentang konsep gaya (force), tegasan
(stress), tarikan (strain) dan faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi karakter suatu
materi/bahan. Mekanika batuan dan geoteknik merupakan aspek fundamental bagi
keberhasilan pengembangan dan operasi yang aman dari tambang. Adapun aspek penting
untuk keberhasilan dalam pertambangan meliputi, rancangan dan pengelolaan program
investigasi situs, mengembangkan desain lereng dari pit, rutin melakukan penilaian stabilitas
dan pemantauan operasional untuk lereng tambang. Dasar Mekanika Batuan dalam
Pertambangan
1.

Gaya (Force) Gaya merupakan suatu vektor yang dapat merubah gerak dan arah
pergerakan suatu benda. Gaya dapat bekerja secara seimbang terhadap suatu benda
(seperti gaya gravitasi dan elektromagnetik) atau bekerja hanya pada bagian tertentu dari
suatu benda (misalnya gaya-gaya yang bekerja di sepanjang suatu sesar di permukaan
bumi). Gaya gravitasi merupakan gaya utama yang bekerja terhadap semua obyek/materi
yang ada di sekeliling kita. Besaran (magnitud) suatu gaya gravitasi adalah berbanding
lurus dengan jumlah materi yang ada, akan tetapi magnitud gaya di permukaan tidak
tergantung pada luas kawasan yang terlibat. Satu gaya dapat diurai menjadi 2 komponen
gaya yang bekerja dengan arah tertentu, dimana diagonalnya mewakili jumlah gaya
tersebut. Gaya yang bekerja diatas permukaan dapat dibagi menjadi 2 komponen yaitu:
satu tegak lurus dengan bidang permukaan dan satu lagi searah dengan permukaan.
Dasar Teknik Mekanika Batuan dalam Penambang Pada kondisi 3-dimensi, setiap
komponen gaya dapat dibagi lagi menjadi dua komponen membentuk sudut tegak lurus
antara satu dengan lainnya. Setiap gaya, dapat dipisahkan menjadi tiga komponen gaya,
yaitu komponen gaya X, Y dan Z.

2. Tekanan Litostatik Tekanan yang terjadi pada suatu benda yang berada di dalam air dikenal
sebagai tekanan hidrostatik. Tekanan hidrostatik yang dialami oleh suatu benda yang
berada di dalam air adalah berbanding lurus dengan berat volume air yang bergerak ke atas
atau volume air yang dipindahkannya. Sebagaimana tekanan hidrostatik suatu benda yang
berada di dalam air, maka batuan yang terdapat di dalam bumi juga mendapat tekanan
yang sama seperti benda yang berada dalam air, akan tetapi tekanannya jauh lebih besar

