Anda di halaman 1dari 18

I.

PENDAHULUAN

Tumbuhan dikenal berperan amat penting dalam konservasi tanah dan air,
karena perakaran tumbuhan sebagai pengikat agregrat tanah. Batang dan tajuk
tumbuhan mengintersepsi butiran hujan sehingga tidak langsung menumbuk tanah
yang akan mempercepat laju erosi (Widiyono et al., 2005). Analisis vegetasi
merupakan

studi

untuk

mengetahui

komposisi

dan

sturuktur

suatu

ekosistem.Kegiatan analisis vegetasi pada dasarnya ada dua macam yaitu dengan
metode petak dan tanpa petak.salah satu metode dengan petak yang banyak adalah
metode jalur (untuk risalah pohon) dan metode garis petak (untuk risalah permudaan)
(Latifah, 2005).
Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan atau komposisi
vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari masyarakat tumbuh-tumbuhan. Unsur
struktur

vegetasi

adalah

bentuk

pertumbuhan,

stratifikasi

dan

penutupan

tajuk.Analisis vegetasi diperlukan data-data jenis, diameter dan tinggi untuk


menentukan indeks nilai penting dari penyusun komunitas hutan tersebut.Analisis
vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif tentang struktur dan komposisi suatu
komunitas tumbuhan (Dedy, 2011).
Menurut Soerianegara dan Indramawan (1980), analisis vegetasi dalam
ekologi tumbuhan adalah cara untuk mempelajari struktur vegetasi dan komposisi
jenis tumbuhan. Analisis vegetasi bertujuan untuk mengetahui komposisi jenis
(susunan) tumbuhan dan bentuk (struktur) vegetasi yang ada di wilayah yang
dianalisis.Caranya adalah dengna melakukan deskripsi komunitas tumbuhan. Analisis
vegetasi dapat juga digunakan untuk mengetahui pengaruh dampak lingkungan
merupakan suatu cara pendekatan yang khas, karena pengamatan terhadap berbagai

aspek vegetasi yang dilakukan harus secara mendetail dan terdiri atas vegetasi yang
belum terganggu (alamiah). Aspek-aspek vegetasi yang perlu diketahui antara lain :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Ada atau tidak adanya jenis tumbuhan tertentu


Luas basal area
Luas daerah penutup (cover)
Frekuensi
Kerapatan
Dominansi
Nilai penting
Suatu daerah vegetasi umumnya akan terdapat suatu luas tertentu, dan daerah

tadi sudah memperlihatkan kekhususan dari vegetasi secara keseluruhan.yang disebut


luas minimum (Odum, 1998). Prinsip penentuan ukuran petak adalah petak harus
cukup besar agar individu jenis yang ada dalam petak contoh dapat mewakili
komunitas, tetapi harus cukup kecil agar individu yang ada dapat dipisahkan,
dihitung dan diukur tanpa duplikasi atau pengabaian. Titik berat analisa vegetasi
terletak pada komponen-komponen jenis dan jika tidak bias menentukan luas petak
contoh kita anggap dapat mewakili komunitas tersebut, maka dapat menggunkan
teknik kurva spesies are (KSA) (Balai Taman Nasional Baluran, 2010).

B. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk menghitung luas minimum lahan
suatu komunitas tertentu.

II. MATERI DAN METODE


A. Materi

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah jenis-jenis rerumputan


yang ada disekitar lingkungan Fakultas Biologi yang berada pada petakan yang telah
dibuat untuk menentukan luas minimum.
Alat-alat yang digunakan adalah tali rafia, meteran, patok kayu atau bambu,
alat tulis dan label.

B. Metode
1.

Petakan dibuat dengan ukuran 0,25 x 0,25 m.

2.

Hitung jumlah jenis dalam petak tersebut kemudian dicatat.

3.

Petakan dibuat kembali atau diperluas dengan ukuran 2x lipat petak pertama
untuk melihat ada penambahan jenis/tidak, seterusnya sampai besar persentase
10 % artinya pembuatan petakan dihentikan, jika belum diperluas lagi.