ketimbang benda yang ada di dalam air, dan hal ini disebabkan karena batuan yang berada
di dalam bumi mendapat tekanan yang sangat besar yang dikenal dengan tekanan
litostatik. Tekanan litostatik ini menekan kesegala arah dan akan meningkat ke arah dalam
bumi.
3. Tegasan (Stress forces) Tegasan adalah gaya yang bekerja pada suatu luasan permukaan
dari suatu benda. Tegasan juga dapat didefinisikan sebagai suatu kondisi yang terjadi pada
batuan sebagai respon dari gaya-gaya yang berasal dari luar. Tegasan dapat didefinisikan
sebagai gaya yang bekerja pada luasan suatu permukaan benda dibagi dengan luas
permukaan benda tersebut: Tegasan (P)= Daya (F) / luas (A). Tegasan yang bekerja pada
salah satu permukaan yang mempunyai komponen tegasan prinsipal atau tegasan utama,
yaitu terdiri daripada 3 komponen, yaitu: P, Q dan R. Tegasan pembeda adalah
perbedaan antara tegasan maksimal (P) dan tegasan minimal (R). Sekiranya perbedaan
gaya telah melampaui kekuatan batuan maka retakan/rekahan akan terjadi pada batuan
tersebut. Kekuatan suatu batuan sangat tergantung pada besarnya tegasan yang diperlukan
untuk menghasilkan retakan/rekahan. Tegangan kompresif (compress) Pada gambar di atas
tekanan ini terdiri dari dua kekuatan berlawanan, bekerja pada sebuah batu yang
menurunkan volume batu per satuan luas.
4. Gaya Tarikan (Tensional Forces) Gaya Tegangan merupakan gaya yang dihasilkan oleh
tegasan, dan melibatkan perubahan panjang, bentuk (distortion) atau dilatasi (dilation) atau
ketiga-tiganya. Bila terdapat perubahan tekanan litostatik, suatu benda (homogen) akan
berubah volumenya (dilatasi) tetapi bukan bentuknya. Misalnya, batuan gabro akan
mengembang bila gaya hidrostatiknya diturunkan. gaya tarik (tension) Pada gambar diatas
batuan ditempatkan dalam tekanan, akan menunjukkan penurunan volume total batuan per
satuan luas karena kekuatan diarahkan ke luar, berlawanan dalam aksi. Perubahan bentuk
biasanya terjadi pada saat gaya terpusat pada suatu benda. Bila suatu benda dikenai gaya,
maka akan dilampaui ketiga fasa, yaitu fasa elastisitas, fasa plastisitas, dan fasa pecah.
Bahan yang rapuh biasanya pecah sebelum fase plastisitas dilampaui, sementara bahan
yang plastis akan mempunyai selang yang besar antara sifat elastis dan sifat untuk pecah.
Hubungan ini dalam mekanika batuan ditunjukkan oleh tegasan dan tarikan. Kekuatan
batuan, biasanya mengacu pada gaya yang diperlukan untuk pecah pada suhu dan tekanan
permukaan tertentu. Setiap batuan mempunyai kekuatan yang berbeda-beda, walaupun
terdiri dari jenis yang sama. Hal ini dikarenakan kondisi pembentukannya juga berbedabeda. Batuan sedimen seperti batupasir, batugamping, batulempung kurang kuat
dibandingkan dengan batuan metamorf (kuarsit, marmer, batusabak) dan batuan beku

(basalt, andesit, gabro). Batuan yang terdapat di Bumi merupakan subyek yang secara
terus menerus mendapat gaya yang berakibat tubuh batuan dapat mengalami
pelengkungan atau keretakan. Ketika tubuh batuan melengkung atau retak, maka kita
menyebutnya batuan tersebut terdeformasi (berubah bentuk dan ukurannya). Penyebab
deformasi pada batuan adalah gaya tegasan (gaya/satuan luas). Oleh karena itu untuk
memahami deformasi yang terjadi pada batuan, maka kita harus memahami konsep
tentang gaya yang bekerja pada batuan. Tegasan (stress) dan tegasan tarik (strain stress)
adalah gaya gaya yang bekerja di seluruh tempat dimuka bumi. Salah satu jenis tegasan
yang biasa kita kenal adalah tegasan yang bersifat seragam (uniform-stress) dan dikenal
sebagai tekanan (pressure). Tegasan seragam adalah suatu gaya yang bekerja secara
seimbang kesemua arah. Tekanan yang terjadi di bumi yang berkaitan dengan beban yang
menutupi batuan adalah tegasan yang bersifat seragam. Jika tegasan kesegala arah tidak
sama (tidak seragam) maka tegasan yang demikian dikenal sebagai tegasan diferensial.
Tegasan diferensial dapat dikelompokaan menjadi 3 jenis, yaitu:
1. Tegasan tensional (tegasan extensional) adalah tegasan yang dapat mengakibatkan batuan
mengalami peregangan atau mengencang.
2. Tegasan kompresional adalah tegasan yang dapat mengakibatkan batuan mengalami
penekanan.
3. Tegasan geser adalah tegasan yang dapat berakibat pada tergesernya dan berpindahnya
batuan. Ketika batuan terdeformasi maka batuan mengalami tarikan. Gaya tarikan akan
merubah bentuk, ukuran, atau volume dari suatu batuan. Tahapan deformasi terjadi ketika
suatu batuan mengalami peningkatan gaya tegasan yang melampaui 3 tahapan pada
deformasi batuan. Gaya tarikan dan gaya tegasan yang terjadi pada proses deformasi
batuan. Deformasi yang bersifat elastis (Elastic Deformation) terjadi apabila sifat gaya
tariknya dapat berbalik (reversible). Deformasi yang bersifat lentur (Ductile Deformation)
terjadi apabila sifat gaya tariknya tidak dapat kembali lagi (irreversible). Retakan / rekahan
(Fracture) terjadi apabila sifat gaya tariknya yang tidak kembali lagi ketika batuan
pecah/retak. Kita dapat membagi material menjadi 2 (dua) kelas didasarkan atas sifat
perilaku dari material ketika dikenakan gaya tegasan padanya, yaitu :
1. Material yang bersifat retas (brittle material), yaitu apabila sebagian kecil atau sebagian
besar bersifat elastis tetapi hanya sebagian kecil bersifat lentur sebelum material tersebut
retak/pecah (gambar 4-3 kiri).
2. Material yang bersifat lentur (ductile material) jika sebagian kecil bersifat elastis dan
sebagian besar bersifat lentur sebelum terjadi peretakan / fracture (gambar 4-3 kanan).

Bagaimana suatu batuan / material akan bereaksi tergantung pada beberapa faktor, antara
lain adalah: Temperatur - Pada temperatur tinggi molekul molekul dan ikatannya dapat
meregang dan berpindah, sehingga batuan/material akan lebih bereaksi pada kelenturan
dan pada temperatur, material akan bersifat retas. Tekanan bebas - pada material yang
terkena tekanan bebas yang besar akan sifat untuk retak menjadi berkurang dikarenakan
tekanan disekelilingnya cenderung untuk menghalangi terbentuknya retakan. Pada
material yang tertekan yang rendah akan menjadi bersifat retas dan cenderung menjadi
retak. Kecepatan tarikan - Pada material yang tertarik secara cepat cenderung akan retak.
Pada material yang tertarik secara lambat maka akan cukup waktu bagi setiap atom dalam
material berpindah dan oleh karena itu maka material akan berperilaku / bersifat lentur.
Komposisi - Beberapa mineral, seperti Kuarsa, Olivine, dan Feldspar bersifat sangat retas.
Mineral lainnya, seperti mineral lempung, mica, dan kalsit bersifat lentur. Hal tersebut
berhubungan dengan tipe ikatan kimianya yang terikat satu dan lainnya. Jadi, komposisi
mineral yang ada dalam batuan akan menjadi suatu faktor dalam menentukan tingkah laku
dari batuan. Aspek lainnya adalah hadir tidaknya air. Air kelihatannya berperan dalam
memperlemah ikatan kimia dan mengitari butiran mineral sehingga dapat menyebabkan
pergeseran. Dengan demikian batuan yang bersifat basah cenderung akan bersifat lentur,
sedangkan batuan yang kering akan cenderung bersifat retas. Untuk lebih lengkapnya
tentang dasar mekanika batuan, ketahui juga ruang lingkupnya Klik disini! Google+
Facebook Twitter LinkedIn Digg Related Posts : ILMU UKUR TANAH Tentang
Mekanika Fluida dan Sejarahnya Susunan Tanah dan Jenisnya Basic Rock Mechanics
Ruang Lingkup Mekanika Batuan Sekilas Tentang Soil Mechanics & Foundation
Engineering Artikel Tentang Air Tanah Pertambangan Batubara - Pengelolaan Air Limbah
Pengenalan
read

Dasar

more~

Stabilitas

Lereng

Contoh

Poin

Penting

Kontrak

PPK

http://learnmine.blogspot.co.id/2013/07/dasar-mekanika-batuan-dalam-

pertambangan.html
ILMU UKUR TANAH ilmu ukur tanah Pendahuluan Definisi, Arti pentingnya pengkuran
tanah, Sejarah pegukuran tanah, Pengukuran tanah datar/pengukuran mendatar. 1.1. Definisi
Ilmu Ukur Tanah (Surveying) Ilmu ukur tanah adalah cabang dari ilmu Geodesi yang khusus
mempelajari