4.

Dibuat tabel jumlah jenisnya kemudian dibuat grafik luas minimumnya.

0,25

II

0,5
IV

III

0,5
1m
1m
V

Gambar 1. Petak luas minimum

III.HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil

Tabel 1. jumlah jenis pada metode luas minimum


No.
1
2
3
4

Luas Petak
0,25 x 0,25m2
=0, 0625 m2
0,50 x 0.25 m2
= 0, 125 m2
0,50 x 0,50 m2
=0,25 m2
1,00 x 1,00 m2
=1,00 m2

Jumlah jenis
6
9
11
12

Perhitungan :
a. Luas petak I (0,25 x 0,25)m2
Jumlah spesies : 6
Presentasi penambahan = Jumlah spesies baru x 100%
Jumlah spesies awal
= 6 x 100%
6
= 100%
b. Luas petak II(0,50 x 0,25)m2
Jumlah spesies : 9
Presentasi penambahan = Jumlah spesies baru x 100%
Jumlah spesies awal
= 9 x 100%
6
= 150%
c. Luas petak III (0,50 x 0,50)m2
Jumlah spesies : 2
Presentasi penambahan = Jumlah spesies baru x 100%
Jumlah spesies awal
= 11 x 100%
9
= 122.2%

Membuat Kurva Luas Minimum


Langkah-langkah :
1. Membuat sumbu x dan sumbu y
sumbu x = luas petak
sumbu y = jumlah jenis

Persentase
6/6 x 100%=
100%
9/6 x 100% =
150%
11/9 x 100% =
122.2%
1/11 x 100% =
9%

2. Membuat garis pertolongan (misal m) yang besarnya 10% dari luas petak
terakhir dan 10% jumlah jenis terakhir.
X = 10% x luas terakhir = 10% x 0,25 =0,025
Y = 10% x Jumlah jenis terakhir = 10% x 11 = 1,1
Maka didapatkan suatu titik, kemudian dihubungkan dengan titik 0 dan dibuat
garis m.
3. Membuat garis yang sejajar dengan garis m yaitu yang menyinggung garis
(pertemuan titik-titik luas petak dan jumlah jenis) disebut garis n.
4. Titik singgung garis n diproyeksikan ke sumbu x sehingga didapatkan luas
minimumnya.

Y = J u m la h J e n is
11

1 ,1

X = L u a s P e ta k m
0 ,0 2 5

0 ,0 6 2 5

0 ,1 2 5

0 ,2 5

Luas minimum

Gambar 1. Grafik Luas Minimum

B. Pembahasan
Luas minimum atau kurva spesies area merupakan langkah awal yang
digunakan untuk menganalisis suatu vegetasi yang menggunakan petak contoh
(kuadrat). Luas minimum digunakan untuk memperoleh luasan petak contoh
(sampling area) yang dianggap representatif dengan suatu tipe vegetasi pada suatu
habitat tertentu yang sedang dipelajari. Luas petak contoh mempunyai hubungan erat
dengan keanekaragaman jenis yang terdapat pada areal tersebut.Makin tinggi
keanekaragaman jenis yang terdapat pada areal tersebut, makin luas petak contoh
yang digunakan. Bentuk luas minimum dapat berbentuk bujur sangkar, empat persegi
panjang dan dapat pula berbentuk lingkaran. Luas petak contoh minimum yang
mewakili vegetasi hasil luas minimum, akan dijadikan patokan dalam analisis