sebagian

kecil

dari

permukaan

bumi

dengan

cara

melakukan

pengukuranpengukuran guna mendapatkan peta. Pengukuran yang di lakukan terhadap titik-

titik detail alam maupun buatan manusia meliputi posisi horizontal (x,y) maupun posisi
vertikal nya (z) yang diferensikan terhadap permukaan air laut rata-rata. Agar titik-titik di
permukaan bumi yang tidak teratur bentuknya dapat di pindahkan ke atas bidang datar maka
di perlukan bidang perantara antara lain : bidang Ellipsoid, bidang bultan dan bidang datar
(untuk luas wilayah 55 km). Dalam pengertian yang lebih umum pengukuruan tanah dapat
dianggap sebagai disiplin yang meliputi semua metode untuk menghimpun dan melalukan
proses informasi dan data tentang bumi dan lingkungan fisis. Dengan perkembangan
teknologi saat ini metoda terestris konvensional telah dilengkapi dengan metode pemetaan
udara dan satelit yang berkembang melalui program-program pertanahan dan ruang angkasa.
Secara umum tugas surveyor adalah sebagai berikut: a) Analisa penelitian dan pengambilan
keputusan. Pemilihan metode pengukuran, peralatan, pengikatan titik-titik sudut dsb. b)
Pekerjaan lapangan atau pengumpulan data, yakni melaksanakan pengukuran dan pencatatan
data di lapangan. c) Menghitung atau pemprosesan data, yakni hitungan berdasrkan data yang
dicatat untuk menentukan letak, luas dan volume. d) Pemetaan atau penyajian data.
Menggambarkan hasil ukuran dan perhitungan untuk menghasilkan peta, gambar rencana
tanah dan peta laut, menggambarkan darat dalam bentuk numeris atau hasil komputer. e)
Pemancangan. Pemancangan tugu dan patok ukur untuk menentukan batas-batas pedoman
dalam pekerjaan konstruksi. 1.1.2. Arti Pentingnya Pengkuran Tanah Pengukuran tanah
sangat diperlukan dalam kehidupan modern, terutama oleh manusia karena hasil-haslnya
diakai untuk : (i) memetakan bumi (daratan dan perairan), (ii) menyiapkan peta navigasi
perhubungan darat, laut dan udara; (iii) memetakan batas-batas pemilikan tanah baik
perorangan maupun perusahaan dan tanah negara , (iv) merupakan bank data yang meliputi
informasi tata guna lahan dan sumber daya alam untuk pengelolaan lingkungan hidup, (v)
menentukan fakta tentang ukuran, bentuk, gaya berat dan medan magnit bumi serta , (vi)
mempersiapkan peta bulan , planet dan benda angkasa lainnya. Dibidang teknik sipil maupun

pertambangan sangat memerlukan data yang akurat untuk pembangunan jalan, jembatan,
saluran irigasi, lapangan udara, pehubungan cepat, sistem penyediaan air bersih
pengkaplingan tanah perkotaan, jalur pipa, penambangan, terowongan. Semua itu diperlukan
pengukuran tanah yang hasilnya beruapa peta untuk perencanaan. Agar hasilnya dapat
dipertanggung jawabkan maka pengkuran harus dilakukan secara benar, tepat dan akurat. Hal
ini perlu sekali diketahui baik oleh surveyor maupun para insinyur.
1.1.3. Sejarah Pengukuran Tanah
a. Zaman Mesir Kuno ( 140 SM) : Sesostris melakukan pekerjaan pemetaan tanah untuk
keperluan perpajakan atau yang saat ini dikenal dengan kadaster.
b. Zaman Yunani Kuno . Sejarah mencatat bahwa Erastotenes (220 SM adalah orang pertama
yang mecoba menghitung dimensi bumi. Dia menghitung sudut meredian Syene dan
Alexandria di Mesir dengan mengkur bayangan pada matahari. Diperleh keliling bumi 25000
mil (13,5) mil lebih panjang dari pengkuran modern . Pada (120 SM) Berkembang ilmu
geometri metode pengukuran sebidang lapangan (Dioptra) c. Perkembangan penting yakni
pada jaman Romawi dimana pemikiran praktis untuk memciptakan peralatan yang teliti
dimulai dengan bantuan teknologi sederhana. Kemampuan Romawi ditujukkan dengan hasil
rekayasa di bidang konstruksi di seluruh kekaisaran misalnya. Peralatan yang berembang
misalnya gromma, libella (sipat datar), dan crobates merupakan nivo untuk medatarkan sudut.
d. Peradaban Yuniani dan Romawai selama berabad abad dilestarikan oleh orang Arab dalam
bidang geometri praktis. Baru pada abad ke 13 dan 14 Ilmu Ukur Tanah maju pesat banyak
penulis diantaranya Von Piso menulis Praktica Geometria (Ilmu Ukura Tanah) dan Liber
Quadratorum ( pembagian kudran) dsb. e. Abad 18 dan 19 seni pengukuan tanah maju lebih
pesat oleh karena kebutuhan peta-peta semakin dirasakan terutama Inggris dan Perancis
mengembangkan pengukuran geodesi dengan triangulasi teliti. The US Coast and Geodetic
Survey , Amerika Serikat melaksanakan pengukuran hidrografi dan menetapkan titik-titik

ontrol nasional. f. Seteleh perang dunia I dan ke II pengukuran tanah berkembang sejalan
dengan perkembangan teknologi modern baik dalam pengumpulan data maupun
penglohannnya. Peralatan konvesional degantikan dengan peralatan automatis dan elektronik
begitu juga dalam pengolahan dan peyajiannya telah berkembang metode komputerisasi.
1.1.4. Pengukuran Tanah Datar (Plane Surveying) Pengukuran geodetis dilakukan dengan
memperhatikan kelengkungan bumi dan dvelksi vertikal dengan refernsi bumi sebagai
speroid dan koordinat dihitung dalam 3 dimensi. Metode teristris pengukuran geodetis telah
digantikan dengan Dopler dan saat ini telah berkembang GPS (Global Positioning System)
dengan ketelitian dan resolusi yang tinggi. Ilmu ukur tanah membatasi pengkuran dalam
bidang datar pada luasan dan jarak tertentu. Pengukuran-pengukuran khsusus meliputi antara
lain : a. Pengukuran titik kontrol, memetapkan jaringan kontrol horizontal dan vertical
sebagai acuan. b. Pengukuran totpografi, mementukan lokasi alam dan budaya manusia serta
elevasi yang dipakai dalam pembuatan peta. c. Pengukuran kadastral : pengukuran tertutup
untuk mementapkan batas kepemilikan tanah. d. Pengukuran hidrografik, menentukan garis
pantai dan kedalaman laut, danau sungai dan bendungan. e. Pengukuran jalur lintas
dilaksanakan untuk merencanakan, merancang dan membangun jalan raya, jalur pipa dan
proyek jaringan tersier, skunder dan primer. f. Pengukuran kosnuksi dilaksanakan sementara
konstruksi berjalan, mengendalikan evaluasi, kedudukan horizontal dan konfigurasi. g.
Pengukuran rancang bangun (as built surveys) menentukan lokasi dan perencanaan pekerjaan
rekayasa yang tepat, memberikan pembuktian dan pencatatan poisi termasuk perubahan
desain dsb. h. Pengukuran tambang yakni untuk pedoman penggalian terowongan dan
overburden

read more~ http://learnmine.blogspot.co.id/2013/04/ilmu-ukur-tanah.html

LMU UKUR TANAH ilmu ukur tanah Pendahuluan Definisi, Arti pentingnya pengkuran
tanah, Sejarah pegukuran tanah, Pengukuran tanah datar/pengukuran mendatar. 1.1. Definisi
Ilmu Ukur Tanah (Surveying) Ilmu ukur tanah adalah cabang dari ilmu Geodesi yang khusus
mempelajari