vegetasi dengan metode kuadrat. Mmempelajari komunitas tumbuhan kita tidak


dapat melakukan penelitian pada seluruh area yang ditempati komonitas, terutama
apabila area itu cukup luas. Oleh karena itu kita dapat melakukan penelitian
disebagian area komunitas tersebut dengan syarat bagian tersebut dapat mewakili
sebagian komonitas yang ada. Memahami luas,metode manapun yang di pakai untuk
menggambarkan suatu vegetasi yang penting adalah harus di sesuaikan dengan
tujuan luas atau sempitnya suatu area yang diamati (Anwar,1995).
Luas minimum adalah luas terkecil yang dapat mewakili karakteristik
komunitas tumbuhan atau vegetasi secara keseluruhan. Luas minimum dan jumlah
minimum dapat digabung dengan menentukan luas total dari jumlah minimum yang
sesuai dengan luas minimum yang sudah dapat didapat terlebih dahulu. Penyebaran
individu suatu populasi mempunyai 3 kemungkinan yaitu penyebaran acak,
Penyebaran secara merata, Penyebaran secara kelompok, untuk mengetahui apakah
penyebaran individu suatu polpulasi secara merata atau kelompok maka penentuan
letak percontoh dalam analisis vegetasi dapat dibedakan dengan cara pendekatan
yaitu: Penyebaran percontohan secara acak, penyebaran percontohan secara
sistematik, penyebaran secara semi acak dan semi sistematik ( Rahardjanto, 2001).
Tujuan dari luas minimum adalah untuk mengetahui luas petak yang paling kecil
(minimal) tetapi dapat mewakili keragaman vegetasi dari semua jenis yang ada
dalam komunitas tersebut. Kerapatan jenis sangat berpengaruh terhadap luas
minimum. Jika jenisnya banyak (rapat) maka luas minimumnya bernilai sebaliknya
(rendah) (Suwena 2005).
Suatu metode untuk menentukan luas minimal suatu daerah disebut luas
minimal. Metode ini dapat digunakan untuk mengetahui minimal jumlah petak
contoh. Sejumlah sampel dikatakan representif bila didalamnya terdapat semua atau

sebagian besar jenis tanaman pembentuk komunitas atau vegetasi tersebut (Odum,
1993). Memahami luas,metode manapun yang di pakai untuk menggambarkan suatu
vegetasi yang penting adalah harus di sesuaikan dengan tujuan luas atau sempitnya
suatu area yang diamati Bentuk luas minimum dapat berbentuk bujur sangkar, empat
persegi panjang dan dapat pula berbentuk lingkaran. Luas petak contoh minimum
yang mewakili vegetasi hasil luas minimum, akan dijadikan patokan dalam analisis
vegetasi dengan metode kuadrat.(Anwar,1995).
prinsip penentuan ukuran petak adalah petak harus cukup
besar agar individu jenis yang ada dalam contoh dapat mewakili
komunitas, tetapi harus cukup kecil agar individu yang ada dapat
dipisahkan, dihitung dan diukur tanpa duplikasi atau pengabaian.
Karena titik berat analisa vegetasi terletak pada komposisi jenis
dan jika kita tidak bisa menentukan luas petak contoh yang kita
anggap

dapat

mewakili

komunitas

tersebut,

menggunakan teknik Kurva Spesies Area (KSA).

maka

dapat

Menggunakan

kurva ini, maka dapat ditetapkan dengan cara luas minimum suatu
petak yang dapat mewakili habitat yang akan diukur, jumlah
minimal petak ukur agar hasilnya mewakili keadaan tegakan atau
panjang jalur yang mewakili jika menggunakan metode jalur. Untuk
suatu kondisi padang rumput, maka kegiatan analisa vegetasi erat
kaitannya dengan sampling, artinya kita cukup menempatkan
beberapa petak contoh untuk mewakili habitat tersebut. Dalam
sampling ini ada tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu jumlah
petak contoh, cara peletakan petak contoh dan teknik analisa
vegetasi yang digunakan.