sebagian

kecil

dari

permukaan

bumi

dengan

cara

melakukan

pengukuranpengukuran guna mendapatkan peta. Pengukuran yang di lakukan terhadap titiktitik detail alam maupun buatan manusia meliputi posisi horizontal (x,y) maupun posisi
vertikal nya (z) yang diferensikan terhadap permukaan air laut rata-rata. Agar titik-titik di
permukaan bumi yang tidak teratur bentuknya dapat di pindahkan ke atas bidang datar maka
di perlukan bidang perantara antara lain : bidang Ellipsoid, bidang bultan dan bidang datar
(untuk luas wilayah 55 km). Dalam pengertian yang lebih umum pengukuruan tanah dapat
dianggap sebagai disiplin yang meliputi semua metode untuk menghimpun dan melalukan
proses informasi dan data tentang bumi dan lingkungan fisis. Dengan perkembangan
teknologi saat ini metoda terestris konvensional telah dilengkapi dengan metode pemetaan
udara dan satelit yang berkembang melalui program-program pertanahan dan ruang angkasa.
Secara umum tugas surveyor adalah sebagai berikut: a) Analisa penelitian dan pengambilan
keputusan. Pemilihan metode pengukuran, peralatan, pengikatan titik-titik sudut dsb. b)
Pekerjaan lapangan atau pengumpulan data, yakni melaksanakan pengukuran dan pencatatan
data di lapangan. c) Menghitung atau pemprosesan data, yakni hitungan berdasrkan data yang
dicatat untuk menentukan letak, luas dan volume. d) Pemetaan atau penyajian data.
Menggambarkan hasil ukuran dan perhitungan untuk menghasilkan peta, gambar rencana
tanah dan peta laut, menggambarkan darat dalam bentuk numeris atau hasil komputer. e)
Pemancangan. Pemancangan tugu dan patok ukur untuk menentukan batas-batas pedoman
dalam pekerjaan konstruksi.
1.1.2. Arti Pentingnya Pengkuran Tanah Pengukuran tanah sangat diperlukan dalam
kehidupan modern, terutama oleh manusia karena hasil-haslnya diakai untuk :

(i) memetakan bumi (daratan dan perairan),


(ii) menyiapkan peta navigasi perhubungan darat, laut dan udara;
(iii) memetakan batas-batas pemilikan tanah baik perorangan maupun perusahaan dan tanah
negara ,
(iv) merupakan bank data yang meliputi informasi tata guna lahan dan sumber daya

alam

untuk pengelolaan lingkungan hidup,


(v)

menentukan fakta tentang ukuran, bentuk, gaya berat dan medan magnit bumi serta ,

(vi) mempersiapkan peta bulan , planet dan benda angkasa lainnya. Dibidang teknik sipil
maupun pertambangan sangat memerlukan data yang akurat untuk pembangunan jalan,
jembatan, saluran irigasi, lapangan udara, pehubungan cepat, sistem penyediaan air bersih
pengkaplingan tanah perkotaan, jalur pipa, penambangan, terowongan. Semua itu diperlukan
pengukuran tanah yang hasilnya beruapa peta untuk perencanaan. Agar hasilnya dapat
dipertanggung jawabkan maka pengkuran harus dilakukan secara benar, tepat dan akurat. Hal
ini perlu sekali diketahui baik oleh surveyor maupun para insinyur.
1.1.3. Sejarah Pengukuran Tanah
a. Zaman Mesir Kuno ( 140 SM) : Sesostris melakukan pekerjaan pemetaan tanah untuk
keperluan perpajakan atau yang saat ini dikenal dengan kadaster.
b. Zaman Yunani Kuno . Sejarah mencatat bahwa Erastotenes (220 SM adalah orang pertama
yang mecoba menghitung dimensi bumi. Dia menghitung sudut meredian Syene dan
Alexandria di Mesir dengan mengkur bayangan pada matahari. Diperleh keliling bumi 25000
mil (13,5) mil lebih panjang dari pengkuran modern . Pada (120 SM) Berkembang ilmu
geometri metode pengukuran sebidang lapangan (Dioptra)
c. Perkembangan penting yakni pada jaman Romawi dimana pemikiran praktis untuk
memciptakan peralatan yang teliti dimulai dengan bantuan teknologi sederhana. Kemampuan
Romawi ditujukkan dengan hasil rekayasa di bidang konstruksi di seluruh kekaisaran