Menurut Kimmins (1987), variasi struktur dan komposisi


tumbuhan dalam suatu komunitas dipengaruhi antara lain oleh
fenologi, dispersal, dan natalitas. Keberhasilannya menjadi individu
baru dipengaruhi oleh vertilitas dan fekunditas yang berbeda setiap
spesies, sehingga terdapat perbedaan struktur dan komposisi
masing-masing spesies.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi jumlah spesies di dalam suatu
daerah adalah:
a. Iklim
Fluktuasi iklim yang musiman merupakan faktor penting dalam membagi keragaman
spesies.Suhu maksimum yang ekstrim, persediaan air, dan sebagainya yang
menimbulkan kemacetan ekologis (bottleck) yang membatasi jumlah spesies yang
dapat hidup secara tetap di suatu daerah.
c. Keragaman Habitat
Habitat dengan daerah yang beragam dapat menampung spesies yang keragamannya
lebih besar di bandingkan habitat yang lebih seragam.
c. Ukuran
Daerah yang luas dapat menampung lebih besar spesies di bandingkan dengan daerah
yang sempit.Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa hubungan antara luas
dan keragaman spesies secara kasaradalah kuantitatif. Rumus umumnya adalah jika
luas daerah 10 x lebih besar dari daerah lain maka daerah itu akan mempunyai
spesies yang dua kali lebih besar (Anwar, 1995). Pertumbuhan tanaman di pengaruhi
panjang gelombang, durasi (lama penyinaran, intensitas dan arah datangnya sinar
matahari. Secara fisiologis cahaya pada metabolisme secara langsung melalui
fotosintesis, sedangkan pengaruh tidak langsungnya melalui pertumbuhan dan

perkembangan tanaman yang merupakan respon metabolik dan lebih kompleks


(Sulistyaningsih et al., 2005).
Keanekaragaman hayati dapat terjadi pada berbagai tingkat kehidupan, mulai
dari organisme tingkat rendah sampai tingkat tinggi. Secara garis besar,
keanekaragaman hayati terbagi menjadi tiga tingkatan yaitu
1. Keanekaragam gen
Keanekaragaman gen merupakan sifat yang terdapat dalam satu jenis.
Dengan demikian tidak ada satu makhluk pun yang sama persis dalam
penampakannya. dengan tekhnik budaya semakin banyak jenis tumbuhan hasil
rekayasa genetik seperti padi, jagung, ketela, semangka tanpa biji, jenis-jenis
anggrek, dan salak pondoh.
Perlu kita ketahui bahwa perangkat genetik mampu berinteraksi dengan
lingkungannya. Misalnya, dua individu memiliki perangkat gen yang sama hidup
dilingkungan yang berbeda maka kedua individu tersebut dapat saja memunculkan
ciri dan sifat yang berbeda. Keadaaan sebaliknya dapat juga terjadi dua individu yang
memiliki perangkat gen yang berbeda, tetapi hidup dilingkungan yang sama dapat
memunculkan ciri yang sama. Hal ini terlihat jelas bahwa dalam spesies yang sama
dapat terjadi keanekaragaman susunan gen sehingga memunculkan variasi antara
individu. Begitu banyak kemungkinan susunan gen pada setiap individu dalam satu
spesies, menyebabkan tidak adanya individu yang benar-benar sama dalam segala
hal, sekalipun saudara kembar. Keanekaragam inilah yang disebut sebagai
keanekaragaman individu yang terjadi akibat keanekaragaman pada tingkat genetik.
2. Keanekaragaman jenis
Keanekaragaman hayati tingkat jenis (antar spesies) mudah diamati karena
perbedaannya yang mencolok. contohnya yaitu variasi antara kucing dan harimau,

kucing dan harimau termasuk salah satu kelompok kucing. Meskipun demikian
antara kucing dan harimau terdapat pebedaan fisik, tingkah laku dan habitat.
Keanekaragaman hayati tingkat jenis ini menunjukkan adanya variasi bentuk,
penampilan dan frekuensi gen.
3. Keanekaragaman ekosistem
Semua makhluk hidup berinteraksi dengan lingkungannya yang berupa
faktor biotik dan abiotik. Faktor bitik meliputi berbagai jenis makhluk hidup lain,
sedangkan yang termasuk faktor abiotik adalah iklim, cahaya, suhu, air, tanah,
kelembapan, dll. Baik faktor biotik maupun abiotik sangat bervariasi. Oleh karena
itu, ekostem yang merupakan kesatuan dari biotik dan abiotik pun bervariasi pula.
Didalam ekosistem, komponen biotik harus dapat berinteraksi dengan
komponen biotik lainnya dan juga dengan komponen abiotik agar tetap bertahan
hidup. Jadi, interaksi antar organisme didalam ekosistem ditentukan oleh komponen
biotik dan abiotik yang menyusunnya. Komponen biotik sangat beranekaragam dan
komponen abiotik berbeda kulitas dan kuantitasnya, perbedaan komponen-komponen
penyusun tersebut mengakibatkan perubahan dari interaksi yang ada sehingga
menciptakan ekosistem yang berbeda pula. Jadi jelaslah bahwa keanekaragaman
hayati pada tempat yang berlainan akan menyusun ekosistem yang berbeda. Faktor
lain yang menyebabkan keanekaragaman jenis berkurang adalah adanya fragmentasi
habitat. Fragmentasi habitat dapat menyebabkan spesiesspesies yang tersisa punah
dengan cepat, kolonisasi dan penjelajahan yang biasanya berjalan normal.
Fragmentasi habitat secara dramatis menambah luas daerah tepi. Beberapa efek tepi
yang penting adalah naik turunnya intensitas cahaya, suhu, kelembaban dan
kecepatan angin secara drastic (Floriana,2009)

Keanekaragaman makhluk hidup atau keanekaragaman hayati memiliki arti


yang penting untuk menjaga kestabilan ekosistem. Menjelaskan bahwa tumbuhan
merupakan produsen yang menjadi sumber energi dalam suatu daur kehidupan dan
sebagai indicator kondisi suatu lingkungan. Ekosistem merupakan tempat semua
makhluk hidup bergantung (Wiwin,2010). Adapun kaenakragaman dari suatu spesies
dalam suatu ekosistem atau poulasi di sebabkan oleh invasi tumbuhan lain yang baru
pada ekosistem tersebut dimana tumbuhan tersebut melakukan invasi pada tumbuhan
yang sudah ada sehingga ia tumbuh subur sedangkan tumbuhan yang sudah ada
mengalami kekurangan jumlah (Montserrat,2011).
Luas minimum didapatkan setelah persentase penambahan jenis baru kurang
dari 10%, jika presentase penambahan kurang dari 10% maka pembuatan petak
dihentikan. Dari data hasil praktikum dan perhitungan luas minimum dapat dtentukan
setelah pembuatan petak ketiga dengan luas petak 0,50 x 0,50 m 2 =0,25 m2 dengan
jumlah jenis 11 sehingga didapatkan presentase 11/9 x 100% = 122,2% ditunjukkan
pada grafik yang diarsir dengan warna biru. Tabel yang diberi tanda warna merah
muda adalah luas petak yang tidak dapat ditentukan luas minimumnya, karena
presentase penambahan jenisnya < 10%.
Luas daerah vegetasi yang telah diambil diatasnya sangat bervariasi untuk
setiap bentuk vegetasi mulai dari 0,25 m2 sampai 1m2. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Sunarto (1990), bahwa suatu syarat untuk daerah pengambilan sampel
haruslah representatif bagi seluruh vegetasi yang dianalisis. Keadaan ini dapat
dikembalikan kepada sifat umum suatu vegetasi yaitu vegetasi berupa komunitas
tumbuhan yang dibentuk oleh populasi-populasi. Jadi peranan individu suatu jenis
tumbuhan sangat penting. Sifat komunitas akan ditentukan oleh keadaan individuindividu tadi, dengan demikian untuk melihat suatu komunitas sama dengan

memperhatikan individu-individu atau populasinya dari seluruh jenis tumbuhan yang


ada secara keseluruhan.