misalnya. Peralatan yang berembang misalnya gromma, libella (sipat datar), dan crobates
merupakan nivo untuk medatarkan sudut.
d. Peradaban Yuniani dan Romawai selama berabad abad dilestarikan oleh orang Arab dalam
bidang geometri praktis. Baru pada abad ke 13 dan 14 Ilmu Ukur Tanah maju pesat banyak
penulis diantaranya Von Piso menulis Praktica Geometria (Ilmu Ukura Tanah) dan Liber
Quadratorum ( pembagian kudran) dsb.
e. Abad 18 dan 19 seni pengukuan tanah maju lebih pesat oleh karena kebutuhan peta-peta
semakin dirasakan terutama Inggris dan Perancis mengembangkan pengukuran geodesi
dengan triangulasi teliti. The US Coast and Geodetic Survey , Amerika Serikat melaksanakan
pengukuran hidrografi dan menetapkan titik-titik ontrol nasional.
f. Seteleh perang dunia I dan ke II pengukuran tanah berkembang sejalan dengan
perkembangan teknologi modern baik dalam pengumpulan data maupun penglohannnya.
Peralatan konvesional degantikan dengan peralatan automatis dan elektronik begitu juga
dalam pengolahan dan peyajiannya telah berkembang metode komputerisasi.
1.1.4. Pengukuran Tanah Datar (Plane Surveying)
Pengukuran geodetis dilakukan dengan memperhatikan kelengkungan bumi dan
dvelksi vertikal dengan refernsi bumi sebagai speroid dan koordinat dihitung dalam 3
dimensi. Metode teristris pengukuran geodetis telah digantikan dengan Dopler dan saat ini
telah berkembang GPS (Global Positioning System) dengan ketelitian dan resolusi yang
tinggi. Ilmu ukur tanah membatasi pengkuran dalam bidang datar pada luasan dan jarak
tertentu. Pengukuran-pengukuran khsusus meliputi antara lain :
a. Pengukuran titik kontrol, memetapkan jaringan kontrol horizontal dan vertical
sebagai acuan.
b. Pengukuran totpografi, mementukan lokasi alam dan budaya manusia serta elevasi
yang dipakai dalam pembuatan peta.

c. Pengukuran kadastral : pengukuran tertutup untuk mementapkan batas kepemilikan


tanah.
d. Pengukuran hidrografik, menentukan garis pantai dan kedalaman laut, danau sungai
dan bendungan.
e. Pengukuran jalur lintas dilaksanakan untuk merencanakan, merancang dan
membangun jalan raya, jalur pipa dan proyek jaringan tersier, skunder dan primer.
f. Pengukuran kosnuksi dilaksanakan sementara konstruksi berjalan, mengendalikan
evaluasi, kedudukan horizontal dan konfigurasi.
g. Pengukuran rancang bangun (as built surveys) menentukan lokasi dan perencanaan
pekerjaan rekayasa yang tepat, memberikan pembuktian dan pencatatan poisi termasuk
perubahan desain dsb.
h. Pengukuran tambang yakni untuk pedoman penggalian terowongan dan
overburden

read more~ http://learnmine.blogspot.co.id/2013/04/ilmu-ukur-tanah.html

Ayahku terbiasa sendirian, namun terkadang kami juga merasa sedih karena ketika kami
anak-anaknya tumbuh dewasa ia semakin kesulitan untuk meyakinkan kami bahwa ia juga
memiliki keluaraga, sedih juga apalagi aku sebagai anak pertamanya menyaksikan kondisi
seperti ini terkadang aku mersa perihatian dan mencoba mencari keluarga ayahku, ini semua
semata mata demi mengetahui keturunan kami.

Maaf ayah ternyata mimpi kita terkadang tidak bisa kita raih, dekat dimata kita namun sulit
untuk menggapainya,tetapi ini janji kami ayah kami akan berusaha berusaha menemukan
ayah dan bapa leo dalam waktu dekat ini maaf kan kami semakin membutmu sedih.

Anda mungkin juga menyukai