IV.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan diperoleh kesimpulan sebagai berikut :


1. Luas minimum adalah teknik untuk mengetahui organisme apa saja yang terdapat
pada suatu kumunitas.
2. Plot berukuran 25 x 25 cm ditemukan ada 6 jenis tumbuhan, plot kedua dengan
ukuran 25 x 50 cm ditemukan ada 9 jenis tumbuhan, plot ketiga dengan ukuran 50
x 50 cm ditemukan ada 11 jesis tumbuhan, plot keempat dengan ukuran 50 x 100
cm ditemukan ada 12 jenis tumbuhan. Berdasarkan kurva luas minimum maka
diperoleh luas minimum yaitu pada garis singgung (k) 0,15 m2.

DAFTAR REFERENSI

Anwar, 1995, Biologi Lingkungan. Ganexa exact. Bandung.


Hardjosuwarno, Sunarto. 1990. Dasar-Dasar Ekologi Tumbuhan. Yogyakarta:
Fakultas Biologi UGM
Honu, Yohanes, A. K. Shibi, C. David J. Gibson.2009.Occurrence Of Nonnative
Species DeepIn Natural Areas Of The Shawnee National Forest, Southern
Illinois, U.S.A. Natural Areas Journal,29:177187.
Kabelen. Floriana dan Maklon Warpur. 2009. Struktur, Komposisi Jenis Pohon dan
Nilai Ekologi Vegetasi Kawasan Hutan di Kampung Sewan Distrik Sarmi,
Kabupaten Sarmi. Jurusan Biologi FMIPA Universitas Cenderawasih.
Jayapura.
Kimmins, J.P. 1987. Forest Ecology. New York: Macmillan Publishing Co.

Latifah, Siti. 2000. Anlisis Vegetasi Hutan. Universitas Sumatera Utara, Medan.
Odum, E. P. 1993. Dasar-dasar Ekologi. Yogyakarta : UGM University Press.
Rahardjanto A. K. 2005. Buku Petunjuk Pratikum Ekologi Tumbuhan. UMM
Press. Malang.
Soerianegara, I dan A. Indrawan.1988. Ekologi Hutan Indonesia. Departemen
Managemen Hutan Fakultas Kehutanan IPB, Bogor.
Sulistyaningsih, . 2005. Pertumbuhan Dan Hasil Caisin Pada Berbagai Warna
Sungku Plastik. Fakultas Pertanian Universitas Gajah Mada.
Suwena, Made. 2005. Keanekaragaman Tumbuhan Liar Edibel Pada Ekosistem
Sawah Di Sekitar Kawasan Hutan Gunung Salak (Biodiversity Of Edible Wild
Plants On Paddy Ecosystem Of Gunung Salak Forest Area). Fakultas Pertanian
Universitas Mataram, Mataram.
Vila, Montserrat ,Jose L. Espinar, Martin Hejda Philip E. Hulme, Vojte ch Jaros
k,John L. Maron, Jan Pergl, Urs Schaffner,Yan Sun and Petr Pysek. 2011.
Ecological impacts of invasive alien plants: a meta-analysis of their effects on
species, communities and ecosystems. Ecology Letters (2011) 14: 702708.
Widiyono, W. Abdulhadi, R. dan Lidon, B. 2005.Model Anakisis Embung Secara
Terpadu Meliputi Bagian Hulu, Tengah, dan Hilir.Limnotek, 12(1): 1-9.
Wiwin Maisyaroh . 2010. Struktur Komunitas Tumbuhan Penutup Tanah di Taman
Hutan Raya R. Soerjo Cangar, Malang. Jurnal Pembangunan dan Alam
Lestari. Jurusan Tarbiyah, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Jember.
Jember.
LUAS MINIMUM

Disusun Oleh :
Bintang Pertiwi P. R
B1J010222
Wisnu Septian
B1J010199
Muh. Rezzafiqrullah R.
B1J010231
Feri Kastikasari
B1J010165
Kelompok : 20
Asisten : Raden Muhammad Angga Bagus Permadi

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI TUMBUHAN

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2013

Anda mungkin juga menyukai